“ANAK ADHD”
Oleh:
Muhammad Syaufi
NIM : 520319004
Dosen Pembimbing :
Rinjani, M. Psi., Psikolog
A. Latar Belakang
Anak ADHD merupakan anak yang daya konsentrasinya rendah dan sulit diajak
berfikir terlalu berat dengan itu gunakan pembelajaran atau permainan yang tidak
menekankan pada kognitif, akan tetapi lebih menggunakan pembelajaran yang bersifat
kesenangan dan melatih fisik motorik. Peran orang tua dan pendidik sangat penting dalam
memiliki penanganan yang tepat untuk mendidik anak ADHD di rumah maupun di sekolah,
sehingga anak ADHD dapat mengontrol emosinya mulai sejak dini hingga beranjak dewasa
nanti dan kita juga dapat mencari apa saja yang menjadi faktor pada anak ADHD.
B. Rumusan Masalah
BAB II
DASAR TEORI
1
Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini ( Jakarta: Indeks, 2013), hal. 168.
A. Definisi ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder)
Linda C dan Copel mengemukakan bahwa ADHD atau Attention Deficit Hyperactive
Disorder merupakan gangguan perkembangan dalam meningkatnya aktivitas motorik sampai
menjadi gangguan yang tidak wajar. Gangguan ADHD ditandai dengan adanya keluhan rasa
gelisah, tidak bisa tenang, tidak bisa diam, dan sering kali berusaha ingin berdiri, perasaan
emosional yang meletup-letup, aktivitas yang berlebihan dan suka membuat keributan.
Gangguan ADHD dapat diketahui sebelum usia empat tahun, tetapi pada sebagian besar
kasusnya mulai diketahui saat memasuki usia sekolah. Sedangkan menurut Mark Durand dan
David H. Barlow mengatakan bahwa ADHD merupakan gangguan perkembangan yang
memiliki pola inattention pada tingkat maladaptif, aktivitas yang berlebihan dan impulsif2.
Menurut Sugiamin, Gangguan ADHD umum terjadi pada anak usia dini dan usia
sekolah. Gejala ADHD dapat diketahui sebelum usia 7 tahun dan dapat terjadi dalam
berbagai macam suituasi seperti rumah, sekolah, tempat bermain atau situasi sosial lainnya. 3
Menurut Asosiasi Psikiater Amerika telah berhasil mengidentifikasi tiga jenis ADHD, dan
kategorisasi ketiganya digunakan secara meluas di banyak Negara. Ketiga jenis ADHD
tersebut adalah ADHD dengan ketiga ciri yaitu inatentif, impulsif, dan hiperaktif. ADHD
dengan ciri-ciri yang paling dominan adalah inatentif. dan ADHD dengan ciri-ciri yang
paling dominan adalah impulsif dan hiperaktif 4. Menurut Diagnostik dan Statistik Manual
Gangguan Mental Edisi 5 (DSM 5), menjadi diagnosis dengan ADHD anak memiliki gejala
minimal enam, sebelum diagnosis dan gejala tersebut telah hadir sebelum 12 tahun 5.
Disebutkan kriteria ADHD gangguan perhatian sebagai berikut
a. Lupa memusatkan perhatian terhadap hal-hal detail atau sering kali berbuat ceroboh di
sekolah dan di rumah.
b. Sulit untuk mempertahankan perhatian saat melakukan pekerjaan yang diberikan.
c. Sulit mengikuti perintah yang diberikan dan gagal dalam menyelesaikan tugas.
2
Herri Zan Pieter, dkk., Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, ( Jakarta: Kencana, 2011), h.
147
3
Atika Dhiah A, dkk., Effectiveness of brain gym and writing therapy in behavioralhyperactivity on
pre school-age children with ADHD, Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Keperawatan Anak. Vol I, No 2 November
2018, h. 1
4
James Ie Fanu, Atasi dan Deteksi Ragam Masalah Kejiwaan Anak Sejak Dini, (Jogjakarta: Diva Press
Group, 2010), h. 205.
5
Rizki Amalia, Intervensi terhadap Anak Usia Dini yang Mengalami Gangguan ADHD melalui
Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian Play Therapy, Jurnal Obsesi : Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2,
No 1. H. 29.
d. Sering menghilangkan barang yang penting
e. Sering perhatiannya gampang teralihkan
f. Sering lupa atas aktivitas hariannya.
Dari beberapa pendapat diatas bahwa anak yang mengalami gangguanADHD atau
Attention Deficit Hyperactivity Disorder memiliki daya konsentrasi rendah, peningkatan
aktivitas yang berlebihan, kurangnya pengaturan dalam diri, sulitnya beradaptasi terhadap
lingkungan sosial dan sulit menyesuaikan perilaku terhadap lingkungan sekitar sehingga
membutuhkan perhatian khusus dari lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat
sekitar untuk membantu dalam mengatasi perilaku anak yang mengalami gangguan ADHD.
6
Niluh D. Ratnasari, dkk., ‘Komorbiditas pada anak gangguan pemusatan perhatian dan
hIEPraktivitas (GPPH) pada 20 Sekolah Dasar di Kota Manado’, Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 4, No. 1, Januari-
Juni 2016.
Nikotin di dalam rokok yang dikonsumsi oleh ibu hamil diduga dapat menyebabkan janin
mengalami kekurangan suplai oksigen ke otak sehingga menimbulkan kerusakan pada
otak dan menyebabkan timbulnya ADHD7.
5) Makanan.
Makanan yang mengandung pewarna, gula, cokelat, makanan dari susu, gandum, tomat,
nitrat, jeruk, telur, dan makanan lainnya sebagai penyebab hiperaktif 8. Pada tahun 1974
Dr. Benjamin Feingold, seorang dokter alergi anak-anak, mengatakan bahwa separuh lebih
dari semua hiperaktivitas selama beberapa lama ini berbarengan dengan peningkatan
pemakain pewarna, zat perasa, dan pengawet buatan. Hal ini dicurigai bahwa pewarna dan
pengawet buatan dapat menimbulkan alergi, karena mengandung kesamaan zat kimia
dengan zat-zat tertentu.
6) Cedera otak.
Sebuah penelitian dilakukan di New York City‟s Harlem Hospital terhadap 1.900 bayi
yang dilahirkan dengan kandungan kokain di dalam sistem mereka. Lebih dari sepertiga
yang dialaminya prematur, 15% mengalami kecacatan seumur hidupnya, seperti
keterbelakangan mental, kelumpuhan akibat luka berat otak, atau kebutaan akibat stroke di
dalam rahim. Hampir semua bayi yang mengalaminya selebihnya mengalami penderitaan
yang tidak begitu serius seperti hiperaktivitas, lemahnya keterampilan motorik, serta
keterlambatan dalam penggunaan berbahasa9.
Dari berbagai penyebab ADHD diatas bahwasannya ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak memiliki ADHD meskipun masih banyak yang belum terbukti
penyebab pastinya, seperti keturunan yang berpengaruh anak menjadi ADHD, kesehatan
ibu yang dilihat dari
faktor riwayat alergi, kekurangan asam lemak esensial, kekurangan zat gizi, dan makanan
yang mengandung gula dan lainnya. Sehingga para guru serta orang tua harus lebih
memperhatikan setiap perkembangan yang dialami anak, agar anak tetap sehat dan terjaga
dari hal yang tidak diinginkan.
7
Nugrahini Indra Umratun Wakhaj, Nurul Hidayah Rofiah ‘Perilaku Attention Deficit Hiperactivity
Disorder (ADHD) Dalam Proses Pembelajaran (studi Kasus Peserta Didik) Di kelas IV SD Negeri Gejayan,
Jurnal Fundamental Pendidikan Dasar, Vol. 1 No. 1 Maret 2018. h. 68.
8
June Thompson, Tooddlercare Pedoman Merawat Balita, (Jakarta; Erlangga, 2003), h. 89.
9
Grant Martin, Terapi untuk Anak ADHD, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, 2008), h. 267.
ADHD biasanya akan terlihat jelas ketika sudah duduk di bangku sekolah. Anak yang
mengalami ADHD di sekolah akan merasa tidak tenang di tempat duduknya sehingga
membuat ia berpindah-pindah tempat, banyak berjalan, tidak dapat berkonsentrasi dengan
baik, sering meninggalkan tugas yang belum terselesaikan. Adapun ciri-ciri ADHD yang bisa
kita lihat dari usianya :
10
Herri Zan Pieter, dkk., Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, ( Jakarta: Kencana, 2011), h.
148
h) Impulsif.
i) Sulit berkonsentrasi.
j) Sulit memfokuskan perhatian11.
Penanganan bagi anak ADHD sebenarnya tidak dapat disembuhkan, melainkan dapat
dikurangi gejala yang menyebabkannya. Ada beberapa cara lain yang dapat membantu anak
ADHD di antaranya yaitu :
a. Lingkungan
Ketika lingkungan tidak diawasi dengan baik, dikhawatirkan anak dapat melakukan suatu
hal yang tidak diinginkan, maka beberapa lingkungan yang perlu diperhatikan.
1. Rumah
Hal yang perlu diperhatikan di rumah adalah pengaturan waktu, ruangan untuk
melakukan aktivitas, dan tempat. Diantaranya dapat membiasakan pola makan yang
sehat dan bergizi, memastikan anak cukup untuk tidur dan istirahat, membatasi waktu
anak dalam menonton televisi dan menggunakan gadget, mengajak anak untuk
melakukan aktivitas fisik dan berharap agar dapat mengarahkan aktivitas anak sesuai
dengan kemampuannya.
2. Sekolah
Ada hal yang semestinya kita perhatikan diantaranya ruang kelas dan kerjasama antara
guru dan orang tua serta perhatian khusus bagi anak yang memiliki ADHD. Contohnya
memberikan kartu yang dibacakan guru, berisi kegiatan dalam satu hari beserta dengan
keterangan apakah ia sudah melakukannya atau belum.
3. Teman
Mengawasi ketika anak sedang bermain dengan temannya, mengetahui apa yang
sedang ia mainkan, diusahakan temannya memiliki sifat yang mau berteman sehingga
memudahkan anak ADHD untuk bersosialisasi.
BAB III
PEMBAHASAN
11
Yayuk Ylana, „Teknik guru dalam penanganan anak hiperaktif (studi kasus di kelas v madrasah
ibtidaiyah islamiyah Sukopuro Jabung Malang)‟, Skripsi S.1 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang
2017, h. 19-20, dipublikasikan
I. Data Klien
Identitas tentang Klien
1. Nama Lengkap : Raihan Abrysam
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Tempat/Tanggal Lahir : Sorong, 12 Mei 2014
4. Umur : 8 Tahun
5. Agama : Islam
6. Cita-Cita : Tentara
7. Hoby : Bermain
8. Pendidikan : Sekolah Dasar (SD)
9. Alamat Rumah : Jl. Alteri, Sorong Utara, Kota Sorong, Papua Barat
12. Nama Ayah : Akbar
13. Nama Ibu : Ulfa Anggraini Putri Amelia
a. Klien:
Ketika memulai untuk mengamati Raihan yang ada berada di dalam kelas, terlihat jelas
Raihan yang sedang berlari-lari dan keluar masuk kelas tidak seperti anak normal
lainnya dan sering menggoyang-goyangkan kaki di bangku, memukul-mukul meja,
mengganggu teman di sekitarnya. Hal ini membuat guru untuk selalu mengunci kelas
dan agar tidak terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Selain itu juga guru memberikan
penanganan lebih untuk Raihan, karena memiliki aktivitas yang berlebihan dan daya
konsentrasi yang rendah pada saat belajar dikelas. Tetapi komunikasi Raihan sama
teman-temannya sangat baik walaupun sering menjahili teman-temanyan, dan sering
mengadu kepada guru ketika dia di gangu temanya dan terkadang juga menangis.
Pengamatan Ketika di luar kelas Raihan lebih aktif berlari-lari dan menganggu teman-
teman perempuanya bermain seperti tidak terkontrol sehingga gurunya mengawasinya
selalu, Ketika ada makan ditanganya dia duduk dan menghabiskanya terlebih dahulu
ketika habis dia langsung bermain Kembali
Pada saat di dalam kelas dan ibu guru menulis di depan dia bermain di mejanya dan
menjahili teman-temanya, selesai guru menulis di depan kelas dan menyuruh menulis di
buku antusianya sangat besar untuk menulis dan terlihat dia maju kedepan untuk
bertanya dan dia juga meminta untuk menulis di sebelah gurunya agar teman-temanya
tidak menganggunya dan dia bisa fokus mengerjakan apa yang di suruh oleh gurunya.
b. Orang Tua
Pada saat mengamati orang tuanya ketika saat bersama anaknya, bahwa Raihan diperlakukan
seperti anak pada umunya diberikan perhatian dan kasih sayang, walaupun orang tuanya tidak
mengetahui apa yang di alami pada anaknya, orang tua Raihan mempunyai anak 5 sehingga
orangtuanya kurang memperhatikan anaknya dikarenakan ibunya harus memperhatikan adik-
adiknya yang lain, sedangkan ayahnya sibuk bekerja sebagai supir dan orangtuanya juga
mempunyai usaha tempat pengisian air ulang (galon) sehingga perhatian orangtuanya kepada
Raihan kurang baik, dan mengakibatkan Raihan sering bermain hingga lupa waktu.
a. Guru
Pada saat melakukan pengamatan terhadap guru pada saat memulai pembelajaran didalam kelas,
sebelum memulai pembelajaran dilaksanakan terlebih dahulu berdo’a, anak dibiasakan untuk
berdoa sebelum belajar, setelah itu bernyanyi, dan bertepuk tangan dengan harapan agar
membangkitkan semangat anak dalam belajar.
Cara guru dalam menyampaikan pembelajaran dengan cara memberi kesempatan anak untuk
maju ke depan kelas satu persatu, bernyanyi dengan menggerakan anggota tubuh, dan senam
otak, anak-anak diminta untuk bernyanyi sambil berdiri, namun ada satu anak yang memilih
untuk berlari-lari dan teriak-teriak memanggil temannya yaitu Raihan, dengan semangatnya dia
berlari sehingga menabrak temannya hingga terjatuh dan menangis, bu Khalifah Sumarni
Laelaem sebagai guru utama atau wali kelasnya langsung menghampiri Raihan dan
mendekapnya, meminta bantuan kepada murid-murid yang lain untuk mengangkat temanya
yang terjatuh. Memang terliat Raihan pada saat di kelas sangat aktif sekali dan sangat susah di
atur.
V. Hasil Wawancara
a. Klien
Hasil wawancara yang saya dapatkan kepada Raihan yang di anggap anak yang sangat aktif
bagi orang tuanya, dan gurunya dan suka menjahili teman-temanya, Raihan mengatakan kalo
orangtuanya jarang memperhatikanya ketika dia selalu berbuat salah orang tuanya hanya diam
dan tersenyum dan tidak suka memukulnya, tetapi kalo ayahnya suka memarahinya dan
kadang memukulnya sehingga dia sangat takut kepada ayahnya, dan ibunya tidak pernah
memukulnya karena ibu sangat sayang kepadanya
Ketika ditanya kenapa sering menjahili teman-temanya dia mengatakan di suka aja dan tidak
bisa mengontrol dirinya ketika melakukan hal itu kepada teman-temanya, dan ketika dia di
Jahili teman-temanya pasti dia mengadu kepada gurunya seakan dia tidak melakukan apa-apa
agar dia merasa di lindungi oleh gurunya.
Dia juga mengatakan cita-citanya ingin menjadi tentara, dan dia juga sangat menyukai
pelajaran matematika dan sangat tidak suka sama pelajaran Bahasa Indonesia, dan pada saat
di rumah jarang belajar dan lebih sering bermain sama adik-adiknya dan juga terkadang
menonton TV bersama adik-adiknya.
b. Orang Tua
Pada saat melakukan wawancara kepada orang tua Raihan mengatakan sebenarnya tidak
mengetahui bahwa anaknya itu ada kelainan (ADHD) yang dia tau anaknya hanya aktif sekali
dan beda dari anak yang lainnya. Mengenai tingkah laku Raihan sendiri ketika dikelas sering
disampaikan oleh teman-temanya bahkan guru-gurunya kalo dia nakal karena sering
menjahili dan membuat ulah, dan kalau main tidak mau pulang pasti harus dijemput. Kalau di
rumah sering sekali Raihan memainkan mainannya tetapi dia tidak mau membereskannya
kembali, dan suka mengambil hp ibunya secara diam-diam dan lalu dia main permainan tanpa
sepengetahuan ibunya, padahal saya sudah sering kasih tau, terkadang saya juga marah
kepadanya, dan terkadang saya sadar sendiri atas apa yang saya lakukan kepadanya dan pada
saat itu saya menasehatinya dengan lembut tetapi dia melakukannya kembali.
Kalau di sekolah saya sering dipanggil oleh gurunya, padahal saya sedang hamil besar. Guru
kelasnya sangat baik dan sabar, memberikan arahan, memberikan pengawasan yang lebih
kepada Raihan, sering ditempatkan di depan kelas bahkan di sebelah bangku gurunya agar
tidak mengganggu teman-temannya. Terkadang ibu guru masih saja kesulitan untuk
memberikan penanganan bagi anak saya ketika pembelajaran di kelas sedang berlangsung,
alasan yang jelas karena guru kadang kurang pengalaman menghadapi anak yang seperti itu,
hal ini menjadikan guru kebingungan apa yang harus di lakukan terkadang juga gurunya
marah atas perilaku yang di lakukan oleh anak saya.
Adapun penanganan yang saya berikan di rumah kepada Raihan dengan memberikan
hukuman agar tidak bermain dalam beberapa jam, jika dia tidak menuruti perintah dari saya
dan ayahnya kadang ayahnya marah dan memuluknya. Dan juga selalu memberikan informasi
kepada guru tentang kegiatan apa saja yang dilakukan Raihan ketika di rumah, dan gurunya
juga sering memberikan dia ancaman ketika dia tidak mau belajar dan tidak mau mengerjakan
PR ibu guru selalu sampaikan kalo Raihan tidak mau mendegarkan gurunya maka dia tidak
naik kelas. Ibunya juga mengatakan pada saat mengandung Raihan baik-baik saja dan ibunya
sehat selalu walupun kadang sakit juga sakit gak sampai di bawa kerumah sakit dan ibunya
juga mengatakan kalau pada saat mengandung Raihan, sering minum kopi setiap malam
karena kalau tidak minum kopi dia merasakan hal yang aneh di dalam dirinya mungkin
karena bawaan dari kandungan yang ada di dalam perutnya., sehingga harus minum setiap
malam.
C. Guru
Hasil Wawancara kepada Ibu Gurunya yakni ibu Khalifah Sumarni Laelaem selaku guru wali
kelasnya mengatakan Raihan adalah anak yang sangat hiperaktif yang memiliki ciri-ciri lebih
banyak aktivitas dari pada anak normal lainnya, sering keluar masuk kelas, mengganggu
teman-temannya, naik ke atas meja dan sulit untuk diajak belajar, tidak menempatkan barang-
barangnya pada tempatnya, sering meninggalkan pensil dan buku di sekolah karena lupa, dan
juga selalu lupa membawa pekerjaan rumahnya dan ketika ditanya tentang tugasnya selalu dia
kerjakan tetapi lupa dan dia mencoba menyampaikan kegurunya untuk mengambilnya di
rumah tetapi ibu gurunya gak mau menyuruhnya ambil karena takut dianya gak kembali lagi
kesekolah.
Sebelumnya ibu gurunya tidak mengetahui kalau Raihan mengidap penyakit Hiperaktif dan
susah fokus (ADHD), dia hanya tau kalau Raihan sangat aktif tidak seperti anak pada
umumnya, ketika mengetahui kalau Raihan mengidap penyakit seperti ibu gurunya langsung
kaget dan kedepanya akan memperlakukan Raihan lebih baik dan lebih fokus agar Raihan
bisa menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.
c. Psikoedukasi Guru
Psiloedukasi yang pertama kali saya lakukan kepada gurunya yakni melakukan pendekatan
terlebih dahulu ketika sudah terjalin dengan baik dengan gurunya, langkah selanjutnya yaitu
memberikan masukan kepada guru bahwa memberikan motivasi kepada Raihan agar semangat
dalam belajar, menyampaikan pengetahuan sesuai dengan gaya anak belajar dan memberikan
penanganan khusus bagi anak ADHD. Agar sesuai dengan menjalankan perannya guru dengan
baik. Melakukan pembenahan proses belajar mengajar jika selama ini ada yang salah,
memberikan perhatian khusus bagi anak Rihan serta menyarankan kepada orang tua Raihan agar
melakukan pemeriksaan rutin kepada psikolog bagi anaknya. Guru sebagai sumber belajar, guru
sebagai fasilitator, guru sebagai pengelola, guru sebagai demonstrator, guru sebagai pembimbing,
guru sebagai motivator, guru sebagai evaluator, Jadi peran guru sangatlah besar untuk
perkembangan Raihan dan menjadi pendamping bagi pertumbuhanya. karena sangat besar sekali
dampak yang di berikan oleh guru kepada pengaruh bagi Raihan. Serta masih butuh pengawasan
dan perlindungan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Guru harus memilih cara yang
paling tepat bagi Raihan lalu latihan secara berulang-ulang. Teknik yang digunakan yang
pertama yaitu menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan. Teknik yang
kedua yaitu mengembangkan tingkah laku yang diinginkan dengan cara memberikan ulangan
penguatan (reinforcement). Dan Adapun beberapa menghilangkan atau mengurangi tingkah laku
yang tidak diinginkan diantaranya : Menurut Dannison brain gym adalah serangkaian gerak
sederhana yang menyenangkan dan dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan belajar
anak dengan menggunakan kemampuan konsentrasi otaknya dan memberikan kegiatan yang
menarik minat anak dan menggunakan peraturan-peraturan yang jelas agar anak dapat
mentaatinya. Umpan balik yang kita berikan menggunakan dorongan, semangat, dan
penghargaan, dengan tujuan agar anak mampu melakukan sesuatu sesuai dengan
peraturan.Contohnya jika anak telah mengerjakan tugas dengan baik hingga selesai, maka guru
memberikan stiker dan membolehkan untuk bermain sesuai yang ia inginkan. Terapi ini
memberikan peraturan kepada anak yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku disiplin bagi
anak. Dan yang paling penting ibu guru harus menjalin komunikasi secara baik kepada orang tua
sehingga memperkuat untuk menjalin terapi back in control ini dan dengan harapan apa yang
diiginkan kepada Raihan bisa tercapai dan Raihan menjadi anak yang lebih baik dan jangan
pernah mengatakan kepada Raihan kalo dia anak yang nakal.
b. Orang Tua
- Target yang ingin saya capai kepada orangtuanya yakni orangtua harus lebih memperhatikan
Raihan mengingat Raihan mempunyai kekurangan tetapi orang tua harus tetap semangat, agar
Raihan dapat di sayangi seperti anak-anak lainya, dan mengharapkan orangtuanya lebih aktif
dalam pengasuhnya jangan pernah megabaikanya karena kekuranganya tetapi malah lebih
memperhatikanya agar dia merasa orangtuanya sangat menyayaginya.
c. Guru
- Target konseling terhadap guru agar lebih sabar dalam menghadapi perilaku anak muridnya
yang mengidap penyakit kelainan yang mana lebih aktif di dalam kelas dan sangat susah untuk
di atur, guru perlu meningkatkan ilmu pengetahuannya mengenai teknik/ cara dan
kualitas pembuatan media yang lebih kreatif, agar dapat meningkatkan motivasi belajar
anak sesuai dengan gaya belajar anak masing-masing.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku anak ADHD dalam belajar diantaranya adalah sering keluar masuk kelas,
mengganggu teman-temannya, dan sulit untuk diajak belajar, tidak menempatkan barang-
barangnya pada tempatnya, sering meninggalkan pensil dan buku di sekolah karena lupa, sulit
berkonsentrasi, berlebihnya aktivitas, menaik di atas meja, mengganggu teman-temannya
yang sedang belajar.
Faktor-faktor yang menyebabkan anak ADHD adalah konsumsi alkohol pada masa
kehamilan, faktor lingkungan, kekurangan gizi, asap rokok, makanan yang mengandung gula,
dan cedera otak dan lainnya. Sehingga peran orang tua harus lebih memperhatikan setiap
perkembangan yang dialami anak, agar anak tetap sehat dan terjaga dari hal yang tidak
diinginkan.
Peran orang tua sangat diperlukan sekali terhadap anak yang mengidap penyakit
seperti ini (ADHD) dan guru juga pada saat di dalam kelas harus tau apa yang harus
dilakukan agar tidak salah dalam menangani anak seperti dan tidak mengatakan bahwa anak
seperti itu nakal dan sebagainya.
B. Saran
Saran saya kepada Orang tua harus lebih sabar dalam mendidik anak ADHD,
memiliki banyak pengetahuan dalam mendidik anak ADHD, memberikan perhatian
khusus mulai dari lingkungan dan pola makan anak agar anak tetap dalam pengawasan
orang tua. Dan kepada Guru teknik atau cara dalam pembelajaran yang diterapkan oleh
guru sangat berpengaruh bagi anak yang mengalami ADHD. Sehingga guru perlu
meningkatkan ilmu pengetahuannya mengenai teknik/ cara dan kualitas pembuatan media
yang lebih kreatif, agar dapat meningkatkan motivasi belajar anak sesuai dengan gaya
belajar anak masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Atika Dhiah A, dkk. 2018, Effectiveness of brain gym and writing therapy in
behavioralhyperactivity on pre school-age children with ADHD, Jurnal Ilmiah
Bidang Ilmu Keperawatan Anak. Vol I, No 2 November.
Grant Martin, 2008, Terapi untuk Anak ADHD, Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Herri Zan Pieter, dkk. 2011, Pengantar Psikopatologi untuk Keperawatan, Jakarta: Kencana.
James Ie Fanu, 2010. Atasi dan Deteksi Ragam Masalah Kejiwaan Anak Sejak Dini,
Jogjakarta: Diva Press Group.
Maret June Thompson, 2003. Tooddlercare Pedoman Merawat Balita, Jakarta; Erlangga.
Nugrahini Indra Umratun Wakhaj, Nurul Hidayah Rofiah, 2018. ‘Perilaku Attention Deficit
Hiperactivity Disorder (ADHD) Dalam Proses Pembelajaran (studi Kasus
Peserta Didik) Di kelas IV SD Negeri Gejayan, Jurnal Fundamental Pendidikan
Dasar, Vol. 1 No. 1
Niluh D. Ratnasari, dkk. 2016, ‘Komorbiditas pada anak gangguan pemusatan perhatian
dan hIEPraktivitas (GPPH) pada 20 Sekolah Dasar di Kota Manado’, Jurnal e-
Clinic (eCl), Vol. 4, No. 1, Januari-Juni
Rizki Amalia, Intervensi terhadap Anak Usia Dini yang Mengalami Gangguan ADHD
melalui Pendekatan Kognitif Perilaku dan Alderian Play Therapy, Jurnal Obsesi
: Pendidikan Anak Usia Dini, Vol 2, No 1.
Yayuk Ylana, 2017, “Teknik guru dalam penanganan anak hiperaktif (studi kasus di kelas v
madrasah ibtidaiyah islamiyah Sukopuro Jabung Malang)‟, Skripsi S.1 UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang.
Yuliani Nurani Sujiono, 2013, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Indeks.