Anda di halaman 1dari 17

ENCEPHALITIS

Dosen Pengampu:
Dr. Irsanty Collein, M.Kep,Ns, Sp.Kep,MK (K)

Disusun oleh:
Kelompok II
1. SYERINA
2. RAHMAYANI
3. MINARNI MATOLAI
4. RIRIN
5. FEBRIANI

PRODI D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PALU
2022
KASUS ENCEPHALITIS
1. Pengertian Encephalitis
Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa,
jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2010).Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf
pusat (SSP) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang nonpurulen. Penyebab tersering
dari ensefalitis adalah virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh
enterovarius, mumps, dan adenovirus. Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi campak, influenza,
varicella, dan pascavaksinasi pertusis.
Ensefalitis adalah infeksi jaringan perenkim otak oleh berbagai macam mikroorganisme. Pada
encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak sampai
dengan medula spinalis (Smeltzer, 2012).
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang menyebabkan infliltrasi limfositik yang kuat pada jaringa otak dan
leptomeningen menyebabkan edema serebral, degenarasi sel ganglion otak dan kehancuran sel saraf
difusi (Anania, 2012).
2. Etiologi
a. Untuk mengetahui penyebab encephalitis perlu pemenksaan bakteriologik dan virulogik pada
spesimen fees, sputum, serum darah walaupun cairan serebrosspinalis yang harus diambil pada hari-
hari pertama Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria,
protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan ViruS.
Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan
T Pallium. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000).
b. Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak
dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus.
Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut inveksi sistemik
atau vaksin tedahulu.

Encephalitis di sebebkan oleh virus :


1) Arbovirus
Arbovirus dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk dan serangga. Masa
inkubasinya antara 5 sampai 15 hari.
2) Enterovirus
Termasuk dalam enterovirus adalah adalah poliovirus, herpes zoster. Enterovirus disamping dapat
menimbulkan encephalitis dapat pula mengakibatkan penyakit mumps (gondongan).
3) Herpes Simpleks
Herpes simpleks merupakan penyakit meningitis yang sangat mematikan di Amerika Utara
(Hickey dalam Donna, 1995).
4) Amuba
Amuba penyebab encephalitis adalah amuba Naegleria dan Acanthamocba, keduanya ditemukan
di air dan dapat masuk melalui mukosa mulut saat berenang.
5) Rabies
Penyakit rabies akibat gigitan binatang yang terkena rabies setelah masa inkubasi yang
berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
6) Jamur
Jamur yang dapat menimbulkan encephalitis adalah fungus Blastomyces dermatitidis, biasanya
menyerang pria yang bekerja di luar rumah. Tempat masuknya melalui paru-paru atau lesi pada
kulit.
3. Tanda dan gejala
Adapun gejala-gejala yang mungkin timbul pada masalah ensefalitis adalah :
a. Panas badan meningkat.
b. Sakit kepala.
c. Muntah-muntah lethargi.
d. Kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen
e. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku.
f. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara dan kejang.
4. Pathofisiologi
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat melalui peredaran
darah,saraf perifer atau saraf kranial,menetap dan berkembang biak menimbulkan proses
peradanga.Kerusakan pada myalin pada akson dan white matter dapat pula terjadi.Reaksi
peradangan juga mengakibatkan perdarahan,edema,nekrosis yang selanjutnya dapat terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.Kematian dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan
tekanan intrakranial.
Urut – urutan bervariasi sesuai dengan agen infeksi dan hospes.Pada umumnya virus masuk
sistem limfatik,melalui penelanan enterovirus,pemasukan pada membran mukosa oleh
campak,rubela,VVZ atau HSV ,atau dengan penyebaran hematogen dari nyamuk atau gigitan serangga
lain.Ditempat tersebut,mulai terjadi multiplikasi,dan masuk aliran darah menyebabkan infeksi beberapa
organ.Pada stadium ini (fase ekstraneural) ada sakit demam,sistemik,tetapi jika terjadi multiplikasi virus
lebih lanjut pada organ yang ditempati ,penyebaran sekunder sejumlah virus dapat terjadi .Invasi SSS
disertai dengan bukti klinis penyakit neurologis. HSV-1 mungkin mencapai otak dengan penyebaran
langsung sepanjang akson saraf.
5. pathway
6. Penatalaksanaan
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap sampai menghilangnya
gejala-gejala neurologik.
Tujuan penatalaksanaan adalah mempertahankan fungsi organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap
terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan
koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2010).
Tatalaksana yang dikerjakan sebagai berikut :
a. Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis biasanya berat. Pemberian
Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan Diazepam (0,1-0,2
mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
b. Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan
pemberian oksigen.
c. Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri
dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
d. Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan
dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga
dengan Gliserol,melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari
jeruk. Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama
7. Pemeriksaan penunujang
a. MRI atau CT scan
MRI atau CT scan merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan dokter untuk mendeteksi radang
otak. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan pada otak, seperti pembengkakan atau tumor
yang memicu peradangan pada otak.
b. Lumbal pungsi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis virus penyebab infeksi. Dalam pemeriksaan
lumbal pungsi, dokter akan memasukkan jarum ke tulang belakang untuk mengambil sampel cairan
serebrospinal guna diperiksa di laboratorium.
c. Elektroensefalogram (EEG)
Pemeriksaan ini dilakukan dokter untuk memeriksa aktivitas listrik otak dan menentukan lokasi otak
yang terinfeksi.
d. Tes laboratorium
Beberapa tes laboratorium, seperti tes darah, urine, atau dahak, dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi penyebab infeksi.
e. Biopsi otak
Prosedur ini bertujuan untuk mendeteksi keberadaan virus melalui pengambilan sampel jaringan
otak. Prosedur ini hanya dilakukan jika gejala yang dialami makin memburuk dan pengobatan tidak
lagi efektif.

8. Pemeriksaan Diagnostik
menurut (Victor, 2001) yaitu:
a. Biakan
1. Dari darah : viremia berlangsung hanya sebentar saja sehingga sukar untuk mendapatkan hasil
yang positif.
2. Dari likuor serebrospinalis atau jaringan otak (hasil nekropsi), akan didapat gambaran jenis
kuman dan sensitivitas terhadap antibiotika.
3. Dari fees, untuk jenis entero virus sering didapat hasil yang positif.
4. Dari swap hidung dan tenggorokan, akan didapat hasil kultur positif.
b. Pemeriksaan Serologis uji fiksasi komplemen, uji inhibisi hemaglutinasi dan uji neutralisasi. Pada
pemeriksaan serologis dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IM dapat dijumpai pada awal gejala
penyakit timbul
c. Pemeriksaan Darah : terjadi peningkatan angka leukosit.
d. Punksi Lumbal. Cairan serebospinalis sering dalam batas normal, kadang-kadang ditemukan sedikit
peningkatan jumlah sel, kadar protein atau glukosa.
e. EEG/ Eleetroencephalography. EEG sering menunjukkan aktifitas listrik yang merendah sesuai
dengan kesadaran yang menurun. Adanya kejang, koma, tumor, infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan part otak, dapat menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan. (Smeltzer, 2002).
9. Komplikasi pada Ensefalitis
a. Retardasi mental
b. Iritabel
c. Gangguan motoric
d. Epilepsi
e. Emosi tidak stabil
f. Sulit tidur
g. Halusinasi
h. Enuresis
i. Anak menjadi perusak dan melakukan tindakan asosial lain.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS ENCEPHALITIS
1. Pengkajian
a. Identitas
Seorang anak laki-laki berusia 15 tahun di rawat di RS dengan diangnosa medis Enchephalitis
b. Keluhan utama
Anak masuk dengan keluhan utama demam
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam dirasakan 5 hari sebelum masuk rumah sakit, anak mengalami kejang kurang lebih 5 menit
3x sehari, anak merasa sakit kepala hebat dan kaku kuduk, anak mengalami kesulitan tidur
d. Genogram

A B

x x x x

C D
E F

H
Keterangan :
A : kakek dari orang tua ibu pasien
B : kakek dari orang tua ayah pasien
C : saudara dari ibu pasien
D : saudara dari ayah pasien
E : ibu pasien
F : ayah pasien
G : saudara pasien
H : pasien
: perempuan
: laki-laki
e. Pemeriksaan fisik
 TTV
- TD : 110/80 mmhg
- N : 92 x/m
- S : 39 ⁰C
- Anak tampak meringis
- Kulit terasa hangat
- Skala nyeri 7
 Keadaan umum
- Kesadaran Kesadaran : Apatis
- GCS : 9
E : 4, V:2 ,M:3
 Pola isturahat tidur
Anak mengalami kesulitan tidur dan sering terbangun saat tidur.
 Pola eliminasi
 Pola nutrisi
 Pemeriksaan Head To Toe
- Kulit : Warna : Sawo matang
o Sianosis Sianosis : Tidak ada
o Turgor : cepat kembali kembali < 2 detik
o Kelembaban Kelembaban : Cukup
o Pucat : Tidak ada
o Lain-lain Lain-lain : -
- Kepala :
o Bentuk : normosepal
o Lain-lain Lain-lain : -
- Rambut :
o Warna : Hitam
o Tebal / tipis : tipis
o Jarang / Jarang / tidak (distribusi) tidak (distribusi) : Tidak
o Lain-lain Lain-lain : -
- Mata :
o Palpebra Palpebra : Tidak edem, tidak cekung
o Alis dan bulu mata : Tidak : Tidak mudah dicabut dicabut
o Konjungtiva Konjungtiva : Tidak anemis
o Sklera : Tidak ikterik
o Produksi Produksi air mata : Cukup
o Pupil : Diameter Diameter : 3 mm / 3 mm
o Simetris Simetris : isokor +/+
o Reflek cahaya : +/+
- Telinga :
o Bentuk : Simetris
o Sekret : Tidak ada
o Serumen : Minimal
o Nyeri : Tidak ada
- Hidung
o Bentuk : Simetris Simetris
o Pernapasan cuping hidung : Tidak ada Tidak ada
o Sekret : Tidak ada
o Epistaksis : Tidak ada
o Lain-lain Lain-lain : -
- Mulut :
o Bentuk : Simetris Simetris
o Bibir : Mukosa sedikit sedikit kering , berwarna berwarna merah muda
o Gusi : - tidak mudah berdarah berdarah
o Pembengkakan : Tidak ada
- Lidah :
o Bentuk : Simetris
o Pucat : ada
o Tremor : ada
o Kotor : tidak
o Warna : Bagian tengah agak putih, dan tepinya tepinya kemerahan kemerahan
- Tonsil :
o Warna : Merah muda
o Pembesaran : Tidak ada
o Abses / tidak : Tidak ada
- Leher :
o Vena Jugularis Jugularis : Pulsasi Pulsasi : Tidak terlihat terlihat
o Pembesaran Pembesaran kelenjar kelenjar leher : Tidak : Tidak ada
o Kaku kuduk : ada
o Masa : Tidak ada
- Toraks :
o Dinding dada / paru
 Inspeksi Inspeksi : Bentuk : Simetris Simetris
 Dispnea Dispnea : Tidak ada
 Pernapasan Pernapasan : Gerakan Gerakan simetris simetris
 Palpasi Palpasi : Fremitus Fremitus fokal : Simetris Simetris kanan – kiri
 Perkusi Perkusi : Sonor / sonor
 Auskultasi Auskultasi : Suara napas dasar : Vesikuler Vesikuler
 Suara napas tambahan tambahan : Tidak ada Tidak ada ronkhi dan tidak dan
tidak ada
 Wheezing
o Jantung :
 Inspeksi : Iktus : Tidak terlihat terlihat
 Palpasi : Apeks : Tidak teraba Lokasi : -
 Perkusi Perkusi : Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra
 Batas kiri : ICS V linea midklavikula sinistra sinistra
 Batas atas : ICS II linea parasternalis dextra
 Auskultasi Auskultasi : Suara dasar : S1 dan S2 tunggal tunggal

o Abdomen : Bentuk : Simetris, Simetris, kembung kembung


o Ekstremitas :
 Umum : Akral atas dan bawah hangat, hangat, tidak Ada edema
 Ekstermitas bawah tampak kaku
f. Penatalaksaan medis
Tatalaksana yang dikerjakan sebagai berikut :
a. Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan
Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
b. dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan pemberian oksigen.
c. Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
d. Manitol diberikan intravena dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat
diulang setiap 8-12 jam.

KLASIFIKASI DATA

Ds :

- An. Mengeluh demam


- An mengalami kejang
- An. merasa sakit kepala hebat
- An. Mengalami kaku kuduk
- An. mengalami kesulitan tidur dan sering terbangun saat tidur

Do :

- S : 39 ⁰C
- Kulit terasa hangat
- Ekstermitas bawah tampak kaku
- An mengalami kejang ±5 menit selama 3x sehari
- Skala nyeri 7
- Anak tampak meringis
2. Diangnosa
ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
1. Ds : Proses penyakit Hipertermia
- An. Mengeluh demam
Do :
- S : 39 ⁰C
- Kulit terasa hangat

2. Ds : Agen pencedera fisiologis Nyeri akut


- An. merasa sakit kepala hebat
- An. Mengalami kaku kuduk
- An. mengalami kesulitan tidur dan sering
terbangun saat tidur
Do :
- Skala nyeri 7
- Anak tampak meringis
3. Ds : Kejang Risiko cidera
- An mengalami kejang
Do :
- Ekstermitas bawah tampak kaku
- An mengalami kejang ±5 menit selama 3x
sehari
3. Intervensi

PERENCANAAN
NO DIANGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1. Hipertermia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi - Untuk mengethaui apa
Proses penyakit keperawatan 3x 24 jam - Identifikasi penyebab penyebab terpaparnya
Dibuktikan dengan : diharapkan termoregulasi hiperteria (mis. dehidrasi, panas pada pasien.
Ds : membaik dengan kriteria terpapar lingkungan panas, - Untuk memudahkan
- An. Mengeluh demam hasil : pangounaan inkubator) tindakan yang akan
Do : - Suhu tubuh membaik - Monitor suhu tubuh dilakukan selanjutnya
- S : 39 ⁰C - Suhu kulit membaik Monitor kadar elektrolit - Agar pasien nyaman
- Kulit terasa hangat Monitor haluaran urine
Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang
dingin
- Longgarkan atau lepaskan
pakalan
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen, jika pertu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi

2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen Setelah dilakukan tindakan Observasi


pencedera fisiologis keperawatan selama 3x24
jam tingkat nyeri menurun - Identifikasi lokasi ,
Dibuktikan dengan : dengankriteria hasil : karakteristik, durasi,
frakuensi, kualias,
Ds : - Keluhan nyeri intensitas nyeri
- An. merasa sakit kepala hebat menurun - Identifikasi skala nyeri
- An. Mengalami kaku kuduk - Meringis menurun - Identifikasi respons nyeri
Do : - Sikap protektif non verbal "
- Skala nyeri 7 - Kesulitan tidur - Identifikasi faktor yang
- Anak tampak meringis memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan
dan keyaninan tentang
nyeri
- identifikasi pengarun
budaya terhadap respon
nyer
- identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas hidup
- Monitor kaberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapautik

- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis
akupresur, terapi musk,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing,kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyer
(mis. suhu ruangan
pencahayaa kebisingan)
- Fasilitasi Istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyer secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3. Risiko cidera dibuktikan dengan Kejang Setelah dilakukan tindakan Observasi


keperawatan 3x24 jam
Ds : maka diharapkan tingkat - Identifikasi kebutuhan
cidera menurun: keselamatan (mis. kondisi
- An mengalami kejang fisik. fungsi kognitif dan
Do : - Toleransi aktivitas riwayat perilaku)
- Ekstermitas bawah tampak kaku meningkat - Monitor perubahan status
- An mengalami kejang ±5 menit - Kejadian cidera keselamatan lingkungan
selama 3x sehari menurun
Terapeutik

- Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
(mis. fisik, biologl.dan
klmia), jika
memungkinkan
- Modifikasi lingkungan
untuk meminimalkan
bahaya dan risiko
- Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
(mis. commode chair dan
pegangan tar
- Gunakan perangkat
pelindung (mis.
pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci,
pa
- Hubungi pihak
berwenang sesuai
masalah komunitas (mis.
puskesmas. polisi, dan
- Fasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
- Lakukan program
skrining bahaya
lingkungan (mis. timbal)

Edukasi.

- Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
risiko tinggi bahaya
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai