Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya
bangsa yang maju dan mandiri ,sejahtera lahir dan bathin. Salah satu ciri bangsa
yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi ,karena derajat
kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya
manusia. Hanya dengan sumber daya yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing bangsa. Menyadari hal tersebut, pemerintah Republik
Indonesia telah mencanangkan kebijaksanaan dan strategi baru dalam suatu
“Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan sebagai Strategi Nasional
menuju Indonesia Sehat 2010” pada tangga l1 Maret 1999.
Dengan kebijaksanaan dan strategi ini, perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di semua sektor harus mampu mempertimbangkan dampak
negative dan positif terhadap sektor kesehatan, baik bagi individu, keluarga
maupun masyarakat. Disektor kesehatan sendiri upaya kesehatan akan lebih
mengutamakan upaya-upaya preventif dan promotif yang proaktif, tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Dasar pandangan baru dalam
pembangunan kesehatan ini disebut “Paradigma Sehat”. Pembangunan kesehatan
bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Derajat
kesehatan merupakan salah satu factor yang sangat berpengaruh pada kualitas
sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing manusia.
Kesehatan merupakan sebagian dari iman, sesuai dengan pepatah kuno yang
sering kita dengar dari orang tua kita.Bangsa Indonesia sebagai salah satu Negara
berkembang yang mempunyai tingkat populasi yang tinggi harus mulai
memperhatikan dan memperbaiki mutu kesehatan yang berguna bagi kualitas

1
sumber daya manusia bangsa kita.Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika
ditunjang dengan sistem kesehatan yang baik. Dengan sistem kesehatan yang
baik, memungkinkan kita akan hidup sehat, berpikir kritis, dan produktif bagi
bangsa dan Negara.
Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan
masyarakat yang sehat.Untuk mencapai bangsa yang sehat, harus terbentuk
masyarakat peduli kesehatan.Masyarakat peduli kesehatan dapat terbentuk jika
memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat yang besar
terhadap dunia kesehatan serta peran yang lebih besar dari pemerintah untuk
menggalangkan SOP atau Standard Operating Proceduredi dalam pelayanan
kesehatan.Apabila kepedulian sudah merupakan kebiasaan dan membudaya
dalam masyarakat serta pelayanan yang memadai, maka jelas kesehatan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan pokok
yang harus dipenuhi.
Dalam dunia kesehatan, SOP atau Standard Operating Procedure terbukti
berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana pelayanan. Dalam
kaitan inilah kesehatan dan pelayanan kesehatan melalui SOP atau Standard
Operating Procedure harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk
mewujudkan tujuan menyehatkan kehidupan bangsa.Kesehatan merupakan
bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu kehidupan masyarakat
dan negara.
Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk
dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap
usaha peningkatan kesehatan di Indonesia.

2
1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan judul makalah ini “Pengaruh Reformasi Kebijakan
Pelayanan Kesehatan melalui SOP terhadap Tingkat Kesehatan di Indonesia”,
terkait dengan pelaksanaan program peningkatan mutu kesehatan di Indonesia
dan fungsi serta sumbangan kebijakan publik terhadap pelaksanaan program
tersebut. Berkaitan dengan judul tersebut, maka masalahnya dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana peran pemerintah terhadap pelaksanaan program kesehatan di
Indonesia
2. Bagaimana cara agar reformasi kebijakan pelayanan kesehatan melalui
SOP benar-benar dapat meningkatkan mutu kesehatan di Indonesia ?

1.3 Pembatasan Masalah


Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas
dibatasi pada masalah :
a. Peran pemerintah terhadap pelaksanaan program kesehatan di Indonesia;
b. Cara-cara agar reformasi kebijakan pelayanan kesehatan melalui SOP
benar-benar dapat meningkatkan mutu kesehatan di Indonesia.

1.4 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-
masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Bagaimana deskripsi peran pemerintah terhadap pelaksanaan program
kesehatan di Indonesia ?
b. Bagaimana deskripsi cara agar reformasi kebijakan pelayanan kesehatan
melalui SOP benar-benar dapat meningkatkan mutu kesehatan di
Indonesia ?

3
1.5 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
bagaimana pengaruh adanya reformasi kebijakan pelayanan kesehatan melalui SOP
yang dapat meningkatkan mutu kesehatan di Indonesia.

1.6 Metode Penulisan


Penulisan ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan
pendekatan yang didasarkan pada teori yang telah ada, sehingga tepat digunakan
dalam penulisan ini mengingat teori tentang reformasi kebijakan pelayanan kesehatan
bukan merupakan teori baru atau sudah ada sejak dulu.
Teknik pengumpulan data ditujukan untuk mendapatkan dan mengumpulkan
data yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan penelitian yang
bersangkutan secara objekti.Penulisan ini memakai teknik pengumpulan data dengan
studi kepustakaan.Karena penulis dapat mendapat informasi-informasi tambahan
yang dapat membantu kelancaran dalam menyelesaikan makalah ini.

4
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Kesehatan


Pemerintah memberikan prioritas yang tinggi dalam peningkatan
kesehatan masyarakat, termasuk pelayanan kesehatan untuk rakyat kita, sekali
lagi di seluruh Indonesia.Oleh karena itu, kita lakukan berbagai peningkatan
dan perbaikan atas system, kebijakan, program sampai dengan pelayanan yang
kita laksanakan pada tingkat masyarakat.Pemerintah dalam hal ini
Departemen Kesehatan telah menetapkan prioritas untuk tahun 2007 ini
sebagai kelanjutan atau sebagai bagian dari pembangunan sektor kesehatan
2005-2009.
Pertama adalah kita ingin benar-benar meningkatkan pelayanan
kesehatan untuk ibu dan anak.Ini penting sekali untuk kita terus tingkatkan.
Kemudian juga yang kedua, pelayanan kesehatan untuk saudara-saudara kita,
masyarakat miskin, revitalisasi Puskesman, Posyandu, kegiatan seperti Pekan
Imunisasi dan lain-lain kita teruskan, kia hidupkan kembali di perdesaan yang
ternyata hasilnya positif, termasuk pemberian asuransi kesehatan, agar mereka
punya akses di dalam upaya pelayanan kesehatan bagi mereka.Kita juga
melakukan penurunan harga obat-obat generik yang telah dilakukan sejak
tahun 2006 yang lalu dan ternyata disambut baik oleh masyarakat luas dan ini
sangat membantu keterjangkauan, pembelian obat-obat tersebut. Saya punya
contoh di sini dan ini prakarsa dari Departemen Kesehatan untuk juga
memproduksi obat-obat generik yang harganya itu rata-rata Rp. 1.000.Saya
tunjukkan di sini, ada contoh ini.Ini misalnya obat penurun panas anak,
parasetamol. Harganya Rp. 1.000, berapa tablet ini semuanya? 6. Kemudian
obat batuk cair, lantas disini ada obat sakit kepala, lantas disini ada obat flu
yang rata-rata harganya Rp. 1.000. Harapan saya, karena saya mendapatkan

5
ketegasan kualitas atau mutu obat ini baik, betul-betul bisa membantu
saudara-saudara kita untuk mengaksesnya.
Disamping itu, kita membahas dan telah menetapkan sejumlah langkah
ke depan ini untuk terus meningkatkan mutu dan jumlah tenaga kesehatan,
baik paramedis, dokter, maupun dokter-dokter spesialis, baik melalui
pendidikan, pembinaan, pembinaan karier dan lain-lain. Kita telah
menetapkan untuk melakukan program khusus atau crash programme
menambah jumlah dokter-dokter spesialis yang sangat diperlukan oleh
masyarakat luas kita. Dengan demikian, harapan kita tiga, lima tahun
mendatang jumlah dokter spesialis kita menjadi makin cukup rasionya
dibandingkan dengan jumlah masyarakat yang harus dilayani. Demikian juga
pembinaan yang lain, pembinaan karier mereka, insentif mereka, status
mereka dan lain-lain.Dengan demikian, menjadi lebih termotivasi tenaga
kesehatan kita untuk menjalankan tugasnya, pengabdiannya, utamanya di
daerah-daerah terpencil, daerah-daerah tertinggal maupun daerah-daerah
perbatasan.
Kemudian salah satu prioritas juga yang diangkat oleh Pemerintah
melalui Departemen Kesehatan adalah penanggulangan penyakir menular
yang ini juga sangat penting untuk kita lakukan. Kita memberikan atensi
sebagai contoh untuk terus-menerus melakukan langkah-langkah efektif untuk
menanggulangi flu burung, kemudian malaria, DB dan bahkan HIV/AIDS kita
memberikan atensi untuk menanggulangi masalah ini, misalnya di Papua dan
di Irian Jaya Barat.
Beberapa saat yang lalu, saya mengundang kedua Gubernur, Gubernur
Papua dan Gubernur Irian Jaya Barat dan kita telah menetapkan untuk
melakukan akselerasi peningkatkan kesejahteraan rakyat Papua dan Irian Jaya
Barat, termasuk bidang kesehatan, termasuk penanggulangan penyakit-
penyakit menular. Dan kita sepakat, bahwa pemberantasan HIV/AIDS jadi
agenda utama untuk kita jalankan di Papua dan di Irian Jaya Barat.Kita juga

6
memberikan atensi untuk terus-menerus mengatasi kasus gizi
buruk.Statistiknya bagus, Menteri Kesehatan bisa menjelaskan nanti kepada
Saudara angka-angka yang merupakan progres dari upaya kita untuk
mengatasi gizi buruk ini dan kita memberikan atensi daerah-daerah yang
rawan gizi buruk. Karena kita tahu ternyata akarnya bukannya hanya masalah
ekonomi, bukan hanya masalah sosial, tapi juga kadang-kadang gaya hidup,
kebiasaan, kultur yang harus kita ubah secara sistematis. Dengan demikian,
Insya Allah ke depan ini, kasus-kasus gizi buruk makin berkurang dan tidak
terjadi lagi di negeri kita.
Bencana juga demikian menjadi atensi kita, tentu kita berharap tidak
lagi sering terjadi bencana alam, seperti gempa dan lain-lain.Tetapi secara
geografis, secara geologis, negara kita rawan gempa.Oleh karena itu,
kesiagaan prasarana kita, ketrampilan kita, early warning kita di dalam bidang
kesehatan untuk menanggulangi bencana-bencana juga terus-menerus kita
tingkatkan.

2.1.1 Perkembangan Kesehatan di Indonesia


Kesehatan masyarakat di Indonesia pada waktu itu dimulai dengan
adanya upaya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat ditakuti
masyarakat pada waktu itu.Saat itu masih dilakukan oleh pemerintah
penjajahan Belanda pada abad ke 16 peristiwa upaya pemberantasan dianggap
sebagai sejarah mula perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Kejadian lain selanjutnya tentang wabah kolera pada awal abad ke-20
masuk di Indonesia tepatnya tahun 1927 dan tahun 1937 yaitu wabah kolera
eltor di Indonesia kemudian pada tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia
melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Sejak dari wabah
kolera tersebut maka pemerintah Belanda pada waktu itu melakukan upaya-
upaya kesehatan masyarakat.

7
Selanjutnya bidang kesehatan masyarakat yang lain pada tahun 1807
pada waktu pemerintahan Gubernur Jenderal Daendels, telah dilakukan
pelatihan dukun bayi dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam
rangka penurunan angka kematian bayi yang tinggi pada waktu itu.Akan
tetapi upaya ini tidak berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih
kebidanan kemudian pada tahun 1930 dimulai lagi dengan didaftarnya para
dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan.Selanjutnya baru pada
tahun 1952 pada zaman kemerdekaan pelatihan secara cermat dukun bayi
tersebut dilaksanakan lagi.
Dokter Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr.
Bleeker di Indonesia, pada tahun 1851 mendirikan sekolah dokter Jawa.
Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding
Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Setelah
itu pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan
nama NIAS (Nederland Indische Arsten School).
Pada tahun 1927, STOVIA berubah menjadi sekolah kedokteran dan
akhirnya sejak berdirinya Universitas Indonesia tahun 1947 berubah menjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Kedua sekolah tersebut
mempunyai andil yang sangat besar dalam menghasilkan tenaga medis yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Pada sisi lain pengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia
adalah berdirinya Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun
1888. Kemudian pada tahun 1938, pusat laboratorium ini berubah menjadi
Lembaga Eykman dan selanjutnya disusul didirikan laboratorium lain di
Medan, Semarang, Makassar, Surabaya dan Yogyakarta. Laboratorium ini
mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka menunjang
pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar dan sebagainya bahkan
untuk bidang kesehatan masyarakat yang lain seperti gizi dan sanitasi.

8
Tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934 dan 1935
terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di pulau Jawa. Kemudian mulai
tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes ini dengan melakukan
penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk dan juga vaksinasi
massal.Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh
suntikan vaksinasi.
Hydrich seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda pada tahun
1925, melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka kematian dan
kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu.Dari hasil pengamatan dan
analisisnya tersebut ini menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka
kematian dan kesakitan ini adalah karena jeleknya kondisi sanitasi
lingkungan.Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang
tempat, di kebun, selokan, kali bahkan di pinggir jalan padahal mereka
mengambil air minum juga dari kali. Selanjutnya ia berkesimpulan bahwa
kondisi sanitasi lingkungan ini disebabkan karena perilaku penduduk.
Untuk memulai upaya kesehatan masyarakat, saat itu Hydrich
mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan propaganda
(pendidikan) penyuluhan kesehatan.Sampai sekarang usaha Hydrich ini
dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia.
Memasuki zaman kemerdekaan, salah satu tonggak penting
perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia adalah diperkenalkannya
Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh dr. Y. Leimena dan
dr. Patah, yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena.
Dalam konsep ini mulai diperkenalkan bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan.Hal
ini berarti dalam mengembangkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia
kedua aspek ini tidak boleh dipisahkan, baik di rumah sakit maupun di
puskesmas.

9
Selanjutnya pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan
kesehatan sebagai bagian dari upaya pengembangan kesehatan masyarakat.
Pada tahun 1956 ini oleh dr. Y. Sulianti didirikan Proyek Bekasi (tepatnya
Lemah Abang) sebagai proyek percontohan atau model pelayanan bagi
pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia dan sebagai pusat
pelatihan tenaga kesehatan.
Proyek ini disamping sebagai model atau konsep keterpaduan antara
pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis, juga menekankan pada
pendekatan tim dalam pengelolaan program kesehatan.Untuk melancarkan
penerapan konsep pelayanan terpadu ini terpilih 8 desa wilayah
pengembangan masyarakat yaitu Inderapura (Sumatera Utara), Lampung,
Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman (Jawa Tengah), Godean (Yogyakarta),
Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan Selatan).
Kedelapan wilayah tersebut merupakan cikal bakal sistem puskesmas
sekarang ini.
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan
merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi
dan kemampuan rakyat Indonesia. Pada waktu itu dibahas konsep puskesmas
yang dibawakan oleh dr. Achmad Dipodilogo yang mengacu kepada konsep
Bandung dan Proyek Bekasi. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya
sistem puskesmas yang terdiri dari tipe A, B, dan C.Dengan menggunakan
hasil-hasil seminar tersebut, Departemen Kesehatan menyiapkan rencana
induk pelayanan kesehatan terpadu di Indonesia. Akhirnya pada tahun 1968
dalam rapat kerja kesehatan nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah
merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian
dikembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan

10
mudah dijangkau dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan, di
kotamadya atau kabupaten.Kegiatan pokok puskesmas mencakup :
1. Kesehatan ibu dan anak
2. Keluarga berencana
3. Gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pencegahan penyakit menular
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
7. Pengobatan
8. Perawatan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan gizi
10. Usaha kesehatan sekolah
11. Usaha kesehatan jiwa
12. Laboratorium
13. Pencatatan dan pelaporan[20]

2.2 Program Pemerintah di Bidang Kesehatan


Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi
pembangunan kesehatan (DepKes RI, 1999).
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. Untuk
dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab
program pembangunan harus memasukkan pertimbangan-
pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya.
Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus
berperan sebagai penggerak utama pembangunan nasional
berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Perilaku
sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan

11
pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan
adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau oleh masyarakat.Penyelenggaraan pelayanan
kesehatan tidak hanya berada ditangan pemerintah, melainkan
mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya. Untuk terselenggaranya tugas
penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah
bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan
rehabilitatif.

2.2.1 Indonesia Sehat 2010


Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata.
Untuk mendukung pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan
SistemKesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem
PemberdayaanMasyarakat. Kebijakan Nasional Promosi kesehatan untuk mendukung
upayapeningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional Promosi Kesehatan
sesuaiKeputusan Menteri Kesehatan RI. No. 1193/MENKES /SK/X/2004
yaitu“Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010” (PHBS 2010).Untuk melaksanakan
program Promosi Kesehatan di Daerah telah ditetapkan Pedoman
PelaksanaanPromosi Kesehatan di Daerah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI.
No.1114/Menkes/SK/VIII/2005.

12
Dalam tatanan otonomi daerah, Visi Indonesia Sehat 2010 akan dapat
dicapai apabila telah tercapai secara keseluruhan Kabupaten/Kota Sehat.Oleh
karena itu, selain harus dikembangkan sistem kesehatan Kabupaten/Kota
yangmerupakan subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional, harus ditetapkan
pulakegiatan minimal yang harus dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota sesuai
yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.
1457/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan Kabupaten/Kota.Standar Pelayanan Minimal Promosi Kesehatan
yang merupakan acuanKabupaten/Kota adalah Rumah Tangga Sehat (65 %),
ASI Ekslusif (80 %), Desa dengan garam beryodium (90 %) dan Posyandu
Purnama (40 %).
Upaya pengembangan program promosi kesehatan dan PHBS yang
lebihterarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, dikembangkan
melalui Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan
sasaran utamaadalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu, keluarga,
masyarakat) dan diharapkan akan berkembang kearah Desa/Kelurahan,
Kecamatan/Puskesmas dan Kabupaten/Kota sehat.\

2.2.2 Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan


Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan adalah inisiatif semua
komponen bangsa dalam menetapkan perencanaan pembangunan selalu
berorientasi untuk mengedepankan upaya promotif dan preventif pada
masalah kesehatan, walaupun bukan berarti mengesampingkan kegiatan
kuratif.
Gerakan tersebut berlaku untuk semua komponen bangsa yang harus
berpartisipasi secara aktif baik yang berupa kegiatan individu, keluarga,
kelompok masyarakat, instansi pemerintah ataupun swasta.Promotif yang
dimaksud adalah suatu upaya untuk meningkatkan status kesehatan dan

13
menjaganya dari semua kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan
timbulnya penyakit dan masalah kesehatan.Kegiatan tersebut bisa berupa
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, menjaga kebugaran tubuh,
mengatur menu seimbang termasuk didalamnya kegiatan rekreasi dan
pembinaan mental spiritual.
Kegiatan preventif dapat dilaksanakan dengan cara mencegah dan
menghindari timbulnya penyakit dan masalah kesehatan lain. Kegiatan ini
berupa pemberian imunisasi, perbaikan lingkungan (hygiene dan sanitasi) baik
perorangan, perumahan, industri rumah tangga maupun industri perusahaan.
Kegiatan preventif yang dilakukan untuk ,menghindari terjadinya kecelakaan
lalu lintas, juga kereta api, dan keselamatan kerja terhadap seluruh pekerja
termasuk pekerja perusahaan. Pada tingkat perusahaan dan departemen
dampak lingkungan dengan kegiatan analisa dampak lingkungan (AMDAL).

2.2.3 MDGs pada tahun 2015


Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia seperti termaktub dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu memajukan kesejahteraan
umum. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut diselenggarakan
pembangunan nasional secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah dan
berkesinambungan. Untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional tersebut
dibutuhkan antara lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh, madiri
serta berkualitas. Data UNDP tahun 1997 mencatat bahwa Indeks
Pembangunan Manusia di Indonesia masih menempati urutan ke 106 dari 176
negara (Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010).
Tingkat pendidikan, pendapatan serta kesehatan penduduk Indonesia
memang belum memuaskan. Menyadari bahwa tercapainya tujuan
pembangunan nasional merupakan kehandak dari seluruh rakyat Indoneisa,
dan dalam rangka menghadapi makin ketatnya persaingan bebas pada era
globalisasi, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan.

14
Dalam hal ini peranan keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
menentukan. Penduduk yang sehat bukan saja akan menunjang keberhasilan
program pendidikan, tetapi juga mendorong peningkatan produktivitas dan
pendapatan penduduk. Dari kesemuanya itu, menunjukkan bahwa
pembangunan nasional yang optimal dapat tercapai apabila pembangunan
kesehatan masyarakat dapat terwujud.Keterkaitan keduanya sangat jelas
dalam implementasi pelaksnaan pembangunan nasional.
Pembangunan tidak mungkin terselenggara dengan baik tanpa
tersedianya salah satu modal dasar, yaitu kesehatan masyarakatnya.Kesehatan
masyarakat harus menjadi acuan dalam pembangunan baik sebelum berjalan
maupun sedang berjalan.Derajat kesehatan berhubungan erat dengan
pembangunan ekonomi sosial dan lingkungannya. Pada kondisi krisis moneter
pada saat ini, akan berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat, hal ini
dapat menghambat pembangunan. Dari uraian di atas, salah satu permasalahan
yang dapat menghambat pembangunan nasional adalah masalah kesehatan
yang bertalian dengan kondisi masyarakat pada saat ini (kondisi krisis
ekonomi).
Rencana Strategik Instansi Dinas Kesehatan yang mendukung MDGS
yang bertujuan untuk mencapai program dengan pelaksanaan visi dan misi
kesehatan. Tujuan umum adalah terselenggaranya Pembangunan Kesehatan
secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat
kesehatan masyarakat minimal sesuai standar pencapaian MDGs. Dan tujuan
khususnya adalah tersedianya SDM yang berkualitas dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, terlaksananya pelayanan kesehatan UKM dan UKP
yang berkualitas, terwujudnya net-working dan kolaborasi antara elemen
pelaku kesehatan dan sektor kesehatan dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, terselenggaranya fungsi perijinan sarana dan tenaga kesehatan,
terselenggaranya pengawasan terhadap institusi pelayanan kesehatan, dan
terselenggaranya jaminan kesehatan daerah.

15
Program dan Kegiatan yang dilakukan guna mencapai standar MDGs
adalah dengan Program pelayanan administrasi perkantoran yang terdiri dari
pelayanan administrasi perkantoran, Program pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan yang terdiri dari pengendalian penyakit menular dan
tidak menular dan pengawasan dan pembinaan kesehatan lingkungan,
Program pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang terdiri dari
pengelolaan pengembangan promosi dan pemberdayaan masyarakat bidang
Kesehatan, Program upaya pelayanan Kesehatan yang terdiri dari peningkatan
mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, pelayanan kesehatan keluarga
dan reproduksi, serta penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat dan PMT-
AS.
Program pengembangan Puskesmas dan Rumah Sakit yang terdiri dari
pengelolaan obat dan reagent, pengelolaan perbekalan kesehatan, pengelolaan
managemen sistem informasi, penelitian dan pengembangan kesehatan,
pengelolaan operasional Puskesmas. Program regulasi dan pengembangan
sumber daya kesehatan yang terdiri dari bimbingan dan pelaksanaan regulasi
bidang kesehatan dan pengelolaan Sumber daya manusia dan institusi
pelayanan kesehatan, program pengembangan Jaminan kesehatan,
peningkatan Jaminan Kesehatan masyarakat, perorangan dan kelompok.

2.2.4 Mendayagunakan Lembaga Sosial Masyarakat di Bidang Kesehatan


Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) merupakan kunci kesehatan bagi
semua. Sebelum adanya deklarasi Alma Ata di cetuskan di Rusia tahun 1978,
Indonesia sebenarnya sudah melaksanakan upaya PKD yaitu melalui
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Hal tersebut
disampaikan oleh Mantan Menkes RI Dr.dr. Siti Fadilah Sp.JP(K) dalam
sambutanya pada acara pembukaan konferensi regional tentang Revitalisasi
PKD tingkat Asia Tenggara di Jakarta, Rabu(6/8). Program PKMD sendiri,
kata Menkes, merupakan kerjasama lintas sektor yang melibatkan Departemen

16
Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan, Pemerintah
Daerah, dll. Menurut Menkes, berkaitan dengan Deklarasi Alma Ata
Indonesia telah membuat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang telah
dikenal baik di dunia Internasional. Posyandu memberdayakan 4 prinsip PKD
yaitu partisipasi masyarakat, kaloborasi multisektor, penggunaan teknologi
yang tepat serta cakupan yang luas.Rata-rata tiap desa di Indonesia memiliki 5
Posyandu termasuk dipelosok daerah.Menkes menambahkan, sampai tahun
1998 Posyandu telah berkontribusi secara siknifikan dalam peningkatan akses
dan cakupan pelayanan kesehatan. Proses desentralisasi pada tahun 2000 telah
menempatkan suatu tantangan tersendiri dalam PKD di Indonesia dan
revalitasi Posyandu dilakukan tahun 2001.
Disamping Posyandu, Departemen Kesehatan RI, pada tahun 2005
juga telah meluncurkan program pemberdayaan masyarakat yang terkenal
dengan Desa Siaga. Desa Siaga adalah desa yang siaga atas berbagai masalah
kesehatan termasuk wabah penyakit di suatu desa dan wilayah terpencil
lainya. Selain pemberdayaan Posyandu dan Desa Siaga, untuk meningkatkan
pemerataan dalam pelayanan kesehatan, pemerintah Indonesia juga telah
mengimplementasikan Sistem Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas),
yang memungkinkan masyarakat miskin mendapatkan akses gratis ke
pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan swasta tertentu.

2.3 Peran Tenaga Kesehatan atau Medis


Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati
antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah
hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik
yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masayarakat secara cukup bermakna, walaupun

17
masih dijumpai berbagai masalah san hambatan yang akan mempengaruhi
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya
reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi ketimpangan hasil pembangunan
kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang masih
tertinggal dibandingkan dengan engara-negara tetangga dan kurangnya
kemandirian dalam pembangunan kesehatan.
Reformasi dibidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena
yang berpengauh terhadapa pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada
dinamika kependudukan.Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi
kedokteran.Ketiga, Tantangan global sebagai akibatdari kebijakan perdagangan
bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan
lingkungan.Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju
IPTEK dengan informasi tentang determinan penyebab penyakit telah
menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang lama yang
mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif.
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan
upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat
proaktif.Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam
jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam
menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang
kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari
polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman
yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya
kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat
Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk
memlihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit,

18
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat.
Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan. Untuk mencapai taraf
kesehatan bagi semua, maka paling sedikit yang harus tercakup dalam
pelayanan kesehatan dasar adalah :
1. Pendidikan tentang masalah kesehatan umum, cara pencegahan dan
pemberantasannya
2. Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi
3. Penyediaan air minum dan sanitasi dasar
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pengobatan dan pengadaan obat
Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk
mencapai derajat kesehtaan yang layak bagi semua, maka perencanaan,
pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak diperukan
disamping harus berdasarkan perikemanusiaan, kesehatan sebagai hak asasi,
pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, pengutamaan upaya kesehatan
promotif dan upaya kesehatan preventif, pelayanan kesehatan perorangan
yang sesuai kebutuhan, dan dukungan sumber daya kesehatan.
Peran tenaga kesehatan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan.Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari
sumber daya manusia yang sangat penting perannya dalam pembangunan
kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN).Pembangunan kesehatan
dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi
pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.
Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan
dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga

19
dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan.
Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal
terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan.
Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini
diperlukan parar tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-
cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit.Program preventif
ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan
kesehatan.Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian
memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan
penyakit.Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif
kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan
kemampuannya dibidang tersebut.
Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat Dalam Merubah Perilaku
Masyarakat Menuju Hidup Bersih Dan Sehat. Program promosi perilaku
hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan
pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui
pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai
dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan masyarakat setempat
dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk,
1997; UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh
individu dan kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap
kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu
melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat
dan benar yang sekarang disebut dengan promosi kesehatan.Tenaga kesehatan
masyarakat diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS
sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup
berdasarkan PHBS.Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal

20
yang cukup untuk dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada
masyarakat dimana mereka bekerja.
Dalam mewujudkan PHBS secara terencana, tepat berdasarkan situasi
daerah maka diperlukan pemahaman dan tahapan sebagai berikut :

1. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku


Program promosi Hygiene Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS),
yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare
melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas.
Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan
masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk
masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau
bekerjasama dengan pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan
sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat
sarana lokal seperti poster, leaflet.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini
akan dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan
terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap
perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari
lingkungan yang terkontaminasi.
3. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk
memotivikasi orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk
memilih beberapa perubaha perilaku yang diharapkan dapat diterapkan,
mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai
perilaku tersebut melalui diskusi terfokus, wawancara dan melalui uji
coba perilaku, membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau
melakukan perubahan perilaku, menciptakan sebuah pesan sederhana,
positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran, dan
merancang paket komunikasi.

21
Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus
lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik,
lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga
tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku
hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene
perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan
perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah
serta limbah.Lingkungan biologi adalah flora dan fauna.Lingkungan sosial-
budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang
berhubungan dengan PHBS.
Perubahan terhadap lingkungan memerlukan intervensi dari tenaga
kesehatan terutama Tenaga Kesehatan Masyarakat yang mempunyai
kompetensi sehingga terciptanya lingkungan yang kondusif dalam Program
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diharapkan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan menuju
masyarakat sejahtera

2.3.1 Penyuluhan Kesehatan


Kesadaran masyarakat akan masalah kesehatan masih sangat rendah.
Baik kesehatan diri sendiri, keluarga, maupun kesehatan lingkungan.Untuk
itu, perlu dilakukan penyuluhan kesehatan yang bisa memberikan penjelasan
kepada masyarakat mengenai pentingnya kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara

22
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar penyuluhan kesehatan
dapat mencapai sasaran yaitu Tingkat Pendidikan, Tingkat Sosial Ekonomi,
Adat Istiadat, Kepercayaan Masyarakat, Ketersediaan Waktu di Masyarakat.
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
antara lain Metode Ceramah, Metode Diskusi Kelompok, Metode Curah
Pendapat, Metode Panel, Metode Bermain peran, Metode Demonstrasi,
Metode Simposium, Metode Seminar.
Penyuluhan kesehatan yang bertujuan mengubah perilaku hidup sehat
masyarakat tidak mudah dilakukan. Mengubah perilaku memerlukan
kesadaran, dan memerlukan proses panjang. Oleh karena itu, tenaga kesehatan
di lapangan tidak boleh bosan apalagi putus asa melakukan penyuluhan
kesehatan. Dampaknya akan menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat,
sehingga mereka akan berperan-serta dalam proses pembangunan kesehatan.

2.3.2 Pencegahan terhadap Penyakit


Di Indonesia terdapat banyak variasi jenis penyakit yang tentunya
mempunyai cara-cara pencegahan yang berbeda-beda.Sebagai Negara yang
berada di daerah tropis membuat masyarakat Indonesia kemungkinan besar
mempunyai penyakit.Pemerintah telah berupaya dalam setiap program
kerjanya di bidang kesehatan untuk selalu melangkah lebih dahulu untuk
melakukan pencegahan wabah penyakit.
Kondisi negara yang mengalami keterpurukan ekonomi memberi
dampak bagi kalngsungan kesehatan masyarakat yang menurunkan
produktivitas kerja sehingga pada akhirnya menyebabkan terhambatnya
pembangunan nasional. Hal ini jugaditambah lagi dengan rendahnya
anggaran yang diterima pada bidang kesehatan sebesar 2,6% dari APBN yang

23
seharusnya minimal 6 %, membuat tingkatkesehatan semakin terpuruk. Ini
ditandai dengan meningkatnya penderita gizi buruk dikalangan golongan
rentan.
Keterbatasan anggaran tersebut menyebabkan keterbatasan
pelaksanaan rogram kesehatan bagi seluruh masyarakat.Program yang paling
mendesak dan dianggap tepat sasaran adalah pelaksanaan program
JPSBK.Program ini bertujuan mengatasidampak krisis ekonomi terhadap
kesehatan dan gizi.Sasarannya keluarga miskin yaitu keluarga Pra Sejahtera
dan Keluarga Sejahtera I, dengan alasan ekonomi serta keluarga miskin yang
ditetapkan Tim desa.
Kegiatan JPSBK dibagi menjadi dua kelompok. Pelayanan kesehatan
langsung berupa pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya,
perbaikan gizi, pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
(P2M) dan kesehatan lingkungan, pelayanan kebidanan oleh bidan di desa
serta pelayanan kesehatan rujukan di rumahsakit kabupaten/kodya. Selain itu
ada kegiatan penunjang yang antara lain Pemantapan Sistem Kewaspadaan
Pangan dan Gizi(SKPG), revitalisasi posyandu, Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyrakat (JPKM), pelatihan tenaga kesehatan dan pemantauan
program.
Tahun anggaran 1999/2000, seluruh kegiatan program JPSBK dibiayai
dari pinjaman Bank Pembangunan Asia (ADB) melalui Project Loan Health
Nutrition Sector Development Program sebesar 819,5 Milyard. Pelayanan
bagi masyarakatmiskinterus dilanjutkan, karenanya perlu disediakan dana
APBN, walau program JPSBK telah berakhir. Sejauh ini keluarga miskin
yang mendapatkan pelayanan kesehatan puskesmas sebanyak 6,4 juta,
sedangkan ibu hamil yang mendapat pelayanan kebidanan 296.979 orang,
ibu nifas yang mendapatkan pelayanan kesehatan371.407 orang, ibu
hamil/nifas kekurangan energi kronis yang mendapatkan pemberian makanan
tambahan berjumlah 382.632 orang, bayi usia 6-11 bulan yang mendapat

24
PMT 400.044 anak serta anak usia 12-23 bulan yang mendapat
PMT1.008.812 anak (Kompas).
Program JPSBK sangat berguna bagi kelanjutan pembangunan
nasional, karena program ini memiliki sasaran untuk semua rakyat agar dapat
hidup lebih sehata. Berdasarkan penelitian lima perguruan tinggi, program
JPSBK telah mencapai hasilsebagaiman diharapkan, meski masih perlu
perbaikan. Ketepatan sasaran JPSBKcukup tinggi yaitu 91-97% (Medika).
Masalah gizi merupakan masalah yang kompleks yang juga
berdampak terhadap pelaksanaan pembangunan nasional. Secara
mikro, kekurangan gizi dapat disebabkan oleh tidak tersedianya atau
berkurangnya persediaan pangan di tingkat rumah tangga, kurangnya
pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam pemeliharaan gizi, keadaan
kesehatan terutama penyakit infeksi yang mempengaruhi penggunaan zat gizi
oleh tubuh. Secara makro masalah gizi dipengaruhi factor penurunan daya
beli, kegagalan panen, kesulitan distribusi, akses pelayanan kesehatan dan
faktor sosial budaya.

2.3.3 Pengobatan
Pengobatan merupakan tahapan lanjutan dari program pencegahan
yang dilakukan di bidang kesehatan. Penanganan kekurangan gizi
memerlukan pendekatan secara menyeluruh dalam bentuk program yang
melibatkan berbagai sektor terkait. Perhatian perlu dititikberatkan pada setiap
jalur pangan, mulai dari produksi, distribusi, konsumsi sampai masalah
pelayanan gizi dan kesehatan. Depkes telah melakukan revitalisasi SKPG dan
mencanangkan Gerakan Penanggulangan Masalah Pangan dan Gizi, untuk
memobilisasi seluruh potensi yang ada di masyarakat dan sektor terkait,
untuk memenuhi kecukupan pangan di tingkat keluarga, melacak setiap kasus
gizi buruk serta mencegah dan menanggulangi masalah gizi kurang.

25
Penanggulangan masalah gizi kurang juga dilakukan di tempat
pengungsian akibat bencana dan kerusuhan massa terutama pada
kelompok rentan, dalam bentuBlendeed food, susu, beras serta lauk
pauk. Kesemuanya itu dalam rangka pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan agar dapat kembali hidup normal dan dapat melaksanakan
aktivitasnya untuk membangun bangsa.
Salah satu yang juga termasuk bagian program JPSBK yaitu
pemberian kartu sehat kepada kelompok masyarakat miskin yang pada
kenyataannya tidak semua mendapatkannya yang diakibatkan keterbatasan
dana maupun kesalahan pemilihan keluarga miskin. Tetapi program ini
sangat berguna bagi masyarakat yang membutuhkan dan tidak mampu
dalam membayar pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Kartu sehat yang diberikan kepada keluarga miskin dipergunakan
sesuai dengan keadaan/kondisi mereka, sehingga kesehatan masyarakat
golongan tersebut dapat dipertahankan dan dipelihara.Pemakaian kartu sehat
dapat terus dilanjutkan, tetapi pemakiannya diharapkan tidak menimbulkan
ketergantungan. Program yangtidak kalah pentingnya dalam mengatasi
masalah kesehatan yaituyang berkaitan dengan lingkungan. Kesehatan
lingkungan sangat penting, karena lingkungan yang sehat maka keadaan
masyarakatnya pun akan sehat. Karena lingkungan merupakan akar dari
masalah kesehatan, maka pelayanan kesehatan primer harus menyangkut
kesehatan lingkungan, seperti kualitas makanan, kualitas air dan udara serta
bebas dari ancaman penyakit menular. Posyandu sangat tepat untuk
memberikan pelayanan kesehatan di desa maupun di kota. Mengingat dimensi
variabilitas antar wilayah sangat tinggi, maka muatan kesehatan lingkungan
melalui posyandu dalam rangka pemenuhan kesehatan dasar perlu dilakukan
pembedaan substansi muatan kesehatan lingkungan yang berbasis pada
problematika local (spesial). Ini dilakukan khususnya bagi kelompok rentan
(bayi, anak, remaja, ibu hamil) sehingga tepat sasaran.

26
Dasar pendekatan spesial dengan cara membangun informasi
kesehatan lingkungan.Selain itu regionalisasi sumber informasi kesehatan
masyarakat yang berbasis kewilayahan dengan acuan ekosistem dan topografi
serta tata ruang.Sistem informasi sebagai basis pembangunan kesehatan
masyarakat harus diintegrasikan dengan sistem kesehatan lingkungan berbasil
spasial.Oleh sebab itu dalam penyelesaian masalah perlu adanya usaha-usaha
yang terintegrasi dengan perekonomian.
Masyarakat agar mampu memberikan sumbangau bagi peningkatan
perekonomian nasional, maka diperlukan program pelayanan kesehatan
primer khususnya bagi kelompok yang rentan seperti balita, remaja ataupun
perempuan produktif, terutama pada lingkungan kumuh dan lingkungan kerja
informal.
Hal lain yang perlu dilakukan program pengendalian pencemaran
berbasis kesehatan untuk menurunkan pencemaran lingkungan hingga
mencapai baku mutu lingkungan yang telah ditetapkan, serta pengembangan
metode analisis damapak kesehatanlingkungan yang merupakan bagian
integral dari kegiatan Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
Demikian pula sistem pemantauanatau sistem informasi kesehatan lingkungan
akibat kegiatan proyek yang memiliki dampak penting khususnya terhadap
masyarakat.

2.3.4 Rehabilitasi
Rehabilitasi atau pemulihan di dalam bidang perubatan merujuk
kepada satu proses berterusan untuk mengembalikan keupayaan seseorang
pesakit dengan mengurangkan ketidakupayaan fizikal (dan mental) akibat dari
sesuatu penyakit, kecederaan ataupun peristiwa yang berlaku.Perubatan
rehabilitasi merupakan antara pengkhususan yang baru di dalam dunia
perubatan yang mana di negara membangun seperti United Kingdom
sekalipun, ia wujud hanya sekitar 30 tahun yang lepas. Antara pakar perubatan

27
awal yang mengkhususkan diri di dalam bidang ini adalah pakar runding
reumatologi yang berhadapan dengan penyakit-penyakit yang menyerang
sendi-sendi secara kronik dan periodik.
Kini, rehabilitasi telah berkembang luas.Terdapat pelbagai jenis
pengkhususan dalaman termasuklah pemulihan saraf dan saraf tunjang,
pemulihan jantung, pemulihan paru-paru dan pemulihan selepas amputasi
(kehilangan anggota badan).Rehabilitasi juga dikaitkan dengan pemulihan
dari ketagihan termasuk dadah, arak dan pelbagai ubat-ubatan.Ini memerlukan
kemahiran khusus terutamanya dari sudut psikologi.
Proses rehabilitasi bermula apabila doktor dapat menentukan bahawa
pesakit adalah stabil dari segi perubatan dan akan menerima manfaat dari
rehabilitasi.Kebanyakan perkhidmatan rehabilitasi memerlukan arahan dari
doktor untuk dimulakan.Perkhidmatan rehabilitasi boleh disediakan di
pelbagai tempat seperti hospital yang memberikan rawatan penyakit akut,
kemudahan pesakit luar dan di rumah, melalui bantuan agensi kesihatan
Keberkesanan proses rehabilitasi, Rehabilitasi memerlukan penyertaan
yang aktif dari penerimanya dengan bantuan jurupulih terlatih untuk
memastikan keberkesanannya. Ini termasuklah jurupulih fizikal (fisioterapi),
jurupulih cara kerja, jurupulih percakapan dan jurupulih mental
(psikologi).Doktor berfungsi untuk memastikan input dan penyelerasan proses
pemulihan serta jangka masa yang dikira optimum untuk kesinambungan dan
rawatan susulan. Ini termasuk melibatkan pakar-pakar yang diperlukan seperti
memeriksa penglihatan, pendengaran dan rawatan susulan dari kecederaan
dan masalah lain yang timbul.
Penggunaan ubat seperti Botulinum Toxin A untuk spastisiti, ubat-
ubatan penahan sakit saraf dan pelbagai lagi kaedah perawatan seperti pam
intratekal baclofen memerlukan kemahiran spesifik dan melibatkan kos yang
agak tinggi. Adalah menjadi tanggungjawab pakar runding rehabilitiasi untuk
memastikan pesakit yang sesuai dan layak sahaja mendapat rawatan

28
tersebut.Di samping itu, jururawat dan pegawai kebajikan terlatih merupakan
dua lagi individu penting di dalam kejayaan proses rehabilitasi. Di peringkat
hospital, tanggungjawab dan peranan yang dimainkan oleh jururawat
memastikan kesihatan pesakit terjaga di samping membantu aktiviti seharian
mereka.Tugas menjaga pesakit boleh dikongsi bersama penjaga untuk
memastikan mereka dapat menjaga pesakit dengan baik apabila keluar dari
hospital kelak.Penjagaan yang baik dapat menghindari pelbagai komplikasi
yang boleh membahayakan pesakit, contohnya ulser dekubitus.
Pesakit yang lumpuh bahagian bawah badan akibat kecederaan saraf
tunjang mempunyai risiko yang besar untuk menghadapinya jika proses
menghindarinya tidak berlaku. Antaranya, membalikkan pesakit setiap dua
jam sekali. Manakala di peringkat komuniti, jururawat juga diperlukan dan
berperanan membantu penjagaan pesakit dari semasa ke semasa.Tugas
pegawai kebajikan terlatih pula adalah memastikan pesakit yang dikira
sebagai golongan orang kurang upaya (OKU) ini mendapat sokongan,
maklumat dan bantuan yang mencukupi dalam konteks kebajikan.
Proses penyesuaian di dalam dan luar rumah, bahu jalan yang mudah
dilalui dengan kerusi roda, sistem dan kemudahan pengangkutan yang
disesuaikan untuk OKU merupakan sebahagian tanda keprihatinan kita untuk
membantu golongan berkenaan.
Sokongan keluarga dan masyarakat, pemulihan juga memerlukan
sokongan dari pihak keluarga dan anggota masyarakat untuk memastikan
pencapaian yang maksimum. Sokongan moral dari ahli keluarga dan
masyarakat, khususnya mereka yang mempunyai pengalaman hidup dan
masalah yang sama memberi dorongan kepada individu yang kurang upaya
untuk berfungsi dengan lebih baik sebagai ahli masyarakat.Sasaran utama
proses rehabilitasi adalah untuk menghasilkan individu yang paling minimum
tahap kebergantungannya terhadap individu lain dengan penggunaan alat-alat

29
bantuan pemulihan (ortosis) dan pelbagai kaedah serta peralatan yang
disesuaikan mengikut ketidakmampuan seseorang itu.
Di dalam proses rehabilitasi akut dan pertengahan, biasanya pasukan
rehabilitasi akan berbincang dan meletakkan sasaran yang dirasakan boleh
dicapai oleh pesakit selepas memeriksa mereka dan berusaha untuk mencapai
sasaran tersebut. Proses pemulihan, contohnya yang melibatkan kecederaan
otak mengambil masa untuk pulih ke fungsi maksimum yang boleh dicapai
oleh seseorang pesakit. Ini dapat dilihat dalam dua tahun pertama dari masa
kecederaan.Maka, amatlah wajar memberi peluang kepada setiap pesakit
untuk terus berusaha mencapai yang terbaik.
Rehabilitasi dengan kata lain dibentuk untuk membantu mereka
kembali hidup berdikari dan berfungsi sebaik mungkin sebagai ahli
masyarakat tanpa prejudis.Rehabilitasi dalam kebanyakan kes tidak akan
menghapuskan seratus peratus kesan dari serangan ke atas otak itu.
Matlamatnya adalah untuk membina kekuatan, kebolehan dan keyakinan diri
pesakit agar mereka mampu meneruskan aktiviti harian dengan suasana yang
paling selesa walaupun pada hakikatnya mereka bukan lagi sama dari segi
fizikal dan mentalnya berbanding dengan sebelumnya. Di sinilah pentingnya
peranan jurupulih psikologi dalam mengenalpasti sebarang masalah termasuk
kemurungan yang dihadapi oleh pesakit dalam menerima hakikat kecacatan
seumur hidup yang telah mereka alami.Penerapan unsur-unsur kerohanian
diharapkan juga dapat memberi semangat kepada mereka dalam menghadapi
ketentuan itu.Rehabilitasi bersumber daya masyarakat adalah bertujuan
melatih ahli keluarga dan mereka yang akan terlibat di dalam proses menjaga
pesakit agar mampu menghadapi sebarang perubahan dan cabaran, setidak
tidaknya bersikap adil kepada pesakit.

30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesehatan masyarakat harus menjadi acuan dalam pembangunan baik
sebelum berjalan maupun sedang berjalan. Derajat kesehatan berhubungan
erat dengan pembangunan ekonomi sosial dan lingkungannya. Pada kondisi
krisis moneter pada saat ini, akan berpengaruh terhadap status kesehatan
masyarakat, hal ini dapat menghambat pembangunan.
Berdasarkan uraian bahasan “Pengaruh Reformasi Kebijakan
Pelayanan Kesehatan melalui SOP terhadap Tingkat Kesehatan di Indonesia”
dapat disimpulkan bahwa :
1. Peranan pemerintah terhadap pelaksanaan program kesehatan untuk
menaikkan tingkat kesehatan di Indonesia sudah baik dan sebagian
program kerja yang masih berlangsung mempunyai perkembangan
yang cukup baik.
2. Pemerintah bertindak agresif untuk selalu memperbaiki sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia melalui pengesahan SOP berkala
sesuai dengan fungsinya.

4.2 Saran
Bertolak dari peranan pemerintah yang begitu banyak memberikan
perhatiaan dalam pelaksanaan program kesehatan untuk peningkatan
kesehatan di Indonesia, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya program-program kerja di bidang kesehatan dikelola,
diimplementasi, dan dievaluasi sesuai dengan tujuan dan fungsinya.
2. Peran tenaga medis yang professional hendaknya mendapatkan bekal yang
cukup sehingga dapat menjadi tenaga media yang handal dan professional
dalam mengemban tugasnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

[1]Thomas R. Dye, Understanding Public Policy, Englewood Cliffs, Prentice Hall,


Inc., 1978, hal.3.
[2]James E. Anderson, Public Policy Making, New York: Holt, Rinehart and
Winston, 1979, hal.3
[3]lrfan Islamy, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta, Bumi
Aksara, 1997
[4]Redaksi, ”Proses Politik dalam Kebijakan Publik”,www.simpuldemokrasi.com,
diunduh pada tanggal 29 November 2010 pukul 15.45
[5]William N Dunn, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, 1999, hal. 44
[6]Budi Winarno, Kebijakan publik: teori dan proses, Yogyakarta, Media Pressindo,
2008, hal. 155
[7]"Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan & Undang-undang No.29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran", VisiMedia
[8] Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan", EGC
[9]Suprihatin Guhardja, BPK Gunung Mulia, PT., Institut Pertanian Bogor. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi, "Pengembangan sumber daya keluarga: bahan
pengajaran", BPK Gunung Mulia, 1993
[10] Pengantar Kesehatan Lingkunagan", EGC
[11] “Pengantar Kesehatan”, EGC
[12]Siti Nafsiah, "Prof. Hembing pemenang the Star of Asia Award: pertama di Asia
ketiga di dunia", Gema Insani, 2000
[13]Siti Nafsiah, "Prof. Hembing pemenang the Star of Asia Award: pertama di Asia
ketiga di dunia", Gema Insani, 2000
[14]George Pickett & John J. Hanlon, "Kesehatan Masyararat Administrasi dan
praktik", EGC
[15]Sulastomo, "Manajemen kesehatan", Gramedia Pustaka Utama, 2000

32
[16]"Undang-undang No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan & Undang-undang
No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran", VisiMedia
[17]Dr. Armand V. Feigenbaum
[18]The conformance of requirements-Philip B. Crosby, 1979
[19]Philip Kotler
[20]Soekidjo Notoatmojo, Prof, Dr. (2007), Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni,
Rineka Cipta, Jakarta.

33
DAFTAR ISI
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................................................3
1.3 Pembatasan Masalah.......................................................................................3
1.4 Perumusan Masalah.........................................................................................3
1.5 Tujuan Penulisan..............................................................................................4
1.6 Metode Penulisan.............................................................................................4
BAB III..........................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
2.1 Perkembangan Kesehatan...............................................................................5
2.1.1 Perkembangan Kesehatan di Indonesia...................................................7
2.2 Program Pemerintah di Bidang Kesehatan...................................................11
2.2.1 Indonesia Sehat 2010................................................................................12
2.2.2 Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan.......................................13
2.2.3 MDGs pada tahun 2015.............................................................................14
2.2.4 Mendayagunakan Lembaga Sosial Masyarakat di Bidang Kesehatan......16
2.3 Peran Tenaga Kesehatan atau Medis............................................................17
2.3.1 Penyuluhan Kesehatan............................................................................22
2.3.2 Pencegahan terhadap Penyakit................................................................23
2.3.3 Pengobatan..............................................................................................25
2.3.4 Rehabilitasi.............................................................................................27
BAB IV........................................................................................................................31
PENUTUP...................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................32

34

Anda mungkin juga menyukai