Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis tergolong penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian.
Penderita meningitis yang bertahan hidup akan menderita kerusakan otak
sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data
WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian  anak balita di seluruh
dunia setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan
Asia Tenggara dan Pasifik Barat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri
itu, Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering
menyerang bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi kuman tersebut sangat
pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri pneumokokus adalah salah satu penyebab
meningitis terparah. Penelitian yang diungkapkan konsultan penyakit menular dari
Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-
30 persen pasien meninggal dunia akibat penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48
jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut usia. Pasien yang
terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk bisa bertahan hidup.
Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang dewasa
karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri
tersebut.
Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya
menderita kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan
pendengaran, kelumpuhan, atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit
tersebut akan timbul secara perlahan dan semakin parah setelah beberapa bulan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa definisi dari Meningitis?
b. Apa etiologi dari meningitis ?
c. Bagaimanakah patofisiologi meningitis ?
d. Bagaimanakah tanda dan gejala meningitis?
e. Apasaja komplikasi yang timbul dari meningitis?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Dapat memahami definisi dari meningitis
b. Dapat memahami etiologi dari meningitis
c. Dapat memahami patofisiologi meningitis
d. Dapat memahami tanda dan gejala meningitis
e. Dapat memahami komplikasi yang dapat timbul dari meningitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Medis

2.1 Definisi Meningitis


Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau
seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih
dalam cairan serebrospinal. Meningitis pada anak-anak masih sering di
jumpai,meskipun sudah ada kemoterapeutik, yang secara in vitro mampu
membunuh mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. WHO(2003),
mendefinisikan anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah risiko
maupun pneumococcus, karena anak-anak biasanya tidak kebal terhadap bakteri.
Adapun menurut Widagdo (2011), Meningitis adalah infeksi akut yang
mengenai selaput mengineal yang dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme dengan ditandai adanya gejala spesifik dari sistem saraf pusat
yaitu gangguan kesadaran, gejala rangsang meningkat, gejala peningkatan tekanan
intrakranial, dan gejala defisit neurologi.
Meningitis atau radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater) merupakan
kondisi serius yang menyebabkan lapisan disekitar otak dan sumsum tulang
belakang mengalami peradangan.

2.2 Etiologi Meningitis


Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus,
parasit, dan jamur. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti
pada penyakit AIDS, DM, Cidera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat
melemahkan system imun.
a. Meningitis Virus
Meningitis Virus tidak melibatkan jaringan otak pada proses
peradangannya. Gejalanya ringan, sehingga diagnosanya luput dibuat. Ada
juga kasus meningitis virus disebabkan oleh enterovirus. Enterovirus ini
merupakan penyebab utama meningitis virus, sedangkan sebagian dari
enterovirus mengakibatkan ensefalis. Walaupun demikian, hanya sedikit
saja kasus Enterovirus yang berkembang menjadi meningitis. Infeksi virus
lain yang menyebabkan meningitis, yaitu:
 Virus Mumps
 Virus Herpes
 Virus yang menyebar melalui nyamuk dan serangga lainnya.

b. Meningitis Bakterialis
Salah satu penyebab utama meningitis pada anak adalah Neisseria
meningitidis yang dikenal sebagai meningokokus. Meningitis pada
kelompok ini sangat serius dan dapat mematikan. Kematian dapat terjadi
hanya dalam beberapa jam. Namun banyak juga pasien yang sembuh, tapi
cacat permanen seperti hilangnya pendengaran, kerusakan otak, dan
ketidakmampuan belajar. Ada beberapa jenis bakteri yang dapat
menyebabkan meningitis, seperti:
 Streptococcus pneumonie
 Hemophilus influenza
 Listeria monocetytogesnes
 Straptococcus aureus

c. Meningitis Jamur
Jamur yang menginfeksi manusia terdiri dari dua kelompok yaitu, jamur
patogenik dan opportunistic. Jamur patogenik mengineksi manusia normal
setelah inhalasi dan inflantasi spora. Sedangkan jamur opportunistic tidak
menginfeksi orang dengan system imun yang normal, tetapi menyerang
system imun yang buruk.

d. Meningitis Parasit
Meningitis Parasit : parasit penyebab meningitis, seperti Angiotrongylus
cantonensis dan Baylisascaris procyonis, yang tidak disebarkan melalui
kontak langsung. Parasit ini umumnya terdapat pada hasil bumi, serta
kotoran, makanan, dan hewan seperti siput, ikan, unggas, memakan
makanan yang berbahan dasar hewan tersebut atau melakukan aktivitas
seperti berenang berpotensi tertular parasit penyebab meningitis.
Meningitis juga dapat di picu oleh kondisi yang diderita pasien, seperti
cedera kepala, kanker, dan lupus, penggunaan obat-obatan tertentu atau
pernah menjalani tindakan medis seperti operasi otak juga dapat memicu
meningitis.

2.3 Tanda dan gejala


Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya
deman, sakit kepala, panas dingin ,muntah,dan kejang-kejang, Anak menjadi
cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang menjadi fotobia, delirium,
halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan
gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti sesak nafas, muntah, dan
diare.
Tanda yang khas adalah adanya tahanan pada perfusi yang tidak optimal
biasanya memberikan tanda klinis seperti kulit dingin dan sianosi. Gejala lainnya
yang lebih spesifik seperti petenis/pura pura pada kulit sering didapatkan apabila
anak mengalami infeksi meningokokus (meningokossemia), keluarnya cairan dari
telinga merupakan gejala khas pada anak yang mengalami meningitis
peneumokokus dan sinus dermal kongenitasl terutama disebabkan oleh infeksi E.
Collins
Pada bayi, manifestasi klinis biasanya tampak pada umur 3 bulan sampai 2
tahun dan sering ditemukan adanya deman, nafsu makan
menurun,muntah,rewel,mudah lelah ,kejang kejang dan menangis meraung-
raung,tanda khas di kepala adalah fontanel menonjol. Kaku kuduk merupakan
tanda meningitis pada anak,sedangkan tanda tanda brudzinski dan kerning dapat
terjadi namun lambat atau ada pada kasus meningitis tahap lanjut.

Pada neunatus,biasanya masih sukar untuk diketahui karena manifestasi klinis


yang tidak jelas dan tidak spesifik, Namun pada beberapa keadaan gejalanya
mempunyai kemiripan dengan anak yang lebih besar, neunatus biasanya menolak
untuk makan, gangguan gastrointestinal berupa muntah dan kadang kadang ada
diare, tomus otot lemah, penggerakan dan kekuatan menangis melemah padan
kasus lanjut terjadi hipotermia/deman, ikterus, rawel, mengantuk, kejang kejang,
frekuensi napas tidak teratur/apnea, sianosi, penurunan berat badan, tanda fontanel
menonjol mungkin ada atau lebih berat terjadi kolaps kardiovaskular, kejang-
kejang, dan apnea biasanya terjadi bila tidak diobati atau tidak dilakukan tindakan
yang tepat.

2.4 Patofisiologi Meningitis


Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran
subarachnoid yang kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan
serebrospinal,dan kerusakan neuron.

a. Invasi patogen
Patogen penyebab meningitis dapat masuk dan menginvasi aliran
subarachnoid dalam berbagai cara,yaitu melalui penyebaran hematogen,dari
struktur sekitar meningkatkan,menginvasinervous Perifer Dan kranial,atau
secara iatrogenik koperasi pada daerah Tanjung atau spinal. Adanya invasi
patogen ke subarachnoid akan mengaktivasi sistem imun,sel darah
putih.komplemen dan immunoglobulon akan bereaksi dan menyebabkan
produksi sitokin.

b. Pengaruh sitokin pada meningitis


Adanya peningkatan produksi sitokin dapat menyebabkan beberapa
perubahan fisiologis, yaitu peningkatan permeabililitas Blood Brain
Barrier (BBB), perubahan aliran darah serebral, Peningkatan perlekatan
leukosit ke endothelium kapiler, serta peningkatan reactivep oxygen species
(ROS). Adanya peningkatan permeabililitas BBB serta perubahan aliran
darah several dapat menyebabkan tekanan perfusi aliran darah turun dan
terjadi iskemia. Hal ini dapat membuat perubahan pada komposisi serta
aliran cairan serebral sehingga menggangu aliran dan absorpsi cairan
serebral Inal.
Gangguan pada serebral Al, perlekatan, leukosit ke endothelium
kapiler,serta peningkatan ROS dapat menyebabkan kerusakan neuron,
Peningkatan tekanan intrakranial, danedama. Kerusakan neuron Al
terutama disebabkan oleh metabolit yang bersifat sitotoksik dan adannya
iskemia neuronal. Akibatnya,terjadinya manifestasi klinis berupa deman,
kaku kuduk, perubahan status mental, kejang atau defisit neurologis fokal.
2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pungsi lumbal, CT Scan,


MRI, dan pemeriksaan laboratorium.

Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal atau analisis cairan dan kultur cairan serebrospinal masih menjadi
metode definitif dalam mendiagnosis meningitis. Parameter yang diperiksa pada
pungsi lumbal adalah opening pressure, jumlah sel darah putih, glukosa, protein,
dan pemeriksaan mikrobiologi.[3,9]
Pada meningitis bakteri biasanya ditemukan adanya peningkatan tekanan,
peningkatan sel darah putih (>80% neutrophil), penurunan glukosa, peningkatan
protein, dan ditemukan patogen bakteri.

Pada meningitis virus ditemukan tekanan normal atau sedikit meningkat,


peningkatan sel darah putih (biasanya mononuklear), glukosa dalam batas normal
atau sedikit menurun, protein dalam batas normal atau sedikit meningkat, dan
ditemukan gen virus pada PCR.

Pada pemeriksaan meningitis tuberkulosis biasanya ditemukan peningkatan sel


darah tekanan dan sel darah putih (biasanya limfosit), penurunan glukosa,
peningkatan protein, dan pada pemeriksaan basil tahan asam akan positif. [3]

CT Scan

CT Scan kepala dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan adanya infeksi


bakteri atau space occupying lession (SOL). Pada infeksi bakteri, beberapa pasien
akan memperlihatkan adanya meningeal enhancement. Menurut Infectious
Diseases Society of America, CT Scan sebaiknya tidak menunda pemeriksaan
pungsi lumbal. Beberapa kondisi yang mengharuskan skrining CT Scan sebelum
pungsi lumbal adalah status pasien immunocompromise, kejang dalam 1 minggu,
papilledema, dan defisit neurologis fokal.[3,9]
CT scan juga dilakukan untuk mengeksklusi SOL. Misalnya, pada pasien dengan
defisit neurologis fokal. CT scan juga dapat membantu menyingkirkan diagnosis
perdarahan intrakranial. [16]
Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah tidak spesifik digunakan untuk mendiagnosis meningitis.


Kultur darah dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi infeksi bakteri, terutama
penyakit meningococcal.

2.6 Penatalaksanaan Medis

Antibiotik

1. Berikan pengobatan antibiotik lini pertama sesegera mungkin.


o seftriakson: 100 mg/kgBB IV-drip/kali, selama 30-60 menit setiap 12
jam; atau
o sefotaksim: 50 mg/kgBB/kali IV, setiap 6 jam.
2. Pada pengobatan antibiotik lini kedua berikan:
o Kloramfenikol: 25 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
o ditambah ampisilin: 50 mg/kgBB/kali IM (atau IV) setiap 6 jam
3. Jika diagnosis sudah pasti, berikan pengobatan secara parenteral selama
sedikitnya 5 hari, dilanjutkan dengan pengobatan per oral 5 hari bila tidak ada
gangguan absorpsi. Apabila ada gangguan absorpsi maka seluruh pengobatan
harus diberikan secara parenteral. Lama pengobatan seluruhnya 10 hari.
4. Jika tidak ada perbaikan:
o Pertimbangkan komplikasi yang sering terjadi seperti efusi subdural
atau abses serebral. Jika hal ini dicurigai, rujuk.
o Cari tanda infeksi fokal lain yang mungkin menyebabkan demam,
seperti selulitis pada daerah suntikan, mastoiditis, artritis, atau
osteomielitis.
o Jika demam masih ada dan kondisi umum anak tidak membaik setelah
3–5 hari, ulangi pungsi lumbal dan evaluasi hasil pemeriksaan CSS
5. Jika diagnosis belum jelas, pengobatan empiris untuk meningitis TB dapat
ditambahkan. Untuk Meningitis TB diberikan OAT minimal 4 rejimen:
o INH: 10 mg/kgBB /hari (maksimum 300 mg) - selama 6–9 bulan
o Rifampisin: 15-20 mg/kgBB/hari (maksimum 600 mg) – selama 6-9
bulan
o Pirazinamid: 35 mg/kgBB/hari (maksimum 2000 mg) - selama 2
bulan pertama
o Etambutol: 15-25 mg/kgBB/hari (maksimum 2500 mg) atau
Streptomisin: 30-50 mg/kgBB/hari (maksimum 1 g) – selama 2 bulan

Steroid

 Prednison 1–2 mg/kgBB/hari dibagi 3-4 dosis, diberikan selama 2–4 minggu,
dilanjutkan tapering off. Bila pemberian oral tidak memungkinkan dapat
diberikan deksametason dengan dosis 0.6 mg/kgBB/hari IV selama 2–3
minggu.

Tidak ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penggunaan rutin


deksametason pada semua pasien dengan meningitis bakteri.

B. Keperawatan

1. Pengkajian Pada Pasien Meningitis

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) pengkajian fokus yang memungkinkan muncul
pada anak dengan meningitis yang sedang dirawat di rumah sakit antara lain :

a. Riwayat kesehatan
Anak yang menderita meningitis mengalami gejala awal seperti
peradangan pada jaringan tubuh umumnya yaitu munculnya peningkatan
suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea,
dan kulit terasa hangat.
b. Keluhan utama
Anak yang dibawa ke rumah sakit biasanya sudah mengalami
peningkatan suhu tubuh diikuti dengan penurunan kesadaran dan kejang.

c. Kondisi fisik

1) Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma dengan nilai GCS
yang berkisar antara 3 sampai dengan 9. Kondisi ini diikuti dengan
peningkatan denyut jantung yang terkesan lemah dengan frekuensi
>100x/menit. Frekuensi pernapasan juga meningkat >30x/menit dengan
irama yang terkadang dangkal terkadang dalam, suara pernapasan
mungkin terdengar ronkhi basah karena penumpukan secret. Nadi anak
teraba lemah karena penurunan cairan tubuh dan volume cairan darah
akibat muntah yang dialami oleh anak.

2) Pada pengkajian persarafan akan di jumpai kaku kuduk dengan reflek


kernig dan brudzinsky positif.

3) Turgor kulit anak mungkin juga mengalami penurunan akibat


peningkatan kehilangan cairan melalui proses evaporasi. Kualitas
penurunan cairan juga dapat dibuktikan dengan mukosa bibir yang kering
dan penurunan berat badan anak.

d. Kebutuhan fungsional

Kebutuhan fungsional yang mungkin akan terganggu pada anak


dengan meningitis antara lain :

1) Kebutuhan rasa aman dan nyaman


Kebutuhan rasa aman terganggu karena meningitis dapat membuat
anak mengalami penurunan kesadaran yang berakibat penurunan
respon terhadap rangsangan dari dalam seperti pengeluaran sekresi
trakeobronkial maupun dari luar seperti rangsangan yang berupa
panas, nyeri maupun rangsangan suara. Kondisi ini dapat berakibat
anak berisiko cedera fisik sehingga terganggu rasa amannya.
Sedangkan rasa nyaman mengalami gangguan karena anak
mengalami peningkatan suhu tubuh rata-rata di atas 37,5ºC.
2) Kebutuhan oksigenasi

Peningkatan sekresi trakeobronkial dan spasme otot bronkial dapat


menjadi jalan nafas sempit sehingga asupan oksigen mengalami
penurunan. Pada pengkajian ini mungkin ditemukan anak terlihat pucat
sampai kebiruan terutama di jaringan perifer. Anak juga terlihat
frekuensi pernafasan meningkat >30x/menit sebagai kompensasi
pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

3) Kebutuhan cairan dan elektrolit

Anak yang menderita meningitis mengalami peningkatan rangsangan


pengeluaran gastrointestinal karena penekanan pada saraf pusat.
Peningkatan rangsangan ini dapat berakibat mual dan muntah yang
berakibat proyektil akibat peningkatan tekanan intrakranial. Penderita
dapat mengalami defisit cairan tubuh yang dapat dilihat pada
pemantauan balance cairan, yaitu jumlah cairan yang keluar lebih
banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Jumlah muntah mungkin
juga cukup banyak, dapat mencapai kurang lebih 500 cc dalam sehari.
Pada saat kesadaran yang masih baik anak yang sudah dapat berbicara
dengan baik akan mengatakan haus.

e. Hasil pemeriksaan fisik


Menurut (Tursinawati et al., 2015) pemeriksaan rangsangan meningeal
pada penderita dengan meningitis biasanya ditemukan hasil positif.
Pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut ;
1) Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring dengan posisi telentang kemudian dilakukan gerakan
pasif berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+)
bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala
disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke
dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
2) Pemeriksaan Kernig
Pasien berbaring denan posisi terlentang kemudian dilakukan fleksi
pada sendi panggul kemudian dilakukan ekstensi tungkai bawah pada
sendi lutut sejauh mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+)
bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135º (kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa
nyeri.
3) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian
dilakukan fleksi 19 kepala dengan ke arah dada sejauh mungkin.
Tanda Brudzkinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
kedua tungkai/kedua lutut.
4) Pemeriksaan Tanda Brudzkinski II
Pasien berbaring terlentang, salah satu tungkainya diangkat dalam
sikap lurus di sendi lutut dan ditekukkan di sendi panggul. Tanda
Brudzkinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
reflektorik pada sendi panggul dan lutut kontralateral.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan tentang respon klien


tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawatan (Harnilawati, 2013).

Menurut (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma 2015) pada


pasien dengan meningitis terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang
kemungkinan muncul, yaitu :

a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi

b. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi

c. Resiko cidera berhubungan dengan kejang

3. Intervensi keperawatan

Suatu intervensi didefinisikan sebagai segala treatment yang dikerjakan


perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018).
Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang
penuh pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan
untuk menyelesaikan masalah (Kozier et al., 2010) Tujuan (NOC) dan
Intervensi (NIC) menurut (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma 2015)
pada diagnosa keperawatan yang muncul pada penyakit meningitis.

4. Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat


melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminology NIC, implementasi terdiri atas
melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus
yang digunakan untuk melaksanakan intervensi (Kozier et al., 2010)

Adapun implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan menurut


(Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma 2015).

a. Monitor suhu sesering mungkin minimal tiap 2 jam

b. Monitor warna dan suhu kulit

c. Monitor tekanan darah, nadi, dan rr.

d. Berikan anti piretik jika perlu

e. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

f. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah fase kelima dan fase terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan dan terarah ketika pasien dan professional kesehatan
menentukan kemajuan pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan
keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi ini akan menentukan
apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau
diubah(Kozier et al., 2010)

Adapun hasil yang diharapkan menurut (Amin Huda Nurarif & Hardhi
Kusuma 2015)yaitu :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Nadi dan RR dalam rentang normal

c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
 Biodata klien :

Nama : An. M

Tempat/tgl lahir : Bogor,14 Juli 2019

No.CM : F289119

Jenis kelamin : Laki-laki

Status kawin : Belum kawin

Agama : Islam

Pendidikan : Belum sekolah

Alamat : Kp.Bubulak Rt 003/003

Tanggal masuk RS : 15 Juni 2020

Sumber informasi : OT pasien

Dx medis : MENINGITIS BAKTERI

 Biodata Penangung Jawab :

Nama : Tn. D

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kp.Bubulak Rt 003/003

Asesmen keperawatan

Petunjuk : beri tanda √ pada kolom yang dianggap sesuai

Asesmen dimulai dari tanggal 15 Juni 2020 jam 08.00 WIB


Diperoleh dari : √ OT pasien

Cara masuk : √ IGD

I. Status Sosial, Ekonomi, Agama, Suku/Budaya, Nilai Kepercayaan


dan Kebutuhan Privasi
1. Pekerjaan Pasien : √ Lain lain: Belum bekerja
Pekerjaan penangung jawab : √ Swasta
Pendidikan Pasien :√ Belum sekolah
Pendidikan Suami /penanggung jawab OT :√ SMA
Cara pembayaran :√ BPJS
Tinggal Bersama :√ Orang tua
2. Spiritual (Agama) : √ Islam
Mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat
inap : √ Tidak
3. Suku /Budaya :√ Sunda
4. Nilai nilai kepercayaan pasien / keluarga :√ Tidak ada
5. Kebutuhan Privasi : √ Tidak
II. Anamnesis
1. Diagnosa medis saat masuk : Meningitis Bakteri
2. Keluhan Utama : Demam
3. Riwayat Penyakit sekarang : OT mengatakan OS demam
sejak 10 hari yang lalu tanggal 5 juni 2020, sebelumnya sudah
berobat jalan ke klinik difaskes I selama 3kali berturut turut belum
ada perubahan demam masih naik turun, 3 hari sebelum masuk ke
Rumah Sakit Hermina, OS cenderung mudah mengantuk dan
tertidur, kaku kuduk dan timbul benjolan diubun ubun sebesar
telur puyuh.
4. Riwayat penyakit dahulu termasuk riwayat pembedahan :
a. Pernah dirawat :√ Tidak
b. Pernah operasi/ tindakan :√ Tidak
c. Masalah operasi/pembiusan : √ Tidak
5. Riwayat penyakit keluarga : √ Tidak Ada
6. Riwayat pemakaian Obat/herbal/jamu sebelum masuk RS : √
Tidak ada
7. Apakah pernah memakai obat pengencer darah
(aspirin,warfarin,plavixdll) :√ Tidak ada
8. Riwayat Alergi : √ Tidak ada
9. Nyeri :√ Tidak ada
10. Riwayat Transfusi Darah : √ Tidak pernah
11. Golongan darah /RH : √ O/Positif
12. Khusus Pasien dengan riwayat kemoterapi dan radioterapi : √
Tidak pernah
13. Riwayat Merokok :√ Tidak Pernah
14. Riwayat minum minuman keras :√ Tidak
15. Riwayat Penggunaan obat penenang : √ Tidak
16. Riwayat Pernikahan : √ Belum Menikah
III. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : √ Sakit sedang
2. Kesadaran :√ Apatis
3. GCS :E=3M=6V=5
4. Tanda Vital : TD : tidak diukur, Suhu :
38,2 ℃, Nadi : 125 kali/menit, Pernafasan :26 kali/menit
5. Atropometri : BB 8kg
6. Pengkajian persistem dan pengkajian fungsi :

Pengkajian
Hasil Pemeriksaan
Persistem/fungsi
Sistem Susunan Kepala : √ TAKHydrocephalus Hematoma Mikrocepalus Lain-lain
Saraf Pusat Ubun-ubun : DatarCekung √ Menonjol √ Lain-lain (Benjolan sebesar
telur puyuh)
Wajah : √TAK Asimetris Bell’s Palsy Kelainan kongenital:__Ekspresi
wajah tampak meringis______
Leher : TAK √ Kaku Kuduk Pembesaran Tiroid Pembesaran KGB
Keterbatasan gerak Lain-lain
Kejang : √TidakAda
Sensorik : √Tidak ada kelainan Sakit nyeri Rasa kebas
Motorik : √TAK Hemiparese Tetraparese
Sistem Gangguan penglihatan: √TAK Minus Plus Buta pandangan agak
Penglihatan kabur
Posisi mata : √ SimetrisAsimetris
Besar pupil : √ IsokorAnisokor
Kelopak mata : √ TAK Edema Cekung Lain-lain
Konjungtiva : √TAK Anemis Konjungtivitis Lain-lain
Sklera : √TAK Ikterik Pendarahan Lain-lain
Alat bantu penglihatan : √Tidak Ya Mata palsu Kacamata
Lensa kontak
Sistem √TAK Nyeri Tuli Keluar cairan Berdengung Lain-lain
Pendengaran Menggunakan alat bantu pendengaran : √Tidak Ya
Sistem Penciuman √TAK Asimetris Pengeluaran cairan Polip Sinusitis Epistaksis
Lain-lain
Sistem Pernafasan Pola nafas :√Normal Bradipneu Tachipneu Kusmaull Cheyne stokes
 Biot Apnea Lain-lain
Retraksi : √Tidak Ya, supra clavikular ringan
NCH :√TidakYa Hilang dengan oksigen
Jenis pernafasan :perut √Dada Alat bantu napas
Irama nafas : √Teratur Tidak Teratur
Terpasang WSD : √Tidak Ya
Kesulitan bernafas : √TidakYa, Dyspneu Orthopneu Lain-lain
Batuk dan sekresi : √Tidak Ya, Produktif Non produktif
Warna sputum : □Putih Kuning Hijau MerahJernih.  taa
Suara nafas : √Vesikuler Ronchi wheezing Kreckles
Perkusi : √Sonor Hiper sonor Redup
Sistem Warna kulit: √Normal Kemerahan Sianosis Pucat Lain-lain
Kardiovaskular Clubbing finger : √Tidak Ya
Nyeri dada : √TidakYa
Denyut nadi:√TeraturTidak teratur
Sirkulasi : √Akral hangatAkral dingin Rasa kebas PalpitasiEdema
Pulsasi : √KuatLemah Lain-lain
CRT : √<2 detik >2 detik
Bunyi jantung : √Normal Murmur Gallop
Sistem Pencernaan Mulut : √mukosa bibir kering Stomatitis Tak Lain-lain
Gigi : √TAK Karies Tambal Goyang Gigi Palsu Lain-lain
Lidah : √BersihKotor Lain-lain
Tenggorokan : √TAK Hiperemesis Pembesaran tonsil Sakit menelan
Abdomen : √TAK LembekDistensi Kembung Asites
Hepatomegali
Splenomegali Nyeri tekan/ lepas, lokasi
Peristaltik usus : √TAK Tidak ada bising usus □Hiperperistaltik
Anus : √TAK Atresia ani Hemoroid Fistula Lain-lain
BAB :√TAK Konstipasi Melena Inkontinensia alvi Colostomy
□Diare
Sistem Kebersihan : √BersihKotor Bau Lain-lain
Genitourinaria Kelainan : √TAK Hipospadia Hernia Hidrokel Ambigous
Phimosis
BAK : √TAK Anuria Disuria Poliuria Retensi urin Hematuri
Palpasi : Nyeri vesika urinaria √Tidak ada kelainan
Perkusi : √TAK  Nyeri ketok
Sistem Reproduksi Wanita
Tidak dikaji
Laki-laki
Sirkumsisi :√Tidak ya
Gangguan Prostat : √Tidak ya
Sistem Integumen Turgor : √Kembali cepatkembali lambatkembali sangat lambat
Warna : √TAK Ikterik Pucat
Integritas : √Utuh Dekubitus ruam Ptekie
Kriteria resiko dekubitus : Pasien imobilisasi Penurunan kesadaran
Malnutrisi Kelumpuhan Penurunan Persepsi √tidak ada resiko
(Bila terdapat suatu atau lebih kriteria di atas, lakukan pengkajian dengan
menggunakan formulir pengkajian resiko dekubitus/ score Braden Scale)

Sistem Pergerakan sendi : √BebasTerbatas


Muskuloskeletal Kekuatan otot : √Baik Lemah Tremor
Nyeri sendi : √Tidak ada Ada, lokasi
Oedema : √Tidak adaAda, lokasi
Fraktur : √Tidak adaAda, lokasi
Parese : √Tidak adaAda, lokasi
Postur tubuh : √Normal Skoliosis Lordosis Kyphosis
Sistem Endokrin Mata : √TAK Exopthalmus Endopthalmus
Metabolik Leher : √TAK Pembesaran kelenjar tiroid
Ekstremitas : √TAK Tremor Berkeringat

IV. Pengkajian fungsi kognitif dan motorik


1. Kognitif
√Orientasi penuh
2. Motorik
a. Aktifitas sehari-hari : dibantu keseluruhan
b. Berjalan : √ belum bisa berjalan
c. Riwayat patah tulang: √Tidak pernah
d. Alat ambulan : √Tidak menggunakan
e. Ekstremitas atas : √Tidak ada kesulitan
f. Ekstremitas bawah : √TAK
g. Kemampuan menggenggam : √Tidak ada kesulitan
h. Kemampuan koordinasi : √Tidak ada kelainan
i. Kesimpulan gangguan fungsi: √Tidak (tidak perlu konsul DPJP)
3. Pengkajian resiko pasien jatuh

Resiko Jatuh Humpty Dumpty: Resiko tinggi

4. Proteksi
Status mental: √orientasi

Penggunaan restrain : √Tidak

5. Psikologis
Status psikologis: √ tenang
6. Kebutuhan pendidikan/ komunikasi dan pengajaran
a. Bicara : √belum bisa berbicara
b. Bahasa sehari-hari : √Indonesia
c. Penerjemah : √Tidak
d. Hambatan belajar : √Tidak
e. Cara belajar yang disukai : √Audio/ visual
f. Pasien/ keluarga menginginkan informasi/ bersedia:√Bersedia
g. Pasien/ keluarga menginginkan informasi tentang :√Proses
penyakit √Terapi obat √Resiko jatuh
h. Perencanaan Edukasi :
a. Memberikan penkes mengenai proses penyakit
b. Memberikan penkes tentang terapi obat yang akan diberikan
c. Memberikan penkes tentang pencegahan resiko jatuh

SKRINING GIZI OLEH PERAWAT


Anak (Berdasarkan STRONG)

No Aspek Yang Dinilai Tidak


1 Apakah pasien tampak kurus 0
Penurunan BB selama 1 bulan terakhir? (berdasarkan penilaian
objektif data BB bila ada/ penilaian sebjektif dari orang tua
2 0
pasien atau untuk bayi <1 tahun BB tidak naik selama 3 bulan
terakhir)
Apakah terdapat kondisi salah satu diare >5 kali/ hari, muntah >3
3 0
kali/hari & asupan makan berkurang selama 1 minggu terakhir
Ada penyakit/ keadaan yang mengakibatkan pasien beresiko
4 0
mengalami malnutrisi?
Total Skor 0
Resiko Nutrisi: √resiko rendah (total skor 0)

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Hipertermia
2. Gangguan Perfusi jariangan cerebral tidak efektif
3. Kurang pengetahuan OT

RENCANA KEPERAWATAN
1. Observasi k/u dan TTV dan tingkat kesadaran

2. Berikan kompres hangat dan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
3. Anjurkan OT untuk membatasi jumlah pengunjung, atur suhu ruangan, dan
berikan cahaya yang Adequat.
4. Libatkan OT untuk memberikan kompres hangat dan baju yang menyerap
keringat.
5. Penkes pentingnya kompres hangat dan baju yang mudah menyerap
keringat.
6. Kolaborasi Dokter untuk pemberian obat antipiretik
PERENCANAAN PERAWATAN INTERDISIPLIN/ REFERAL

1. Diet dan nutrisi : Tidak


2. Rehabilitasi medik :Tidak
3. Farmasi :Tidak
4. Perawatan luka : Tidak
5. Manajemen nyeri : √ Tidak
6. Lain-lain :Tidak

PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)

Pasien dan keluarga dijelaskan tentang perencanaan pulang: Ya


Lama perawatan rata-rata: 3-4 hari, tanggal rencana pulang:18 Juni 2020
Jika tidak masuk dalam kondisi khusus edukasi yang diberikan sebagai berikut:
Pemantauan pemberian oba
Bila salah satu jawaban “Ya” dari kriteria perencanaan pulang di bawah ini,
makan akan dilanjutkan dengan asesmen awal pasien pulang dalam kondisi
khusus.
1. Geriatri :Tidak
2. Umur >65 tahun :Tidak
3. Keterbatasan mobilitas :  Tidak
4. Perawatan lanjutan (menggunakan alat, perawatan luka dll)
: Tidak
5. Pengobatan lanjutan (DM, TBC, Jantung, kemoterapi dll)
: Tidak
6. Bantuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari  Tidak
Assesmen transportasi
1. Transportasi pulang : kendaraan pribadi (beroda dua)

Perawat yang melakukan


Verifikasi DPJP
pengkajian
Tanggal: 15 Juni 2020, pkl 08.30 Tanggal: 15 Juni 2020, pkl 16.00
WIB selesai WIB Verifikasi

Sr. E AMK dr. F , SpA

Tanda Tangan dan Nama Jelas Tanda Tangan dan Nama Jelas

ASSESMEN PEDIATRIK
a.Usia kehamilan: cukup bulan
b.Komplikasi :  tidak  ya sebutkan
c.Masalah neonates :  tidak  ya, sebutkan
d.Masalah maternal :  tidak  ya, sebutkan
1. Riwayat Tumbuh Kembang
a. BB anak saat lahir : 2500 gram
PB anak saat lahir : 49 cm
b. ASI sampai umur : saat ini
c. Susu formula dimulai : belum
d. Makanan tambahan dimulai : 6 bulan
e. Makanan padat dimulai : 8 bulan
f. Tengkurap : 3 bulan
g. Duduk : 7 bulan
h. Merangkak : 8 bulan
i. Berdiri : 10 bulan
j. Berjalan : belum
2. Riwayat imunisasi
Polio : 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan
BCG : 2 bulan
DPT : 2 bulan, dan 4 bulan, 6 bulan
Hepatitis B : saat baru lahir, 2 bulan
Campak : belum
1. Data penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Tgl & waktu


Jenis Pemeriksaan Nilai normal 15/06/20
Jam 06.00 WIB
Hematologi
HR I
Hemoglobin 10,5 – 12,9 g/dl 13,4
Hematokrit 35 – 43 % 39
Leukosit 6.0- 17.5 10³/ul 24320
Trombosit 229 – 553 10³/ul 762000

Cairan tubuh
Analisa Cairan otak
Jumlah sel 329
PMN SEL 25
MN SEL 75
Protein 15 – 45 200
b. Glukosa 50 – 80 1 Pemeri
Clorida 115– 128 105
Nonne Negatif Positif ksaan
Pandy Negatif Positif

Radiologi (CT scan BRAIN)


Kesan :
Benign enlargement of the subarachnoid space bilateral aspek frontalis,
o Tak tampak edema cerebri, infark, pendarahan maupun SOL,
pada CT scan saat ini
o Tak tampak Fraktur pada neurocranium maupun
viscerocranium
o Sinus paranasalis dalam batas normal
o Ukuran kepala kecil menurut foto scan pada usia anak 11 – 13
bulan
c. TERAPI MEDIKASI

IVFD KN 3B 12 tpm makro


Meropenem 3 x 200mg IV TST
PCT drip 80mg, KP demam
Metronidazole 3 x 250mg/IV
Mycostatin drop 4 x 1 ml /PO
Sibital injeksi 150 mg KP kejang

DATA FOKUS
DS DO
OT mengatakan os mudah mengantuk● Kaku kuduk
sejak 3 hari sebelum masuk rumah● GCS E= 3 M=6 V=5
sakit ● Kesadaran Apatis
● Benjolan di ubun ubun sebesar
telur puyuh
OT mengatakan os demam sejak 10 ● Suhu 38,2 ℃
hari sebelum masuk rumah sakit ● Nadi 125 x /menit
sejak tanggal 5 juni 2020 ● Respirasi 26x / menit
● Tensi tidak diukur
OT mengatakan tidak mengetahui ● OT banyak bertanya mengenai
mengenai penyakit os kondisi os
● Raut wajah cemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi
2. Gangguan oerfusi cerebral
3. Kurang pengetahuan OT

4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tanggal, Tujuan Perencanaan Rasional


waktu Kriteria hasil Rencana
perawat tindakan
1. Hipertermia b.d 15/06/20 Setelah - TTV dalam - Monitor - Mengetahui
proses infeksi Jam dilakukan batas normal TTV keadaan umum
DS : OT mengatakan 08.00 tindakan - Mukosa - Lakukan pasien
demam sejak 10 hari wib keperawatan bibir lembab kompres - Efektif
yg lalu Sr.E selama 3x hangat menurunkan
DO : 24jam demam - Libatkan suhu tubuh
- HR 125x/menit turun OT dalam - Memberikan
- RR 26x/menit pemberian kesempatan
- Suhu 38,2 ℃ minum os orang tua
- Mukosa bibir dalam
kering - Penkes perawatan
Pemakaia anaknya
n baju - Memberikan
tipis dan pengetahuan
menyerap untuk
keringat menurunkan
2. dan suhu panas
15/06/20 Setelah surface badan
Perfusi Serebral tidak Jam dilakukan cooling. - Membantu
efektif adalah 08.00 tindakan - Kolaboras menurunkan
beresiko mengalami wib keperawatan i demam os
penurunan sirkulasi Sr. E selama 3x24 pemberian
otak faktor resiko jam Perfusi antipiretik
karena proses infeksi Serebral tidak
bakteri ditandai terjadi - Mengetahui
dengan : - Kesadaran tanda tanda
DS : OT mengatakan membaik vital ,tingkat
OS cenderung - Reflek saraf - Observasi kesadarandan
mengantuk membaik i tanda status
DO: KU berat, kes tanda neurologi
apatis vital - Efektif
TTV : SH=38,2℃ - Monitor meningkatnya
Nadi = 125x/menit tingkat kesadaran
Rr = 26x/menit kesadaran - Memberikan
Kaku kuduk dan status kesempatan
neurolgis( orang tua
GCS) untuk
- Batasi menciptakan
jumlah lingkungan yg
pengunjun nyaman,memb
g erukan cahaya
- Ciptakan yg adequat
ruang - Memberikan
yang penetahuan
nyaman kepada
3. 15/06/20 Setelah dan atur keluarga
Jam dilakukan cahaya pentingnya
Kurang pengetahuan 09.00 tindakan Adequat suasana
orang tua wib keperawatan - Libatkan lingkungan yg
berhubungan dengan Sr.E selama 3 x 24 OT untuk nyaman,cahay
kondisi os yang jam OT menciptak a yang adequat
mengalami mengerti an
penurunan trombosit mengenai lingkunga
Ditandai dengan : penyakit n yg
DS : OT mengatakan pasien nyaman
tidak mengetahui - Penkes ke
mengenai penyakit os OT
DO : tentang
-OT banyak bertanya tanda
mengenai kondisi os tanda
- Raut wajah cemas perubahan
perfusi
serebral
- Kolaboras
i dengan
rehabilitas
- OT tidak i medis - Mengetahui
banyak perkembangan
bertanya kondisi os
mengenai - Observasi - Mengetahui
kondisi os TTV sejauh mana
- Kaji pengetahuan
- Raut wajah pengetahua OT terhadap
OT tidak n OT penyakit os
cemas mengenai - Menciptakan
penyakit kenyamanan
yang untuk pasien
diderita - Memberikan
pasien pengetahuan
- Libatkan kepada OT
OT dalam mengenai
perawatan penyakit yang
pasien diderita os
- Memberikan
- Penkes rasa nyaman
mengenai kepada OT
penyakit os
- Kolaborasi
dengan
DPJP untuk
menjelaska
n kondisi os
setiap visite
Nama
Tgl/jam TINDAKAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN &Ttd
Perawat
15/06/20
08.00 Menerima operan dengan Sr. y Sr. E
08.10 Melakukan assessment lanjutan, mengobservasi Ku dan TTV: ku berat, os
cenderung tidur SH:38,2 ℃ Nd: 125x/mnt Rr:26x/mnt TD:90/60 mmhg. Sr. E
OT bertanya mengenai penyakit anaknya.
08.15 Melibatkan OT dalam pemberian minum dan baju menyerap keringat Sr. E
09.00 Memberikan penkes pentingnya pemberian minum Sr. E
10.00 Melibatkan OT dalam pemakaian baju tipis dan menyerap keringat Sr. E
12.30 Mengobervasi intake output: balance: + 50cc / 7jam Diuresis: Sr. E
2cc/kgBB/jam

13:30 Evaluasi
S: OT mengatakan demam berkurang, OS mau minum asi sedikit, OT
menanyakan hasil lab dan CTscan kepala
O: Ku berat, kesadaran apatis,sh:38,2℃, Nd:125 x/mnt Rr:26x/mnt Sr. E
TD:90/60 mmhg Balance: + 253,66cc Duresis:1,9cc/kgBB/jam, .
A: DX1. Hipertermi teratasi sebagian
DX2. Gangguan perfusi jaringan cerebral teratasi sebagian
DX3. Kurang pengetahuan OT teratasi sebagian
P : - Kolaborasi pemberian antipiretik
- Penkes mengenai penyakit pasien

Melakukan operan dengan Sr. H


16/06/20 Melakukan assessment lanjutan, mengobservasi Ku dan TTV: ku berat, os
rewel SH:37,5 ℃ Nd: 110x/mnt Rr:24x/mnt TD:90/60 mmhg. OT Sr. E
08.00 bertanya mengenai berapa lama perawatan anaknya
09.00 Melibatkan keluarga dalam perawatan pasien Sr. E
09.30 Memberikan penkes mengenai penyakit pasien
10.00 Memonitor intake dan out put: Balance: -19,5 cc Diuresis:3,7cc/kgBB/jam
12.00 Evaluasi
13:30 S: OT mengatakan anaknya lemah, demam mulai turun
13.45 O: Ku sedang, kes composmentis. sh:37,2’c, Nd:105x/mnt, nadi teraba
kuat teratur Rr 24x/mnt, nch dan retraksi tidak ada. TD: 90/60 mmhg.
Balance: -19,5cc. Duresis: 3,7cc/kgBB/jam. OT Nampak lebih tenang.
A: DX1. Hipertermi teratasi sebagian Sr. E
DX2. Gangguan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian
DX3. Kurang pengetahuan OT teratasi sebagian
P: observasi KU, TTV dan kesadaran

Sr. E
17/06/20 Melakukan operan dengan Sr. H
08.00 Melakukan assessment lanjutan, mengobservasi Ku dan TTV: ku sedang,
kesadaran CM SH:36,8 ℃ Nd: 100x/mnt Rr:24x/mnt TD:90/60 mmhg.
09.00 Melibatkan OT dalam pemberian minum asi
10.00 Memberikan penkes tentang pemakaian baju tipis dan menyerap keringat Sr. L
Mengobervasi TTV:Sh:36,5 Nd:99x/mnt Rr:22x/mnt TD:90/60 mmhg
12.30 Memonitor intake ouput :Balance: + 88cc/kgBB/jam Diuresis: Sr. L
2,1cc/kgBB/ jam

Evaluasi
13.40 S: Ortu mengatakan anaknya demam berkurang, anaknya sudah mulai
bangun
O: ku baik kes CM ada, SH:36,5C Nd:99x/mnt, Rr:24x/mnt
TD:90/60mmhg balance: -88cc/kgBB/jam Duresis: 2,1cc/kgBB/ jam. Ma
OT tampak lebih tenang. Sr. L
A : DX1. Hipertermi teratasi sebagian
DX2. Gangguan perfusi jaringan serebral teratasi sebagian
DX3. Kurang pengetahuan OT teratasi
P: - Observasi ku dan TTV
- DX 3 dihentikan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Dengue
haemorrhagic fever (DHF) yang dilakukan pada An. A – Tn. A dengan Asuhan
keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pada pengkajian teori anak dengan DHF didapatkan adanya keluhan panas
mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran composmetis.
Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,
diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada
kulit.
Pada An. A ditemukan demam masih tinggi pada hari ke 6, anak lemas dan tidak
mau makan. BAB diare hanya 1x perhari. Keluhan nyeri sulit dinilai karena os
belum bisa mengungkapkan yang dirasakan dan keluhan perdarahan tidak ada.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan tahap ke dua dari proses asuhan keperawatan.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan data – data yang ada dalam pengkajian.
Menurut tinjauan teoritis pada klien dengan post operasi laparatomi ditemukan 5
diagnosa. Pada An. A ditemukan 3 diagnosa yang sesuai dengan teoritis yaitu
hipertermia, Gangguan perfusi jaringan serebral, pengetahuan OT. Penulis tidak
menemukan kesulitan dalam merumuskan masalah keperawatan pada An. M
dengan MENINITIS karena ketersediaannya data – data yang mendukung serta
kerjasama yang baik dengan perawat ruangan.
3. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan tahap ke tiga dari proses asuhan keperawatan.
Penerapan prioritas masalah disusun berdasarkan prioritas masalah pada kasus
adalah hipertermia.
Perencanaan tidak tercantum kriteria dalam waktu namun dalam
kasus penulisan mencantumkan kriteria waktu dengan tujuan untuk memudahkan
evaluasi selama memberikan asuhan keperawatan.

4.. Implementasi keperawatan

Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses asuhan


keperawatan pada tahap implementasi penulis melakukan tindakan keperawatan
yang sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah di susun.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses asuhan keperawatan


setelah penulis melakukan implementasi keperawatan selama tiga hari terhitung
tanggal 15 S/D 17 Juni 2020 , dari tiga diagnosa yang telah ditegakkan belum
teratasi, intervensi dipertahankan sampai pasien pulang.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah suatu reaksi keradangan yang mengenai sebagian atau
seluruh selaput otak (meningen) yang ditandai dengan adanya sel darah putih
dalam cairan serebrospinal.
Penyebab tersering meningitis adalah microorganism seperti bakteri, virus,
parasit, dan jamur. Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab lain, seperti
pada penyakit AIDS, DM, Cidera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat
melemahkan system imun.
Patosifologi meningitis disebabkan oleh infeksi berawal dari aliran
subarachnoid yang kemudian menyebabkan reaksi imun, gangguan aliran cairan
serebrospinal,dan kerusakan neuron.
Pada anak,manifestasi klinis yang adalah timbul sakit secara tiba-tiba, adanya
deman, sakit kepala, panas dingin, muntah, dan kejang-kejang. Anak menjadi
cepat rewel dan agitasi serta dapat berkembang menjadi fotobia, delirium,
halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk, supir, dan koma. Gejala dan
gangguan pada pernapasan atau gastrointestinal seperti sesak nafas, muntah, dan
diare.
Adapun komplikasi yang timbul karena meningitis adalah Hidrosefalus
obstruktif, septicemia, selebral palsy, gangguan mental, herniasi otak, dan
subdural hematoma.

4.2 Saran
a. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
meningitis dan problem solving yang efektif  dan juga sebaiknya kita
memberikan informasi atau health education mengenai meningitis kepada
para orang tua anak yang paling utama.

b. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
meningitis dan meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, ddk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien ( ed.3). Jakarta :
EGC.
Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asukan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Santosa, Z. 2019. Mendeteksi Infeksi Pada Anak. Yogyakarta: CV Alaf Medika
Wahab, S. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson (ed.15). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran.
Widagdo. 2011. Masalah dan Tata Laksana Penyakit Infeksi pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto
https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/meningitis/diagnosis#:~:text=Pem
eriksaan%20penunjang%20yang%20dapat%20dilakukan,%2C%20MRI%2C%20dan
%20pemeriksaan%20laboratorium.&text=Pada%20meningitis%20bakteri%20biasanya
%20ditemukan,protein%2C%20dan%20ditemukan%20patogen%20bakteri.
http://www.ichrc.org/652-meningitis-tatalaksana-perawatan-penunjang-
pemantauan-komplikasi
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/2364/3/BAB%20II_1.pdf

Anda mungkin juga menyukai