Disusun oleh :
PENDAHULUAN
Para ahli percaya bahwa setidaknya tiga dari seratus anak usia 4-14
tahun menderita ADHD. Orang dewasa juga terpengaruh oleh ADHD,
tetapi kerusakan yang ditimbulkan terhadap kehidupan anak sering kali
jauh lebih besar karena efeknya terhadap keluarga, teman sekelas dan
guru. ADHD dapat menyebabkan anak-anak tidak punya teman, sering
membuat kekacauan di rumah dan di sekolah dan tidak mampu
menyelesaikan pekerjaan rumah mereka.
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui terapi yang diberikan pasien di dalam kasus dan
plan kedepannya pengobatan ADHD yang akan dijalani pasien.
1.4 Manfaat
Agar pasien mendapatkan terapi untuk ADHD yang tepat dapat
berupa farmakologi dan farmakologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Hiperaktivitas
3) Labilitas emosional
2.7.1. Farmakoterapi
Agen farmakologis untuk ADHD adalah stimulan sistem saraf pusat,
terutama dextroamphetamine (Dexedrine), methylphenidate, dan Pemoline
(Cylert). Food ang Drug Administration (FDA) mengizinkan
dextroamphetamine pada anak berusia 3 tahun dan lebih dan methylphenidate
pada anak berusia 6 tahun dan lebih; keduanya adalah obat yang paling sering
digunakan.
Obat golongan anti depresan juga dikatakan memiliki efek untuk anak
ADHD. Golongan SSRI (Serotonin Spesific Reuptake Inhibitor), misalnya
fluoxettine yang diberikan dengan dosis 0,6 mg/kg BB memberikan respon
sekitar 58% pada anak usia 7-15 tahun. Golongan MAOI (Monoamin
Oksidase Inhibitor) seperti moclobemide dengan dosis 3-5 mg/kg BB/hari
dibagi dua dosis pemberian. Obat baru yang secara struktural berbeda dengan
psikostimulan dan antidepresan trisiklik adalah atomoxetine. Mekanisme kerja
obat ini adalah memblokir transporter nonadrenergik dengan sangat selektif.
Pemakaian dosis 1,8 mg/kg terbukti efektif dalam mengurangi gejala inatensi
dan hiperaktif/impulsif pada anak dan remaja dalam pemakaian 1 minggu.
Efek samping atomoxetine seperti napsu makan menurun dan peningkatan
tekanan darah relatif lebih ringan (Wiguna T, 2010).
Obat golongan antipsikotik atipikal seperti risperidone dapat
digunakan untuk menurunkan perilaku hiperaktif dan agresivitas. Penelitian
untuk obat ini masih belum banyak dilakukan. Pemberian obat antikonvulsan
juga sering dilakukan untuk mengurangi gejala ADHD. Karbamazepin
dianggap sebagai pengobatan yang efektif untuk agresi pada anak-anak,
sedangkan sodium divalproat terbutki efektif dalam mengobati gangguan
mood (Kay dan Tasman, 2006).
2.7.2. Psikoterapi
Pada psikoterapi individual, modifikasi perilaku, konseling orang tua, dan
terapi tiap gangguan beajar yang meneyertai mungkin diperlukan. Jika
menggunakan medikasi, anak dengan ADHD harus diberikan kesempatan
untuk menggali arti medikasi bagi mereka. Dengan melakukan hal itu akan
menghilangkan kekeliruan pengertian (seperti, “saya gila”) tentang pemakaian
medikasi dan menjelaskan bahwa medikasi hanya sebagai tambahan. Anak-
anak harus mengerti bahwa mereka tidak perlu selalu sempurna.
Demi efektivitas program, sebaiknya orang tua bekerja sama dengan pihak
sekolah untuk melakukan proses yang sama bagi anaknya ketika dia di
sekolah. Orang tua harus selalu melakukan monitoring dan evaluasi secara
berkelanjutan dan konsisten atas program yang dijalankan. Begitu juga ketika
program ini dilaksanakan bersama-sama dengan pihak sekolah maka orang
tua sangat memerlukan keterlibatan guru dan petugas di sekolah untuk
melakukan proses monitoring dan evaluasi. Dalam program ini, yang harus
dilakuan orangtua adalah :
1. Definisikanlah aturan secara jelas dan tepat. Buat aturan sejelas mungkin
sehingga pengasuh pun dapat mendukung pelaksanaan tanpa banyak
penyimpangan.
4. Jangan pernah berdebat dengan anak tentang sebuah aturan. Gunakan kata-
kata kunci yang tidak akan diperdebatkan.
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Identitas pasien
Nama Tn. X
Usia 23 tahun
Jenis kelamin Laki-laki
Pekerjaan Supir
IQ Diatas rata-rata
a) Kurangnya perhatian
b) Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
c) Suasana hati yang jelek
d) Nafsu makan berkurang
e) Pasien melaporkan bahwa tidak mampu melakukan hal-hal yang
diinginkan dan sulit dalam mengambil keputusan, sulit memulai dan
menyelesaikan masalah dan sering melanggar peraturan lalu lintas.
f) Mudah lelah
g) Penurunan minat dalam kegiatan yang menyenangkan
4.1 Kesimpulan
Pada kasus, obat pilihan pada ADHD dewasa adalah
methylphenidate. Pada jurnal, pasien menunjukkan peningkatan yang
signifikan dalam gejala ADHD, suasana hatinya dan fungsi sosial-
pekerjaannya. Selain dengan terapi psikofarmaka, kedepannya pasien
diharapkan mengikuti terapi psikolog.
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, M.D., Halord I, Sadock, M.D., Benjamin J., Grebb, M.D., Jack A. 2010.
Sinopsis Psikiatri, Jilid 2. Terjemahan Dr. Widjaja Kusuma. Tangerang: Binarupa
Aksara.
Dupaul GJ, Weyandt LL, Dell SMO, Varejao M. 2009. Current status and future
directions. J Atten Disord. 13(3).
Daley D. 2010. ADHD and academic performance: why does ADHD impact on
academic performance and what can be done to support ADHD children in the
classroom? Blackwell Publ Ltd. 36(4).
Weyandt LL, Dupaul GJ. 2008. ADHD in college students: developmental
findings. Developmental Disabilities.14.
Kay dan Tasman. 2006. Childhood disorders: Attention deficit and Disruptive
Behavior Disorders. John Wiley & Sons: Essentials of Psychiatry
Wiguna T. 2010. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif. Jakarta : FKUI
National Institute for Health and Care Excellence [NICE] guidelines for the
treatment of adult ADHD; 2008. Available from:
https://www.nice.org.uk/guidance/cg72. Akses Maret, 2019.
Wahidah, E. Y., 2018. Identifikasi dan Psikoterapi terhadap ADHD (Attention
Deficit Hyperactivity Disorder) Perspektif Psikologi Pendidikan Islam
Kontemporer. Yogyakarta : Jurnal Studi Agama. Vol 17(2).
Geffen dan Forster, 2018. Treatment of adult ADHD: a clinical perspective.
Therapeutic Advances in Psychopharmacolog. Vol 8(1).