Anda di halaman 1dari 10

REVIEW BENTUK – BENTUK

GANGGUAN PADA ANAK USIA DINI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Konseling Anak Usia Dini”
Dosen Pengampu : Akhmad Rizkhi Ridhani, M.Pd., Kons

Oleh
Endah Laraswati NPM.2002020020
Mata kuliah : Bimbingan Dan Konseling di SD
Kelas : Reguler Banjarbaru A

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ASRYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2022
GANGGUAN BIPOLAR
Pengertian Gangguan bipolar merupakan suatu bentuk gangguan yang terjadi
pada kondisi suasana hati yang berubah-ubah secara signifikan dan
ekstrem pada penderitanya. Orang dengan gangguan bipolar
mengalami fluktuasi luas dalam suasana hatinya, baik pada suasana
hati yang begitu „baik‟ atau suasana hati yang begitu „buruk‟ pada
dirinya. Hal tersebut disebabkan karena kondisi suasana hati
penderitanya dapat berganti secara tiba- tiba antara kondisi baik
atau bahagia (mania) dan buruk atau kesedihan (depresi), dan
berada pada tingkat yang berlebihan dari batas kewajaran.
Faktor Penyebab Pola asuh, Kehilangan figur ayah & Kegagalan dimasa kanak-
kanak
Gejala Gejala gangguan bipolar meliputi perasaan sensitif, kurang istirahat,
harga diri melonjak naik, dan pada episode depresi meliputi
kehilangan minat, tidur lebih atau kurang dari normal, gelisah,
merasa tidak berharga, dan kurang konsentrasi.
Bentuk pendekatan Pasien yang memiliki gangguan bipolar sangat membutuhkan
yang cocok untuk semangat serta dorongan untuk mempertahankan dan melanjutkan
penanganan kasus pengobatan dengan lithium yang merupakan salah satu pengobatan
yang telah lama digunakan pada penderita gangguan bipolar.
Tahapan Penanganan dalam penyembuhan gangguan bipolar dapat dilakukan
penanganan selain dengan pemberian obat-obatan ataupun perawatan
menggunakan terapi, dapat pula dilakukan dengan memberikan
dukungan sosial dari keluarga.
Sumber (bukan dari blog, tapi buku referensi/artikel, minimal 3 sumber) :
1. Efri Widianti, Afriyanti, Ni Putu Santhi Dewi Saraswati, Asti Utami, Ladia Nursyamsiah,
Vica Cahya Ningrum, Vadissa Nandia Putri, Lia Ustami, 2021.Intervensi Pada Remaja
Dengan Gangguan Bipolar: Kajian Literatur. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Volume 9 No 1 Hal 79 - 94, Februari 2021.
2. Faizal Ramadhan, Alfriyanto Syahruddin,2018. Gambaran Coping Stress Pada Individu
Bipolar Dewasa Awal. J U R N A L P S I K O L O G I U N I V E R S I T A S I N D O N
E S I A T I M U R. Volume 1 No 1 Hal 10 - 18, Nopember 2018.
3. Hendrikus Gede Surya Adhi Putra, S. Gangguan Afektif Bipolar Mania Dengan Psikotik:
Sebuah Laporan Kasus. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali
GANGGUAN HIPERAKTIVITAS
Pengertian Hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal yang
disebabkan disfungsi saraf dengan gejala utama tidak mampu
memusatkan perhatian.
Faktor Penyebab 1. Faktor penyebab yang diduga meningkatkan kejadian GPPH
adalah genetik.
2. Faktor penyebab lain adalah berbagai zat yang dikonsumsi oleh
ibu saat hamil yaitu tembakau dan alkohol.
3. Riwayat berat badan lahir yaitu seperti BBLR juga diduga dapat
meningkatkan risiko kejadian GPPH pada anak, meskipun
belum diketahui apakah gejala GPPH akan ada sampai anak
menjadi dewasa.
4. Faktor riwayat usia gestasi yaitu lahir prematur juga diduga
meningkatkan kejadian GPPH dan hal ini diperkuat beberapa
penelitian lain yang melaporkan bahwa 30% anak yang lahir
pada usia kehamilan 36 minggu mengalami GPPH pada usia
sekolah. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap masalah
perkembangan termasuk GPPH.
5. Faktor risiko lain yang juga diduga dapat meningkatkan
kejadian GPPH tetapi belum banyak dilakukan penelitian
adalah riwayat persalinan dengan ekstrasi forceps.
6. Faktor riwayat kejang demam juga diduga meningkatkan
kejadian GPPH selain faktor riwayat trauma kepala pada anak .
7. Jenis kelamin lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Perkiraan
rasio antaralaki- laki dan perempuan sebesar 3:1 dan 4:1 pada
populasi klinik, serta 2:1 di komunitas.
8. Kejadian faktor umur 30%-50% anak dengan GPPH akan
berlanjut sampai dewasa. Gejala hiperaktif akan menurun sesuai
dengan bertambahnya usia karena berkembangnya sistem
kontrol diri dan proses maturasi, sedangkan gejala gangguan
perhatian menetap hingga dewasa. Mungkin hal tersebut dapat
menjelaskan faktor umur.
Gejala Menurut Zaviera (2007) ciri-ciri anak hiperaktif, antara lain: kurang
fokus, melawan, destruktif (merusak), tidak kenal lelah, tanpa
tujuan, tidak sabar, usil, dan intelektualitasnya kurang. Sedangkan
menurut Tentama (2010) cirri utama anak yang mengalami ADH
ditunjukkan pada diri anak dengan perhatian yang kurang,
impluvitas yang berlebihan dan adanya hiperaktivitas.
Bentuk pendekatan Terapi yang diterapkan pada anak dengan ADHD haruslah bersifat
yang cocok untuk holistik dan menyeluruh. Penanganan ini melibatkan multidisipliner
penanganan kasus ilmu yang dikoordinasikan antar dokter, psikolog, orangtua, guru
dan lingkungan yang berpengaruh. Upaya untuk mengatasi gejala
gangguan perkembangan dan perilaku pada anak dengan ADHD
yang sudah dilakukan terapi di antaranya terapi okupasi dan
perilaku.
Tahapan Terapi sensori integrasi bertujuan mengintegrasikan berbagai
penanganan macam informasi indera pada otak seseorang dengan cara
memberikan rangsangan pada panca indera yaitu mata, telinga,
hidung, lidah, kulit dan dua sistem sensori lainya yakni vestibular
dan proprioceptive. Terapi sensori integrasi yang dapat digunakan
untuk menurunkan hiperaktivitas dan impulsivitas adalah terapi
menulis. Terapi menulis adalah suatu bentuk perlakuan melalui
media menulis yang membutuhkan kemampuan gerak lengan, jari
dan mata secara terintegrasi.
Sumber (bukan dari blog, tapi buku referensi/artikel, minimal 3 sumber) :
1. Iffa Dwi Hikmawati, Erny Hidayati, 2014. Efektivitas Terapi Menulis Untuk
Menurunkan Hiperaktivitas Dan Impulsivitas Pada Anak Dengan Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD). EMPATHY, Jurnal Fakultas Psikologi Vol. 2, No 1,
Juli 2014
2. Gita Indriana Lestari, Izzatin Kamala,2020. Gambaran Perilaku Anak Hiperaktif Pada
Siswa Kelas I SD Negeri II Demak Ijo. Elementary School 7. Volume 7 nomor 2 Juli
2020 225-232
3. Dorlince Simatupang, Eka Putri Surya Ningrum, 2020. Studi Tentang Perilaku Hiperaktif
Dan Upaya Penanganan Anak Di Tk Pembina Tebing Tinggi. PEDAGOGI: Jurnal Anak
Usia Dini dan Pendidikan Anak Usia Dini.Volume 6 Nomor 1 Februari 2020
GANGGUAN KECEMASAN
Pengertian Kecemasan adalah suatu perasaan yang bersifat umum, di mana
seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang
tidak jelas asal maupun wujudnya namun didiagnosis jika kecemasan
tersebut persisten dan berlebihan atau tidak sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
Faktor Penyebab Penyebab dari kecemasan pada anak ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor, misalnya menghadapi lingkungan baru serta dukungan orang
tua/ keluarga terhadap pendidikan. Lingkungan dan orang-orang asing
yang ditemui anak, perlakuan di sekolah, disiplin dan tata tertib yang
harus diikuti anak merupakan sumber utama stres, kecewa, dan
cemas. Ketika anak menghadapi tugas- tugas atau instruksi yang
diberikan guru juga dapat memicu terjadinya kecemasan. Bila anak
mendapat tekanan- tekanan berupa tugas- tugas yang harus
diselesaikan di sekolah dan anak belum dapat melakukannya dengan
baik. Tugas- tugas sekolah dapat memunculkan berbagai reaksi afektif
negative yang mempengaruhi keadaan anak.
Gejala Gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin,
detak jantung makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu
makan berkurang, tidur tidak nyenyak, dada sesak. Gejala yang
bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak
dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan.
Bentuk pendekatan ACT adalah sebuah terapi yang berfokus untuk menyasar pada
yang cocok untuk fleksibilitas psikologis seseorang dan terfokus pada konteks verbal
penanganan kasus dan sosial (S. C. Hayes et al., 2012). Hayes et al. (2012) menyatakan
bahwa ACT memiliki enam elemen dalam tahap intervensi, yakni
penerimaan (Acceptance), pemikiran untuk berubah (Cognitive
defussion), menyadari untuk hidup di masa sekarang (Being present),
memperhatikan diri sendiri (Noticing self), menetapkan nilai (Values),
dan memutuskan tujuan ke depan (Commited action). Keenam aspek
ini jika sudah dipenuhi akan memunculkan sebuah fleksibilitas
psikologis pada diri seorang individu
Tahapan Intervensi berupa mengkomunikasikan kepada orang tua, membantu
penanganan dan mendampingi tugas- tugas sekolah, melakukan penegasan,
pengulangan, mengingatkan, dan pembiasaan
Sumber (bukan dari blog, tapi buku referensi/artikel, minimal 3 sumber) :
1. Stefany Livia Prajogo, Ananta Yudiarso, 2021. Meta analisis Efektivitas Acceptance and
Commitment Therapy untuk Menangani Gangguan Kecemasan Umum. Volume 26
Nomor 1, Januari 2021: 85-100. DOI:10.20885/psikologika.vol26.iss1.art.
2. Lilis Madyawati, Nurjannah, 2021.Kecemasan anak usia dini dan intervensinya (Studi
kasus di TK Majaksingi).Aulad : Journal on Early ChildhoodVol 4 No. 1 2021, Pages 7
– 16
3. Aslam Tamisa, 2016.Latar Belakang Kecemasan Anak Pra Sekolah Kasus A (Im) Siswa
Taman Kanak-Kanak Ar-Rahmah Palembang.PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No.
2 (2016) 117-134
GANGGUAN EMOSI
Pengertian Anak dengan gangguan emosi dan perilaku adalah anak yang
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku
tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga
merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun
lingkungannya
Faktor Penyebab Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi AUD ialah
keluarga, kematangan, status sosial ekonomi, pendidikan, kapasitas
mental: Emosi dan intelegensi.
Gejala Anak dengan gangguan emosi dan perilaku memiliki karakteristik
yang komplek dan seringkali ciri-ciri perilakunya juga dilakukan
oleh anak-anak sebaya lain, seperti banyak bergerak, mengganggu
teman sepermainan, perilaku melawan, dan adakalanya perilaku
menyendiri.
Bentuk pendekatan Terapi tingkah laku mengkonsentrasikan pada masalah- masalah
yang cocok untuk emosi anak, dibandingkan untuk mengrekontruksi atau menggali
penanganan kasus ketidaksadaran pada hal-hal yang berkaitan dengan masa lalu.
Terapis membantu untuk mengidentifikasi masalah dan stimuli
lingkungan saat ini melalui penguatan perilaku yang tidak
menyenangkan sehingga akan merubah perilakunya.
Tahapan Mengemas kegiatan pembelajaran dengan bermain. Kegiatan
penanganan bermain ini sudah diterapkan pasca ditemukannya beberapa
gangguan psikososial dan emosional AUD, bahkan solusi ini
dianggap paling ampuh dalam mengatasi gangguan tersebut.
Kegiatan berhitung misalnya, dikemas dalam kegiatan bermain ular
tangga, kegiatan membaca di kemas dengan kegiatan mengenali
bacaan disertai dengan gambar-gambar benda tersebut. Kegiatan
bercerita misalnya disetai dengan memperagakannya dengan
peragaaan sesuai apa yang diceritakan. Kegiatan bermain ini
dianggap paling efektif dalam mengatasi permasalahan gangguan
psikososial dan emosional AUD.
Sumber (bukan dari blog, tapi buku referensi/artikel, minimal 3 sumber) :
1. Yulia Hairina, 2013.Intervensi Untuk Mengatasi Gangguan Perilaku Menentang Anak
Dengan Parent Management Training.Mu’adalah Jurnal Studi Gender dan Anak Vol. 1
No. 1, Januari–Juni 2013, 81-89
2. Ismi Fauziah, Ernita, Diah Rini Octavia, Muzliani Dwiyanti,2020. Analisis Gangguan
Psikososial Dan Emosional Aud Di Ra Nurul Iman Medan Belawan Selama
Pembelajaran Berbasis Daring. KUMARA CENDEKIA Vol. 8 No. 3 Bulan September
2020
3. Aini Mahabbati, 2006.Identifikasi Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku di
Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Khusus (JPK) ISSN 1858-0998. Vol.2 No.2
Nopember 2006
GANGGUAN KONSENTRASI
Pengertian Gangguan konsentrasi anak adalah suatu keadaan dimana anak tidak
dapat memfokuskan pikirannya dalam melakukan atau mengerjakan
sesuatu yang diperintahkan .
Faktor Penyebab Pembelajaran yang kurang menarik membuat anak menjadi tidak
tertarik dalam belajar hal ini yang membuatnya sulit untuk
berkonsentrasi. Penyabab ini terjadi karena materi pelajaran yang
diberikan guru dan metode pembelajaran yang digunakan guru pun
kurang bervariasi dan kurang menarik.
Gejala Anak susah fokus bisa jadi karena ia tidak mengerti materi atau hal
yang dibicarakan orang atau di sekitarnya. Ketidakpahaman ini
akhirnya membuat anak berhenti memberikan perhatian dan
akhirnya berpikir tentang hal lain.
Bentuk pendekatan Latihan dan terapi dalam bentuk permainan salah satunya
yang cocok untuk permainan konstruktif yang sangat bermanfaat untuk membantu
penanganan kasus perkembangan anak usia dini termasuk untuk melatih konsentrasi.
Tahapan Bercerita merupakan sebuah karya sastra yang dapat membantu
penanganan meningkatkan konsentrasi dan daya ingat anak, meningkatkan
kemampuan eksplorasi anak melalui karakter tokoh dalam cerita.
Selain itu, kegiatan bercerita juga dapat meningkatkan imajinasi
anak serta merangsang kognitif anak. Melalui bercerita dapat
menyampaikan pesan-pesan moral secara lisan kepada anak.
Sumber (bukan dari blog, tapi buku referensi/artikel, minimal 3 sumber) :
1. Wan Chalidaziah,2018. Kondisi Konsentrasi Belajar Anak Usia Dini Di Taman Kanak-
Kanak X. Aṭfāluna: Journal of Islamic Early Childhood Education.June 2018, Vol. 1 No.
1
http://dx.doi.org/10.32505/atfaluna.v1i1.771
2. Mariana Putri Manurung, Dorlince Simatupang, 2019. Meningkatkan Konsentrasi Anak
Usia 5-6 Tahun Melalui Penggunaan Metode Bercerita di TK ST Theresia Binjai. Jurnal
Usia Dini. Volume 5 No.1 Juni 2019
3. Suliati S. Eleti, Sitriah Salim Utina, Sitti Rahmawati Talango, 2021. Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Anak Usia Dini Melalui Metode Gerak dan Lagu Kelompok A1 di
Pusat Pendidikan Anak Usia Dini Islam Terpadu (PPAUD IT) Lukmanul Hakim
Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo.Early Childhood Islamic Education Journal
Volume 02, Nomor 01, Tahun 2021
GANGGUAN BELAJAR
Pengertian Siswa yang tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang
disebut dengan kesulitan belajar sperti tidak bisa menulis, membaca
dan berhitung pada anak usia dini.
Faktor Penyebab Faktor yang menyebabkan anak berkesulitan dalam belajar yaitu:
kerusakan pada otak, emosi yang tidak terkontrol dan peristiwa
yang dialami semasa hidupnya. Kerusakan pada otak terjadinya
karena ada kerusakan pada syaraf anak seperti dalam kasus
encephalitis, maningitis, dan tostik.
Gejala Gangguan yang menyebabkan seseorang mengalami kesulitan
belajar dapat berupa sindrom psikologis yang dapat berupa
ketidakmampuan belajar (learning disability). Sindrom berarti
gejala yang muncul sebagai indikator adanya ketidaknormalan
psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak dan ia sering lupa
dengan pelajarannya.
Bentuk pendekatan Cara yang dilakukan guru dalam menstimulasi dengan menyediakan
yang cocok untuk media dan metode yang akan membantu proses belajar. Diperlukan
penanganan kasus pengembangan model baru, strategi ataupun media inovatif sebagai
sarana alternatif untuk membantu menstimulasi kesulitan belajar
pada anak.
Tahapan Cara pengajaran yang harus sering dilakukan adalah cara pengajaran
penanganan yang menyenangkan agar anak tidak bosan, jenuh dan membuat
anak cepat menghafal huruf atau angka pada anak usia dini.
Solusi alternatif dari kesulitan belajar adalah adanya Model
pendalaman materi yang beranjak dari delapan tipe belajar yang
dikemukakan Robert M. Gagne, yaitu signal learning (belajar
isyarat), stimulus-response learning (belajar stimulus respon),
chaining (rantai atau rangkaian), verbal association (asosiasi
verbal), discrimination learning (belajar membedakan), concept
learning (belajar konsep), rule learning (belajar aturan) dan problem
solving (pemecahan masalah).
Sumber (bukan dari blog, tapi buku referensi/artikel, minimal 3 sumber) :
1. Apriyani Lestari Kudadiri, 2019. Kesulitan Anak Usia Dini Pada Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Jurnal Madaniyah, Volume 9 Nomor 1 Edisi Januari 2019
2. Muhammad Azis, Nadia Safirawati Adila,2020. Analisis Kesulitan Belajar Membaca
Dan Menulis Permulaan PAUD Di Kelompok Bermain Fun Islamic School. Al Athfaal:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak Usia Dini.Vol.2 No.2 (2020)
3. Trubus Raharjo, Latifah Nur Ahyani, 2015.Identifikasi Kesulitan Belajar Pada Anak
Pendidikan Usia Dini. Artikel Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Muria
Kudus.
GANGGUAN BERBICARA
Pengertian Gangguan bicara adalah saat teman-teman sebayanya sudah bisa
mengucapkan kata tertentu dia masih menggumam seperti suara
nafas. Seperti contoh anak sudah bisa mengucap beberapa kata,
namun diumur tertentu menghilang, termasuk mengoceh dari yang
sebelumnya aktif menjadi pasif dan pendiam.
Faktor Penyebab Gangguan bicara terdiri dari masalah artikulasi, suara, kelancaran
bicara (gagap), afasia (kesulitan dalam menggunakan kata-kata,
biasanya akibat cedera otak) serta keterlambatan dalam bicara.
Keterlambatan bicara dapat disebabkan oleh berbagai faktor
termasuk faktor lingkungan atau hilangnya pendengaran. Gangguan
bicara juga berhubungan erat dengan area lain yang mendukung
proses tersebut seperti fungsi otot mulut dan fungsi pendengaran
Gejala Memiliki kosakata yang sedikit dan tidak bisa mengikuti apa yang
kita ucapkan.
Bentuk pendekatan Upaya guru dengan memberikan stimulasi terus menerus
yang cocok untuk memberikan kesempatan anak untuk melakukan refleksi dan
penanganan kasus meningkatkan kepercayaan diri. Peningkatan kepercayaan diri akan
meningkatkan motivasi anak dalam berbicara.
Tahapan Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan salah satunya adalah
penanganan bermain peran. Metode bermain peran memberikan wahan bagi
anak dalam melakukan pemahaman tentang peran yang dimainkan
serta dorongan dalam mengekspresikannya seperti teman-teman
yang lain. Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan personal anak
dan guru. Anak akan lebih mudah mengungkapkan hambatannya
dan guru akan lebih mudah memfasilitasi anak untuk berlatih
berbicara.
Sumber (bukan dari blog, tapi buku referensi/artikel, minimal 3 sumber) :
1. Nilawati, E., & Suryana, D. 2018. Gangguan Terlambat Bicara (Speech Delay) dan
Pengaruhnya Terhadap Social Skill Anak Usia Dini. Mahasiswa Pascasarjana
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Padang, 1–8.
2. Masitoh, 2019. Gangguan Bahasa Dalam Perkembangan Bicara Anak.Jurnal Elsa,
Volume 17 Nomor 1, April 2019
3. Alfani Nurul Istiqlal, 2021. Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Pada
Anak Usia 6 Tahun. PRESCHOOL, Vol. 2 No. 2 April 2021.206-216

Anda mungkin juga menyukai