ENCEPHALITIS
A. PENGERTIAN
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh
bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif , 2012).
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab
tersering dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus,
dan jarang disebabkan oleh enterovarius, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis
bias juga terjadi pascainfeksi campak, influenza, varicella, dan pascavaksinasi
pertusis.
Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam
mikroorganisme. Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang
dapat mengenai selaput pembungkus otak sampai dengan medula spinalis
(Rahman M, 2013). Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang
disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang menyebabkan infliltrasi
limfositik yang kuat pada jaringa otak dan leptomeningen menyebabkan
edema serebral, degenarasi sel ganglion otak dan kehancuran sel saraf difusi
(Anania, 2012).
B. ETIOLOGI
Berbagai macam mikroorganisme dapat menyebabkan ensefalitis,
misalnya bakteri protozoa, cacing, jamur, spiroxhaeta dan virus. Penyebab
terpenting dan paling sering adalah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus
langsung ke otak atau reaksi radang akut karena infeksi sistemik atau
vaksinasi terdahulu.
Macam-macam ensefalitis virus menurut Robin :
1. Infeksi virus yang bersifat epidemic
2. Infeksi virus yang bersifat sporadic
3. Ensefalitis pasca infeksio, pasca morbili, dan pasca varisela.
C. MANIFESTASI KLINIS
Peradangan di otak
Edema serebral Beredar ke Suhu tubuh Kejang nyeri Kesulitan Sulit makan
Pembuluh meningkat Kepala menguyah
Darah
Resiko tinggi
deficit cairan,
dan hipovolemik
Kesadaran
menurun
Gangguan mobilisasi fisik
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya
ialah:
1. Infeksi virus yang bersifat endemik
a. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
b. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis,
Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.
2. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes
zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan
jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
3. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela,
pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang
mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik. (Robin cit.
Hassan, 2013).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biakan
2. Pemeriksaan serologis
3. Pemeriksaan darah
4. Punksi lumbal
5. EEG
6. CT scan
G. PENATALAKSANAAN
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap
sampai menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan
adalah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap
terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2010). Tata
laksana yang dikerjakan sebagai berikut :
1. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis
biasanya berat. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika
kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV,
dalam bentuk infus selama 3 menit.
2. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 -
1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.
3. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan
oleh anoksia serebri dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v
dibagi dalam 3 dosis.
4. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol
diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit.
Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga dengan Gliserol,
melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua
bagian sari jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6
jam untuk waktu lama.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi pada ensefalitis berupa :
1. Retardasi mental
2. Iritabel
3. Gangguan motorik
4. Epilepsi
5. Emosi tidak stabil
6. Sulit tidur
7. Halusinasi
8. Enuresis
9. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
2. Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
3. Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula anak rewel , gelisah , muntah-muntah , panas badan
meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah
menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung, telinga dan
tenggorokan.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus
contoh: Herpes dll. Bakteri contoh: Staphylococcus Aureus,
Streptococcus, E, Coli, dll.
6. Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
7. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
a. Kebiasaan
Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan
buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan
(daerah kumuh)
b. Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
c. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang
semPemenuhan Nutrisi
d. Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis
karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi
obstipasi.
e. Pola tidur dan istirahat
Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya
tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis
sampai koma.
f. Pola Aktivitas
1) Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx
Ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.
2) Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka
latihan gerak dilakukan latihan positif. Upaya pergerakan sendi :
bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka dilakukan
latihan pasif sesuai ROM Kekuatan otot berkurang karena px
Ensefalitisdengan gizi buruk. Kesulitan yang dihadapi bila
terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal, mudah terInfeksi berat,
aktifitas togosit turun, Hb turun, punurunan kadar albumin
serum, gangguan pertumbuhan
g. Pola Hubungan Dengan Peran
Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan
Ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis
sampai koma.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Prioritas diagnosa keperawatan:
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan desiminata hematogen dari
pathogen,statis cairan tubuh,penekanan respons inflamasi (akibat obat)
dan pemajanan orang lain terhadap patogen.
2. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan : serebral berhubungan dengan
edema serebral yang mengubah/menghentikan aliran darah
arteri/vena,hipovolemia dan masalah pertukaran pada tingkat seluler
(asidosis).
3. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan intasi korteks serebral
mempredisposisikan muatan neural dan aktivitas kejang umum,
keterlibatan area lokal (kejang fokal), kelemahan umum, paralisis,
parestesia, ataksia, dan vertilago.
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan
akumulasi sekret, kemampuan batuk menurun akibat penurunan
kesadaran
5. Nyeri [akut] berhubungan dengan agen pencedera biologis, adanya proses
infeksi/inflamasi dantoksin dalam sirkulasi.
6. Risiko defisit cairan dan hipovolemik berhubungan dengan hipertermi
yang menyebabkan evaporasi berlebihan dan keadaan hipermetabolik.
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kerusakan saraf kranial V dan IX yang menyebabkan kesulitan
mengunyah dan kesulitan makan.
8. Ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
persepsi atau kognitif, nyeri, tirah baring dan penurunan
kekuatan/ketahanan otot.
9. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan penurunan tingkat
kesadaran.
10. Ansietas / ketakutan / kecemasan berhubungan dengan krisis situasi,
transmisi interpersonal dan keikutsertaan merasakan ancaman kematian /
perubahan dalam status kesehatan (keterlibatan otak)
11. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) mengenai penyebab infeksi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan
interpretasi informasi kurang mengingat keterbatasan kognitif.
K. INTERVENSI
Dx 1 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan desiminata hematogen dari
pathogen,statis cairan tubuh,penekanan respons inflamasi (akibat obat) dan
pemajanan orang lain terhadap patogen.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu
b. Tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Berikan tindakan isolasi sebagai tindakan Pada fase awal meningitis
pencegahan. meningokokus atau infeksi
ensefilitis lainnya, isolasi
mungkin deperlukan sampai
organismenya diketahui/dosis
antibiotik yang cocok telah
diberikan untuk menurunkan
risiko penyebaran pada orang
lain.
Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan Menurunkan risiko pasien
yang tepat baik pasien, pengunjung, maupun staf. terkena infeksi sekunder.
Pantau dan batasi pengunjung/staf sesuai Mengontrol penyebaran sumber
kebutuhan. infeksi, mencegah pemajanan
pada individu terinfeksi (mis ;
individu yang mengalami infeksi
saluran napas atas).
Pantau suhu secara teratur. Catat munculnya Terapi obat biasanya akan
tanda-tanda klinis dari proses infeksi. diberikan terus selama kurang
lebih 5 hari setelah suhu turun
(kembali normal) dan tanda-
tanda klinisnya jelas. Timbulnya
tanda klinis yang terus menerus
merupakan indikasi
perkembangan dari
meningokosemia akut yang
dapat bertahan sampai
berminggu-minggu/berbulan-
bulan atau terjadi penyebaran
patogen secara
hematogen/sepsis.
Teliti adanya keluhan nyeri dada, berkembangnya Infeksi sekunder seperti
nadi yang tidak teratur/disritmia atau demam yang miokarditis/perikarditis dapat
terus menerus berkembang dan memerlukan
intervensi lanjut.
Auskultasi suara napas. Pantau kecepatan Adanya ronki/mengi, takipnea
pernapasan dan usaha pernapasan. dan peningkatan kerja
pernapasan mungkin
mencerminkan adanya
akumulasi secret dengan risiko
terjadinya infeksi pernapasan.
Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjarkan Memobilisasi secret dan
untuk melakukan napas dalam. meningkatkan kelancaran sekret
yang akan menurunkan risiko
terjadinya komplikasi terhadap
pernapsan.
Catat karakteristik urine, seperti warna, Urine statis, dehidrasi dan
kejernihan dan bau. kelemahan umum meningkatkan
risiko terhadap infeksi kandung
kemih/ginjal/awitan sepsis.
Identifikasi kontak yang berisiko terhadap Orang-orang dengan kontak
perkembangan proses infeksi serebral dan pernapasan memerlukan terapi
anjurkan keluarga mereka untuk meminta antibiotika profilaksis untuk
pengobatan. mencegah penyebaran infeksi.
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotika IV sesuai indikasi. Obat yang dipilih tergantung
Penisilin G, ampisilin, kloramfenikol, gentasimin, pada tipe infeksi dan sensitivitas
amfoterisin B. individu. Catatan : Obat
intratekal mungkin di
indikasikan untuk basilus Gram-
negatif, jamur, amuba.
Berikan vidarabin (Vira-A) Bermanfa’at untuk pengobatan
herpes simpleks ensefalitis.
Siapkan untuk intervensi pembedahan sesuai Mungkin memerlukan drainase
indikasi. dari adanya abses otak atau
penglepasan “pirau ventrikel”
untuk mencegah
rupture/mengontrol penyebaran
infeksi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dari fungsi
motorik/sensorik.
b. Mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.
c. Melaporkan tak adanya/menurunkan berat sakit kepala.
d. Mendemonstrasikan tak adanya perbaikan kognitif dan tanda peningkatan TIK.
Intervensi Rasionalisasi
Mandiri
Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala Perubahan tekanan CSS mungkin
datar dan pantau tanda vital sesuai indikasi setelah merupakan potensi adanya risiko
dilakukan fungsi lumbal. herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis dengan
segera.
Pantau/catat status neurologis dengan teratur dan Pengkajian kecenderungan adanya
bandingkan dengan keadaan normalnya, seperti perubahan tingkat kesadaran dan
GCS. potensial peningkatan TIK adalah
sangat berguna dalam menentukan
lokasi, penyebaran/luasnya dan
perkembangan dari kerusakan
serebral
Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan Merupakan indikasi adanya iritasi
yang meningkat, peka rangsang dan adanya meningeal dan mungkin juga terjadi
serangan kejang. dalam periode akut atau
penyembuhan dari trauma otak.
Pantau tanda vital, seperti tekanan darah.Catat Normalnya, autoregulasi mampu
serangan dari/hipertensi sistolik yang terus mempertahankan aliran darah
menerus dan tekanan nadi yang melebar. serebral dengan konstan sebagai
dampak adanya fluktuasi pada
tekanan darah sistemik. Kehilangan
fungsi autoregulasi mungkin
mengikuti kerusakan vaskuler
serebral lokal atau difus yang
menimbulkan peningkatan TIK.
Fenomena ini dapat ditunjukan oleh
peningkatan tekanan darah sistemik
yang bersama’an dengan penurunan
tekanan darah diastolik (tekanan nadi
yang melebar).
Pantau frekuensi/irama jantung Perubahan pada frekuensi (tersering
adalah bradikardia) dan disritmia
dapat terjadi, yang mencerminkan
trauma/tekanan batang otak pada
tidak adanya penyakit jantung yang
mendasari.
Pantau pernapsan, catat pola dan irama Tipe dari pola pernapasan merupakan
pernapasan, seperti adanya periode apnea setelah tanda yang berat dari adanya
hiperventilasi yang disebut pernapasan cheyne- peningkatan TIK/daerah serebral
Stokes. yang terkena dan mungkin
merupakan indikasi perlunya untuk
melakukan intubasi dengan disertai
pemasangan ventilator mekanik
Pantau suhu dan juga atur suhu lingkungan sesuai Demam biasanya berhubungan
kebutuhan. Batasi pengguna’an selimut, lakukan dengan proses inflamasi tetapi
kompres hangat jika ada demam. Tutupi mungkin merupakan komplikasi dari
ekstremitas dengan selimut ketika selimut kerusakan pada hipotalamus. Terjadi
hipotermia digunakan. peningkatan kebutuhan metabolisme
dan konsumsi oksigen (terutama
dengan menggigil), yang dapat
meningkatkan TIK.
Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik Hipertermia meningkatkan
urine, turgor kulit, dan keada’an membrane kehilangan air takkasatmata dan
mukosa. meningkatkan risiko dehidrasi,
terutama jika tingkat kesadaran
menurun/munculnya mual
menurunkan pemasukan melalui oral.
Catatan : SIADH mungkin akan
terjadi, yang berpotensi untuk
terjadinya retensi cairan dengan
terbentuknya edema dan penurunan
pengeluaran urine.
Bantu pasien untuk berkemih/membatasi batuk, Aktivitas seperti ini akan
muntah, mengejan. Anjurkan pasien untuk meningkatkan tekanan intratorak dan
mengeluarkan napas selama intraabdomen yang dapat
pergerakan/perpindahan di tempat tidur. meningkatkan TIK. Ekshalasi selama
perubahan posisi tersebut dapat
mencegah pengaruh manuver
Valsalva.
Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, Meningkatkan istirahat dan
seperti massase punggung, lingkungan yang menurunkan stimulasi sensorik yang
tenang, suara yang halus dan sentuhan yang berlebihan.
lembut.
Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan Mencegah kelelahan berlebihan.
dan batasi lamanya tindakan tersebut Aktivitas yang dilakukan secara terus
menerus dapat meningkatkan TIK
dengan menghasilkan akumulatif
stimulus.
Anjurkan keluarga untuk berbicara dengan pasien Mendengarkan suara yang
jika diperlukan. menyenangkan dari orang
terdekat/keluarga tampaknya
menimbulkan pengaruh relaksasi
pada beberapa pasien dan mungkin
akan dapat menurunkan TIK.
Kolaborasi
Tinggikan kepala tempat tidur sekitar 15-45 Peningkatan aliran vena dari kepala
derajat sesuai toleransi/indikasi. Jaga kepala akan menurunkan TIK.
pasien tetap berada pada posisi netral.
Pantau gas darah arteri. Berikan terapi oksigen Terjadinya asidosis dapat
sesuai kebutuhan. menghambat masuknya oksigen pada
tingkat sel yang
memperburuk/meningkatkan iskemia
serebral.
Gunakan selimut hipotermia. Dapat menurunkan permeabilitas
kapiler untuk membatasi
pembentukan edema serebral, dapat
juga menurunkan risiko terjadinya
“fenomena rebound” ketika
menggunakan manitol.
Klorpomasin (Thorazine) Obat pilihan dalam mengatasi
kelainan postur tubuh atau menggigil
yang dapat meningkatkan TIK.
Catatan : obat ini dapat menurunkan
ambang kejang atau sebagai pencetus
terjadinya toksisitas dilantin
Asetaminofen (Tylenol), baik oral maupun rectal. Menurunkan metabolisme
seluler/menurunkan konsumsi
oksigen dan risiko kejang.
Berikan makanan yang terpilih (sudah Untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang.
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
Berikan informasi tentang kebutuhan Agar pasien mengetahui jenis nutrisi yang
nutrisi. dibutuhkan oleh tubuh
Berikan perawatan oral sering, buang Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah
sekret, berikan wadah khsus untuk sekali pencegahan terhadap nafsu makan dan dapat
pakai, dan tissue. membuat mual dan muntah dengan
peningkatan kesulitan nafas.
Dorong periode istirahat selama satu jam Membantu menurunkan kelemahan selama
sebelum dan sesudah makan. Berikan waktu makan dan memberikan kesempatan
makan porsi kecil tapi sering. untuk meningkatkan masukan kalori total.
Hindari makanan penghasil gas dan Dapat menghasilkan distensi abdomen yang
minuman karbonat. mengganggu nafas abdomen dan gerakan
diafragma dan dapat meningkatkan dispnea
Hindari makanan yang sangat panas atau Suhu ekstrem dapat mencetuskan atau
sangat dingin. meningkatkan spasme batuk.
Timbang berat badan sesuai indikasi. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,
menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rendah nutrisi. Catatan :
penurunan berat badan dapat berlangsung
meskipun masukan adekuat sesuai dengan
edema
Kaji pemeriksaan laboratorium misal Mengevaluasi atau mengatasi kekuranga dan
albumin serum transferin, profil asam mengawasi keefektifan terapi nutrisi.
amino, besi, pemeriksaan keseimbangan
nitrogen, glukosa, pemeriksaan fungsi hati,
elektrolit. Berikan vitamin atau mineral
atau elektrolit sesuai indikasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah klien teratasi dengan kriteria:
a. Mencapai kembali atau mempertahankan
b. Posisi fungsional optimal yang ditunjukkan
c. Oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop.
d. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi umum.
e. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.
Intervensi Rasionalisasi
Periksa kembali kemampuan dan keadaaan secara Mengidentifikasi kemungkinan secara
fungsional pada kerusakan yang terjadi. fungsional dan mempengaruhi pilihan
intervensi yang akan dilakukan.
Berikan/ bantu untuk melakukan latihan rentang Mempertahankan mobilisasi dan
gerak. fungsi sendi/ posisi normal
ekstremitas dan menurunkan
terjadinya vena yang statis
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk Perubahan posisi yang teratur
menghindari kerusakan karena tekanan ubah posisi menyebabkan penyebaran terhadap
pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan berat badan dan meningkatkan
posisi antara waktu perubahan posisi tersebut. sirkulasi pada seluruh bagian badan
Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas
dengan pelembab dan ganti linen/ pakaian yang kulit dan menurunkan resiko
basah dan pertahankan linen tersebut tetap bersih terjadinya ekskorlasi kulit
dan bebas dari kerutan (jaga tetap tegang dan
mencegah decubitus)
Bantu pasien dengan program latihan dan Proses penyembuhan yang lambat
penggunaan alat mobilisasi seringkali menyertai trauma kepala
dan pemulihan secara fisik merupakan
bagian yang amat penting
Kaji kesadaran sensorik seperti respon panas / Informasi penting untuk keamanan
dingin atau benda tajam / tumpul dan kesadaran pasien. Semua system sensorik dapat
terhadap gerakan dan letak tubuh. terpengaruh denagn adanya
perubahan kehilangan sensasi /
kemampuan untuk menerima dan
berespon secara stimulasi.
Catat adanya perubahan yang spesifik dalam hal Membantu melokalisasi daerah otak
kemampuan seperti memusatkan kedua mata yang mengalami gangguan dan
dengan mengikuti instruksi verbal yang sederhana. mengidentifikasi tanda
perkembangan terhadap peningkatan
fungsi neurologi.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian Memberikan terapi pada klien untuk
terapi membentu proses penyembuhan.
H. Implementasi
I. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA