CHF
Disusun Oleh :
CHF adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh
sesak napas dan fatik ( saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebab kan oleh
kelainan struktur dan fungsi jantung. CHF dapat disebabkan oleh gangguan yang
mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi distolik)
dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik).(Sudoyo Aru,dkk 2009).
Menurut J. Charles Reeves (2001) dalam Wijaya & Yessi (2013), CHF
adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai pemompa untuk mengantarkan
darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-
keperluan tubuh.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi Jantung adalah organ berotot dengan empat ruang yang terletak dirongga
dada, dibawah perlindungan tulang iga, sedikit kesebelah kiri sternum. Jantung terdapat
didalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang disebut pericardium.
Bentuk Jantung
Bentuk jantung menyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpil (pangkal jantung) dan
disebut juga basis kordis. Disebelah bawah agak runcing yang disebut apeks kordis.
Letak Didalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastrium anterior), sebelah kiri
bawah dari pertengahan rongga dada, diatas diagfragma dan pangkalnya terdapat
dibelakang kiri antara kota V dan VI dua jari dibawah papila mamae pada tempet ini
teraba adanya pukulan jantung disebut iktus kordis.
Ukuran Ukuran jantung + sebesar genggaman tangan kanan dan beratnya kira – kira 250
– 300 gr
Lapisan Adapun lapisan jantung terdiri atas : Endokardium ,Miokardium ,Perikardium
Pergerakan Jantung
Jantung dapat bergerak yaitu mengembang dan menguncup disebabkan karena adanya
rangsangan yang berasal dari susunan syaraf otonom. Rangsangan ini diterima oleh
jantung pada simpul syaraf yang terdapat pada atrium dekstra dekat masuknya vena kava
yang disebut nodus sino atrial ( sinus knop simpul keith flak Siklus Jantung ,Pembuluh
darah pada peredaran darah kecil, terdiri atas :
a. Arteri pulmonalis, merupakan pembuluh darah yang keluar dari ventrikel
dekstra menuju keparu – paru. Mempunyai dua cabang yaitu dekstra dan sinestra untuk
paru – paru kanan dan kiri yang banyak mengandung CO2 di dalam darahnya.
b. Vena pulmonalis, merupakan vena pendek yang membawa darah dari paru –
paru masuk ke jantung bagian atrium sinistra. Di dalam berisi dalam yang banyak
mengandung O2.
Penurunan Nekrosis
GAGAL JANTUNG
DX.Gangguan pertukaran
Penangkalan reabsordsi Na+dan H2O
Peningkatan pengisian LVEP
Edema paru
Eksresi Na+dan H2O dalam urin
Aliran darah kejantung dan otak tidak edukuat
Pengembangan paru kurang
optimal
dengan posisi, aktivitas, dan tingkat stress pasien. Mekanisme dyspnea dapat
berkaitan dengan penurunan volume udara paru (kapasitas vital) saat udara
posisi telentang (supine) meningkatkan jumlah darah yang kembali ke jantung dan
malam hari.
sesak napas yang berat dan mereda dengan duduk tegak atau membuka jendela
untuk mencari udara segar. Pernapasan dapat bersifat berat disertai mengi
CHF untuk mengurangi sesak akibat PND salah satunya adalah pengaturan posisi
yang baik dan benar.Posisi yang dapat mengurangi PND yaitu dengan
meninggikan bagian kepala menggunakan bantal atau posisi tempat tidur 30° atau
45.
Pernapasan Cheyne Stokes kadang terjadi pada pasien dengan gagal
Batuk merupakan manifestasi yang sering pada gagal jantung kiri. Pasien
pernapasan dan mengiritasi mukosa paru. Pada auskultasi, dapat terdapat ronkhi
bilateral.
yang akan menyebabkan perfusi otak yang tidak adekuat. Curah jantung yang
lelah.
Komplikasi pada gagal ventrikel kiri yaitu edema paru akut. Pada pasien
dengan dekompensasi jantung berat, tekanan kapiler di dalam paru menjadi sangat
kemudian ke alveoli, bronkiolus, dan bronkus. Hasil dari edema paru jika tidak
Jika terjadi penurunan fungsi ventrikel kanan, akan terjadi edema perifer
dan kongesti vena pada organ. Pembesaran hati (hepatomegaly) dan nyeri
abdomen dapat terjadi ketika hati mengalami kongesti/ terbendung cairan darah
vena. Edema bersifat simetris dan terjadi pada bagian tubuh yang menggantung di
Menurut Morton (2012) timbulnya gejala pada gagal jantung akut secara
mendadak, biasanya beberapa hari atau beberapa jam, sedangkan pada gagal
jantung kronis gejalanya selama beberapa bulan sampai beberapa tahun dan
Gagal jantung menurut derajat sakitnya yaitu (a) derajat 1, bisa melakukan
aktifitas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas; (b) derajat
2,aktifitas ringan menyebabkan kelelahan atau sesak napas; (3) derajat 3, aktivitas
fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas; (4) tidak dapt melakukan
aktifitas fisik sehari-hari bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada pasien CHF yaitu dengan dilakukan EKG, Skan
jantung, kateterisasi jantung, rontgen dada, enzim hepar, elektrolit, oksimetri nadi, AGD,
1. Terapi Oksigen
Pemberian oksigen ditujukkan pada klien gagal jantung disertai dengan edema
paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu
memenuhi kebutuhan oksigen.
2. Terapi nitrat dan vasodilator
Pengunaan nitrat, baik secara akut maupun kronis, sangat dianjurkan dalam
penatalaksanaan gagal jantung. Jantung mengalami unloaded (penurunan afterload-
beban akhir), dengan adanya vasodilatasi perifer. Peningkatan curah jantung lanjut
akan menurunkan pengukuran yang menunjukkan derajat kongesti vaskular
pulmonal dan beratnya vertikel kiri dan penurunan pada konsumsi oksigen
miokardium
3. Terapi Diuretik
Selain tirah baring, klien dengan gagal jantung perlu pembatasan garam dan air
serta diuretik baik oral atau parenteral. Tujuannya agar menurunkan preload (beban
awal) dan kerja jantung. Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan
pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan
merendahkan tekanan darah. Jika garam natrium ditahan, air juga akan tertahan dan
tekanan darah akan meningkat. Banyak jenis diuretik yang menyebabkan pelepasan
elektrolit-elektrolit lainnya, termasuk kalium, magnesium,klorida dan bikarbonat.
Diuretik yang meningkatkan ekresi kalium digolongkan sebagai diuretik yang tidak
menahan kalium, dan diuretik yang menahan kalium disebut diuretik hemat kalium.
4. Digitalis
Digitalis adalah obat utama untuk meningkatkan kontraktilitas. Digitalis
diberikan dalam dosis yang sangat besar dan dengan cepat diulang. Klien dengan gagal
jantung lebih berat mungkin mendapat keuntugan dengan terapi digitalis jangka panjang.
Mempertahankan kadar obat serum 1,54 sampai 2,56 nmol/liter.
5. Inotropik positif
Dopamin bisa juga digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada keadaan
bradikardi di saat tropin tidak menghasilkan kerja yang efektif pada dosis 5-20
mg/kg/menit. Dopamin sering kali diberikan dalam bentuk campuran dengan konsentrasi
400-800 mg dalam 250 mi dekstrosa 5% dalam air dan diberikan secara IV melalui
pompa infus volumetrik untuk mendapatkan dosis yang akurat. Dobutamin (dobutrex)
adalah suatu obat simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik. Dobutamin yang
sering digunakan adalah 1000 mg dicampur dalam 250 mi dekstrosa 5% dalam air atau
normalsalin
6. Terapi Sedatif
Pada keadaan gagal jantung berat, pemberian sedative untuk mengurangi
kegelisahan dapat diberikan. Dosis phenobarbital 15-30 mg empat kali sehari dengan
tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.
7. Diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot
jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan klien
dan pembatasan natrium.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Identitas Klien,Meliputi:
Nama pasie,tanggal lahir,umur,agama,jenis kelamin,status
perkawinan,pendidikan,
pekerjaan,No rekam medis
b. Keluhan utama
Keluhan klien dengan CHF adalah kelemahan saat beraktivitas dan sesak napas.
c. Riwayat Penyakit saat ini
Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan
serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien Secara PQRST, yaitu:
1) Provoking Incident : kelemahan fisik terjadi setelah melakukan aktivitas
ringan sampai berat, sesuai derajat gangguan pada jantung
2) Quality of pain : seperti apa keluhan kelemahan dalam melakukan
aktivitas yang dirasakan atau digambarkan klien. Biasanya setiap
beraktivitas klien merasakan sesak napas (dengan menggunakan alat
atau otot bantu pernapasan)
3) Region radiation, relief
4) Severity (scale) of pain: kaji rentang kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.Biasanya kemampuan klien dalam
beraktivitas menurun sesuai derajat gangguan perfusi yang dialami
organ.
5) Time: sifat mula timbulnya (onset), keluhan kelemahan beraktivitas
biasanya timbul perlahan. Lama timbulnya (durasi) kelemahan saat
beraktivitas biasanya setiap saat, baik saat istiahat maupun saat
beraktivitas.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian RPD yang mendukung dengan mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita nyeri dada, hipertensi, iskemia miokardium, diabetes mellitus, dan
hiperpidemia. Tanyakan mengenai obat-obatan yang biasa diminum oleh klien pada
masa lalu dan masih relevan dengan kondisi saat ini. Obat-obat ini meliputi diuretik,
nitrat, penghambat beta, dan antihipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di
masa lalu, alergi obat, dan tanyakan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien
menafsirkan suatu alergi dengan efek samping obat.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga,
anggota keluarga yang meninggal terutama pada usia produktif, dan penyebab
kematiannya. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang timbulnya pada usia muda
merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung iskemik pada keturunannya.
f. Riwayat pekerjaan dan kebiasaan
Perawat menanyakan situasi klien bekerja dan lingkungannya. Menanyakan
kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atau obat tertentu. Kebiasaan merokok
dengan menanyakan tentang kebiasaan merokok, sudah berapa lama, berapa batang
perhari, dan jenis rokok.
g. Pengkajian Psikososial
Perubahan integritas ego didapatkan klien menyangkal, takut mati, perasaan ajal
sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu, khawatir dengan
keluarga, pekerjaan dan keuangan. Kondisi ini ditandai dengan sikap menolak,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus pada
diri sendiri.
Interaksi sosial dikaji terhadap adanya stres karena keluarga, pekerjaan, kesulitan
biaya ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada. Kegelisahan dan kecemasan
terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernapas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Penurunan lebih lanjut dari
curah jantung dapat ditandai dengan insomnia atau tampak kebinggungan.
h. Pemeriksaan fisik
a) Kongesti Vaskular Pulmonal
Gejala-gejala kongesti vascular pulmonal adalah dispnea, ortopnea, dispnea
noktural paroksimal, batuk, dan edema pulmonal akut.
b) Dispnea
Dispnea, di karakteristikan dengan pernafasan cepat, dangkal, dan keadaan yang
menunjukkan bahwa klien sulit mendapatkan udara yang cukup, yang menekan klien.
Terkadang klien mengeluh adanya insomnia, gelisah, atau kelemahan, yang
disebabkan oleh dispnea.
c) Ortopnea
Ortopnea adalah ketidakmampuan untuk berbaring datar karena dispnea, adalah
keluhan umum lain dari gagal vertikel kiri yang berhubungan dengan kongesti
vaskular pulmonal. Perawat harus menetukan apakah ortopnea benar-benar
berhubungan dengan penyakit jantung atau apakah peninggian kepala saat tidur
adalah kebiasaan klien. Sebagai contoh bila klien menyatakan bahwa ia terbiasa
menggunakan tiga bantal saat tidur. Tetapi, perawat harus menenyakan alasan klien
tidur dengan menggunakan tiga bantal. Bila klien mengatakan bahwa ia melakukan
ini karena menyukai tidur dengan ketinggian ini dan telah dilakukan sejak sebelum
mempunyai gejala gangguan jantung, kondisi ini tidak tepat dianggap sebagai
ortopnea.
d) Batuk
Batuk iritatif adalah salah satu gejala kongesti vascular pulmonal yang sering
terlewatkan, tetapi dapat merupakan gejala dominan. Batuk ini dapat produktif, tetapi
biasanya kering dan pendek. Gejala ini dihubungkan dengan kongesti mukosa
bronkial dan berhubungan dengan peningkatan produksi mukus.
e) Edema pulmonal
Edema pulmonal akut adalah gambaran klinis paling bervariasi dihubungkan
dengan kongesti vascular pulmonal. Ini terjadi bila tekanan kapiler pulmonal melebihi
tekanan yang cenderung mempertahankan cairan di dalam saluran vaskular (kurang
lebih 30 mmHg).
Pada tekanan ini, terdapat transduksi cairan ke dalam alveoli, yang sebaliknya
menurunkan tersediannya area untuk transport normal oksigen dan karbondioksida
masuk dan keluar dari darah dalam kapiler pulmonar. Edema pulmonal akut dicirikan
oleh dispnea hebat, batuk, ortopnea, ansietas dalam, sianosis, berkeringat, kelainan
bunyi pernapasan, sangat sering nyeri dada dan sputum berwarna merah mudah, dan
berbusa dari mulut.
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri dada b.d kurangnya suplai darah ke miokardium, perubahan metabolisme,
peningkatan produksi asam laktat
2) Resiko tinggi gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan perembesan
cairan, kongesti paru akibat sekunder dari perubahan membran kapiler alveoli dan
retensi cairan intertestial
3) Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di paru
4) Resiko tinggi gangguan perfusi perifer b.d menurunnya curah jantung
Rencana Keperawatan
No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1. Ketidak 1) Monitor pola nafas
efektifan pola (Frekuensi,kedalam
napas Kriteria Hasil usaha napas)
berhubungan Indikator SA ST 2) Monitorsputum(Ju
dengan Ventilasi 2 5 mlah,warna,aroma)
Hiperventilasi semenit 3) Lakukan fisioterapi
Kapasitas vital 2 5 dada,jika perlu
Diameter Thraks 2 5 4) Lakukan
anterior penghisapan lendir
posterior kurang dari 15 detik
Tekanan 2 5 5) Ajarkan teknik
ekspirasi batuk efektif
Tekanan 2 5 kolaborasi
inspirasi 6) Ajurkan asupan
Keterangan: cairan
1.Cukup menurun 2000ml/hari,jika
2.sedang tidak
3.Cukup menurun kontraindikasi.
4.Sedang 7) Kolaborasi
pemberian
bronkondilator,eksp
ektoran,mukolitik,ji
ka perlu
2. Hambatan Kriteria Hasil Terapi Oksigen
pertukaran gas Tujuan: 1) Memberikan
berhubungan Setelah dilakukan 3x24 jam pasien diharapkan tambahan oksigen
dengan kondisi Melakukan pertukaran gas untuk mencegah
terkait dan mengatasi
perubahan kondisi kekurangan
membran oksigen jaringan.
alveolar-kapiler 2) Monitor kecepatan
arisan oksigen
Indikator SA ST 3) Monitor posisi alat
Dispnea 2 5 terapi oksigen
Bunyi napas 2 5 4) Bersihkan sekret
tambahan pada mulut,hidung
Pusing 2 5 dan trakea,jika
Penglihatan 2 5 perlu.
kabur 5) Berikan oksigen
Diaforresis 2 5 tambahan ,jika
Keterangan perlu
1.Cukup meningkat 6) Ajarkan pasien dan
2.Menurun keluarga cara
3.Cukup Meningkat menggunakan
4.Menurun oksigen dirumah
kolaborasi.
7) Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
3. Resiko Kriteria Hasil 1) Indentifikasi
Penurunan curah Indikator SA ST karakteristik nyeri
jantung Gambaran 1 5 dada (meliputi
berhubungan EkG faktor pemicu dan
dengan Lelah 5 1 pereda,kualitas,loka
perubahan Edema 1 5 si,radiasi,skala,dura
kontraktilitas Suara jantung 5 1 si dan frekuensi.
S3 2) Monitor saturasi
Suara jantung 5 5 oksigen
S4 3) Pasang akses
intavena
4) Puaskan hingga
bebas nyeri
5) Ajurkan segera
melaporkan nyeri
dada
6) Anjurkan
Menghindari
manuver valsava
(Mis,nitrogliserin,b
eta blocker,calcium
channel blocker).
7) Kolaborasi
pemeriksaan x-ray
dada,jika perlu.
Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang
dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017)
Evaluasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses
keperawatan. Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).