Anda di halaman 1dari 32

Asuhan Keperawatan

Demam Berdarah Dengue


pada Klien Anak

Kelompok 6

Fatimah Al Awfa (1106053243)


Ijang Awaludin (1106015491)
Kartikaweni Juliansari
(1106001681)
Rizki Annisa R (1106014122)
Tujuan Presentasi

• Menjelaskan pengertian DBD


pada anak
• Mendeskripsikan manifestasi
klinis DBD
• Menjelaskan patofisiologi DBD
• Menjelaskan pemeriksaan yang
terkait
• Menjelaskan asuhan keperawatan
pada anak terkait pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit
Outline
• Pengertian dan etiologi DBD;
– Perbedaan DBD dengan DD
– Derajat DBD
– Manifestasi klinis
• Patofisiologi
• Pengkajian, pemeriksaan fisik dan
diagnostik
• Asuhan Keperawatan DBD pada
anak
• Penatalaksanaan medis DBD pada
anak
Pengertian dan Etiologi
DBD
Demam Berdarah Dengue adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue, ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegypty, terutama menyerang
anak-anak dengan ciri-ciri demam tinggi
mendadak, disertai manifestasi
perdarahan dan berpotensi
menimbulkan renjatan/syok dan
kematian (DEPKES. RI, 1992).
DBD disebabkan oleh virus
Dengue Famili
Flaviviridae. Virus ini
mempunyai empat serotipe
yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Nyamuk Aedes aegypty
(Saroso, 2007)
Perbedaan DBD (Demam
Berdarah Dengue) dengan DD
(Demam Dengue)
DBD DD
Pembesaran hati -
Leukositosis Leukopenia
berat
Perdarahan seperti Tidak ada
petekie, ekimosis, uji perdarahan,
tornikuet positif, trombositope
trombositopenia lebih nia ringan
menonjol

Limfadenopatia, ruam Lebih ringan


makulopapular, dan miaglia daripada DBD
berat
Derajat Penyakit DBD
(WHO, 1986)

Derajat I Derajat III


Demam dan gejala-gejala

Kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan
lemah), hipotensi (< 20 mmHg), sianosis
lainnya. perdarahan: uji sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-
tornikuet positif tanda dini renjatan), anak tampak gelisah

Derajat II Derajat IV


Derajat I disertai ●
Syok berat (DSS), nadi tidak
perdarahan spontan di dapat diraba dan tekanan darah
kulit, dan tempat lainnya tidak terukur.
Manifestasi Klinis (1)

Demam


Demam akut, gejala tidak spesifik, anoreksia,
lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi
dan kepala. Biasanya berlangsung 2-7 hari.
Uji torniquet positi

Perdarahan


Umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam.

Uji torniquet positif (terdapat lebih dari 20 ptekiae
dalam diameter 2,8 cm).

Petekie, purpura, ekimosis, epitaksis dan
perdarahan gusi, mimisan, hematemesis melena.
Manifestasi Klinis (2)

Hepatomegali


Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan
tanpa disertai ikterus.

Renjatan ( Syok )


Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada
hari ke-3 dan ke-7 sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau
pada periode demam biasanya mempunyai prognosa buruk.
Pembawa virus dengue,
butuh 8-12 hari
penggandaan virus dalam
kelenjar ludah nyamuk
Menggigit
Sebelum demam,
kulit
virus sudah dalam
penderita
darah 1-2 hari
Aedes
aegypti
betina Penderita dalam
(vektor) kondisi viremia 4-
7 hari

Nyamuk jantan
lebih menyukai Demam
aroma manis
pada tumbuhan Berdarah
Dengue

ditandai
dengan

Gangguan Hepatom Syok


Anoreksia,
hemostasis egali
Dema nyeri
m punggung
naik nyeri
turun tulang dan
selam sendi, nyeri Mudah Dapat
a 2-7 kepala, terjadi diraba. Virus
hari lemah. perdarahan menyerang
sel-sel
parenkim di
hati.
Hingga 40oC saat
3 hari pertama. Trombosit
hingga 37oC pada menurun
fase kritis, saat drastis saat
fase fase kritis Perdaraha Pada vena:
penyembuhan (bisa syok) n pada memar,
gusi, ptekia (uji
hematem torniquet
esis, positif)
melena
Naik saat fase
penyembuhan
etiologi Demam Berdarah
Virus dengue
Dengue

Berkembang biak dalam sel Patofisiologi


retikuloendotelial
menuju

Nodus limfatikus Endotel Sel kuffer hepar Sumsum tulang


pembuluh
darah
Pembesaran Kerusakan Sel Depresi sumsum tulang
kelenjar limfe hepar

Trombositopenia
Viremia Hepatomegali Petekie
Dapat terjadi pada Perdarahan
Ekimosis
Proses Bereaksi
infeksi dengan Gastrointestinal
Volume
antibodi
Anoreksia muntah Nyeri sirkulasi
membentuk
Hipertermi kolik
Sistem Komplemen
Ketidakseimbangan Suplai O2 ke
melepaskan
nutrisi: kurang dari jaringan
Histamin kebutuhan

menyebabkan

Permeabilitas
kapiler
Penumpukan Nyeri
Nyeri Akut
Perembesan plasma asam laktat sendi.otot
ke ruang ekstrasel

Ketidakseimban Gangguan
Kekurangan volume gan perfusi Asam Basa
cairan jaringan perifer
Gangguan
pertukaran gas
Intoleransi
aktivitas
Pengkajian: Anamnesis (1)

1. Identitas klien
2. Keluhan utama seperti demam
tinggi dan lemas
3. Riwayat penyakit sekarang status
kesadaran, manifestasi lain
seperti ada tidaknya pendarahan
4. Riwayat penyakit DBD
5. Kondisi Lingkungan, padat atau
renggang, bersih atau kotor
Pengkajian: Anamnesis (2)

6. Identifikasi sumber potensial dan


tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien
7. Kaji riwayat keperawatan
8. Mengkajii adanya peningkatan
suhu tubuh, tanda perdarahan,
mual, muntah, tidak nafsu makan,
nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi,
tanda-tanda syok (denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin dan lembab, terutama pada
ekstremitas, sianosis, kecemasan ,
penurunan kesadaran).
Pengkajian: Pemeriksaan
Fisik (1)
Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Berdasarkan tingkat (derajat), keadaan fisik
anak adalah sebagai berikut (WHO, 1986):
a. Derajat I : kesadaran CM, keadaan umum
lemah, nadi lemah.
b. Derajat II : kesadaran CM, keadaan umum
lemah, perdarahan spontan (ptechi),
perdarahan gusi, nadi lemah dan tidak
teratur.
c. Derajat III : kesadaran apatis, somnolen,
keadaan umum lemah, nadi lemah dan tidak
teratur, tekanan darah menurun.
d. Derajat IV : kesadaran koma, tanda – tanda
vital : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak
terukur,
Pengkajian: Pemeriksaan
Fisik (2)
c. Derajat III : kesadaran apatis, somnolen,
keadaan umum lemah, nadi lemah dan tidak
teratur, tekanan darah menurun.
d. Derajat IV : kesadaran koma, tanda – tanda
vital : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak
terukur,
Pengkajian: Pemeriksaan Fisik (3)

• Pada pemeriksaan pernapasan ditemukan


pola napas tidak teratur, ekstremitas dingin
dan kulit tampak biru.
• Pada pemeriksaan kulit ditemukan peteki,
turgor kulit tidak elastis dan muncul keringat
dingin dan lembab.
Pengkajian: Pemeriksaan
Fisik (4)
• Pada pemeriksaan kepala dan leher,
biasanya terasa nyeri, muka
kemerahan karena demam
• Pada pemeriksaan nadi dan abdomen
ditemukan nadi lemah, cepat dan kecil
dan suara jantung lemah.
• Pada pemeriksaan ekstemitas akral
dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi
dan tulang.
Pengkajian: Pemeriksaan
Diagnostik (1)

Pada pemeriksaan
laboratorium darah pasien DBD
menurut Nursalam (2005) akan
dijumpai : hemoglobin menurun
N: 11-13 dan Ht meningkat ,
trombositopenia (< 100.000 / uL
Pengkajian: Pemeriksaan
Diagnostik (2)

Uji Tornikuet atau Rample Lead Test


positif. Dengan cara mengukur tekanan
sistolik dan diastolik, jumlahkan nilai sistolik
dengan nilai diastolik, selanjutnya dibagi dua.
Hasil nilai pembagian digunakan untuk
dipasang di lengan selama 5 menit. Jika di
lengan bawah terdapat bintik – bintik merah
dengan radius 2,8 cm lebih dari 20 bintik
dinyatakan positif DBD derajat I
Asuhan Keperawatan Demam
Berdarah Dengue pada Anak

• Pengkajian
– Identifikasi sumber potensial dan
tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pasien
– Kaji riwayat keperawatan
– Mengkajii adanya peningkatan suhu
tubuh, tanda perdarahan, mual,
muntah, tidak nafsu makan, nyeri
ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-
tanda syok (denyut nadi cepat dan
lemah, hipotensi, kulit dingin dan
lembab, terutama pada ekstremitas,
sianosis, kecemasan , penurunan
kesadaran).
Diagnosa Keperawatan: Kekurangan Volume Cairan
Faktor yang berhubungan:
1. Peningkatan permeabilitas kapiler
2. Perdarahan
3. Muntah
4. Demam
Batasan karakteristik: peningkatan suhu tubuh, turgor kulit rendah, membran mukus
kering, penurunan berat badan

Tujuan/kriteria evaluasi: klien akan mempertahankan keseimbangan cairan yang dibuktikan


dengan keseimbangan intake dan output, membran mukus yang lembab dan turgor kulit yang
elastis.
NOC: keseimbangan cairan
Intervensi Rasional
1. Kaji kondisi umum pasien (TTV) minimal Syok dapat terjadi pada awal penyakit
setiap 4 jam
2. Observasi tanda-tanda dehidrasi; turgor Data awal terjadinya komplikasi (hipovolemi)
tidak elastis, ubun-ubun cekung, produksi
urin menurun
3. Catat intake dan output Pengkajian rutin terhadap kecukupan cairan
(intake) dan eliminasi
4. Catat insiden muntah, diare, perhatikan Mengumpulkan dan menganalisis data klien
karakteristik muntah dan diare, serta untuk mencegah atau meminimalkan
pemantauan nutrisi malnutrisi
5. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai Mencegah terjadinya komplikasi (hipovolemi)
dengan kebutuhan tubuh
6. Monitor nilai laboratorium: elektrolit Untuk mengetahui derajat keparahan penyakit
darah, BJ urin, serum albumin dan dampaknya terhadap tubuh

7. Monitor berat badan Dapat menilai keefektifan terapi yang


diberikan
8. Monitor pemberian cairan intravena setiap Pemberian cairan yang berlebihan akan
jam meningkatkan risiko kematian (hipervolemi)

Kolaborasi:
Diagnosa Keperawatan: Hipertermi
Faktor yang berhubungan: proses infeksi virus
Batasan karakteristik: peningkatan suhu tubuh
Tujuan/kriteria evaluasi: demam pada anak akan hilang setelah dilakukan perawatan. Suhu tubuh
normal
NOC: Termoregulasi
Intervensi Rasional
1. Kaji suhu tubuh Memberikan informasi pada setiap tindakan
yang dilakukan

2. Berikan kompres pada kening dan ketiak Pada kening dan ketiak terdaat embuluh darah
besar dan juga memiliki permukaan yang
cukup luas, jika di beri kompres hangat akan
mudah diserap tubuh

3. Lepaskan pakaian yang basah karena Pakaian yang basah akan mengganggu
keringat. Berikan pakaian yang menyerap kenyamanan pasien
keringat

4. Tingkatkan intake cairan; dorong klien Intake cairan yang cukup, mengurangi risiko
untuk minum 1500-2000 ml per hari dehidrasi

5. Catat intake dan ouput cairan per jam Pengkajian rutin terhadap kecukupan cairan
(intake) dan eliminasi

6. Ajarkan orang tua untuk mengukur suhu Mengajarkan kemampuan orang tua dalam
dan melaporkan setiap peningkatan suhu merawat anaknya dan membantu dalam
setelah pasien pulang memonitor hipertermi

Kolaborasi:

Pemberian obat penurun panas (antipiretik) dan Parasetamol sangat dianjurkan dalam hal ini
Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut
Faktor yang berhubungan: proses infeksi (demam, nyeri sendi, hepatomegali)
Batasan Karakteristik: perubahan selera makan, sikap melindungi area nyeri.
Tujuan/kriteria hasil : anak akan menunjukkan rasa sakit yang berkurang
NOC: kontrol nyeri
Intervensi Rasional
NIC: manajemen nyeri
1. kaji tingkat nyeri dengan cara Informasi yang akurat dalam pengkajian nyeri
megobservasi (tangisan, meringis, ekspresi dapat meningkatkan efektivitas pengobatan
nyeri); gunakan skala nyeri dan dapatkan yang dilakukan
informasi yang berhubungan dengan nyeri
anak dari orangtua

2. jelaskan kepada orag tua alasan Mendukung pemahaman dan kerja sama antar
ketidaknyamanan pada anak; meminta perawat-keluarga; memberikan data pengkajian
informasi pada orang tua tentang ekspresi yang akurat
anak saat nyeri

3. ajarkan latihan ROM pasif. Nyeri sendi yang terus-menerus/menetap ,


tidak biasa terjadi; latihan ROM membantu
meningkatkan fleksibilitas

Kolaborasi:

Agens-agens farmakologi untuk mengurangi


Pemberian analgesik
atau menghilngkan nyeri
Diagnosa Keperawatan: ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
Faktor yang berhubungan: nausea, muntah,
Batasan karakteristik: kehilangan nafsu makan, nyeri abdomen
Tujuan/kriteria evaluasi: gangguan nutrisi teratasi yang dibuktkan dengan peningkatan intake
nutrisi
Intervensi Rasional
1. Kaji intake nutrisi klien dan perubahannya Merupakan data awal timbulnya masalah
yang menyebabkan penurunan berat badan

2. Berikan makanan dalam keadaan hangat Makanan hangat akan mengurangi rasa mual.
Sedangkan porsi sedikit tetapi sering,
dengan porsi sedikit tetapi sering
digunakan untuk menghindari muntah

3. Berikan minum air hangat ketika pasien Minuman hangat akan membantu relaksasi
perut ketika merasa mual disertai dengan
merasa mual
keinginan untuk muntah

4. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen Untuk mengkaji dan mengumpulkan data


apakah terjadi perubahan terhadap oragn-organ
di abomen; hepatomegali

5. Menimbang berat badan setiap hari pada Untuk memantau apakah ada perbaikan
terhadap terapi yang diberikan atau tidak.
waktu yang sama

Kolaborasi:
Pemberian terapi anti-emetik Antiemetik merupakan agen farmakologi yang
membantu mengurangi rasa mual
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
program diet (makan)
Diagnosa Keperawatan: ketidakefektifan perfusi jaringan prifer
Faktor yang berhubungan: perdarahan, hipovolemi
Batasan karakteristik: perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut,
kelembaban, kuku, sensasi,suhu), waktu pengisian kapiler >3 detik, penurunan nadi.
Tujuan/kriteria evaluasi: klien akan menunjukan asupan makanan, cairan, dan zat gizi yang
adekuat
Intervensi Rasional
1. Lakukan penkajian komprehensif terhadap Merupakan pengkajian awal terhadap
gangguan sirkulasi perifer
sirkulasi perifer (nadi perifer, pengisian
kalpiler, warna dan sushu ekstremitas)

2. Pantau status cairan (intake dan output) Pengkajian rutin terhadap kecukupan cairan
(intake) dan eliminasi

3. Manajemen ciran/elektrolit Mengatur dan mencegah komplikasi akibat


perubahan kadar cairan atu elektrolit

4. Surveilans kulit Mengumpulkan dan menganalisis data pasien


untuk mempertahankan integritas kulit dan
membran mukosa.

Nyeri sendi yang terus-menerus/menetap ,


5. Dorong latihan ROM pasif atau aktif pada
tidak biasa terjadi; latihan ROM membantu
ekstremitas bawah saat tirah baring.
meningkatkan fleksibilitas

Kolaborasi:

Pemberian obat nyeri, laporkan ke dokter bila


tak kunjung reda
Diagnosa Keperawatan: intoleransi aktifitas
Faktor yang berhubungan: tirah baring, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
Batasan karakteristik: menyatakan lemah,
Tujuan/kriteria evaluasi: memenuhi kebutuhan perawaatn diri sendiri

Intervensi Rasional
Cek tanda vital Kelemahan berhubungan dengan
hemodinamik
Catat takipnea, dysrhythmias, dyspnea,
diaphoresis, and pallor

Kaji tingkat kelemahan dan evaluasi faktor


presipitasi yang menyebabkan kelemahan
seperti nyeri,

Libatkan keluarga untuk membantu aktivitas


yang terganggu
Diagnosa Keperawatan: gangguan pertukaran gas
Faktor yang berhubungan: perubahan membran alveolar-kapiler
Batasan karakteristik: sianosis
Tujuan/kriteria evaluasi: menunjukkan nilai normal tidak ada dyspnea atau sianosis.
intervensi Rasional
Respiratory Monitoring
Mandiri
berikan jalan napas pasien . Elevasi dapat mempermudah bernapas karena jalan
posisikan pasien dengan nyaman, napas terbuka
kepala dielevasikan 30 to 45 degrees.

pantau frekuensi napas dan Kecepatan, shallow respirations terjadi karena


dalamnya. Note : penggunaan otot hypoxemia, stress, dan sirkulasi endotoxins.
bantu napas dab usaha napas Hypoventilation dan dyspnea

auskultasi suara napas. Menunjukkan kompensasi yang tidak efektif dan


mengindikasikan bantuan ventilasi dibutuhkan
Respiratory distress dan adanya suara napas
mengindikasikan terjasinya pulmonary congestion,
interstitial edema, dan atelectasis.

Catat adanya sianosis pada daerah Mengindikasikan oksigenasi yang tidak adekuat/
oral. hypoxemia.

Kaji sensorik : agitasi, confusi, Fungsi serebral dapat menunjukkan adanya


perubahab, delirium, stupor, dan kekurangan oksigen
koma.

Kolaborasi
Pantau AGD Data awal terjadinya asidosis

Berikan bantuan oksigen melalui: Membantu pemberian oksigen yang adekuat


nasal cannula, mask, or high-flow
rebreathing mask.

Pemeriksaan X-rays Perubahan pada penampakan x-ray : pulmonary


complications, such as infiltrates and edema.
Tatalaksana Medis

• Fase demam
Prinsip tatalaksana DBD pada
intinya adalah untk mencegah
dehidrasi. Manifestasi seperti rasa
haus juga dapat timbul akibat dari
demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang
dianjurkan adalah jus buah, air
the manis, sirup, susu, serta
larutan oralit. Hal ini berguna
untuk mengganti cairan yang
hilang akibat kebocoran plasma.
• Obat-obatan seperti parasetamol
direkomendasikan dengan dosis
10-15 mg/kgBB/kali. Jangan
diberikan ibuprofen atau asetosal
karena dapat merangsang
terjadinya perdarahan.
Parasetamol (tiap kali pemberian
Umur (tahun)
Dosis Tablet (1 tab=500 mg)
<1 60 1/8
1-3 60-125 1/8 - ¼
4-6 125-250 ¼- ½
7-12 250-500 ½-1
Tatalaksana Medis

Cairan intravena diperlukan, apabila:


(Depkes, 2002)
• Anak terus menerus muntah, tidak mau
minum, demam tinggi sehingga tidak
rnungkin diberikan minum per oral,
ditakutkan terjadinya dehidrasi sehingga
mempercepat terjadinya syok.
• Nilai hematokrit cenderung meningkat
pada pemeriksaan berkala. Jumlahcairan
yang diberikan tergantung dari derajat
dehidrasi dankehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan glukosa 5% di dalam
larutan NaCl 0,45%. Bilaterdapat asidosis,
diberikan natrium bikarbonat 7,46% 1-2
ml/kgBB intravena bolus perlahan-lahan.
Pemilihan Jenis Cairan
Kristaloid ringer laktat (RL)
ringer asetat (RA)
garam faali (GF)
Dextrose 5 % dalam larutan
ringer laktat
Dextrose 5 % dalam larutan
ringer asetat
Dextrose 5 % dalam ½ larutan
garam faali (NaCl 0,9 %)
Koloid Dextran 40
Plasma
Albumin
Tatalaksana Medis
Daftar Pustaka
• Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah
Sakit. 2009. Jakarta: WHO
• http://healthmad.com/conditions-and-diseases/pe
diatric-nursing-care-plan-dhf-dengue-haemoragic-fe
ver/
, diakses pada 2 September 2013 pukul 19.00 WIB
• NANDA International : Diagnosis Keperawatan
2012-2014. 2012. Jakarta: EGC
• Suriadi & Yuliani. R. 2006. Asuhan Keperawatan
pada Anak. Jakarta: Sagung Seto
• Updates in Pediatric Emergencies.
http://www.depkes.go.id/downloads/Tata%20Laksa
na%20DBD.pdf
. Didownload pada 5 September 2013 pukul 17.00
WIB
• Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Buku saku
diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA,
intervensi NIC, kriteria hasil NOC (9th ed.).Ahli
bahasa: E. Wahyuningsih. Jakarta: EGC. Buku asli
diterbitkan 2009.

Anda mungkin juga menyukai