Anda di halaman 1dari 10

MENINGITIS

2.1 Definisi Meningitis


Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau
seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih
dalam cairan serebrospinal. Meningitis pada anak-anak masih sering di
jumpai,meskipun sudah ada kemoterapeutik, yang secara in vitro mampu
membunuh mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. WHO(2003),
mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko
cenderung menjadi lebih besar. Ini akibat infeksi dengan Haemophilus influenzae
maupun pneumococcus, karena anak-anak biasanya tidak kebal terhadap bakteri.
Adapun menurut Widagdo (2011), Meningitis adalah infeksi akut yang
mengenai selaput mengineal yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme dengan ditandai adanya gejala spesifik dari sistem saraf pusat
yaitu gangguan kesadaran, gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan
intrakranial, dan gejala defisit neurologi.
Meningitis atau radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater) merupakan
kondisi serius yang menyebabkan lapisan disekitar otak dan sumsum tulang
belakang mengalami peradangan.

2.2 Etiologi Meningitis


Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus,
parasit, dan jamur. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti
pada penyakit AIDS, DM, Cidera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat
melemahkan system imun.
a. Meningitis Virus
Meningitis Virus tidak melibatkan jaringan otak pada proses
peradangannya. Gejalanya ringan, sehingga diagnosanya luput dibuat. Ada
juga kasus meningitis virus disebabkan oleh enterovirus. Enterovirus ini
merupakan penyebab utama meningitis virus, sedangkan sebagian dari
enterovirus mengakibatkan ensefalis. Walaupun demikian, hanya sedikit
saja kasus Enterovirus yang berkembang menjadi meningitis. Infeksi virus
lain yang menyebabkan meningitis, yaitu:
 Virus Mumps
 Virus Herpes
 Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya.

b. Meningitis Bakterialis
Salah satu penyebab utama meningitis pada anak adalah Neisseria
meningitidis yang dikenal sebagai meningokokus. Meningitis pada
kelompok ini sangat serius dan dapat mematikan. Kematian dapat terjadi
hanya dalam beberapa jam. Namun banyak juga pasien yang sembuh, tapi
cacat permanen seperti hilangnya pendengaran, kerusakan otak, dan
ketidakmampuan belajar. Ada beberapa jenis bakteri yang dapat
menyebabkan meningitis, seperti:
 Streptococcus pneumonie
 Hemophilus influenza
 Listeria monocetytogesnes
 Straptococcus aureus

c. Meningitis Jamur
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari dua kelompok yaitu, jamur
patogenik dan opportunistic. Jamur patogenik mengineksi manusia normal
setelah inhalasi dan inflantasi spora. Sedangkan jamur opportunistic tidak
menginfeksi orang dengan system imun yang normal, tetapi menyerang
system imun yang buruk.

d. Meningitis Parasit
Meningitis Parasit : parasit penyebab meningitis, seperti Angiotrongylus
cantonensis dan Baylisascaris procyonis, yang tidak disebarkan melalui
kontak langsung. Parasit ini umumnya terdapat pada hasil bumi, serta
kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan, unggas, memakan
makanan yang berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas
seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab meningitis.

Meningitis juga dapat di picu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti
cedera kepala, kanker, dan lupus, penggunaan obat-obatan tertentu atau
pernah menjalani tindakan medis seperti operasi otak juga dapat memicu
meningitis.

2.3 Patofisiologi Meningitis


Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran
subarachnoid yang kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan
serebrospinal,dan kerusakan neuron.

a. Invasi patogen
Patogen penyebab meningitis dapat masuk dan menginvasi aliran
subarachnoid dalam berbagai cara,yaitu melalui penyebaran hematogen,dari
struktur sekitar meningkatkan,menginvasinervous Perifer Dan kranial,atau
secara iatrogenik koperasi pada daerah Tanjung atau spinal. Adanya invasi
patogen ke subarachnoid akan mengaktivasi sistem imun,sel darah
putih.komplemen dan immunoglobulon akan bereaksi dan menyebabkan
produksi sitokin.

b. Pengaruh sitokin pada meningitis


Adanya peningkatan produksi sitokin dapat menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, yaitu peningkatan permeabililitas Blood Brain
Barrier (BBB), perubahan aliran darah serebral, Peningkatan perlekatan
leukosit ke endothelium kapiler, serta peningkatan reactivep oxygen species
(ROS). Adanya peningkatan permeabililitas BBB serta perubahan aliran
darah several dapat menyebabkan tekanan perfusi aliran darah turun dan
terjadi iskemia. Hal ini dapat membuat perubahan pada komposisi serta
aliran cairan serebral sehingga menggangu aliran dan absorpsi cairan
serebral Inal.
Gangguan pada serebral Al, perlekatan, leukosit ke endothelium
kapiler,serta peningkatan ROS dapat menyebabkan kerusakan neuron,
Peningkatan tekanan intrakranial, danedama. Kerusakan neuron Al
terutama disebabkan oleh metabolit yang bersifat sitotoksik dan adannya
iskemia neuronal. Akibatnya,terjadinya manifestasi klinis berupa deman,
kaku kuduk, perubahan status mental, kejang atau defisit neurologis fokal.
2.4 Tanda dan gejala
Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya
deman, sakit kepala, panas dingin ,muntah,dan kejang-kejang, Anak menjadi
cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang menjadi fotobia, delirium,
halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan
gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti sesak nafas, muntah, dan
diare.
Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada perfusi yang tidak optimal
biasanya memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dan sianosi. Gejala lainnya
yang lebih spesifik seperti petenis/pura pura pada kulit sering didapatkan apabila
anak mengalami infeksi meningokokus (meningokossemia), keluarnya cairan dari
telinga merupakan gejala khas pada anak yang mengalami meningitis
peneumokokus dan sinus dermal kongenitasl terutama disebabkan oleh infeksi E.
Collins
Pada bayi, manifestasi klinis biasanya tampak pada umur 3 bulan sampai 2
tahun dan sering ditemukan adanya deman, nafsu makan
menurun,muntah,rewel,mudah lelah ,kejang kejang dan menangis meraung-
raung,tanda khas di kepala adalah fontanel menonjol. Kaku kuduk merupakan
tanda meningitis pada anak,sedangkan tanda tanda brudzinski dan kerning dapat
terjadi namun lambat atau ada pada kasus meningitis tahap lanjut.

Pada neunatus,biasanya masih sukar untuk diketahui karena manifestasi klinis


yang tidak jelas dan tidak spesifik, Namun pada beberapa keadaan gejalanya
mempunyai kemiripan dengan anak yang lebih besar, neunatus biasanya menolak
untuk makan, gangguan gastrointestinal berupa muntah dan kadang kadang ada
diare, tomus otot lemah, penggerakan dan kekuatan menangis melemah padan
kasus lanjut terjadi hipotermia/deman, ikterus, rawel, mengantuk, kejang kejang,
frekuensi napas tidak teratur/apnea, sianosi, penurunan berat badan, tanda fontanel
menonjol mungkin ada atau lebih berat terjadi kolaps kardiovaskular, kejang-
kejang, dan apnea biasanya terjadi bila tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan
yang tepat.

2.5 Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif
Hidrosefalus adalah penumpukan cairan pada rongga otak atau ventrikel.
Sedangkan meningitis adalah penyakit yang menyerang beberapa saluran
dari otak, termasuk saluran serebrospinal. jika saluran tersebut terganggu
dan terjadi penyumbatan, hal ini akan menjadi penyebab hidrosefalus pada
seseorang.
Kondisi pada penderita, hidrosefalus dan meningitis memiliki
keterkaitan yang sama. menyerang bagian vital dari tubuh manusia. rasa
sakit dibagian kepala membuat gejala yang ditumbulkan sama. Selain itu,
hidrisefalus adalah salah satu komplikasi meningitis tuberculosis (TBM)
yang sering terjadi pada 85% anak-anak.

b. Septikemia
Septicemia adalah penyakit yang berbahaya dan mematikan yang
disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis. Ketika seseorang mengidap
penyakit meningococcal septicemia, bakteri masuk kedalam aliran darah
dan berkembang biak, merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan
pendarahan sampai kulit dan organ.

c. Serebral Palsy
Selebral palsy atau lumpuh otak adalah penyakit yang menyebabkan
gangguan pada gerakan atau koordinasi tubuh. Orang yang menderita
meningitis, lapisan disekitar otak dan sumsum tulang belakang mengalami
peradangan. Hal ini bisa menyebabkan saraf terganggu dan menyebabkan
lumpuh otak.

d. Gangguan Mental
Setiap orang yang menderita meninges akan mengalami peradangan dan
kerusakan system saraf sehingga mempengaruhi emosi, pola pikir dan
perilaku penderitanya.

e. Herniasi Otak
Herniasi otak adalah kondisi ketika jaringan otak dan cairan otak
bergeser dari posisi normalnya, kondisi ini di picu oleh pembengkakan
otak.

f. Subdural Hematona
Subdural hematoma atau pendarahan subdural adalah kondisi dimana
darah menumpuk antara lapisan acarachoidal dan lapisan meningeal.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Biodata klien

b. Riwayat kesehatan yang lalu


1. Apakah pernah menderita ISPA atau TBC?
2. Apakah pernah jatuh atau trauma kepala?
3. Pernahkah operasi daerah kepala?

c. Riwayat kesehatan sekarang


1. Aktivitas, gejala: perasaan tidak enak. Tanda: ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter.
2. Sirkulasi, gejala: adanya riwayat cardiopatologi: endokarditis dan
PJK. Tanda: tekanan darah meningkat, nadi menurun dan tekanan nadi
berat, taikardi, disritma.
3. Eliminasi, tanda: inkontenensia dan atau retensi.
4. Makanan/cairan: gejala: kehilangan nafsu makan, sulit menelan.
Tanda: anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membrane mukosa
kering.
5. Hiegiene, tanda: ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan
diri.
6. Persarafan, gejala: sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang,
diplopia, fotophobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda:
letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia, anisokor, nistagmus,
7. Nyeri, Gejala: sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda: gelisah,
meningis
8. Pernapasan, gelaja: riwayat infeksi sinus dan paru. Tanda,
Peningkatan kerja pernapasan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehhubungan dengan
deseminata hematogen dan pathogen.
b. Resiko tinggi terhadap perubahan selebral dan perfusi jaringan
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
c. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum dan vertigo.
d. Nyeri akut sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuscular
dan penurunan kekuatan.
f. Axientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian

3.3 Intervensi Keperawatan


a. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan desiminata
hematogen dari pathogen.
1. Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan.
2. Pantau suhu secara teratur.
3. Kaji nadi yang tidak teratur dan demam yang terus menerus.
4. Auskultasi suara napas.
5. Catat karakteristik urin
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

b. Resiko tinggi perubahan cerebral dan perfusi jarigan sehubunan dengan


edema serebral, hipovolemia.
1. Tirah baring dengan posisi kepala datar.
2. Pantau status neurologis.
3. Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang.
4. Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, pernapasan, dan suhu.
5. Membatasi batuk, muntah, dan mengejan.
6. kolaborasikan pemberian antibiotic

c. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vocal,


kelemahan umum vertigo
1. Pantau adanya kejang.
2. Pertahankan penghalang tempat tidir tetap terpasang dan pasang jalan
napas buatan.
3. Kolaborasikan obat tirah baring selama fase akut.

d. Nyeri akut sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


1. Letakkan kantung es batu pada kepala.
2. Berikan posisi yang nyaman.
3. Latihan rentang gerak aktif atau paif serta massage leher.
4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul.
5. kolaborasikan pemberian antibiotic

e. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.


1. Kaji derajat imobilisasi pasien.
2. bantu latihan rentang gerak.
3. Berikan perawatan kulit, massege dengan pelembab.
4. Perhatikan kesejajaran tubuh secara fungsional.

f. Ansientas berhubungan dengan krisis situasi dan ancaman kematian


1. Kaji Ansietas dan tingkat ansiennya.
2. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
4. Beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, ddk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien ( ed.3). Jakarta :
EGC.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asukan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Santosa, Z. 2019. Mendeteksi Infeksi Pada Anak. Yogyakarta: CV Alaf Medika
Wahab, S. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (ed.15). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Widagdo. 2011. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai