Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia
dalam kehidupan sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu
menjaga kesehatannya. Dalam kehidupan sekarang telah banyak ilmu–
ilmu yang mempelajari tentang kesehatan, baik ilmu tentang kesehatan dan
ilmu tentang penyakit. Segala hal yang dilakukan seperti pola dan gaya
hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh dan penyakit
yang kemungkinan dapat diderita. (Notoatmodjo,2007).
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka
kesakitan dan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan
prognosa dan komplikasi yang terjadi.Masalah yang mengancam pada
BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir yang relative
lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan
lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan
cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena
prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama
UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati ,
ginjal, metabolisme dan system kekebalan.
Masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah
penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola
penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh kelompok
Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam
Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang
berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah
sering dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik
tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi
rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980
AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama
AKB 13,5 %.Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37
minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk
kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat
lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %.Di
bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah :
cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas .
(Saifudin, Abdul Bari dkk ,2007)

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :

A. Apa definisi dari BBLR ?


B. Apa klasifikasi dari BBLR ?
C. Bagaimana etiologi BBLR ?
D. Apa manisfestasi klinis BBLR ?
E. Bagaimana patofisiologi BBLR ?
F. Apa komplikasi BBLR ?
G. Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan diagnostik BBLR ?
H. Bagaimana penatalaksanaan BBLR ?

C. TUJUAN PENULISAN
1.Tujuan Umum
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui dan
memahami tentang asuhan keperawatan BBLR
2.Tujuan Khusus
Penulisan makalah ini bertujuan untuk agar mahasiswa mengetahui dan
memahami:
A. Definisi dari BBLR
B. Klasifikasi dari BBLR
C. Etiologi BBLR
D. Manisfestasi klinis BBLR
E. Patofisiologi BBLR
F. Komplikasi BBLR
G. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik BBLR
H. Penatalaksanaan medis BBLR

D. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah pengetahuan dan informasi mengenai asuhan keperawatan
tentang BBLR
2. Merangsang minat pembaca untuk mengetahui asuhan keperawatan
tentang BBLR
3. Mengetahui bagaimana konsep dan asuhan keperawatan tentang
BBLR

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir . (Amru sofian,2012).
BBLR (Bayi berat lahir rendah) ialah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).
BBLR (Bayi berat lahir rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi .
(Wong,2009).
BBLR (Berat badan lahir rendah) yaitu bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(dihitung satu jam setelah melahirkan). (Ribek dkk, 2011).
BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah ) merupakan bayi (neonates)
yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau
sampai dengan 2499 gram. (Herdman, T. Heather. 2012).

B. KLASIFIKASI
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat
lahir rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari
saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500
gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga
kelompok :
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi
yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
hal ini disebabkan pertukaran zat antara ibu dan janin merngalami
gangguan. (Bobak, Irene M. 2005)

3
C. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
1. Factor genetik atau kromosom
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
5. Radiasi
6. Faktor nutrisi
7. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada
masa kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan
sebagainya.

Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir
rendah yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Abortus spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas
35 tahun
e. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu
berat
f. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah, perokok
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b. Infeksi congenital (missal : rubella)
(Huda dan Hardhi ,2013).

D. MANISFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari bayi berat lahir rendah adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut

4
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan
intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya.
(Tim Adaptasi Indonesia, 2009)

Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.
(Huda dan Hardhi, 2013)

E. PATOFISIOLOGI
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi
berat badan lahir rendah dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi
saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu
berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion,
hamil ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan
menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang
dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis,

5
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah,
pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah
Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa
gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus
arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia,
hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia,
dan malformasi konginetal. (Bobak, Irene M. 2005)

F. KOMPLIKASI
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada
bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan
hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena gangguan
pertumbuhan hati.

G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
c. Titer Torch sesuai indikasi
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
e. Pemantauan elektrolit
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

6
H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Keperawatan :

a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
b. Mempertahankan suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.Bayi berat rendah
harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya
dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah
yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas
25 0C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah

7
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm

2. Medis :
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
(Bobak, Irene M. 2005)

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Biodata pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin .
Biodata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama,
suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
2. Riwayat kesehatan
a) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus BBLR yaitu:
a. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
e. Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu
dikaji :
f. Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
g. Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem
pusat pernafasan.
b) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a. Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS
(0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia
ringan.
b. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500
gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk

9
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.
4. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
5. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan
ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.
6. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali
dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
7. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif
dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.
8. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh < 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C –
37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara
40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum
teratur .
9. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
10. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
11. Mata

10
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
12. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
13. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
14. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
15. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
16. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
17. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
karena GI Tract belum sempurna.
18. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
19. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
20. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari feses.
21. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
22. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang
(Doenges E marlyn,2007)

11
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi
termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
c. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima
nutrisi
e. Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas
peristaltic di dalam system gastrointestinal
f. Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat
g. Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Dx : Ketidakefektifan pola nafas b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
Pola nafas yang efektif
Kriteria hasil :
1. Kebutuhan oksigen menurun
2. Nafas spontan, adekuat
3. Tidak sesak.
4. Tidak ada retraksi

Rencana Tindakan :

a. Kaji TTV bayi


R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Beri posisi semifowler
R/ : Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada
pasien.
c. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan
memperberat depresi pernapasan pada bayi
R/: mengetahui obat-obatan yang memperberat depresi pernapasan
pada bayi
d. Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
R/ :Mengetahui irama, kedalaman dan frekuensi pernapasan
e. Kolaborasi pemberian oksigen dengan metode yang sesuai.
R/:memenuhi kecukupan oksigen dalam tubuh

b. Diagnosa : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas


fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

12
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
suhu bayi stabil
Kreteria hasil: Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Akral hangat
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai.
R/: Menurunkan risiko hipotermi / hipertermi.
c. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber
dingin/panas
R/: Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber
dingin/panas.
d. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu.
R/: Memantau terjadinya peningkatan / penurunan suhu tubuh.
e. Kolaborasi pemberian obat-obat sesuai dengan indikasi :
fenobarbita
R/: Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan
hipertermia.

c. Diagnosa : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas


struktur kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
Integritas kulit baik
Kriteria hasil : Tidak ada rash, Tidak ada iritasi,Tidak plebitis
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan
lecet pada daerah yang tertekan.
R/: Memantau adanya kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet.
c. Lakukan perawatan tali pusat.
R/: Menjaga tali pusat dalam keadaan baik.
d. Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
R/: Menurunkan terjadinya gangguan integritas kulit
e. Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
R/: Memantau hasil pemeriksaan laboratorium.
f. Kolaborasi pemberian antibiotika.
R/: Obat-obatan sangat penting dalam proses penyembuhan.

13
d. Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan
menerima nutrisi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
nutrisi adekuat
Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gram / hari, Tidak ada edema,
Protein dan albumin darah dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Catat intake dan output
R/: Memantau jumlah cairan masuk dan keluar.
c. Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat.
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
d. Timbang berat badan setiap hari
R/: Timbang berat badan setiap hari
e. Kolaborasi dalam pemberiantotal parenteral nutrition kalau perlu
R/: Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.

e. Diagnosa : Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan


aktivitas peristaltic di dalam system gastrointestinal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
system gastrointestinal berfungsi dengan baik
Kriteria hasil : tidak ada kram abdomen, tidak ada nyeri abdomen,
tidak ada diare, nafsu makan meningkat, peristaltic usus dalam batas
normal 15-30x/menit
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Monitor bising usus
R/: Mengetahui frekuensi bising usus yang normal
c. Monitor status cairan dan elektrolit
R/: Mengetahui banyaknya ciaran dan elektrolit dalam tubuh
d. Catat intake dan output secara akurat
R/:Mengetahui intake dan output dalam tubuh secara adekuat
e. Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit(membran mukoso kering, sianosis)
R/: mengetahui adanya tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
f. Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang
dibutuhkan

14
R/:Terpenuhinya kalori dalam tubuh

f. Diagnosa : Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat


Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Darah rutin normal, Tidak ada
tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Kaji adanya tanda – tanda infeksi
R/:Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
c. Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan
insitusi
R/: Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya
infeksi yang lebih luas
d. Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan
R/:Untuk mencegah adanya infeksi
e. Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan
steril
R/:untuk mencegah infeksi
f. Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak
kontak langsung dengan bayi.
R/:untuk mencegah infeksi lebih lanjut pada bayi
g. Kolaborasi pemberian antibiotik
R/: untuk mencegah infeksi menyebar luas ketempat lain

g. Diagnosa : Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam


sirkulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas
normal, status nutrisi adekuat, tidak ada respon alergi sistemik
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Amati tanda-tanda ikterus
R/:Mengrtahui tanda-tanda ikterus yang abnormal
c. Kaji tanda-tanda dehidrasi
R/: untuk mengetahui adanya tnda-tnada dehidrasi
d. Obsevasi peningkatan bilirubin serum

15
R/:Mengetahui adanya peningkatan bilirubin serum atau tidak
e. Timbang BB setiap hari
R/: mengetahui adanya peningkatan BB atau tidak
f. Kolaborasi dalam pemberian fototerapi
R/: untuk memberikan tindakan lebih lanjut
(NANDA NIC NOC, 2016)

16
BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan
masa yang rawan karena disamping kekebalan yang masih kurang juga
gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode tersebut tidak dapat
dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi
pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang
berkaitan dengan masa kehamilan/proses persalinan sehingga perlu
penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang
selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

B. SARAN
Setiap hasil karya tidak ada yang sempurna dan pasti mempunyai
beberapa kekurangan. Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang
telah dibuat oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada
bayi barulahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Doenges E marlyn,2007.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi


2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike
Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.

Mansjoer, Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : EGC.

Maryunani, Anik. 2009. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta : TIM.

NANDA NIC NOC. 2016.Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid


1.Jogjakarta:Mediaction.

Notoatmodjo, S.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku .Jakarta :Rineka


Cipta.

Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai
Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar:
Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Saifudin Bari ,Abdul. 2009.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal Edisi 1.Jakarta: ybp-sp.

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif


Obstetri Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC

Tim adaptasi Indonesia.2009.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah


Sakit.Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di
Kabupaten/Kota.Jakarta :Depkes.

Wong, D.L,dkk. 2008. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku


Kedokteran.

18

Anda mungkin juga menyukai