Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD) dicirikan dengan tingkat gangguan


perhatian, impulsivitas dan hiperaktivitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan dan
gangguan ini dapat terjadi disekolag maupun di rumah (Isaac, 2011). Pada kira-kira sepertiga
kasus, gejala-gejala menetap sampai dengan masa dewasa . ADHD adalah salah satu alasan
dan masalah kanak-kanak uyang paling umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa
oleh para professional kesehatan mental. Konsensus oendapat professional menyatakan
bahwa kira-kira 305% atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD .

Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai
tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40%
dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah
perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD . Di beberapa negara lain,
penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur
mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat
jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak
yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui
jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).

Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia
meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain,
seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu
makanan, dll (Verajanti, 2012).
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi ADHD

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis


yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan
banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan
tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai
aturan (Ginanjar, 2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan
aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim
dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa
diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap
seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan
adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan.

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah kelainan hiperaktivitas


kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakarakteriskan
oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend,
1998). ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu
kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan
Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD
(Permadi, 2009).

2.2 Etiologi

Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD : kurangnya deteksi


dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol,
rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur,
hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan) (Klikdokter, 2008).

Belum diketahui dengan pasti penyebab ADHD. Macam-macam teori yang menyebabkan
ADHD di antaranya :

a) Psikodinamika

Anak dengan gangguan ini akan mengalami gangguan perkembangan ego.


Perkembangan ego menjadi retardasi dan dimanifestasikan dengan perilaku yang
impulsif, seperti ada perilaku tempertatrum yang berat. Kegagalan berprestasi yang
berulang, kegagalan mengikuti petunjuk social dan harga diri rendah. Beberapa teori
menunjukkan bahwa anak tetap pada fase simbiotik dan tidak dapat membedakan dirinya
dengan ibunya.

b) Biologis

Hal ini bisa di akibatkan oleh:

 Genetik ( resiko meningkat jika ada riwayat keluarga )

 Faktor perkembangan

 Kelainan fungsi pada jalur inhibisi dilobus parietalis dan frontalis.

c) Dinamika Keluarga

Teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak sebagai
cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.kemungkinan iritabilitas impulsive
ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD dari saat lahir reaksi orang tua
cenderung menguat dan karenanya mempertahankan atau meningkatkan intensitas
gangguan. Ansietas berasal dari disfungsi system keluarga masalah perkawinan dan lain
sebagainya, dapat juga member kontribusi pada gejala gangguan ini orang tua frustasi
terhadap buruk anak terhadap keadaan tertentu.orang tua mungkin menjadi terlalu sensitif
atau menjadi putus asa dan tidak member struktur eksternal.

d) Psikososial

 Kemiskinan

 Diet ( timbale, tertazine )

 Penyalahgunaan alcohol oleh orang tua

2.3 Macam –macam gejala ADHD

1. Inatensi (Kurang kemampuan untuk memusatkan perhatian )

 Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail / rinci

 sering membuat kesalahan karena ceroboh

 Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas - tugas atau aktifitas bermain

 Segera tidak mendengarkan sewaktu diajak bicara

 Sering tidak mengikuti perintah / cenderung menentang dan tidak memahami


perintah
 Sering tidak dapat mengorganisir / mengatur tugas - tugas / aktivitasnya

 Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas - tugas yang menuntut

 ketahanan mental

 Sering kehilangan barang

 Perhatiannya mudah beralih

 Pelupa

2. Hiperaktivitas

 Kaki dan tangannya tidak dapat tenang

 Berteriak - teriak di tempat duduknya

 Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas

 Berlari kesana kemari

 Sulit melakukan aktivitas / bermain dengan tenang

 Ada saja yang dilakukan

 Seringkali bicara keras – keras

3. Impulsivitas

 Menjawab sebelum selesai pertanyaan


 Sulit menunggu giliran
 Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain sedang
berbicara atau bermaib)

2.4 Psikopatologi

Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga
masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau
penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley,
menambahkan masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi,
adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah.
Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan
ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan
keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri
untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu.
Penyebabnya diperkirakan karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang
ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan.

Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD.


Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang
berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat
kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi
metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang
dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah
hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik,
beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan
penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara
penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD.

Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang
dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan
control aktifitas diri.

Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity


Disorder mempunyai ciri-ciri antara lain:

1. Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil


2. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah.
3. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas
4. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat
5. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau diam
6. Terus gelisah atau menggeliat
7. Sulit menunggu giliran
8. Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya
9. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan
10. Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan
11. Tampak tidak mendengar, sekalipu diajak berbicara secara langsung

Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan tipe
hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan perempuan adalah
1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktiv impulsif yang lebih
demonstratif. Gejala seperti ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak
anak. Menurut penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami
oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 204% untuk anak perempuan
dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Anak laki-laki ADHD lebih banyak
terjadi karena mereka lebih menunjukkan perilaku menantang dan agresif dibandingkan
dengan anak perempuan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

2.5 Manifestasi Klinik

Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :

a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat. 
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
j. Sering berbicara secara berlebihan. 
k. Sering menyela atau mengganggu orang lain
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa
melihat-lihat).
2.6 Diagnosa banding 
a. Ratardasi mental
b. Kecemasan anak
c. Depresi sekunder
d. Autisme
e. Gangguan perkembangan belajar
2.7 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas 
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi )
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan )
4. kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar )
5. Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas )
6. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya membuat anak-
anak lainnya marah )
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD :
 Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas
 Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan
tersebutdapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
 Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
danHiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaituFormulir yang terdiri
dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
 Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilakuyang tertulis
pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua / pengasuh anak untuk
tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH
c. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada,misal ketika
di rumah, sekolah, pasar, took, dll. Setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
 Interpretasi : 
  Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak 
  Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
  Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak 
 Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.Beri nilai total 13 atau lebih anak
kemungkinan dengan GPPH.
 Intervensi :

 Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki :
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut.
 Beri nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang 1
bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepadaorang-orang terdekat dengan anak (orang
tua, pengasuh, nenek, guru,dsb).

Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan
ADHD antara lain :

1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang


memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak organic
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)
FORMULIR DETEKSI DINIGANGGUANPEMUSATAN PERHATIAN DAN
HIPER AKTIVITAS (GPPH)
(Abbreviated Conners Ratting Scale)
Kegiatan yang diamati  0 1 2 3

1.Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebihan

2.Mudah menjadi gembira, impulsive

3.Menganggu anak-anak lain

4.Gagal menyelesaikan kegiatan yang telahdimulai, rentang


perhatian pendek 
5.Menggerak-gerakkan anggota badan ataukepala secara
terus-menerus
6.Kurang perhatian, mudah teralihkan

7.Permintaannya harus segera dipenuhi,,mudah menjadi


frustasi
8.Sering dan mudah menangis

9.Suasana hatinya mudah berubah dengancepat dan drastis

10.Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak


terduga.
Jumlah :

Nilai total :

2.9 Pencegahan
a. Skrining DDTK pada ADHD
b. Perawatan saat hamil ( hindari obat – obatan dan alkoholic ) untuk orang tua
c. Asupan nutrisi yang seimbang
d. Berikan rutinitas yang tersturktur ( membantu anak untuk mematuhi jadwal yang
teratur )
e. dapat mendorong anak untuk fokus pada apa yang mereka lakukan )
2.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan
A. Perawatan

Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak
dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :

1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :


a. Hentikan perilaku yang tidak aman
b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima dan yang tidak
dapat diterima
c. Berikan pengawasan yang ketat
2. Meningkatkan performa peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan
b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas dari distraksi
untuk menyelesaikan tugas)
3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak
b. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil
c. Izinkan beristirahat
4. Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadual sehari-hari
b. Minimalkan perubahan
5. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan mendengarkan perasaan dan
frustasi orang tua
6. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD
B. Pengobatan

Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan


berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku,
pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang
kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta
vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2011).

Menurut Videbeck (2012) obat stimulan yang sering digunakan untuk


mengobati ADHD antara lain :

1. Metilfenidat (Ritalin)

Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau


supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan setelah
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.

2.Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)

Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau
adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan,
efek obat lengkap dalam 2 hari
3.Pemolin (Cylert)

Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay


peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2 minggu
untuk mencapai efek obat yang lengkap

2.11 Peran Orang Tua Pada Anak ADHD

1. Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam suatu aturan. Dengan
menerapkan peraturan secara konsisten, anak dapat belajar untuk mengendalikan
emosinya.
2. Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggungjawab terhadap apa yang
seharusnya dapat dilakukan anak.
3. Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orang tua tak akan memberikan
tekanan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan penolakan anak untuk melakukan apa
yang seharusnya ia lakukan.
4. Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari gangguan televisi, mainan
atau kebisingan.
5. Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan, dan konsisten
terhadap terapi yang sedang dijalankan oleh anak anda.
6. Biasakan anak untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan atau gambar.
7. Aturlah pola makan anak, hindari makanan dan minuman dengan kadar gula dan
karbohidrat yang tinggi.
8. Ajaklah anak berekreasi ke tempat-tempat yang indah. Hal ini akan membantu anak
untuk berpikiran positif.
9. Ajaklah anak untuk berlatih menenangkan diri. Misalnya dengan menarik nafas dalam-
dalam dan keluarkan lewat mulut. Latihan ini bisa dilakukan berulang-ulang.

BAB III
Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, alamat, tanggal lahir dan semua tentang identitas klien
2. Riwayat Penyakit
a. Ibu mengatakan anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau
hiperaktif sampai saat ini.
b. Anak mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau
bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
3. Penampilan umum
a. Anak tampak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan
bergoyang-goyang
b. Anak tampak lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas, dan anak sering menjilat dan
mencium lantai .
c. Anak tampak mengabaikan ketika ditegur saat anak menjilat dan mencium
lantai
d. Anak tampak marah saat ditegur ketika anak menjilat dan mencium lantai.
e. Tampak Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, anak hanya dapat mengatakan “apa” , “a” .

4. Riwayat Tumbuh Kembang


a. Motorik kasar
 Anak tampak mampu meloncat saat senam
 Ibu menatakan anak sangat senang berenang
b. Motorik kasar
 Anak tampak bisa menggambar tapi tidak fokus
c. Bahasa
 Terdengar kata yang sering diucapkan anak “ apa “ dan “ a “
d. Personal sosial
 Anak tampak mendorong temannya tampa sebab
 Anak tampak masih individualis
 Ibu mengatakan Anak sering kali mengganggu dan mengacau di
rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara
kandungnya
5. Mood dan afek
a. Mood anak tampak labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.
b. Anak tampak agitasi
c. Jika dilakukan Usaha untuk memfokuskan perhatian, anak tampak
menimbulkan perlawanan dan kemarahan.
6. Peran dan Hubungan
a. Pengasuh anak di SLB adalah ibu irta katri
b. Hubungan dengan keluarga sangat dekat tampak anak di dampingi ibunya
sampai pulang sekolah
c. Ibu mengatakan sering bermain dengan anaknya ketika dirumah
7. Nutrisi
a. Ibu mengatakan anak makan seperti biasa
b. Pengasuh mengatakan anak tidak diperbolehkan banyak mengkonsumsi
makanan dari terigu dan gula
c. Ibu mengatakan selalu mengusahakan untuk memberikan makanan yang
bervariasi pada anak.
8. Penatalaksanaan yang telah diberikan di SLB
a. Terapi
 Terapi berbicara
 Terapi kontak mata
 Terapi duduk tenang
b. Pendidikan kesehatan
 Mengajarkan ibu untuk menerapkan terapi yang telah dilaksanakan
disekolah.
Dilakukan terapi dan terjadi hanya sementara saat diajarkan dan setelah selesai terapi
anak kembali keperilaku sebelumnya.
9. Riwayat saa kehamilan ibu
a. Ibu mengatakan dirumah tidak memiliki hewan peliharaan
TORCH :
T: toksoplasmosis : bisa timbul bila tubuh dimasuki parasite T. Gonddi
parasite yang ditemukan pada kotoran kucing.
O: other diseases ( penyakit penyakit menular lainnya) termasuk penyakit
sifilis,HIV, dan campak
R: rubella (campak jerman)
C: cytomegalovirus (CMV): virus CMV masih satu keluarga dengan virus
herpes
H: Herpeks simplek : dituarkan dari ibu kejanin melalui persalinan normal.
b. Ibu mengatakan saat hamil sangat menyukai sayur sayuran dan tidak
menyukai buah buahan
c. Ibu mengatakan saat hamil ia mengkonsumsi susu
d. Ibu mengatakan anak mengkonsumsi ASI sampai anak usia 2 tahun 6 bulan.

A. Rencana keperawatan
1. Analisa Data
N ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1 DO : Individualisme 1. Gangguan
- Anak mengalami kesulitan Interaksi Sosial
dalam semua bidang Kesulitan
kehidupan yang utama, beradaptasi dengan
seperti sekolah atau bermain lingkunagn sekitar
dan menunjukkan perilaku
overaktif
- Anak tampak mendorong Gangguan interaksi
temannya tampa sebab sosial
- Anak tampak masih
individualis
- Mood anak tampak labil,
bahkan sampai marah-marah
atau tempertantrum.
DS
- Ibu mengatakan anaknya
rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau
hiperaktif sampai saat ini.
- Ibu mengatakan Anak sering
kali mengganggu dan
mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan
dengan saudara kandungnya
-
2 DO : Adanya 2. Gangguan
keterbatasan Komunikasi
- Anak tampak masih pengucapan kata Verbal
individualis

DS : Pengulangan kata
yang sama
- Tampak Kemampuan anak
untuk berbicara terganggu, ia Gangguan
tidak dapat melakukan suatu komunikasi verbal
percakapan
- Terdengar kata yang sering
diucapkan anak “ apa “ dan “
a“
3 DO : Perilaku hiperaktif 3. Resiko Cidera

- Anak tampak tidak dapat Ketidakmuampuan


duduk tenang di kursi dan fokus disatu objek
mengeliat dan bergoyang-
goyang
- Anak tampak lari Adanya gerakan
mengelilingi ruang dari satu perpindahan tiba-
benda ke benda lain dengan tiba
sedikit tujuan atau tanpa
tujuan yang jelas.
- Anak tampak mendorong Antusiasme
temannya tampa sebab bermain

Jika dilakukan Usaha untuk


memfokuskan perhatian, Resiko cidera
anak tampak menimbulkan
perlawanan dan kemarahan

.
4 DS: ibu mengungkapkan bahwa Ketidakmampuan Koping tidak efektif
anaknya malas mengerjakan PR melakukan
keinginan yang
DO: anak terlihat tidak bisa dikehendaki
berkonsentrasi dengan perawat dan
sering menengok kekanan dan kekiri Ketidakstabilan
saat berbicara dengan perawat emosi pada anak

Koping tidak efektif


5 DS: ibu mengungkapkan bahwa Ketidakmampuan ketidakpatuhan
anaknya menolak mengikuti anjuran fokus di 1objek
DO: anak terlihat tidak mengikuti
anjuran dengan baik Banyaknya stimulan
yang tertangkap

Ketidakmampuan
memilih
prioritas(terkesan
mangabaikan

ketidakpatuhan
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan perilaku agresif dibuktikan


dengan Anak mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif, Anak tampak
mendorong temannya tampa sebab, Anak tampak masih individualis, Mood anak
tampak labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum, Ibu mengatakan
anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau hiperaktif sampai saat
ini.Ibu mengatakan Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan dengan saudara kandungnya
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
dibuktikan dengan Anak tampak masih individualis, Tampak Kemampuan anak
untuk berbicara terganggu, ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, Terdengar
kata yang sering diucapkan anak “ apa “ dan “ a “
3. Resiko cedera berhubungan dengan retadarsi mental dibuktikan dengan Anak
tampak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang,
Anak tampak lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit
tujuan atau tanpa tujuan yang jelas, Anak tampak mendorong temannya tampa
sebab, Jika dilakukan Usaha untuk memfokuskan perhatian, anak tampak
menimbulkan perlawanan dan kemarahan

4. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan strategi koping


dibuktikan dengan : ibu mengungkapkan bahwa anaknya malas mengerjakan PR,
anak terlihat tidak bisa berkonsentrasi dengan perawat dan sering menengok
kekanan dan kekiri saat berbicara dengan perawat.
5. Ketidakpatuhan berhubungan dengan disabilitas defisit sensorik/motoric)
dibuktikan dengan ibu mengungkapkan bahwa anaknya menolak mengikuti
anjuran , anak terlihat tidak mengikuti anjuran dengan baik

Intevensi Keperawatan

Diagnaposa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan hasil
Hambatan Setelah dilakukan O:- identifikasi 1.agar keluarga memiliki
interaksi sosial tindakakn penyebab kurangnya keterampilan sosial
keperawatan selama keteramapilan sosial 2.agar px tetap
2 x 24 jam -identifikasi fokus termotivasi
diharapkan masalah pelatihan keterampilan 3.agar px merasa percaya
gangguan interaksi social dengan perawat
sosial dapat teratasi 4.untuk mengetahui
dengan kriteria hasil : T: motivasi untuk keterampilan/kemampuan
1.Perasaan nayaman berlatih keteramapilan anak
dengan situasi sosial sosial
meningkat -Beri umpan balik
2.Perasaan mudah positif terhadap
menerima atau kemampuan sosialisi
mengkomunikasikan -Libatkam keluarga
perasaan meningkat selama latihan
3. Responsif pada keterampilan sosial
orang lain meningkat
4. kooperatif dengan E: edukasi keluarga
teman sebaya untuk dukungan
meningkat keterampilan sosial
5. perilaku sesuai Latih keterampilan
usia sosial secara beratahap
1.
Gangguan Setelah dilakukan O:-monitor proses 1.agar px dapat
Komunikasi tindakan keperawatn kognitif,anatomis dan berkomunikasi dengan
Verbal selama 2x1 24 jam fisiologis yang baik
diharapkan masalah berkaitan dengan 2.untuk memantau
gangguan bicara ( memori, kemampuan bicara px
komunikasi verbal pendengaran dan 3.membantu dalam
dapat meningkat Bahasa) proses penyembuhan
dengan kriteria hasil: T:- gunakan metode
1.kemampuan komunikasi
berbicara meningkat alternative(mis.menuli
2. kemampuan )
mendengar 1. Ulangi apa
meningkat yang
3. respon perilaku disampaikan
membaik pasien

E: -anjurkan berbicara
perlahan
-ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif,anatomis,dan
fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
K: -rujuk keahlih
patotogis bicara atau
terapis

Resiko cidera Setelah dilakukan O: idendifikasi area 1.agar px dan keluarga


tindakan keperawatan lingkunagn yang memahami tindakan
selama 1x24 jam berpotensi pencegahan cidera
diharapkan resiko menyebabkan cedera 2.untuk menentukan
cidera tidak terjadi T:-diskusikan latihan yang sesuai
dengan kriteria hasil : mengenai latihan dan kemampuan px
1.kontrol gerakan terapi fisik yang 3. agar px selalu dalam
meningkat diperlukan pengawasan dan aman
2. keseimbanagan -diskusiakn bersama 4..untuk mengurangi
gerakan meningkat anggota keluarga yang resiko yang
dapat mendampingi mmbahayakan px
pasien
- tingkatkan frekuensi
observasi dan
pengawasan pasien
sesuai kebutuhan
E: Jelaskan alasan
intevensi pencegahan
jatuh kepasien dan
keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ADHD

Kelompok :
Raden Roro Wike Aprilia 9103017058
Benni Selfianus Saurei 9103017059
Sri Susan Benedikta 9103017060

Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2019

Anda mungkin juga menyukai