Anda di halaman 1dari 10

COR PULMONAL

Dosen pengampu: NS., Sri Mulyani., S. Kep., M. Kep

Disusun Oleh :
Dewi Sumbang Rorosati (2019200026)

PRODI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah
dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat
ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di
bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding
yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri
dinamakan septum.
Batas-batas jantung:
 Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
 Kiri : ujung ventrikel kiri
 Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
 Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
 Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang diafragma
sampai apeks jantung
 Superior : apendiks atrium kiri
Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat
katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga
agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini
adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel
kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri
pulmonal, katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri
dan katup aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral
memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan posterior. Katup lainnya
memiliki tiga daun (leaflet).
Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis
dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus
jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta
hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus
toraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun
jantung tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat
mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri.
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan
berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan
apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai
lekukan interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai
arteri posterior desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan
kanan. Arteri koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi
menjadi arteri anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD)
interventrikuler dan sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks
jantung.
Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium
kanan. Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium
kanan, secara morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam
celah atrioventrikuler.
b. Fisiologi
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait
fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-
ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa
jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan
bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk
seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah
suatu proses yang berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan
oksigen manusia demi kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke
jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari
sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke
jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup
trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup
pulmonal.
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah
merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis.
Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan
selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan
tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel
ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke
ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi
darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua
atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel
B. Definisi
Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu
penyakit yang mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak termasuk
didalamnya kelainan jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri
atau akibat penyakit jantung bawaan.
Cor pulmonal disebut juga penyakit jantung pulmonal, terdiri dari
pembesaran ventrikel kanan atau hipertrofi dilatasi atau keduanya. Pulmonal
adalah sekunder akibat hipertensi pulmonalis yang disebabkan oleh gangguan
pada paru-paru atau dinding dada.
C. Etiologi
penyebab yang paling sering adalah ppom, dimana terjadi perubahan
struktur jalan napas dan sekresi yang tertahan mengurangi ventilasi alveolar.
Penyebab lainnya adalah kondisi yang membatasi atau mengganggu fungsi
ventilasi yang mengarah pada hipoksia atau asidosis atau kondisi yang
mengurangi jaring-jaring vaskular paru. Kelainan tertentu dalam sistem
persyarafan otot pernapasan, dinding dada dan percabangan arteri pulmonal
juga dapat menyebabkan terjadinya cor pulmonal.
Secara umum cor pulmonal disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1. Penyakit paru-paru yang merata
Terutama emfisema, bronkitis kronis dan fibrosis akibat TB.
2. Penyakit pembuluh darah paru
terutama trombosis dan emboli paru, fibrosis akibat penyinaran yang
menyebabkan penurunan elastisitas pembuluh darah paru
3. Hipoventilasi alveolar menahun.
ya itu semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada normal, seperti:
a. Penebalan pleura bilateral
b. Kelainan neuromuskular, misalnya poliomyelitis dan distrofi otot
c. Kifoskoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasitas rongga thorax
sehingga pergerakan thorax berkurang.

D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul pada klien dengan penyakit kor pulmonal
adalah sebagai berikut:
a. sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi, misalnya COPD akan
menimbulkan gejala nafas pendek dan batuk.
b. Gagal ventrikel kanan akan muncul edema, distensi Vena leher, Liver
palpable, efusi pleura, asites, dan mumur jantung.
c. Sakit kepala, confusion, dan somnolen terjadi akibat peningkatan pco2.

E. Patofisiologi
a. Sirkulasi paru normal
sirkulasi paru pada orang normal merupakan suatu sistem yang bersifat high
low pressure yaitu suatu sistem dengan aliran besar tapi tekanan rendah,
mempunyai resistensi yang rendah dan cadangan yang besar sehingga mampu
menampung bertambahnya aliran darah yang banyak tanpa meningkatkan
tekanan arteri baru, atau hanya meningkat sedikit saja pada waktu melakukan
aktivitas. Hal ini disebabkan karena adanya dilatasi seluruh pembuluh darah
paru dan keikutsertaannya pembuluh darah yang tidak di perkusi pada waktu
istirahat. Pembuluh darah paru mempunyai dinding tipis, eliptikal, dan elastis
sehingga dapat menampung kenaikan 200-300 persen dari curah jantung tanpa
mengalami kenaikan tekanan arteri pulmonalis.
b. Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal pada klien dengan penyakit paru terutama timbul
sebagai hipoksia karena penurunan fungsi paru atau pengurangan jaringan
pembuluh darah paru. Hipertensi pulmonal akan timbul jika pengurangan
jaringan pembuluh darah paru lebih dari 50%. Pneumonectomy satu paru
tidak akan disertai kenaikan tekanan arteri pulmonalis. Adanya kombinasi
beberapa faktor antara lain pengurangan vaskularisasi paru hipoksia asidosis,
dan polisitemia akan menyebabkan tekanan arteri pulmonalis meningkat dan
terjadi hipertrofi ventrikel kanan.
kekurangan jaringan pembuluh darah paru akan menurunkan kemampuan
pembuluh darah untuk menurunkan resistensi selama melakukan aktivitas
sedangkan pada waktu aktivitas, terjadi peningkatan aliran darah sehingga
tekanan arteri paru akan meningkat. Hipoksia merupakan vasokonstriktor
arteri pulmonalis terpenting.
vasokonstriksi terjadi akibat efek langsung hipoksemia pada otot polos
arteri pulmonalis atau efek tidak langsung melalui pelepasan zat vasoaktif
seperti histamin dari sel Mas. asidosis akibat hiperkapnia atau sebab lain juga
merupakan vasokonstriktor arteri pulmonalis yang sinergistik kemudian
mengakibatkan hipertensi pulmonal.
c. Hemodinamik paru
dua faktor yang mempengaruhi tekanan arteri pulmonalis, yaitu curah
jantung dan resistensi atau diameter pembuluh darah paru titik sebelum timbul
cor pulmonal, curah jantung normal pada waktu istirahat dan meningkat
secara normal saat berolahraga. Pada waktu terjadi pulmonal, tekanan
pengisian tinggi untuk meningkatkan curah jantung ke batas normal. Tekanan
arteri paru meningkat tergantung dari curah jantung dan vasokonstriksi
pembuluh darah akibat hipoksemia. Pada saat timbul gagal jantung kanan
tekanan air diastolik meningkat dan curah jantung normal pada waktu istirahat
tetapi ketika melakukan aktivitas fisik, curah jantung tidak mampu naik
seperti pada keadaan normal. Hipoksia menyebabkan penurunan fungsi
jantung. Adanya hipertensi pulmonal dan penurunan fungsi jantung akibat
hipoksia akan menyebabkan kegagalan jantung kanan.
F. Pathway

Penyakit paru menahun dengan hipoksia kelainan dinding dada


gangguan mekanisme control pernapasan obstruksi saluran napas
atas pada anak kelainan primer pembuluh darah

Perubahan anatomi pembuluh darah paru Perubahan fungsional paru

Pengurangan jaringan vascular paru Hipoksia dan hiperkapnea

Polistemia asidosis

Vasokonstriksi arteri pulmonal


Peningkatan resistensi vascular paru

Hipertensi pulmonal

Hipertensi ventrikel kanan


akut

Cor pulmonal
Waktu bagi ventrikel kanan untuk
berkompensasi menurun kronis

Tekanan arteri pulmonalis naik


Kegagalan kompensasi
tiba-tiba (>40-45 mmhg)

Curah jantung menurun Gagal jantung kanan


G. Komplikasi
Penggunaan cpb dapat menimbulkan berbagai komplikasi, diantaranya:
1. Postperfusion syndrome
2. Hemolisis
3. Capillary leak syndrome
4. Pembekuan darah pada sirkuit cpb
5. Emboli udara
6. Gagal jantung kanan
7. Diseksi arteri pulmonalis (jarang terjadi, namun jika terjadi bisa fatal)
prognosis cor pulmonale bergantung pada kelainan yang mendasarinya.
Pulmonalis yang disertai dengan ppok parah umumnya memiliki prognosis
yang lebih buruk.

H. Penatalaksanaan medis
sasaran pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi klien dengan
mengatasi penyakit paru yang mendasarinya atau mengurangi manifestasi
penyakit jantung titik pada ppom, pemberian oksigen mungkin diperlukan
untuk memperbaiki pertukaran gas dan mengurangi tekanan arteri pulmonal
dan tahanan vaskuler paru. Transpor oksigen yang baik akan meredakan
hipertensi paru yang menjadi penyebab pulmonal. Oleh karena itu, pemberian
oksigen menjadi bagian penting dari pengobatan.
angka ketahanan hidup yang lebih baik dan edukasi tahanan vaskuler paru
telah dilaporkan berhasil dalam terapi oksigen kontinu sepanjang waktu untuk
klien dengan hipoksia berat titik perbaikan yang berarti dapat membutuhkan
terapi oksigen selama 4 sampai 6 minggu dan biasanya dilakukan dirumah.
pengkajian periodik gas darah arteri diperlukan untuk menentukan
kekuatan ventilasi alveolar dan memantau efektifitas terapi oksigen. Ventilasi
dapat diperbaiki dengan izin bronkial untuk membuang sekresi yang
menumpuk, pemberian bronkodilator dan terapi fisik dada tindakan
selanjutnya bergantung pada kondisi klien. Jika klien mengalami gagal nafas,
intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan titik jika klien
mengalami gagal jantung, hipoksemia dan hiperkapnia harus dihilangkan
untuk memperbaiki fungsi jantung dan keluaran jantung.
tirah baring, pembatasan natrium, dan terapi diuretik juga dilakukan
secara saksama untuk mengurangi edema periferkelebihan sirkulasi pada
jantung sebelah kanan.
pemantauan elektrokardiogram mungkin diindikasikan karena tingginya
insiden distimia pada klien dengan cor pulmonal. Infeksi pernapasan harus
diatasi karena infeksi tersebut umumnya mencetuskan penyakit jantung paru
titik prognosis klien bergantung pada proses hipertensinya yang reversibel.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. pada klien dengan penyakit asal COPD dapat diberikan O2 titik pemberian
O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan
tekanan arteri pulmonal dan tahanan vaskuler pulmonal.
2. Bronchial hygine, diberikan obat golongan bronkodilator.
3. jika terdapat gejala gagal jantung, maka harus memperbaiki kondisi
hipoksemia dan hiperkapnia.
4. Bed rest, diet rendah sodium, dan pemberian diuretik.
5. digitalis, bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan
denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
I. Pengkajian
fokus pengkajian keperawatan pada klien dengan kor pulmonal biasanya
berhubungan dengan penyakit paru yang mendasari seperti ppom. keluhan
sesak nafas merupakan gejala terserang pada penyakit paru primer titik gejala
ini terjadi saat melakukan aktivitas atau bahkan saat istirahat dan kadang-
kadang diperberat dengan posisi tidur. Batuk kronis yang produktif sering
ditemukan titik sianosis sering didapatkan pada kurikulum moral karena
polisitemia sekunder maupun desaturasi arteri titik lain mungkin gelisah
dengan kesadarannya terganggu karena hiperkapnia. Tekanan Vena jugularis
meningkat, pemeriksaan fisik jantung mungkin sulit pada klien yang disertai
hiperinflasi. Jika ada kegagalan jantung kanan dapat dipertemukan adanya
kenaikan tekanan Vena jugularis edema tungkai pembesaran hati dan asites.
J. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan hipoksemia secara
reversibel/menetap, refractory dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar
pada status cek darah kapiler paru.
2. ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya
bronkokonstriksi, akumulasi sekret jalan napas dan menurunnya kemampuan
batuk efektif.
3. kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan edema pulmonal
penurunan aliran balik Vena penurunan curah jantung.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
5. Penurunan Adel yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum dan
kelebihan.
6. koping keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan kurang sosialisasi,
kecemasan depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk
bekerja.

K. Rencana tindakan keperawatan

N Diagnosa Rencana keperawatan


o keperawat Tujuan dan kriteria intervensi
an hasil
1. Intoleransi setelah dilakukan 1. Beri bantuan untuk
aktivitas tindakan keperawatan 46- melaksanakan aktivitas
berhubungan 60 menit, klien dapat sehari-hari
ketidakseimb mentoleransi aktivitas 2. Ajarkan klien
angan antara dan melakukan bagaimana menghadapi
suplai dan Keseimbangan antara aktivitas menghindari
demand supply dan demand kelelahan dan berikan
oksigen oksigen dengan kriteria periode istirahat tanpa
hasil dua mentoleransi gangguan di antara
aktivitas yang bisa aktivitas
dilakukan dan 3. Kolaborasi dengan ahli
ditunjukkan dengan daya gizi mengenai menu
tahan menunjukkan makan pasien
penghematan energi.
Daftar pustaka
Andriana, a. L. 2016 titik cor pulmonal. Retrieved Oktober 2016, 19, from
Scribd: https. 2//www.Scribd.com
Gede, n, dan Effendi, C. 2004. Keperawatan medikal bedah, klien dengan
gangguan sistem pernafasan titik Jakarta: kedokteran egc.
Muttaqin, a. 2008. asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
pernapasan titik Jakarta. 2 Salemba Medika.
sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Corwin ej. Buku saku patofisiologi titik edisi 3 titik Jakarta: 2009.h.469
Robbins, cotran. dasar patologis pediatri. Jakarta: EGC : 2008. H. 606
Gleadle j. At a glance anammesis dan pemeriksa fisik. Jakarta: Erlangga:
2007.h.96-7

Anda mungkin juga menyukai