Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

MENINGO ENCEPHALITIS DI RUANG NICU/PICU


RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh:
ANISA LAILATUS SARIFAH (14.401.20.006)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2022/2023
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Meningoenchepalitis
Meningoensefalitis adalah penyakit infeksi pada
meningens (selaput otak) dan ensefal (jaringan otak). Infeksinya bisa
disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur yang mungkin awalnya
menyerang bagian tubuh lain, seperti telinga, sinus, dan tenggorokan.
Penyakit ini paling sering diderita anak usia kecil dari 5 tahun, orang
dengan daya tahan tubuh rendah (gangguan sistem imun), dan penularan
dari penderita lainnya.
Meningen adalah lapisan tipis yang melindungi otak. Jika
meningen meradang maka disebut meningitis. Ensefalitis adalah
peradangan yang terjadi di otak. Jika kedua keadaan ini terjadi pada
waktu yang bersamaan maka disebut meningoensefalitis. Meningitis dan
encephalitis memiliki gejala yang berbeda, namun jika terjadi secara
bersamaan maka akan menimbulkan gejala seperti nyeri kepala, demam
disertai gangguan kesadaran atau kejang.
2. Etiologi
Meningoensefalitis termasuk penyakit yang cukup fatal. Angka
kesakitan dan kematian dari penyakit ini tinggi. Prognosis (peluang
kesembuhan) dari meningoensefalitis ini nantinya bergantung pada
beberapa faktor, seperti usia pasien, penyebab infeksi, status daya tahan
tubuh, dan seberapa cepat penanganan awal.
Penyebab paling sering dari meningoensefalitis adalah virus.
Penyakit ini sulit menular namun dapat menyebabkan gejala yang berat.
Dapat terjadi pada semua umur, terutama usia yang sangat muda dan
pada dewasa yang memiliki faktor risiko terkena meningoensefalitis. 
Beberapa penyebab meningoensefalitis yang diketahui adalah:
a. Virus. Virus yang dapat menyebabkan meningoensefalitis adalah
virus herpes dan HIV. Virus Herpes merupakan penyebab ME paling
sering.
b. Fungi/Jamur. Jamur dapat menyebar melalui peredaran darah dan
menyebabkan meningoensefalitis. Individu dengan imun rendah
seperti HIV atau sedang mengonsumsi obat steroid lebih rentan
terkena fungal/jamur meningoensefalitis.
c. Bakteri. Keadaan ini adalah keadaan yang mengancam nyawa dan
sangat berbahaya. Dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti
kelumpuhan yang permanen.
d. Parasit. Rute infeksi yang paling umum adalah dari makanan.
e. Infeksi sekunder. Infeksi awalnya berasal dari bagian tubuh yang
lain, kemudian berjalan dan menyebar ke otak/lapisan otak.
f. Infeksi amoeba. Merupakan bentuk meningoensefalitis yang jarang,
disebabkan oleh amuba Naegleria fowleri.
g. Japanese encephalitis. Merupakan jenis ensefalitis yang disebabkan
oleh virus dan sering ditemukan di Asia.
3. Tanda & Gejala
a. Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap kurang,
muntah,diare, tonus otot melemah, menangis lemah. 
b. Anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala, muntah, perubahanse
nsori, kejang, mudah terstimulasi, foto pobia, delirium, halusinasi,
maniak,stupor, koma, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinski
positif, ptechial
Gejala awal penyakit mungkin sesuai dengan lokasi infeksi
pertama, misalnya sakit tenggorok, telinga, atau radang sinus. Ketika
penyebab infeksi, seperti bakteri, mulai masuk ke dalam darah dan
menyebar hingga ke otak maka disanalah baru perjalanan penyakit
dimulai. 
Gejala-gejala yang akan dijumpai (ringan-berat):
1) Leher terasa kaku susah untuk digerakkan
2) Sakit kepala yang hebat
3) Demam tinggi
4) Kebingungan
5) Mual-muntah
6) Kejang
7) Penurunan kesadaran
8) Kebingungan, kejang atau cenderung tidur
4. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang timbul pada meningoenchepalitis bakterial
berupa sakit kepala, lemah, menggigil, demam, mual, muntah, nyeri
punggung, kaku kuduk, kejang, peka pada awal serangan, dan kesadaran
menurun menjadi koma. Gejala berupa bingung, stupor, semi-koma,
peningkatan suhu tubuh sedang, frekuensi nadi dan pernapasan
meningkat, tekanan darah biasanya normal. Tanda Brudzinksi
(Brudzinki’s sign) positif, dan tanda Kernig (Kernig’s sign) positif.
Manifestasi klinis yang nampak pada pasien dengan kasus
meningoensefalitis, yaitu :
a. Peningkatan tekanan intrakranial seperti : sakit kepala, penurunan
kesadaran, dan muntah.
b. Demam akibat infeksi (respon nyeri terhadap cahaya).
c. Kaku kuduk.
d. Kejang dan gerakan abnormal
5. Patofisiologi
Peradangan menyebabkan cairan cerebro spinal meningkat
sehinggaterjadi obtruksi, selanjutnya terjadi hirocepalus dan peningkatan
tekanan intrakranial. Organisme masuk melalui sel darah merah dapat
melaluitrauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem
saraf pusat. Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens,
edema jaringan otak,eksudasi.
Dalam proses perjalanan penyakit meningitis yang disebabkan
oleh bakteri, invasiorganisme harus mencapai ruangan subarachnoid.
Proses ini berlangsung secara hematogendari saluran pernafasan atas
dimana di dalam lokasi tersebut sering terjadi kolonisasi bakteri.
6. Pathway

Penyakit campak
Cacar air
Herpes
bronchopneumonia

Virus/bakteri masuk jaringan otak

Meningoencephalitis

Pembentukan Reaksi kuman Iritasi korteks cerebral Kerusakan saraf Kerusakan saraf
transudate & eksudat patogen area fokal V IX

Edema Suhu tubuh Resiko trauma Sulit mengunyah Sulit makan


meningkat Resiko kejang berulang
Gangguan perfusi Nyeri akut
jaringan cerebral Defisit cairan Ketidakseimbangan
nutrisi dari kebutuhan
Kesadaran menurun hipovolemik tubuh

Gangguan mobilitas
fisik

Penumpukan sekret
Gangguan persepsi

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
7. Klasifikasi
Meningoenchepalitis dibagi menjadi dua golongan berdaarkan perubahan
yang terjadi pada cairan otak yaitu:
a. Meningoenchepalitis serosa, yang ditandai dengan jumlah sel dan
protein yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih.
Penyebab yang paling sering dijumpai adalah kuman tuberculosisdan
virus.
b. Meningoenchepalitis purulenta atau meningoenchepalitis bakteri
adalah meningoenchepalitis yang bersifat akut dan menghasilkan
eksudat berupa pus serta bukan di sebabkan oleh bakteri spesifik
maupun virus. Meningoenchepalitis meningococcus merupakan
meningoenchepalitis purulenta yang sering terjadi.
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan meningoenchepalitis
antara lain.
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini
muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat
sehingga memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah
subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui
perembetan langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang
kenaikan produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada
meningitis lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya
sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan
tersebut akhirnya banyak tertahan di intracranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke
otak karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan
penatalaksanaan yang tepat.
e. Epilepsi.
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena
meningitis yang sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu
gyrus otak anak sebagai tempat menyimpan memori.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan neurologis: gangguan kesadaran, hemiparesis, tonus
ototmeningkat, spastisitas, terdapat refleks patologis, refleks
fisiologismeningkat, klonus, gangguan nervus kranialis (buta,
tuli), ataksia.
b. Pemeriksaan laboratorium:
1) Pungsi lumbal:
a) LCS jernih
b) Reaksi pandy/nonne-apelt (+)/(-)
c) Jumlah sel: 0 sampai beberapa ribu, sel polimorfonuklet.
d) Protein: normal sampai sedikit naik.
e) Gula: normal6) Kultur: 70%-80% (+), untuk virus 80% (
+)
2) Darah:
a) WBC normal/meninggi tergantung etiologic
b) Hitung jenis: normal/dominasi sel polimorfonuklear.
c) Kultur: 80-90% (+)
10. Penatalaksanaan
Pengobatan pada meningoensefalitis spesifik terhadap
mikroorganisme penyebabnya. Pengobatan meningoensefalitis karena
infeksi bakteri dapat diberikan antibiotik melalui jalur pembuluh darah
vena dan kortikosteroid untuk meringankan gejala peradangan. Terapi ini
dapat mencegah komplikasi seperti pembengkakan otak dan kejang.
Pada infeksi virus, terapi yang dapat diberikan adalah:
a. Tirah baring penuh
b. Memastikan cairan cukup
c. Mengonsumsi obat untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas pasien : identitas pasien berisikan nama bayi, umur,


agama,register, alamat, diagnose media, penanggung jawab, pekerjaan
orangtua, tanggal/jam MRS dan tanggal/jam pengkajian.
B. Keluhan Utama : keluhan atau kondisi yang terjadi pada pasien ketika
pengkajian dilakukan
C. Riwayat penyakit sekarang: informasi pasien mulai dari awal lahir,jenis
kelamin, antopometri, kondisi baru lahir, Riwayat persalinan,Riwayat
rujukan, penilaian APGAR,Score down dan Ballard score, keadaan umum
pasien saat ini lemah atau kuat, dan kondisi pasien (dalam incubator atau
menerima fototerapi dsb), nilai TTV.
D. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit yang dimiliki atau komplikasi
yang terjadi setelah bayi dilahirkan (mis.riw aspirasi, konvulsi,kejang).
E. Riwayat penyakit keluarga: Riwayat penyakit yang dimiliki oleh keluarga
bayi yang kemungkinan dapat diturunkan (herediter) seperti hipertensi,
diabetes. Dan bisa memungkinkan menjadi penyebab adanya masalah
Kesehatan untuk bayi.

Pengkajian B1-B10
B1 (Breathing) : Lihat kondisi nafas, apakah ada gangguan pada
pola, irama dan frekuensi nafas atau ada sumbatan
(sekret) yang menghalangi jalan nafas, identifikasi
suara nafas tambahan (ronki,wheezing,snoring)
B2 (Blood) : identifikasi kondisi akral,apakah teraba
dingin,hangat.
Cek suhu tubuh bayi dan frekuensi nadi
B3 (Brain) : Kaji adanya Riwayat kejang atau tremor pada
bayi, cek reflek primtif pada
bayi seperti
moro,menghisap,menggenggam,mencari putting dll.
B4 (Bladder) : Kaji adanya BAK dan kondisi urine (jumlah,
warna)
B5 (Bowel) : kaji adanya BAB dan kondisi urine (jumlah,
warna), hitung kebutuhan cairan bayi, identifikasi
tropic feeding (TF)
B6 (Bone and Integument) : Identifikasi kondisi ekstermitas atas dan
bawah, pemasangan infus pada ekstermitas atas
atau bawah, bentuk dan posisi ekstermitas atas dan
bawah, kaji kondisi integument
(kering,mengelupas,pucat,halus,turgor elastis atau
tidak), kaji lanugo pada bayi, lihat garis pada
plantaris.
B7 (Breast) : Identifikasi bentuk payudara bayi dan ukuran
aerola pada bayi (payudara sulit
diidentifikasi,datar,aerola muncul 1- 2mm,aerola
muncul 3-4mm atau aerola penuh penonjolan 5-
10mm.
B8 (Bonding Attachment) : identifikasi sentuhan bayi atau kedekatan
bayi
dengan orangtua terutama ibu (apakah bayi
diberikan ASI oleh ibu,bayi mendapat
sentuhan dengan ibu atau tidak)
B9 (Behavior and Community) : identifikasi adaptasi sosial anak/bayi,
motoric
kasar dan halus pada anak/bayi dan
Bahasa yang digunakan oleh keluarga.
B10 (Blood Examination) : identifikasi hasil laboratorium pemeriksaan
darah
lengkap dan pemeriksaan lab lainnya
sebagai indikasi dan data penunjang
diangkatnya diagnosa.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

No. Diagnosa Definisi


Penurunan kapasitas adaptif intracranial b.d Gangguan mekanisme dinamika
peningkatan tekanan intercranial (TIK) intracranial dalam melakukan
1. (D.0066) kompensasi terhadap stimulus
yang dapat menurunkan
kapasitas intrakranial
Hipertermia b.d infeksi Suhu tubuh meningkat di atas
2.
mikroorganisme (D.0130) rentang normal tubuh
Defisit Nutrisi b.d infeksi dan factor Asupan nutrisi tidak cukup
3. psikologis untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis Pengalaman sensorik atau
(inflamasi) emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan
4.
onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3
bulan
Resiko perfusi serebral tidak Beresiko mengalami penurunan
5.
efektif b.d kondisi meningitis sirkulasi darah ke otak
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Paraf


1. Penurunan Setelah diberikan asuhan Manajemen peningkatan tekanan
kapasitas adaptif keperawatan selama 2 x 24 intracranial (I.06194)
intracranial b.d jam diharapkan penurunan Observasi:
peningkatan kapasitas adaptif 1. identifikasi penyebab peningkatan TIK
tekanan intracranial pada klien 2. monitor tanda/gejala pengingkatan
intercranial membaik, dengan, TIK Terapeutik:
(TIK) (D.0066) 3. sediakan tempat yang tenang
Kriteria hasil: untuk meminimalkan stimulus
Kapasitas adaptif 4. berikan posisi semi fowler
intracranial (L.06049) 5. pertahankan suhu tubuh
1. fungsi kognitif normal Pemantauan neurologis
meningkat dari skala 2 (I.06197) Observasi:
(cukup menurun) ke 1. monitor tingkat kesadaran
skala 4 (cukup 2. monitor tingkat orientasi
meningkat) 3. monitor status
2. gelisah meningkat pernafasan Terapeutik:
dari skala 2 (cukup 4. tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis
meningkat) ke skala 4 5. hindari aktivitas yang dapat
(cukup menurun) meningkatkan tekanan intracranial
3. sakit kepala (cukup 6. dokumentasi hasil
meningkat) ke skala 4 pemantauan Edukasi:
(cukup menurun) 7. jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
4. tingkat kesadaran
meningkat dari skala 2
(cukup menurun) ke
skala 4 (cukup
meningkat)
Status kognitif (L.09086)
1. komunikasi jelas
sesuai usia

meningkat dari skala 2 (cukup 8. informasikan hasil pemantau


menurun) ke skala 4 (cukup (jika perlu)
meningkat) Pemantauan TTV (I.02060)
2. perhatian meningkat dari Observasi:
skala 1. monitor tekanan darah
2 (cukup menurun) ke skala 4 2. monitor Nadi
(cukup meningkat) 3. monitor RR dan SaO2
3. konsentrasi meningkat dari 4. monitor suhu tubuh
skala 2 (cukup menurun) ke 5. identifikasi penyebab
skala 4 (cukup meningkat) perubahan tanda vital Terapeutik:
4. proses informasi meningkat 6. dokumentasikan hasil peman
dari skala 2 (cukup menurun) TTV
ke skala 4 (cukup meningkat)
2. Hipertermia Setelah diberikan Manajemen hipertermia (I.15506)
b.d infeksi asuhan Observasi:
mikroorganism keperawatan selama 2 x 24 jam 1. identifikasi penyebab hiperte
e (D.0130) diharapkan hipertermia pada klien 2. monitor suhu tubuh
membaik, dengan, 3. monitor komplikasi
akibat hipertermia Terapeutik:
Kriteria hasil: 4. berikan cairan oral
Termoregulasi (L.14134) 5. lakukan pendinginan ekstern
1. suhu tubuh membaik dari 6. berikan oksigen jika perlu
skala
2 (cukup memburuk) ke skala Edukasi:
4 (cukup membaik) 7. anjurka
2. suhu kulit membaik dari n tirah baring
skala 2 (cukup memburuk) ke Kolaborasi:
skala 4 (cukup membaik) 8. kolaborasi pemberian cairan
Perfusi serebral (L.02014) dan elektrolit
1. tingkat kesadaran
meningkat

dari skala 2 cukup menurun ke


skala 4 cukup meningkat
2. tekanan intracranial
meningkat dari skala 2 cukup
meningkat ke skala 4 cukup
menurun
3. sakit kepala meningkat
dari
skala 2 cukup meningkat ke
skala 4 cukup menurun
3. Defisit Nutrisi Setelah diberikan Manajemen nutrisi (I.03119)
b.d infeksi dan asuhan Observasi:
factor psikologis keperawatan selama 2 x 24 jam 1. identifikasi status nutrisi
diharapkan defisit nutrisi pada 2. identifikasi makanan yang d
klien membaik, dengan, 3. monitor asupan makanan
4. monitor BB
Kriteria hasil: 5. monitor hasil lab
Status nutrisi (L. 03030) 6. monitor
1. porsi makan yang nafsu makan
dihabiskan membaik dari Terapeutik:
skala 2 (cukup menurun) ke 6. berikan makanan tinggi sera
skala 4 (cukp meningkat) untuk mencegah konstipasi
2. berat badan membaik 7. berikan suplemen
dari skala 2 cukup memburuk makanan (jika perlu) Edukasi:
ke skala 4 cukup membaik 8. anjurkan posisi duduk jika m
3. frekuensi makan
membaik dari skala 2 cukup
memburuk ke skala 4 cukup Manajemen gangguan makan (I.0
membaik Observasi:
4. nafsu makan membaik 1. monitor intake dan output
dari kebutuhan
skala 2 cukup memburuk ke
skala 4 cukup membaik
Nafsu makan (L.03024) Kalori
1. keinginan makan Terapeutik :
membaik dari skala 2 cukup 2. diskusikan perilaku makan
menurun ke skala 4 cukup dan jumlah aktivitas
meningkat fisik yang sesuai
2. asupan nutrisi membaik Kolaborasi:
dari skala 2 cukup menurun 3. kolaborasikan kebutuhan gizi
ke skala 4 cukup meningkat dengan ahli gizi
4. Nyeri akut b.d Setelah diberikan Manajemen nyeri (I.08238)
agen pencedera asuhan Observasi:
fisiologis keperawatan selama 2 x 24 jam 1. identifikasilokasi,karakteristik,dura

(inflamasi) diharapkan nyeri akut pada klien si,frekuensi, kualitas dan intensitas
membaik, dengan, nyeri
2. identifikasi skala nyeri
Kriteria hasil: 3. identifikasi respon nyeri non verbal
Tingkat nyeri (L.08066) 4. monitor efek pemberian terapi
1. keluhan nyeri menurun farmakologi dan non farmakologi
dari skala 2 cukup meningkat Terapeutik:
ke skala 4 cukup menurun 5. berikan Teknik
2. gelisah menurun dari skala nonfarmakologis untuk mengurangi
2 cukup meningkat ke skala 4 nyeri (hypnosis, relaksasi nafas
cukup menurun dalam dsb)
Kontrol nyeri (L.08063) 6. control lingkungan yang
1. keluhan nyeri meningkat memperberat tingkat nyeri
dari skala 2 cukup meningkat 7. fasilitasi
ke skala 4 cukup menurun istirahat dan tidur
2. penggunaan analgesic Kolaborasi:
meningkat dari skala 2 cukup 8. kolaborasi pemberian analgesic
meningkat ke skala 4 dengan dokter
cukup menurun Perawatan kenyamanan (I.08245)
Observasi:
1. identifikasi gejala yang tidak
meyenangkan (mual,nyeri dsb)
2. identifikasi pema
tentang kondisi,situasi dan
perasaannya
Terapeutik:
3. berikan posisi yang nyam
4. ciptakan lingkungan yang
nyaman
5. berikan terapi
nonfarmakologis Edukasi:
6. jelaskan mengenai kondis
pilihan terapi yang akan digu
7. ajarkan terapi
nonfarmakologis
Kolaborasi:
8. kolaborasi pemberian ana
5. Resiko perfusi Setelah diberikan Manajemen peningkatan teka
serebral tidak asuhan intracranial (TIK)
efektif b.d keperawatan selama 2 x 24 jam (I.06194)
kondisi diharapkan resiko perfusi serebral Observasi:
meningitis tidak efektif pada klien dapat 1. identifikasi penyebab
dicegah, dengan, peningkatan TIK
2. monitor status
Kriteria hasil: intake dan output
Perfusi serebral (L.02014) Terapeutik:
1. tingkat kesadaran 3. minimalkan stimulus de
meningkat dari skala 2 cukup menyediakan lingkungan ya
menurun ke skala 4 cukup tenang
meningkat 4. berikan posisi terapeutik
2. kognitif meningkat dari Pemantauan tekanan intracrania
skala 2 cukup menurun ke (I.06198)
Observasi:
skala 4 cukup meningkat 1. identifikasi penyebab TIK
3. kecemasan meningkat dari 2. monitor peningkatan TD
skala 2 cukup meningkat ke 3. monitor tingkat kesadaran
skala 4 4. monitor tekanan perfusi se

Anda mungkin juga menyukai