Disusun Oleh :
Dewi Sumbang Rorosati (2019200026)
D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul pada klien dengan penyakit kor pulmonal
adalah sebagai berikut:
a. sesuai dengan penyakit yang melatarbelakangi, misalnya COPD akan
menimbulkan gejala nafas pendek dan batuk.
b. Gagal ventrikel kanan akan muncul edema, distensi Vena leher, Liver
palpable, efusi pleura, asites, dan mumur jantung.
c. Sakit kepala, confusion, dan somnolen terjadi akibat peningkatan pco2.
E. Patofisiologi
a. Sirkulasi paru normal
sirkulasi paru pada orang normal merupakan suatu sistem yang bersifat high
low pressure yaitu suatu sistem dengan aliran besar tapi tekanan rendah,
mempunyai resistensi yang rendah dan cadangan yang besar sehingga mampu
menampung bertambahnya aliran darah yang banyak tanpa meningkatkan
tekanan arteri baru, atau hanya meningkat sedikit saja pada waktu melakukan
aktivitas. Hal ini disebabkan karena adanya dilatasi seluruh pembuluh darah
paru dan keikutsertaannya pembuluh darah yang tidak di perkusi pada waktu
istirahat. Pembuluh darah paru mempunyai dinding tipis, eliptikal, dan elastis
sehingga dapat menampung kenaikan 200-300 persen dari curah jantung tanpa
mengalami kenaikan tekanan arteri pulmonalis.
b. Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal pada klien dengan penyakit paru terutama timbul
sebagai hipoksia karena penurunan fungsi paru atau pengurangan jaringan
pembuluh darah paru. Hipertensi pulmonal akan timbul jika pengurangan
jaringan pembuluh darah paru lebih dari 50%. Pneumonectomy satu paru
tidak akan disertai kenaikan tekanan arteri pulmonalis. Adanya kombinasi
beberapa faktor antara lain pengurangan vaskularisasi paru hipoksia asidosis,
dan polisitemia akan menyebabkan tekanan arteri pulmonalis meningkat dan
terjadi hipertrofi ventrikel kanan.
kekurangan jaringan pembuluh darah paru akan menurunkan kemampuan
pembuluh darah untuk menurunkan resistensi selama melakukan aktivitas
sedangkan pada waktu aktivitas, terjadi peningkatan aliran darah sehingga
tekanan arteri paru akan meningkat. Hipoksia merupakan vasokonstriktor
arteri pulmonalis terpenting.
vasokonstriksi terjadi akibat efek langsung hipoksemia pada otot polos
arteri pulmonalis atau efek tidak langsung melalui pelepasan zat vasoaktif
seperti histamin dari sel Mas. asidosis akibat hiperkapnia atau sebab lain juga
merupakan vasokonstriktor arteri pulmonalis yang sinergistik kemudian
mengakibatkan hipertensi pulmonal.
c. Hemodinamik paru
dua faktor yang mempengaruhi tekanan arteri pulmonalis, yaitu curah
jantung dan resistensi atau diameter pembuluh darah paru titik sebelum timbul
cor pulmonal, curah jantung normal pada waktu istirahat dan meningkat
secara normal saat berolahraga. Pada waktu terjadi pulmonal, tekanan
pengisian tinggi untuk meningkatkan curah jantung ke batas normal. Tekanan
arteri paru meningkat tergantung dari curah jantung dan vasokonstriksi
pembuluh darah akibat hipoksemia. Pada saat timbul gagal jantung kanan
tekanan air diastolik meningkat dan curah jantung normal pada waktu istirahat
tetapi ketika melakukan aktivitas fisik, curah jantung tidak mampu naik
seperti pada keadaan normal. Hipoksia menyebabkan penurunan fungsi
jantung. Adanya hipertensi pulmonal dan penurunan fungsi jantung akibat
hipoksia akan menyebabkan kegagalan jantung kanan.
F. Pathway
Polistemia asidosis
Hipertensi pulmonal
Cor pulmonal
Waktu bagi ventrikel kanan untuk
berkompensasi menurun kronis
H. Penatalaksanaan medis
sasaran pengobatan adalah untuk memperbaiki ventilasi klien dengan
mengatasi penyakit paru yang mendasarinya atau mengurangi manifestasi
penyakit jantung titik pada ppom, pemberian oksigen mungkin diperlukan
untuk memperbaiki pertukaran gas dan mengurangi tekanan arteri pulmonal
dan tahanan vaskuler paru. Transpor oksigen yang baik akan meredakan
hipertensi paru yang menjadi penyebab pulmonal. Oleh karena itu, pemberian
oksigen menjadi bagian penting dari pengobatan.
angka ketahanan hidup yang lebih baik dan edukasi tahanan vaskuler paru
telah dilaporkan berhasil dalam terapi oksigen kontinu sepanjang waktu untuk
klien dengan hipoksia berat titik perbaikan yang berarti dapat membutuhkan
terapi oksigen selama 4 sampai 6 minggu dan biasanya dilakukan dirumah.
pengkajian periodik gas darah arteri diperlukan untuk menentukan
kekuatan ventilasi alveolar dan memantau efektifitas terapi oksigen. Ventilasi
dapat diperbaiki dengan izin bronkial untuk membuang sekresi yang
menumpuk, pemberian bronkodilator dan terapi fisik dada tindakan
selanjutnya bergantung pada kondisi klien. Jika klien mengalami gagal nafas,
intubasi endotrakeal dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan titik jika klien
mengalami gagal jantung, hipoksemia dan hiperkapnia harus dihilangkan
untuk memperbaiki fungsi jantung dan keluaran jantung.
tirah baring, pembatasan natrium, dan terapi diuretik juga dilakukan
secara saksama untuk mengurangi edema periferkelebihan sirkulasi pada
jantung sebelah kanan.
pemantauan elektrokardiogram mungkin diindikasikan karena tingginya
insiden distimia pada klien dengan cor pulmonal. Infeksi pernapasan harus
diatasi karena infeksi tersebut umumnya mencetuskan penyakit jantung paru
titik prognosis klien bergantung pada proses hipertensinya yang reversibel.
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. pada klien dengan penyakit asal COPD dapat diberikan O2 titik pemberian
O2 sangat dianjurkan untuk memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan
tekanan arteri pulmonal dan tahanan vaskuler pulmonal.
2. Bronchial hygine, diberikan obat golongan bronkodilator.
3. jika terdapat gejala gagal jantung, maka harus memperbaiki kondisi
hipoksemia dan hiperkapnia.
4. Bed rest, diet rendah sodium, dan pemberian diuretik.
5. digitalis, bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan
denyut jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
I. Pengkajian
fokus pengkajian keperawatan pada klien dengan kor pulmonal biasanya
berhubungan dengan penyakit paru yang mendasari seperti ppom. keluhan
sesak nafas merupakan gejala terserang pada penyakit paru primer titik gejala
ini terjadi saat melakukan aktivitas atau bahkan saat istirahat dan kadang-
kadang diperberat dengan posisi tidur. Batuk kronis yang produktif sering
ditemukan titik sianosis sering didapatkan pada kurikulum moral karena
polisitemia sekunder maupun desaturasi arteri titik lain mungkin gelisah
dengan kesadarannya terganggu karena hiperkapnia. Tekanan Vena jugularis
meningkat, pemeriksaan fisik jantung mungkin sulit pada klien yang disertai
hiperinflasi. Jika ada kegagalan jantung kanan dapat dipertemukan adanya
kenaikan tekanan Vena jugularis edema tungkai pembesaran hati dan asites.
J. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan hipoksemia secara
reversibel/menetap, refractory dan kebocoran interstisial pulmonal/alveolar
pada status cek darah kapiler paru.
2. ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan adanya
bronkokonstriksi, akumulasi sekret jalan napas dan menurunnya kemampuan
batuk efektif.
3. kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan edema pulmonal
penurunan aliran balik Vena penurunan curah jantung.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
5. Penurunan Adel yang berhubungan dengan kelemahan fisik umum dan
kelebihan.
6. koping keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan kurang sosialisasi,
kecemasan depresi, tingkat aktivitas rendah, dan ketidakmampuan untuk
bekerja.