Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena
letaknya dekat dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan
kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis
disebabkanoleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur atau parasit yang
menyebar dalamdarah dan cairan otak.Daerah “Sabuk Meningitis” di Afrika terbentang
dari Senegal di barat Ethiopia di timur. Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta jiwa
manusia.Pada 1996 terjadi wabah meningitis dimana 250.000 orang menderita penyakit
inidengan 25.000 korban jiwa. Meningitis bacterial terjadi pada kira-kira 3 per
100.000orang setiap tahunnya di Negara-negara barat. Studi populasi secara
luasmemperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi sekitar 10,9 per
100.000orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka
meningitis bacterial lebih tinggi, yaitu 45,8 per 100.000 orang setiap tahun.Oleh karena
itu mengingat jumlah penyebaran penyakit infeksi meningitis semakin hari semakin
meningkat, kami bermaksud untuk mengulas lebih lanjut mengenai penyakit Meningitis
melalui makalah yang berisi laporan pendahuluan serta asuha keperawatan teori.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan pada penyakit meningitis?
2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada pasien dengan meningitis?
3. Apa saja intervensi yang diberikan pada pasien dengan meningitis?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagian-bagian pada laporan pendahuluan pada penyakitmeningitis
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis.
3. Mengetahui intervensi yang diberikan pada pasien dengan meningitis.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.
Meningitis merupakan inflamasi akut atau subakut dari meningen (selaput yang melapisi otak
dan sumsum tulang belakang).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column
yang menyebabkan proses infeksi pada SSP (Suria dan Rita Yuliani, 2017)
Meningitis adalah inflamasi lapisan sekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Meningitis diklasifikasikan sebagai meningitis septik atau aseptic. Bentuk
aseptic mungkin merupakan dampak primer atau sekunder dari limfoma, leukemia, atau HIV.
Bentuk septik disebabkan oleh bakteri seperti Streptococcus pneumoniae dan Nesseria
meningitides (brunner and suddart, 2013)

2.2 Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien
dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu
disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :
meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Meningitis yang berasal dari bakteri yakni Mycrobacterium Diplococcus pneumonie
(pneumukok) , nesseria meningitis (meningokok), streptococcus haemolyticcus, stapilococcus
aureus, haemophilus influenza, dan penyebab lainnya. Virus yakni toxoplasma gondhi dan
rickettsia.
Maternal : rupture membrane fetal, infksi maternal pada mingu terakhir.
Kehamilan foktor imunologi : defisiensi mekanisme imun,defisiensi immunoglobulin.( Dwy
ardyan, 2012)
a. Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza,
Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli,
Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan

2
eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan
terkumpul di dalam cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis
menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal
ini akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
b. Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh
berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez
zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis
virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh
koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus
bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

2.3 Manisfestasi Klinis


1. Sakit kepala dan demam sering kali menjadi gejala awal, demam menjadi tetap tinggi
selama proses peyakit; sakit kepala biasanya tidak kunjung hilang atau berdenyut dan
sangat parah akibat iritasi meningeal
2. Iritasi meningeal memunculkan sejumlah tanda lain yang dikenali dengan baiik sebagai
tanda umum semua jenis meningitis :
a. Kaku kuduk adalah tanda awal
b. Tanda kering positif : ketika berbaring dengan paha difleksikan pada abdomen,
pasien tidak dapat mengekstensikan tungkai secara komplit
c. Tanda brudzinski positif : memfleksikan leher pasien menyebabkan fleks lutut dan
panggul
d. Fotophobia : sensitive terhadap cahaya
3. Ruam (N. Meningitides) berkisar dari ruam petekie dengan lesi purpura sampai area
ekomosis yang luas.
4. Disorientasi dan gangguan memori
5. Kejang
6. Infeksi fulminal akut

3
2.4 Pathway Meningitis

Bakteri, virus, protozoa

Hematogen udara peradangan organ/jaringan yg


dekat dengan selaput otak
luka sal.napas

aliran darah paru-paru

aliran darah

selaput meningen

peningkatan metabolisme proses infeksi

Hipertermi inflamasi pada piameter


&arachnoid

Peradangan meningen/ sakit kepala


meningitis
nyeri akut
terbentuk jaringan parut &pus

aliran CSS/reabsorbsi
CSS terganggu
Gangguan mobilitas fisik
Penumpukan cairan
CSS di otak penurunan mobilitas

Hidrosefalus pembesaran
kepala

4
Gangguan perfusi jaringan serebral Gangguan nutrisi
kurang
dari kebutuhan
penurunan kesadaran
anoreksia
nausea

gangguan
neurologi

suplai darah ke otak turun peningkatan TIK menekan MO

menekan SSP/otak

gangguan neurologik

gangguan kejang otot/spasme retardasi mental gangguan daya atrofi otak


penglihatan ingat/memory
resiko injury/trauma

2.5 Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. Meningococel septicemia
3. Syndrome water-friderichen
4. Syndrome inappropriate antidiuretic hormone
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental

5
2.6 Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak arachnoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab tersering nya adalah mycrobacterium tuberkulosa. Penyebab lainnya,
lues virus, toxoplasma gondhi dan rickettsia
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arachnoid dan piameter otak dan medulla spinalis.
Penyebabnya antara lain diplococcu peunemoniae ( pneumokok ), nesseria meningitis
( meningokok ), streptococcus haemolyticuss, staphylococcus aureus, haemophilus
influezae, escheria coli, klebsiella pneumoniae, pseudomonas aeruginosa.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Analisis CSS dari fungsi lumbal
2. Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat, glukosa meningkat, kultur positif terhadap beberapa jenis
bakteri
3. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, protein dan glukosa normal, kultur negative, kultur virus biasanya dengan
prosedur khusus
4. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
5. LDH serum meningkat (meningitis bakteri)
6. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrophil (infeksi bakteri)
7. Elektrolit darah : abnormal
8. MRI/CT scan : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Rontgen dada, kepala, sinus; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial
10. Kultur darah, hidung, tenggorokan, urine : dapat mengindikasikan pusat infeksi atau
mengindikasikan tipe penyebab infeksi

6
2.8 Penatalaksanaan medis
obat anti infeksi (meningitis tuberkulosa)
1. Isoniazid 10-20mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500mg selama 1 setengah
tahun
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24jam, oral, 1x sehari selama 1 tahun
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.
4. Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):
5. Sefalosporin generasi ketiga
6. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
7. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
8. Pengobatan simtomatis:
9. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau
fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3 x
sehari.
10. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
11. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
12. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
13. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan volume
cairan intravena.

7
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Biodata klien, meliputi Nama, Umur, Jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
nomor regitrasi, status pekawinan, agama, tanggal MR
2. Riwayat kesehatan yang lalu
 Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
 Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
 Pernahkah operasi daerah kepala ?
3. Data bio-psiko-sosial
4. Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise).
Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
5. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan
darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
6. Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.
7. Makan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
8. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
9. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan
sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese,
tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek
abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
10. Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat, frontal).

8
Tanda : gelisah, menangis.
11. Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru.
Tanda : peningkatan kerja pernafasan

9
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Invasi bakteri Perubahan ferfusi
ibu mengatakan anaknya ↓ jaringan
tidak sadar, merintih dan Proses peradangan
gelisah ↓
perubahan ditemukan
DO: sebagian besar pada dasar
TTV : otak atau batang otak
RR : 34 ↓
T : 37,8 vasodilatasi
Nadi 34 ↓
TD : 140/90 penurunan pada kekanan
Tingkat kesadaran sopor onkotik
klien tampak gelisah ↓
GCS : 8, E2, M4, V2 perpindahan cairan dari
intrasel ke ekstra sel

vili arachnoideus

Proses reabsorbsi tertahan
akumulasi cairan terhadap
eksudat dan tuberkel
obstruksi pada sistem basalis

penurunan suplai ke otak dan
jaringan

resiko perubahan perfusi
jaringan serebral

2 DS : Inflamasi Ganggun mobilitas


ibu mengatakan bahwa ↓ fisik
anaknya dalam aktifitas peradangannpada ruang
(mandi, makan) dibantu epidural dan subdural
oleh ibunya ↓

10
DO : kerusakan pembuluh darah
Kekuatan otot lemah bersekat
rentang gerak : ↓
ekstremitas kaki ektensi penumpukan darah
ekstremitas tangan fleksi ↓
tekanan dalam otak
meningkat

fungsi otak terganggu

penurunan kesadaran

pemasukan O2 tidak adekuat

hipoksia jaringan

penurunan metabolisme

penurunan produk energi

kurang energi

mobilitas fisik terganggu
3 DS : Ibu/keluarga klien luka, trauma, kelainan sistem nyeri
mengatakan bahwa syarap pusat
anaknya selalu merintih ↓
nyeri di kepala mikro organisme
DO : (bakteri/virus)
Klien gelisah ↓
Klien tampak meringis melekat pada sel epitel
TTV : TD : 140/90 mukosa nasofaring
mmHg, RR : 34 x/mnt, ↓
Temp : 37,8 o C, Pols : kolonisasi
140 x/mnt ↓
Skala nyeri 5 menembus membran mukosa

memperbanyak diri dalam
aliran darah

11
bakterimea

blood brain barier

cairan serebro spinal

inflamasi

pelepasan zat vasoaktif
(histamin, bradikinin,
prostaglandin)

hipotalamus

korteks serebri

Nyeri

DS : Invasi bakteri, virus


4 Ibu mengatakan anaknya ↓ Hipertermi
gelisah, badannya panas mekanisme perubahan tubuh
dan susah tidur membentuk antobody
DO: ↓
Kesadaran : Sopor antibodi difagosit oleh
GCS : 8 (E4, V2, M2) magrofag
Pupil : Isokor ↓
TTV : sistem imunitas imatur
TD : 140/90 mmHg ↓
N : 140 x/mnt zat pirogen interleukin 1 & 2
RR : 34 x/mnt ↓
Temp : 37.8oC menstimulasi hipotalamus
- Klien tampak rewel regio anterior
- Klien tampak gelisah ↓
- Badan teraba panas Peningkatan suhu
tubuh/hipertermi

stimulasi pada otak serebrum

12
perubahan elektrolit ion pada
5
DS: neutron Resiko trauma
keluarga klien ↓
mengatakan anaknya - Luka, trauma kepala
selalu bergerak yang - Kelainan sistem saraf
ditakutkan jatuh dari pusat
tempat tidur ↓
DO : mikroorganisme (bakteri,
Kesadaran : Sopor virus)
GCS : 8 (E2, V2, M4) melekat pada sisi epitel
Pupil : Isokor mukosa nasofaring
TTV : ↓
TD : 140/90 mmHg kolonisasi
N : 140 x/mnt ↓
RR : 34 x/mnt menembus membran mukosa
abdomen : datar, lemas, ↓
BUN (+) memperbanyak diri dalam
Temp : 37.8oC aliran darah
capila reptil : < 2 dtk ↓
bateriemia

blood brain barrier

vairan serebrospinal

inflamasi

perdarahan pada ruang
epidural dan subdural

kerusakan pembuluh darah
bersekat

penumpukan darah meningkat

fungsi otak terganggu

pelepasan listrik mendadak
tidak terkontrol

13

kejang

Resiko trauma

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
2. Nyeri berhubungan dengan adanya proses infeksi
3. Hipertermi bd proses infeksi ditandai dengan peningkatan metabolism
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan
kekuatan
5. Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan
umum, vertigo.

3.3 RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
No
keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 perubahan  Tujuan umum: 1.meninggikan 1.peningkatkan aliran vena dari
perfusi jaringan mempertahank kepala kepala akan menurunkan TIK
berhubungan an perfusi
dengan jaringan 2.mempertahankan 2.memudahkan aliran balik
peningkatan serebral yang kepala dan leher vena
tekanan adekuat
3.berikan tindakan 3.meningkatkan istirahat dan
intrakranial  tujuan khusus ;
kenyamanan menurunkan stimulasi sensori
1. TTV stabil
misalnya masase yang berlebihan
- 2. Sakit kepala pada punggung, beri
lingkungan yang 4.mengetahui keadaan umum
berkurang
tenang
- 3. Tingkat kesadaran
membaik 4.pantau TTV
2 nyeri Tujuan jangka observasi skala mengidentifikasi intervensi
berhubungan panjang : nyeri, intensitas yang tepat dengan hasil
dengan adanya nyeri, lokasi nyeri observasi
proses infeksi

14
dalam jangka waktu 3 pertahankan tirah menurunkan gerakan yang
x 24 jam myeri hilang baring, bantu dapat meningkatkan nyeri
kebutuhan
Tujuan jangka pendek keperawatan klien menurunkan iritasi dan
rangsangan meningeal
dalam jangka waktu 1 fasilitasi klien dalam
x 24 jam setelah posisi yang nyaman menghilangkan nyeri yang
perawatan nyeri berat
berkurang dengan lakukan tindakan
krteria hasil : kolaborasi, berikan
analgesik sesuai
skala nyeri 1 terapi

klien tenang.

keadaan umum baik

3 Hipertermi Dalam 1 x 24 jam suhu Monitor suhu Peningkatan Suhu


berhubungan tubuh normal ditandai tubuh dan tanda Menunjukkan Infeksi
dengan proses dengan kriteria : vital
inflamasi / proses Membantu Penggunaan
penyakit - Suhu tubuh 36-37oC berikan pakaian Suhu Panas
yang tipis dan
- Klien tenang tidak menyerap Membantu Demam. Es
gelisah keringat, hindari / Alkohol
selimut tebal Menyebabkan
- Keadaan umum baik Kedinginan. P↑ Suhu
berikan kompres Tubuh Secara Aktual.
hangat dan Alkohol Dapat
hindari Mengekpresikan
penggunaan Keringat
alkohol
Aktivitas Yang
tirah baring Meninjau,
kurangi aktivitas Membutuhkan Banyak
fisik Energi Sehingga

15
kolaborasi Terjadi Peningkatan
dengan tim Suhu
dokter
Mendapat Pengobatan
mempercepat proses
penyembuhan

4. H Hambatan Setelah diberikan asuhan kKaji tingkat ROM aktif dapat


mobilitas fisik keperawatan selama kemampuan membantu dalam
berhubungan 5x24 jam diharapkan ROM aktif mempertahankan/
dengan nyeri pasien mampu pasien meningkatkan
pada daerah menggerakkan bagian kekuatan dan
fragmen tulang tubuh yang mengalami 2. Anjurkan kelenturan otot2.
yang berubah, inkontinuitas, dengan pasien untuk
luka pada melakukan body Body mechanic dan
jaringan lunak, kriteria hasil : mechanic dan ambulasi
dan 1. Pasien mampu ambulasi merupakan usaha
pemasanganback melakukan ROM koordinasi diri
slab. aktif, body mechanic, 3. Berikan muskuloskeletal dan
dan ambulasi dengan sokongan sistem
perlahan (support) pada saraf untuk
2. ekstremitas yang mempertahankan
2. Neuromuskuler dan luka keseimbangan yang
skeletal tidak mengalami tepat
atrofi dan terlatih 4. Ajarkan cara- 3.
cara yang benar
3. Pasien mampu sedini dalam S Memberikan sokongan
mungkin melakukan melakukan pada
mobilisasi apabila macam-macam E ekstremitas yang luka
kontinuitas mobilisasi dadapat mingkatkan kerja
neuromuskuler dan seperti body vena
skeletal berada dalam mechanicROM Agar pasien terhindar
tahap penyembuhan total aktif, dan dari
ambulasi kerusakan kembali
pada ekstremitas
yang luka

Penanganan yang tepat


dapat
mempercepat waktu
penyembuhan

16
5. Resiko terjadinya Klien bebas dari resiko 1. Independent 1. Gambaran tribalitas
injuri injuri monitor sistem saraf pusat
sehubungan kejang pada memerlukan
dengan adanya tangan, kaki, evaluasi yang sesuai
kejang, mulut dan dengan intervensi
perubahan status otot-otot muka yang tepat untuk
mental dan lainnya mencegah
penurunan 2. Persiapkan terjadinya
tingkat kesadaran lingkungan komplikasi.
yang aman 2. 2. Melindungi
seperti batasan pasien bila kejang
ranjang, papan terjadi
pengaman, 3. Mengurangi resiko
dan alat jatuh / terluka jika
suction selalu vertigo, sincope,
berada dekat dan ataksia terjadi
pasien 4. Untuk mencegah
3. Pertahankan atau mengurangi
bedrest total kejang.
selama fase Catatan : Phenobarbital
akut dapat menyebabkan
Kolaborasi respiratorius depresi dan
4. Berikan terapi sedasi
sesuai advis
dokter seperti;
diazepam,
phenobarbital,
dll.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 SIMPULAN
Dari uraian singkat tentang meningitis diatas dapat diperoleh beberapa poin
antara lain
1. Menurut Smeltzer (2001), Meningitis merupakan radang pada meningen
(membrane
yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri
atau organ-organ jamur.
2. Penyebab dari penyakit meningitis antara lain Bakteri; Mycobacteriumtuberculosa,
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseriameningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcusaureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab
lainnya lues, Virus,Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
3. Faktor predisposisi yang berperan antara lain jenis kelamin laki lakilebih sering
dibandingkan dengan wanita. Faktor maternal anatar lainruptur membran fetal,
infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan.Sedangkan faktor imunologinya
adalah defisiensi mekanisme imun,defisiensi imunoglobulin. Kelainan sistem saraf
pusat, pembedahan atauinjury yang berhubungan dengan sistem persarafan.
4. Meningitis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu Meningitis serosadan
Meningitis purulenta
5. Intervensi yang dapat diberikan kepada pasien dengan meningitis antaralain:
a) .beri tindakan isolasi sebagai pencegahan Tirah baring dengan posisi kepala
datar.
b) Pantau adanya kejang

18
c) Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata, berikan posisi
yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihanrentang gerak aktif atau pasif
dan massage otot leher
d) Kaji derajat imobilisasi pasien.
e) Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik
dan proses pikir.
f) Kaji status mental dan tingkat ansietasnya

4.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya
mahasiswakeperawatan dapat memperoleh ilmu yang lebih tentang penyakit meningitis
dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis. Semoga
makalah ini dapat dijadikan sumber literature yang layak digunakan untuk mahasiswa.

19

Anda mungkin juga menyukai