Disusun Oleh :
Dewi Sumbang Rorosati (2019200026)
D. Manifestasi klinis
1. Demam.
2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan.
3. Pusing.
4. Muntah.
5. Nyeri tenggorokan dan ekstrmitas.
6. Malaise.
7. Pucat.
8. Halusinasi.
9. Kejang.
10. Gelisah.
11. Gangguan kesadaran.
E. Patofisiologi
Virus masuk tubuh klien melalui kulit, saluran pernapasan dan
saluran cerna. Setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan menyebar
keseluruh tubuh dengan secara lokal. Aliran virus sebatas menginfeksi
selaput lendir permukaan atau organ tertentu, penyebaran hematogen
primer : virus masuk kedala darah, kemudian menyebar ke organ dan
berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui
sistem persarafan (Muttaqin, 2008).
Setelah terjadi penyebaran ke otak timbul manifestasi klinis
encephalitis. Masa Prodromal berlangsung selama 1-4 hari ditandai
dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorok, malaise,
nyeri ekstremitas dan pucat.
Peradangan di otak
Peningkatan TIK
Ensephalitis
Kesulitan Kesulitan
Edema serebral Peningkatan
mengunyah makan
suhu tubuh
Kejang Nyeri
Risiko kepala
ketidakefektifan Hipertermi
Ketidakseimbangan
perfusi jaringan otak
Nyeri nutrisi kurang dari
Resiko cidera akut kebutuhan tubuh
Penurunan
Gangguan persepsi sensori visual
kesadaran
G.
G. Komplikasi
H. Tes Diagnostik
1. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel
dengan dominasi sel limfosit. Protein agak menngkat sedangkan
glukosa dalam batas normal.
2. Pemeriksaan EEG
Memperlihatkan proses inflamasi difuse “bilateral” dengan aktivitas
rendah.
3. Thorax photo.
4. Darah tepi : leukosit meningkat.
5. CT Scan untuk melihat otak.
6. Pemeriksaan virus.
I. Penatalaksanaan Medis
1. Isolasi bertujuan mengurangi stimulus/ rangsangan dari luar dan
sebagai tindakan pencegahan.
2. Terapi antibiotik, sesuai hasil kultur.
3. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir
secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan mordibitas HSC
encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis
30mg/kgBB perhari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk
mencegah kekambuhan.
4. Mempertahankan hidrasi, monitor belence cairan, jenis dan jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan pasien.
5. Mengontrol kejang obat antikonvulsif diberikan segera untuk
memberantas kejang. Obat yang diberikan adalah valium dan atau
luminal. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali.
Bila 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5
mg/kgBB/24 jam.
6. Mempertahankan ventilasi; bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai
kebutuhan (2-31/menit).
7. Penatalaksanaan syokseptik.
8. Untuk mengatasi hiperpireksia, dapat diberikan kompres pada
permukaan tubuh atau dapat juga diberikan antipiretikum seperti
asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian
obat peroral.
H. Pengkajian
1. Identitas : encephalitis dapat terjadi pada semua kelompok
umur.
2. Keluhan umum berupa panas badan meningkat, kejang, dan
kesadaran menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang : mula-mula anak rewel, gelisah,
muntah, panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit
kepala.
4. Riwayat penyakit dahulu : klien sebelumnya menderita batuk,
pilek kurang lebih 1-4 hari,sakit kepala.
5. Riwayat penyakit keuarga : keluarga ada yang menderita
penyakit yang disebabkan oleh virus, contoh : Staphylococcus
aureus, Stertococcus e. Coli, dan lain-lain.
6. Imunisasi : kapan terakhir diberi imunisasi DTP, karena
encephalitis dapat terjadi pada post imunisasi pertusis.
7. Pengkajian Fisik
Keadaan umum pasien
Kesadaran
Pemeriksaan TTV
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan radiologic
I. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertemi b.d reaksi imflamasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
c. Nyeri akut b.d adanya proses infeksi, inflamasi, toksin dalam
sirkulasi.
d. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromoskuler,
penurunan kekuatan/ketahanan.
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak.
f. Resiko cedera.
g. Ketidakmampuan koping keluarga b.d prognosis penyakit,
perubahan psikososial, perubahan persepsikognitif, perubahan
aktual dalam sturktur dan fungsi ketidakberdayaan.
h. Distrees spiritual b.d ketidakmampuan berinteraksi sosial,
perubahan hidup, sakit kronis.
i. Resiko infeksi.
j. Defisit perawatan diri b.d kerusakan sensorik motorik
(kerusakan susunan saraf pusat), pergerakan terganggu.
J. Rencana Tindakan
Kusuma, Hardi., Nurarif, Amin Huda. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid I.
Jogjakarta. Mediaction publishing Jogjakarta