Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu : Ns. Ani Widiastuti, S.Kep, SKM, M.Kep, Sp.Kep.MB
Disusun Oleh:
Erina Nurbati 1710711020
Mustika Widyastuti 1710711026
Sukmamawi Desi 1710711032
Rani Mutrika 1710711045
Aulia Afifah H 1710711059
Kharisma Ekva Nanada 1710711061
Natasya Dwiyustiana 1710711063
Sanaya Azizah 1710711079
Tiara Fadjriyaty 1710711081
Zahrotul Mutingah 1710711088
Fijri Reski 1710711093
Tari Gustika 1710711094
Muhammad Alfian 1710711103
Anggia Nur 1710711104
Umi Nurahmah 1710711111
Christin Natalia 1710711126
Ayu Inda 1710711137
Regita Cahyani 1710711147
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
A. PENGERTIAN
Meningitis adalah peradangan Data Objektif
yang terjadi pada meningen, yaitu
membran atau selaput yang melapisi
otak an medula spinalis yang dapat
disebabkan oleh berbagai organisme
seperti virus, bakteri, atau pun jamur
yang menyebar masuk kedalam
darah dan berpindah kedalam cairan
otak (Black & Hawk, 2005).
Meningitis merupakan inflamasi
pada selaput otak yang mengenai
lapisan piameter dan ruang
subaraknoid maupun araknoid, dan
termasuk cairan serebrospinal.
Meningitis adalah inflamasi yang
terjadi pada meningen otak dan
medula spinalis (Lippincott Williams
& Wilkins, 2012). Gangguan ini
biasanya merupakan komplikasi
bakteri seperti otitis media,
pneumonia, ekokarditis dll.
B. KLASIFIKASI
1. Meningitis bakteri
Streptococcus pneumoniae
(pneumococcus)
Bakteri ini merupakan
penyebab yang paling umum
dari penyakit meningitis
bakteri pada bayi, anak-
anak, dan orang dewasa di
Amerika Serikat. Jenis
bakteri ini juga dapat
menyebabkan penyakit
pneumonia atau infeksi
telinga atau sinus. Namun,
Anda dapat mengurangi
risiko terkena infeksi dengan
melakukan vaksinasi.
Neisseria meningitidis
(meningococcus)
Jenis bakteri ini juga
menjadi penyebab utama
dari jenis meningitis bakteri
lainnya. Penyakit meningitis
yang diakibatkan oleh
penyakit ini disebut dengan
istilah meningitis
meningokokus dan biasanya
terjadi ketika bakteri hasil
infeksi saluran pernapasan
masuk ke dalam aliran
darah. Jenis infeksi ini
sangatlah menular dan
umumnya dialami oleh
remaja dan orang dewasa.
Namun, Anda dapat
mengurangi risiko terkena
infeksi ini dengan cara
melakukan vaksinasi.
Haemophilus influenzae
(Haemophilus)
Bakteri haemophilus
influenzae tipe b (Hib)
umumnya menyerang anak-
anak dan menyebabkan
penyakit meningitis. Namun,
telah dibuktikan bahwa
melakukan imunisasi rutin
dengan vaksin Hib dapat
mengurangi jumlah kasus
dari jenis meningitis,
khususnya di Amerika
Serikat.
Listeria monocytogenes
(listeria)
Jenis bakteri ini dapat
ditemukan dalam keju luna,
hot dog, dan daging. Pasti
Anda sering mengkonsumsi
ketiga jenis makanan
tersebut. Namun, untungnya,
orang yang keadaan
tubuhnya sehat bila terkena
bakteri listeria tidak akan
menjadi sakit. Tapi, bagi ibu
hamil, bayi yang baru lahir,
orang yang memiliki sistem
kekebalan tubuh lemah lebih
rentan terinfeksi oleh bakteri
ini. Jenis bakteri ini dapat
melintasi penghalang
plasenta dan bila sang ibu
mengalami infeksi pada
akhir kehamilan, hal itu
dapat menyebabkan si bayi
meninggal segera setelah
lahir.
2. Meningitis viral
3. Meningitis kronis
Meningitis kronis dapat
terjadi ketika organisme
tertentu menyerang selaput
dan cairan yang mengelilingi
otak Anda. Berbeda dengan
meningitis akut, penyakit ini
akan berkembang lebih dari
dua minggu atau lebih.
Namun, tanda dan gejala
yang ditimbulkan hampir
sama dengan meningitis
akut, seperti sakit kepala,
demam, dan muntah.
4. Meningitis jamur
C. ETIOLOGI
1. Bakteri ; Mycobacterium
tuberculosa, Diplococcus
pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococcus
haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa
10. Malnutrisi
D. MANIFESTASI KLINIS
FRAKTUR
Gejala meningitis diakibatkan dari
infeksi dan peningkatan TIK :
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis lebih
bersifat mengatasi etiologi dan
perawat perlu menyesuaikan dengan
standar pengobatan sesuai tempat
bekerja yang berguna sebagai bahan
kolaborasi dengan tim medis. Secara
ringkas penatalaksanaan pengobatan
meningitis meliputi pemberian
antibiotic yang mampu melewati
barier darah otak ke ruang
subarachnoid dalam konsentrasi
yang cukup untuk menghentikan
perkembangbiakan bakteri.
Baisanya menggunakan
sefaloposforin generasi keempat atau
sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian
antimikroba lebih efektif digunakan.
Farmakologi
1. Meningitis Bakterial
a. Antibiotik
Berikan pengobatan
antibiotik lini pertama
sesegera mungkin.
o seftriakson: 100
mg/kgBB IV-
drip/kali, selama 30-
60 menit setiap 12
jam; atau
o sefotaksim: 50
mg/kgBB/kali IV,
setiap 6 jam.
o Kloramfenikol: 25
mg/kgBB/kali IM
(atau IV) setiap 6
jam
o ditambah ampisilin:
50 mg/kgBB/kali IM
(atau IV) setiap 6
jam
o Pertimbangkan
komplikasi yang
sering terjadi seperti
efusi subdural atau
abses serebral. Jika
hal ini dicurigai,
rujuk.
b. Anti Inflamasi
2. Meningitis Tuberkulosa
a. Antibiotik
Rifampisin 10-15
mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x
sehari selama 1 tahun.
Pirazinamid: 35
mg/kgBB/hari (maksimum
2000 mg) - selama 2 bulan
pertama
b. Anti Inflamasi
Deksametason dengan
dosis 0,6 mg/kg/hari (anak)
dan 0,4 mg/kg/hari (dewasa)
ekuivalen dengan
prednisolon dosis 2-4
mg/kg/hari (anak) dan 2,5
mg/kg/hari (dewasa).Durasi
pemberian selama 4 minggu
dengan tapering 2-4 minggu
setelahnya
Pengobatan simtomatis:
Pembedahan
VP Shunt (Ventrikel Peritoneal
Shunt) Ventriculoperitoneal Shunt adalah
prosedur pembedahan yang dilakukan
untuk membebaskan tekanan intrakranial
yang diakibatkan oleh terlalu banyaknya
cairan serbrospinal. Cairan dialirkan dari
ventrikel di otak menuju rongga
peritoneum. Prosedur pembedahan ini
dilakukan di dalam kamar operasi dengan
anastesi umum selama sekitar 90 menit.
Rambut di belakang telinga dicukur, lalu
dibuat insisi tapal kuda di belakang
telinga dan insisi kecil lainnya di dinding
abdomen. Lubang kecil dibuat pada
tulang kepala, lalu selang kateter
dimasukkan ke dalam ventrikel otak.
Kateter lain dimasukkan ke bawah kulit
melalui insisi di belakang telinga,
menuju ke rongga peritoneum. Sebuah
katup diletakkan di bawah kulit di
belakang telinga yang menempel pada
kedua kateter. Bila terdapat tekanan
intrakranial meningkat, maka CSS akan
mengalir melalui katup menuju rongga
peritoneum (Jeferson, 2004.
c. Eksisi tumor
d. Fenestrasi endoskopi
Perawatan Penunjang
Pada anak yang tidak sadar:
Jaga jalan napas
Posisi miring untuk menghindari
aspirasi
.
Pemantauan
Pasien dengan kondisi ini harus berada
dalam observasi yang sangat ketat.
Pantau dan laporkan segera bila
ada perubahan derajat kesadaran,
kejang, atau perubahan perilaku
anak.
Pantau suhu badan, denyut nadi,
frekuensi napas, tekanan darah
setiap 6 jam, selama setidaknya
dalam 48 jam pertama.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
MENINGITIS
1. Pemeriksaan Fungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya
dilakukan untuk menganalisa
jumlah sel dan protein cairan
serebrospinal, dengan syarat tidak
ditemukan adanya peningkatan
tekanan intracranial.
a. Pada meningitis serosa
terdapat tekanan yang
bervariasi, cairan jernih, sel
darah putih meningkat,
glukosa dan protein normal,
kultur (-)
b. Pada meningitis purulenta
terdapat tekanan meningkat,
cairan keruh, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat
glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri
2. Pemeriksaan cairan
serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak,
meningitis dibagi menjadi dua
golongan yaitu meningitis serosa
dan meningitis purulenta.
a. Pada meningitis serosa,
diperoleh hasil pemeriksaan
cairan serebrospinal yang
jernih meskipun mengandung
sel dan jumlah protein yang
meninggi.
b. Pada meningitis purulenta,
diagnosa diperkuat dengan
hasil positif pemeriksaan
sediaan langsung dengan
mikroskop dan hasil biakan.
Pada pemeriksaan diperoleh
hasil cairan serebrospinal
yang keruh karena
mengandung pus (nanah)
yang merupakan campuran
leukosit yang hidup dan mati,
serta jaringan yang mati dan
bakteri.
4. Pemeriksaan Radiologis
a. Pada meningitis serosa
dilakukan foto dada, foto
kepala, dan bila mungkin
dilakukan CT Scan. CT Scan
dilakukan untuk menentukan
adanya edema cerebral atau
penyakit saraf yang lainnya
b. Pada meningitis purulenta
dilakukan foto kepala
(periksa mastoid, sinus
paranasal) dan foto dada.
G. KOMPLIKASI PADA
MENINGITIS
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi
akibat dari komplikasi meningitis antara
lain :
Hidrosefalus, pertumbuhan
lingkaran kepala yang cepat
dan abnormal yangdisebabkan
oleh penyumbatan cairan
serebrospinalis. Gangguan
keseimbangan produksi dan
absorbsi CSS didalam ventrikel
Otak. Setiap gangguan produksi
dan absorbsi CSS akumulasi CSS
dalam ventrikel meningkat.
Ventrikel mengalami dilatasi dan
menekan substansi otak ke tulang
kranial (neonatus) akan
menyebabkan pembesaran otak.
( Muttaqin,2010 )
3. Hipertermi, Suatu keadaan
dimana seseorang mengalami
atau berisiko untuk mengalami
kenaikan suhu tubuh secara terus-
menerus lebih tinggi dari 370C
(peroral) atau 38.80C (perrektal)
karena peningkatan kerentanan
terhadap faktor-faktor eksternal. (
Muttaqin,2010)
4. Ensefalitis, yaitu radang pada
otak.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan
sekarang
a. Riwayat kesehatan
secara umum
b. Riwayat faktor
predisposisi seperti
infeksi saluran napas,
fraktur tulang
tengkorak, mastoiditis
dll
c. Riwayat penyakit
kronis lainnya
d. Riwayat imunisasi
- Riwayat kesehatan
keluarga
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang
a. Bakteri
Tekanan cairan
otak meningkat >
180 mmH2O
Warna : keruh
sampai purulen
Sel : leukosit
meningkat, 95%
PMN
Protein :
meningkat
b. Virus
Warna : jernih
Protein : normal
Gula : normal
- Elektrolit : hiponatremia
karena penurunan
B. Data Fokus
Data Subjektif
C. Analisa Data
Masalah
No. DS DO Etiologi
Keperawatan
S: 39⁰C
HR: 50x/mnt
RR: 19x/mnt
TD: 90/70 mmHg
2. Pasien mengeluh Diberikan terapi Nyeri akut Agens
nyeri kepala Panadol 500 mg cedera
biologis:
infeksi
Data tambahan: Data tambahan: jaringan
T: sering
Data tambahan:
S: 39⁰C
HR: 50x/mnt
RR: 19x/mnt
D. Diagnosa Keperawatan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis: infeksi jaringan selaput
meningen
E. Intervensi
I. Daftar Pustaka
Black, M. Joyce&Hawks J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Buku 2. Elsevier
: Singapore.
Black, Joyce M. 1993. Medical Surgical Nursing. W.B Sainders Company : Philadelpia
Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara : Jakarta