Anda di halaman 1dari 14

A.

Jantung (Cor)

1. Anatomi Fisiologi
Pada saat embrio terbentuk, jantung mulai berdeyut saat berusia empat minggu meskipun belum
mendapatkan sumber persyarafan. Saat seseorang berusia 80 tahun jantungnya terus berdeyut sekit

100.000 kali per hari. Hal ini terjadi setiap hari. Jantung yang sehat dapat meningkatkan kontaksinya
untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh, kemudia beristirahat sambil terus memompa darah seolah-
olah tidak ada hal luar biasa yang terjadi. Fungsi primer jantung adalah memompa darah ke seluh tubuh
melalaui pembuluh arter, kapiler, dan vena. Jantung adalah pompa yang menjaga agar sirkulasi darah

bisa berlangsung dengan baik.

Jantung terletak di rongga toraks, di antara paru-paru kiri dan kanan yang disebut mediastinum.

Jantung berbentuk keruut. Dasar jantung terletak paling atas, berada tepat di belakang sternum. Pada

dasar jantung ini terdapat pembuluh darah besar yang masujk atau keluar jantung. Apeks (puncak)

jantung mengarah ke bawah dan berada di tas diafragma, terbaring mulai tengah hingga kiri diafragma.
Oleh karena itlah suara jantung terdengar lebih keras di sebelah kirt karena jantung terletak berbaring ke
kiri.

Gambar 7.7 Anatomi Jantung Gambar 7.8 Anatomi Bagian dalam Jantung

Jantung dilapisi oleh membrane pericardium yang terdiri atas tiga lapisan. Lapisan yang paling luar

disebut pericardium fibrosa. Setelah itu terdapat pericardium parientalis dan pericardium viseralis yang
langsung menempel dengan jantung. Pericardium viseralis sering disebut epikardium. Di antara membrane

viseralis dari perietalis terdapat cairan yang mencegah terjafdinya gesekan saat jantung berdeyut. Lapisan
tengah jantung adalah otot jantung yang disebut miokardium. Miokardium tersusun dari jaringan otot dan
akan berkontraksi saat jantung memompa darah. Ketebalan miokardium pada tiap ruang jantung bervarias,
tergantung pada beratnya kerja jantung. Miokardium darah (ventrikel kiri). Baian terdalam jantung disebuit

endokardium. Endokardium juga melapisi katup jantung. Insflamasi pada katup jantung disebut endokarditis.

Jantung terdiri atas empat ruang. Empat ruang tersebut meliputi dua atrium fdan dua ventrikel,

atrium kira dan kanan. Serta ventrikel kiri dan kanan. Berat jantung sekita 225 gram pada wanita dewasa dan
310 gram pada laki-laki dewasa.

a. Atrium Kanan

Atrium kanan menerima darah dari tubuh bagian atas melalui vena kava superior dan darah dari
tubuh bagian bawah melalui vena kava inferior. Sinus koronoria adalah pembuluh darah vena lain yang

masuk ke atrium, berfungsi membawa darah dari miokardium.

b. Ventrikel Kanan

Darah dari atrium kanan akan masuk untuk mengisi ventrikel kanan melalui katup atrioventrikular

dekstra (atau katup tricuspid). Katup ini terdiri atas tiga kuspis (dalam katup). Tiap lembar tetap bertahan
pada posisinya karena ditahanoleh tendon yang kuat, disebut korda tendinae. Tendon ini dilekatkan ke
ventrikel oleh otot pailaris. Struktur ini menjaga katup untuk tidak membuka seperti saat payung tertekuk

ke atas karena tertiup angin kencang saat ventrikel berkontraksi dan saat terjadi peningkatan tekanan

intraventrikel. Kontraksi ventrikel menyebabkan katup atrioventrikular menutup dan darah masuk ke

arteri pulmonalis. Katup pulmonaris (disebut juga katup seminular) berada di dasar percabangan besar

arteri pulmonalis, berfungsi untuk menjaga agar darah yang sudah diinjeksikan tidak kembali ke ventrikel

kanan.

c. Atrium Kiri

Atrium kiri ukurannya relatih lebih kecil daripada atrium kanan, tetapi memiliki dinding yang lebih

tebal. Pada bagian atas dinding belakang terdapat lubang tempat masuknya empat pembuluh darah
vena pulmonalis. Permukaan dinding sisi kanan lebih halus, tetapi permukaan ventrikel tampak kasar
karena ada otot pacinatum.

d. Ventrikel Kiri

Ventrikel kiri di hubungkan dengan atrium kiri oleh katup mitral. Saat ventrikel kiri relaksasi, katup
membuka dan darah masuk dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Jika ventrikel berkontraksi, katup akan

menutup. Menutupnya katup ini menegah darah agar tidak kembali ke atrium kiri. Dinding vventrikel kiri
lebih tebal daripada dinding ventrikel kanan karena harus berkerja lebih keras untuk memmompa darah
ke seluruh tubuh. Darah yang teroksigenasi keluar dari ventrikel kiri melalui aorta asenden yang memliki
katup aorta. Saat ventrikel kira relaksasi, katup akan menutup untuk menegah darah masuk ke dalam

ventrikel kiri.
e. Katup Jantung

Katup antrioventrikel (tricuspid pada sisi kanan, mitral pada sisi kiri) memisahkan atrium dari
ventrikel. Katup ini melekat pada otot kapiler di miokardium ventrikel melalui korda tendine yang
berfungsi menegah katup prolaps ke dalam atrium ke ventrikel berkontraksi. Katup pulmonal pada sisi

kanan jantung dan katup aorta pada sisi kiri memisahkan ventrikel dari sistemarteri pulmonal dan
sistemik. Katup ini masing-masing terdiri dari tiga bilah berbentuk setengah lingkaran yang di sebut
katup semilunar. Kontraksi jantung di koordinasikan oleh sekelompok sel khusus. Se-sel di nodus
sinoatrial pada keadaan normal bertindak sebgai penetus denyut jantung. Selanjutnya terjadi penyebaran

implus ke seluruh jantung yang akan memastikan kontraksi atrium selesai sebelum kontraksi atrium

selesai sebelum kontraksi ventrikel (sistolik) dimulai. Pada akhir sistolik, katup atrioventrikular akan

terbuka, memungkindarah mengalir dan atrium un dimulai. Pada akhir sistolik, katup atrioventrikular

akan terbuka, memungkin darah mengalir dan atrium untuk mengisis ventrikel (diastolic).

Gambar 7.9 Katup Jantung

Tabel katub jantung

Katup Lokasi Keterangan

Katup Antara atrium dan Terbentuk dari tiga kuspis yang mencegah aliran balik

atrioventrikuler ventrikel kanan dari atrium ke ventrikel kanan


dekstra

Katup pulmonal Pintu masuk Terdiri atas tiga kuspis yang berbentuk bulan sabit yang

kepercabangan berfungsi untuk mencegah aliran balik darah dan

pembuluh darah pembuluh darah ke paru dengan atrium kanan

pulmonal

Katup Antara atrium dan Terdiri atas dua kuspis yang mencegah aliran balik darah
atrioventrikuar ventrikel kiri dari ventrikel ke atrium kiri saat terjadi peningkatan

sinistra tekanan ventrikel kkiri

Katup aorta Jalan masuk ke Terdiri atas tiga kuspis yang berbentuk bulan separuh
aorta asenden yang mencegah aliran balik darah dari aorta kevenrtikel

kiri saat tahap relaksasi


Lakukan pemeriksaan rutin yang telah dideskripsikan untuk jantung, ari buktu anemia atau sianosis,
tanda-tanda gagal jantung, serta bukti langsung dan tidak langsung akan adanya PAD. Llau lakukan

pemeriksaan saat terperinci untuk denyut arteri. Pulsasi yang menonjol abnormal di leher pada orang usia
lanjut jarang memiliki makna klinis dan biasanya lebih disebabkan oleh arteri yang berkelok-kelok dan bukan

oleh aneurisma karotis atau tumor badan karotis, namun demikian, jika ada keurigaan, renanakan
pemeriksaan duplex ultrasound scan.

2. Fisika dalam Sistem Kardiovaskuler

Peredaran darah dimulai dari sisi kiri jantung sampai membentuk satu lingkaran penuh. Darah

dipompa oleh kontraksi otot jantung dari bilik kiri dengan tekanan sekitar 17 kPa (12 mmHg) menuju sistem

arteri yang dibagi lebih kecil dan lebih kecil lagi (arterioles) dan akhirnya sampai pada kumpulan jaringan

yang disebut kumpulan pembuluh kapiler. Setelah melalui pembuluh kapiler darah berkumpul dalam vena

kecil ( venule) yang secara bertahap berkombinasi menjadi vena yang lebih besar dan lebih beszar sebelum
memasuki sisi kanan jantung melalui vena dua vena besar yaitu vena cava superior dan vena cava inferior.
Darah yang kembali dimasukan penyimpan (serambi kanan), dan selama kontraksi lemah sekitar 0,8 kPa (5-6

mmHg) darah mengalir melalui bilik kanan. Pada kontraksi ventrikular berikutnya darah ini dipompa pada

tekanan sekitar 3,3 kPa (25 mmHg) melalui arteri pulmonary menuju sistem kapiler dalam paru-paru. Darah

segar yang telah teroksigenasi kemudia mengalir melalui vena besar dari paru-paru menuju penerima bagian

kiri jantung (serambi kiri); selama kontraksi atrium yang lemah sekitar 1 kPa (7-8 mmHg)darah mengalir

kebilik kiri.
Ketika diuji dengan teknik-teknik fisika ditemukan bahwa darah terdiri atas beberapa ragam

komponen. Warna merah diakibatkan oleh sel darah merah (eritrosit), kepingan pipih berdiameter 7µm
(7x10⁻⁶ m), yang mewakili 45% volume darah. Terdapat sekitar 5x10⁶ eritrosit/mm₃ dalam darah. Cairan yang

hampir jernih disebut plasma darah berjumlah 55% sisanya. Disamping eritrosit dan plasma, terdapat
komponen penting lainnya, seperti sel darah putih (leukosit) , berjumlah sedikit. Leukosit, yang tidak bundar

memiliki dimensi 9-15 µm. Ada sekitar 8000 leukosit/mm₃ dalam darah. Darah juga memiliki kepingan.

Kepingan (berdiameter 1-4 µm) terlibat dalam fungsi pengumpulan darah. Terdapat 3x10⁵ kepingan/mm₃

dalam darah.

3. Biokimia dalam sistem kardiovaskuler

Struktur dan fungsi enzim. Analisa enzim jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil
diagnostic yang meliputi riwayat gejala dan elektrokardiogram untuk mendiagnosa infrak miokard. Enzim
dilepaskan dari sel bila sel mebgalami cidera dan membrannya pecah. Berbagai isoenzim yang dihasilkan

oleh sel miokradium dan dilepaskan bila sel mengalami kerusakn akibat hipoksia lama dengan
mengakibatkan infrak. Isoenzim bocar kerongga intrestisial miokardium kemudia diangkat keperedaran

darah umum oleh sistem limfa dan peredaran koronaria, meningkatkan peningkatan kadar dalam darah.
Struktur enzim ada apoenzim /tidak aktif merupakan bagian protein dari enzim sebagai melekatnya subtrat.
Bersifat tremolabil (peka terhadap suhu tinggi) dan ada kofaktor merupakan bagian nonprotein bersifat stabil

pada suhu tinggi. Fungsi dari enxim adalah biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis
(senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia organik.

4. Pemeriksaan Fisik
Sesuaikan urutan dan luasnya pemeriksaan yang di lakukan berdasarkan kondisi pasien:

 Pasien dengan henti jantung atau napas atau yang membutuhkan bantuan gawat darurat segera:

tangani dulu dan lakukan pemeriksaan lebih rinci setelahnya.


 Stabilkan pasien : lakukan dahulu pemeriksaan dahulu pemeriksaan secara menyeluruh.
 Tangan dan Kulit

Urutan Pemeriksaan :

 Carilah tanda-tanda perwarnaan tembakau


 Carilah adakah sianosis

 Carilah adakah jari tabuh

 Carilah splinter heamorrhages pada kuku (tanda linier, berwarna merah kecoklatan sepanjang

aksis jari tangan dan kaki yang di duga terjadi akibat kompleks imun yang bersirkulasi)

 Lihatlah bagian telapak tangan untuk mencari:


a. Lesi Janeway – bercak merah, tidak nyeri, yang akan memutih bila ditekan, pada bagian

tonjolan/ hipotenar pada tangan dan telapak kaki.

b. Nodus Osler – lesi eritema menonjol dan nyeri, jarang terjad, namun paling sering di jumpai

pada bantalan jari tangan dan kaki.


 Lihatlah permukaan jari tangan dan ekstensor tangan untuk menari xantoma ( warna kulit yang

kuning atau nodul tendon akibat deposit lipid).


 Lihatlah keseluruhankulit untuk mencari petekie.

Temuan Normal Temuan Abnormal

Tangan umumnya teraba kering pada Demam merupakan gambaran endokarditis infeksi
suhu ruang. Sianosis perifer umum dan perikarditis, dan tempat terjadinyapascainfrak
dijumpai pada pasien normal saat miokard. Dengan rangsang otonomik, tangan akan

tangan mereka dingin. Satu atau dua teraba hangat dan berkeringat; pada keadaan
splinter haemorrhages umumdijumpai hipotesi dan syok, tangan akan teraba dingin dan
pada individu sehat yang mengalami lembab.

trauma.
a. Splinter haemorrhages ditemukan pada endokarditisinfeksi dan beberapa kelainan vaskulitis.
b. Ruam petekie(yang disebabkan vaskulitis), paling sering di jumpai pada tungkai bawah dan
konjungtiva, merupakan temuan sementara pada endokarditis dan dapat dikaaukan dengan
ruam pada penyakit meningokokus, Lesi Janewey, nodus Osler, infrak lipatan kuku, dan jari tubuh

merupakan gambaran yang tidak umum pada endokraditis.


c. Urinalisis perlu di lakukan untuk melihat ada atau tidaknya hematuria (endokarditis, vaskulitis).

 Wajah dan Mata

Urutan pemeriksaan

 Lihatlah pada mulut, adakah sianosis sentral


 Lihatlah pada kelopak mata adakah xantelasma (plak lunak kekuningan periorbita dan pada
bagian medial kelopak mata yangb dihubungkan dengan hiperlipidemia)

 Lihatlah pada iris, untuk melihat akus kornea

 Lihatlah pada konjungtiva, untuk mencari petekie


 Pemeriksaan funduskopi untuk mencari gambaran Roth’s spots (pendarahan retina berbentukl

seperti api dengan bagian tengah seperti gulungan kapas wol/ “otton-wool”)

Temuan abnormal

Sianosis sentral dapat di sebabkan oleh gagal jantung atau lebih jarang akibat penyakit jantung

bawaan, yang dihubungkan dengan pitraukanan ke kiri dan jari tubuh.

a. Xantelasma merupakan predictor yang penting untuk penyakit kardiovaskuler. Jika ada,
periksalah bagian lutut dan tendon Achilles untuk mencari xantoma.

b. Arkus kornea merupakan perwarnaan kuning puat pada batas iris dan kornea yang
disebabkan oleh deposisi kolestrol. Hal ini lebih umum dijumpai pada pasien laki-laki dan

kulit hitam. Xantelasma maupun arkus kornea dapat pula ditemukan pada pasien
normolipidemia.

c. Roth’s spots disebabkan oleh mekanisme yang serupa dengan splinter haemorrhages dan
dapat pula terjadi pada anemia atau leukemia.

 Perkusi
Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar. Perkusi

dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter (landasan) rapat-rapat pada

dinding dada. Perkusi dapat dilakukan dari semua arah menuju letak jantung. Untuk menentukan batas
sisi kanan dan kiri, perkusi dilakukan dari arah samping ketengah dada. Batas atas jantung diketahui
dengan melakukan perkusi dari atas ke bawah.Perkusi dapat pula dilakukan dari arah sternum keluar

dengan jari yang stasioner secara paralel pada ruang interkostal sampai suara redup tidak terdengar
.ukur jarak dari garis midsternal dan tentukan dalam sentimeter. Dengan adanya foto rontgen jantung

dapat dilihat pada hasil foto toraks anteroposterior.

 Auskultasi

Jantung dapat didengar dengan auskultasi. Pada tingkat dasar, perawat perlu mengetahui bunyi
normal jantung. Bunyi ini dihasilkan oleh penutupan katup-katup jantung. Bunyi jantung pertama (S1)

timbul akibat penutupan katup mitral dan trikuspidalis. Bunyi jantung kedua (S2) timbul akibat
penutupan katup aorta dan pulmonalis. Dideskripsikan sebagai bunyi “lub” dan S2 sebagai “dub". Jarak

kedua bunyi adalah satu detik atau kurang (Tabel 6.3).S1 terdengar lebih keras pada keadaan takikardia,
misalnya setelah olahraga, pada saat emosi, demam, atau anemia. Bunyi S2 juga dapat terdengar lebih

keras, misalnya pada penderita hipertensi. Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung S1 dan S2

adalah periode sistol dan periode diastole. Periode sistol adalah periode saat ventrikel berkontraksi yang

dimulai dari bunyi jantung pertama sampai bunyi jantung kedua. Diastol merupakan periode saat

ventrikel relaksasi yang dimulai dari bunyi jantung kedua dan berakhir pada saat atau mendekati bunyi
jantung pertama. Sistol biasanya lebih pendek daripada diastole.

Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-periode diatas, tetapi pemeriksa
yang sudah berpengalaman dapat mendengar berbagai bunyi tambahan (S3 dan S4) selama periode

diastole. Bunyi S3 dan S4 dapat didengar lebih jelas pada area apical dengan menggunakan bagian

sungkup (bel) stetoskop. Bunyi S3 timbul pada awal diastole yang terdengar seperti “lub-dub-dee”. S3

normal terdengar pada anak anak dan dewasa muda. Bila didapatkan pada orang dewasa, bunyi S3

dapat menjadi tanda adanya gagal jantung. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila ada, bunyi imi
terdengar saat mendekati akhir diastole sebelum bunyi jantung pertama (S1) dan terdengar kira-kira

seperti “dee-lub-dub” (S4,S1,S2). Bunyi S4 dapat menjadi tanda adanya hipertensi.

Gambar Proses Auskultasi Jantung

Bunyi atau Ciri Aorta Pulmonal Trikuspid Apikal


fase

S1 Tumpul nada Intensitas >S2 Intensitas >S2 Lebih keras Lebih keras atau
<S2,”lub” atau sama sama dengan S2

dengan S2

S1 Nada tinggi, Lebih keras Lebih keras Intensitas Intensitas kurang


>pendek dari daripada S1 daripada S1 kurang atau atau sama

pada S1, “dub” sama dengan dengan


S1 S1

Sistol pada

interval S1

dan S2

Diastol
antara S2

dan S1

Tabel 6.3. perbedaan bunyi jantung menurut area auskultasi lanjutan

Auskultasi harus dilakukan pada lima area auskultasi utama dengan menggunakan stetoskop bagian
diafragma kemudian dengan bagian bel (sungkup).gunakan tekanan yang lembut sewaktu menggunakan

bagian diafragma dan tekanan yang mantap sewaktu menggunakan bagian bel.Lima area utama yang

digunakan untuk mendengarkan bunyi jantung adalah katup aorta, pulmonalis, trikuspidalis, apical, dan

epigastrium.

Cara kerja auskultasi bunyi jantung

1. Kaji ritme dan frekuensi jantung secara umum. Perhatikan dan tentukan area auskultasi.

2. Anjurkan pasien untuk bernapas secara normal kemudia menahan napas saat ekspirasi. Dengarkan
S1 sambil melakukan palpasi nadi karotis. Bunyi S1 seirama dengan denyut nadi karotis. Perhatikan

intensitas, adanya kelainanvariasi, pengaruh respirasi, dan adanya splitting S1 (bunyi S1 ganda yang
terjadi dalam waktu yang sangat berimpitan).

3. Konsentrasikan pada sistol, dengarkan seara saksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan

atau murmur S1 pada awal sistol.

4. Konsentrasikan pada diastole yang merupakan interval yang lebih panjang daripada sistol,
perhatikan secara seksama untuk mengetahui adanya bunyi tambahan atau murmur (durasi sistol
dan diastole adalah sebanding pasa saat frekuensi jantung meningkat). Untuk keterangan murmur

(tabel 6.4)
5. Anjurkan pasien bernapas secara normal, dengarkan bunyi S2 secara seksama untuk mengetahui
apakah ada splitting S2 saat inspirasi.
6. Anjurkan pasien untuk mengembuskan dan menahan napas, kemudian menghirup/inhalasi dan

menahan napas. Dengarkan bunyi S2 untuk mengetahui apakah S2 menjadi bunyi tunggal.

Waktu Kualitas Nada Lokasi Radiasi Kondisi

Ejeksi Keras, kasar Tinggi Pulmonal Kebelakang Stenosis pulmonal


sistolik

Midsistolik Keras, kasar Tinggi Aorta dan insisura jugularis Kearah arteri Stenosis aorta

sterni karotis

Akhir sistol Meniup Tinggi Trikuspid Tidak ada Defek septum

ventrikel

Holosistolik Meniup Tinggi Mitral, batas sternum kiri Kearah aksila Insufisiensi mitral
bawah

Tabel 6.4. Berbagai murmur jantung

 Inspeksi dan Palpasi

Area jantung (prekordial) diinspeksi dan dipalpasi secara simultan untuk mengetahui adanya ketidak
normalan denyutan atau dorongan (heaves). Palpasi area jantung membutuhkan keterampilan khusus

dan keterampilan ini penting bagi perawat dengan keahlian atau spesialisasi jantung. Palpasi dilakukan

secara sistematis mengikuti struktur anatomi jantung mulai dari area aorta, area pulmonal, area tricuspid,

area apical, dan area epigastrium. Hasil palpasi dijelaskan lokasinya, yaitu pada ruang interkostal

keberapa, jarak dari garis midsternal, midklavikula, dan garis aksila.

Cara kerja inspeksi dan palpasi

1. Bantu pasien mengatur posisi telentang dan perawat pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien.
2. Tentukan lokasi sudut Louis dengan palpasi. Sudut ini terletak diantara manubrium dan badan

sternum. Sudut ini akan terasa seperti bagian sternum.


3. Pindah jari-jari ke bawah kearah tiap sisi sudut sehingga akan teraba ruang interkostal ke-2. Area

aorta terletak di riang interkostal ke-2 kanan dan area pulmonal terletak di ruang interkostal ke-2
kiri.
4. Inspeksi dan kemudian palpasi area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau

tidaknya pulsasi.
5. Dari area pulmonal, pindahkan jari-jari anda ke bawah sepanjang tiga ruang interkostak kiri. Area
ventrikel atau tricuspid terletak diruang interkostal kiri menghadap sternum. Amati ada atau
tidaknya pulsasi.

6. Dari area tricuspid, pindahkan tangan anda secara lateral 5-7 m ke garis midklavikula kiri tempat

ditemukan area apical atau titik impuls maksimal.

7. Inspeksi dan palpasi pulsasi pad area apical. Sekitar 50%orang dewasa akan memperlihatkan

pulsasi apical. Ukuran jantung dapat diketahui dengan mengamati lokasi pulsasi apical. Apabila

jantung membesar, pulsasi ini bergeser secara lateral kegaris midkalvikula.


8. Untuk mengetahui pulsasi aorta, lakukan inspeksi dan palpasi pada area epigastrium didasar

sternum

5. SOP

 Persiapan alat :

 Stetoskop

 Spignomanometer

 Alat tulis

 Penggaris

 Catatan klien

 Selimut
 Sampiran
 Jam tangan

 Persiapan klien

 Atur possi klien (berbaring terlentang) dengan badan bagian atas sedikit terangkat.

 Minta klien untuk tidak bicara selama pemeriksaan.


 Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan.

 Prosedur pemeriksaan fisik


 Cuci tangan

 Jeleaskan prosedur
 Inspeksi

a. Lihatlah warna kuku, bentuk kuku dan telapak tangan

b. Periksa warna kulit dalam tubuh, anggota tubuh dan membrane mukosa
c. Inspeksi mata terhadap palpebra xantoma/bintik kuning lunak/plague kelopak

mata
d. Tentukan tekanan vena jugularis (JVP), ukur tinggi antara sudut susunandan
tempat palpasi yang tertinggi padas vena jugularis internal dengan

menggunakan penggaris
e. Periksa prekordium untuk : palpasi yang terlihat, daya angkat, gelombang 50%
dewasa akan memperlihatkan area PMI , implus ap[ical lebih rendah diduga
pembesarkan ventrikel.

f. Inspeksi adanya edema pada daerah sekitar scapula, abdomen, sacrum

pergelangan tang dan kaki.

 Palpasi

a. Palpasi keseluruhan dada lengkap : implus apical, getaran, gelombang dan nyeri

tekan. Implus dapat dipalpasi pada area inter kosta (AIK) ke5 midklavikula
b. Palpasi nadi : bandingkan satu sisi dengan yang lainnya, perhatikan palpasi pada

area carotid, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis
c. Palpasi terhadap edema perifer, edema dinilai pada skala empat :

+ 1 + 0 - ¼ inci

+ 2 = ¼ - ½ inci

+ 3 = ½ - 1 inci

+ 4 = lebih dari satu inci

 Perkusi
a. Perkusi batas jantung kiri secara berurutan antara rongga inter kosta ke 5, ke 4

dan ke 3, mengindikasi dimana perkusi memeperlihatkan perubahan kepekaan.

 Auskultasi

a. Hilangkan kebisingan ruangan


b. Bila memerlukan beberapa detik untuk mendengarkan bunyi jantung, jelaskan

pada klien untuk mengurangi kecemasan .

c. Angkat payudara klien untuk mendengarkan diatas dinding dada dengan lebih

baik
d. Auskultasi untuk mendengar nada tinggi. Ambil waktu untuk mendengarkan
setiap bunyi

e. Mulai dengan area aortic atau PMI, kemudian gerakan stetoskop perlahan
secara sistematik, sepanjang 5 area jantung.
f. Pastikan mendengar bunyi jantung dengan jelas pada tiap-tiap lokasi
g. Ulangi rangkaian pengkajian tersebut dengan menempatkan sisi bel stetoskop

ke dada
h. Bila diperlukan minta klien untuk melakukan tiga posisi yang berbeda selama

pengkajian tersebut dengan menempatkan (duduk tegak dan badan agak


kedepan, berbaring terlentang, posisi rekumben lateral kiri)

6. Pemeriksaan diagnostiik
Diagnostik menmbahkan informasi objektif yang dityambahkan kedalam infomasi subjektif klien
dapat membantu menegakan diagnosis penyakit. Prosedur diagnostik jantung terdiri atas prosedur invasif
(laboratorium, elektrokardiogram, monitor holter, USG, sinak x, CT scan, uji stres, MRI) dan nonivasif

(arteriografi, studi hemodinamik, studi elektrofisiologi).

 Uji noninvasif

 Pemeriksaan elektrokaridiografi

Merupakan uji noninvasif dengan meletakan keping alat pada dinding dada untuk melihat

aktivitas listrik jantung. Tes elektrokardiografi yang umumnya dilakukan dan manifestasi klinis yang
mengindikasi pentingnya uji tersebut dilakukan. Elektrokardiogram (EKG) merupakan alat yang
penting untuk mengevaluasi ritme jantung dan tanda iskemia.

 Monitor holter

Digunakan untuk mendeteksi disritmia yang tidak terlihat pada EKG atau untuk mengevaluasi

efektiivitas terapi antidistrimia atau terapi pancemaker. Klien dapat ditanya mengenain manifestasi

yang muncul selama mereka menggunakan monitor.

 Uji latihan fisik

Menyediakan infomasi mengenai kapasitas fungsi jantung dalam memenuhi kebutuhan metabolik
akibat peningkatan aktivitas fisik. Uji paling sering mengunakan pemindai nuklir dan kadang kala jugab

dapat menggunakan ekokardiografidengan pelacak radio nuklida (talium, dipiridamol, kardiolit) untuk
dinding ventrikel kiri selama aktifitas fisik.

 Upright Tilt-table test


Klien dimiringkan tegak lurus maksimal sampai dengan 60-80 derajat selama 20-45 menit selama

denyut jantung dan tekanan darah yang dipantau terus-menerus. Uji tersebut disebut positif jika
denyut jantung dan tekanan darah turun drastis.

 Uji jantung radiografi

Fungsi ginjal harus diketahui sebelum CT scan atau CT angiografi karena penggunaan kontras. Oleh
kerena pelacak (tracer) digunakan dengan MRI atau MRA (yang tidak dibersihkan diginjal), fungsi ginjal
bukan kontraindikasi.

 Rontgen dada
Posteroanterior, lateral, dan oblik membantu mengkaji jantung, paru, dan aorta. Pada klien

dengan sakit akut, rontgen atau sinar-x anteroposterior portebel dilaksanakan ditempat tidur.

 CT Angiografi

Prosedur ini adalah cara noninvasif untuk melihat arteri koroner, pembuluh darahbesar, aorta,
arteri renalis, dan arteri ekstremitas bawah secara 2 atau 3 dimensi.

 CT scan per protokol emboli paru

Merupakan alternatif dari ventilation-perfusion lung scan dan sekarangb digunakan sebagai uji
diagnostik penting dalam menyingkirkan dugaan diagnosis emboli paru.

 Magnetic resonance imaging

MRI dapat menunjukan denyut jantung dan aliran darah dari berbagai arah.

 Magentic resonance angiography

Gadolinum berbeda dengan media kontraks yang lain karena tidak nefrotoksin sehingga klien

dapat infusiensi ginjal dapat melakukan prosedur ini dengan aman.

 Pemindaian viabilitas
Pasitron emession tomografi (PET) dapat memvisualisasi fungsi fisologi regional dan perubahan

biokimia yang sering terabaikan pada penyakit miokardium.

 Ekokardiogram

Prosedur diagnosis noninfasi berdasarkan prinsip ultrsonografi, merupakan cari lain untuk

melihat struk jantung. Endokardiogram di peroleh dengan meletakan transuder pada beberapa area

dinding dada.

 Uji jantung infasif


 Ekokardiografi transesofagel

Dapat memperoleh kualitas gambar yang lebih tinggi dibandingkan ekokardiografi regular.
Pemeriksaan ini bermanfaat bagi klien dengan penebalan jaringan paru atau penebalan dinding

dada atau obesitas.

 Kateterisasi jantung

Prosedur ini meliputi pemasangan kateter kedalam jantung, arteri koroner, dan pembuluh darah
sekitar untuk memperoleh informasi tentang struktur dan performa jantung, katup dan sistem

sirkulasi.

 Studi elektrofisiologi
Digunakan untuk :
a. Mengetahui mekanisme disritmia
b. Membedakan disritmia supraventrikular dan ventrikular

c. Mengetahui disfungsi nodus sinoatril (SA) dan AV


d. Memutuskan kebutuhan akan pacemaker
e. Mengetahui efek gen disritmia yang digunakan untuk mencegah terjadinya takikardia.

Anda mungkin juga menyukai