Anda di halaman 1dari 8

ENCEPHALITIS

Dosen pengampu: NS., Sri Mulyani., S. Kep., M. Kep

Disusun Oleh :
Dewi Sumbang Rorosati (2019200026)

PRODI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH DI WONOSOBO
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. ANATOMI FISIOLOGI
B. DEFINISI
Encephalitis menurut mansjoer dkk (2000) adalah radang jaringan
otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan protozoa.
Sedangkan menurut Soedarmo dkk (2008) encephalitis adalah penyakit
yang menyerang susunan saraf pusat dimedula spinalis dan meningen yang
disebabkan oleh japanese encephalitis virus yang ditularkan oleh nyamuk.
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Muttaqin
Arif,2008).
Encephalitis menurut Sibuea dkk (2009) adalah infeksi jaringan
otak yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non purulent.
C. ETIOLOGI
a. Mikroorganisme : bakteri, protozoa, cacing, jamur, spirokaeta dan
virus.
Macam-macam Enchepalitis virus menurut Robin :
1. Infeksi virus yang bersifat endemik :
 Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus coxsackie, virus
ECHO.
 Golongan virus ARBO : Western Equire enchepalitis, St.
Louis encephalitis, Eastern Equire enchepalitis, Japanes B.
Encephalitis, Murray valley encephalitis.
2. Infeksi virus yang bersifat sporadic : rabies, herpes simplek,
herpes zoster, limfogranuloma, mumps, limphotic,
choriomeningitis dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh
virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca infeksio, pasca mononucleosis, infeksius,
dan jenis-jenis yang mengikuti infeksi traktus respiratorius
yang tidak spesifik.
b. Reaksi toxin seperti pada thypoid fever, campak, chicken pox.
c. Keracunan : arsnik, CO.

D. Manifestasi klinis
1. Demam.
2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan.
3. Pusing.
4. Muntah.
5. Nyeri tenggorokan dan ekstrmitas.
6. Malaise.
7. Pucat.
8. Halusinasi.
9. Kejang.
10. Gelisah.
11. Gangguan kesadaran.
E. Patofisiologi
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran pernapasan dan
saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar
keseluruh tubuh dengan secara lokal. Aliran virus sebatas menginfeksi
selaput lendir permukaan atau organ tertentu, penyebaran hematogen
primer : virus masuk kedala darah, kemudian menyebar ke organ dan
berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui
sistem persarafan (Muttaqin, 2008).
Setelah terjadi penyebaran ke otak timbul manifestasi klinis
encephalitis. Masa Prodromal berlangsung selama 1-4 hari ditandai
dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorok, malaise,
nyeri ekstremitas dan pucat.

F. Pathway Faktor-faktor predisposisi pernah mengalami


campak, cacar air, herpes, dan bronchopneumonia

Virus/bakteri masuk jaringan otak secara


lokal, hematogen dan melalui saraf-saraf
Resiko Infeksi

Infeksi menyebar melalui darah Infeksi menyebar melalui saraf

Peradangan di otak

Peningkatan TIK

Ensephalitis

Pembentukan Reaksi kuman Iritasi korteks Kerusakan Kerusakan


transudat dan patogen serebral area fokal saraf V saraf IX
eksudat

Kesulitan Kesulitan
Edema serebral Peningkatan
mengunyah makan
suhu tubuh
Kejang Nyeri
Risiko kepala
ketidakefektifan Hipertermi
Ketidakseimbangan
perfusi jaringan otak
Nyeri nutrisi kurang dari
Resiko cidera akut kebutuhan tubuh

Penurunan
Gangguan persepsi sensori visual
kesadaran

G.

G. Komplikasi

H. Tes Diagnostik
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel
dengan dominasi sel limfosit. Protein agak menngkat sedangkan
glukosa dalam batas normal.
2. Pemeriksaan EEG
Memperlihatkan proses inflamasi difuse “bilateral” dengan aktivitas
rendah.
3. Thorax photo.
4. Darah tepi : leukosit meningkat.
5. CT Scan untuk melihat otak.
6. Pemeriksaan virus.

I. Penatalaksanaan Medis
1. Isolasi bertujuan mengurangi stimulus/ rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
2. Terapi antibiotik, sesuai hasil kultur.
3. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir
secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan mordibitas HSC
encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis
30mg/kgBB perhari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk
mencegah kekambuhan.
4. Mempertahankan hidrasi, monitor belence cairan, jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan pasien.
5. Mengontrol kejang obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan adalah valium dan atau
luminal. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
Bila 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5
mg/kgBB/24 jam.
6. Mempertahankan ventilasi; bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-31/menit).
7. Penatalaksanaan syokseptik.
8. Untuk mengatasi hiperpireksia, dapat diberikan kompres pada
permukaan tubuh atau dapat juga diberikan antipiretikum seperti
asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian
obat peroral.

H. Pengkajian
1. Identitas : encephalitis dapat terjadi pada semua kelompok
umur.
2. Keluhan umum berupa panas badan meningkat, kejang, dan
kesadaran menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang : mula-mula anak rewel, gelisah,
muntah, panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit
kepala.
4. Riwayat penyakit dahulu : klien sebelumnya menderita batuk,
pilek kurang lebih 1-4 hari,sakit kepala.
5. Riwayat penyakit keuarga : keluarga ada yang menderita
penyakit yang disebabkan oleh virus, contoh : Staphylococcus
aureus, Stertococcus e. Coli, dan lain-lain.
6. Imunisasi : kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena
encephalitis dapat terjadi pada post imunisasi pertusis.
7. Pengkajian Fisik
 Keadaan umum pasien
 Kesadaran
 Pemeriksaan TTV
8. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan radiologic
I. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertemi b.d reaksi imflamasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
c. Nyeri akut b.d adanya proses infeksi, inflamasi, toksin dalam
sirkulasi.
d. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromoskuler,
penurunan kekuatan/ketahanan.
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
f. Resiko cedera.
g. Ketidakmampuan koping keluarga b.d prognosis penyakit,
perubahan psikososial, perubahan persepsikognitif, perubahan
aktual dalam sturktur dan fungsi ketidakberdayaan.
h. Distrees spiritual b.d ketidakmampuan berinteraksi sosial,
perubahan hidup, sakit kronis.
i. Resiko infeksi.
j. Defisit perawatan diri b.d kerusakan sensorik motorik
(kerusakan susunan saraf pusat), pergerakan terganggu.
J. Rencana Tindakan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


 Tentukan status gizi pasien dan kemampuan untuk memnuhi
kebutuhan gizi.
 Identifikasi alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki
pasien.
 Tentukan apa yang menjadi preferansi makanan bagi pasien.
 Atur diet yang diperlukan
 Monitor kalori dan asupan makanan
 Berikan arahan, bila diperlukan
 Beri obat-obatan sebelum makan jika diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, M Joanne., Waghner, Cheryl K., Butcher, Howard K., Bulechek,


Gloria M. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis:
Mosby.

NANDA. (2018). Diagnosa Keperwatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Philadelphia: NANDA International

Kusuma, Hardi., Nurarif, Amin Huda. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid I.
Jogjakarta. Mediaction publishing Jogjakarta

Anda mungkin juga menyukai