PENDAHULUAN
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah sampai
tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat hiperaktif. Sekitar 30-40%
dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan bantuan professional karena masalah
perilaku, datang dengan keluhan yang berkaitan dengan ADHD . Di beberapa negara lain,
penderita ADHD jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan di Indonesia. Literatur
mencatat, jumlah anak hiperaktif di beberapa negara 1:1 juta. Sedangkan di Amerika Serikat
jumlah anak hiperaktif 1:50. Jumlah ini cukup fantastis karena bila dihitung dari 300 anak
yang ada, 15 di antaranya menderita hiperaktif. "Untuk Indonesia sendiri belum diketahui
jumlah pastinya. Namun, anak hiperaktif cenderung meningkat (Pikiran rakyat, 2009).
Dewasa ini, anak ADHD semakin banyak. Sekarang prevalensi anak ADHD di Indonesia
meningkat menjadi sekitar 5% yang berarti 1 dari 20 anak menderita ADHD. Peningkatan ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik ataupun pengaruh lingkungan yang lain,
seperti pengaruh alkohol pada kehamilan, kekurangan omega 3, alergi terhadap suatu
makanan, dll (Verajanti, 2012).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 Etiologi
Belum diketahui dengan pasti penyebab ADHD. Macam-macam teori yang menyebabkan
ADHD di antaranya :
a) Psikodinamika
b) Biologis
Faktor perkembangan
c) Dinamika Keluarga
Teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang merusak ini dipelajari anak sebagai
cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.kemungkinan iritabilitas impulsive
ditemukan atau tidak terlihat pada individu ADHD dari saat lahir reaksi orang tua
cenderung menguat dan karenanya mempertahankan atau meningkatkan intensitas
gangguan. Ansietas berasal dari disfungsi system keluarga masalah perkawinan dan lain
sebagainya, dapat juga member kontribusi pada gejala gangguan ini orang tua frustasi
terhadap buruk anak terhadap keadaan tertentu.orang tua mungkin menjadi terlalu sensitif
atau menjadi putus asa dan tidak member struktur eksternal.
d) Psikososial
Kemiskinan
Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail / rinci
Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas - tugas yang menuntut
ketahanan mental
Pelupa
2. Hiperaktivitas
3. Impulsivitas
2.4 Psikopatologi
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga
masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau
penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley,
menambahkan masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan instruksi,
adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan sekolah.
Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan
ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan
keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak mampu menahan diri
untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar tidak bisa menunggu.
Penyebabnya diperkirakan karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat yang
ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan.
Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang
dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan
control aktifitas diri.
Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan tipe
hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan perempuan adalah
1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktiv impulsif yang lebih
demonstratif. Gejala seperti ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru pada banyak
anak. Menurut penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami
oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 204% untuk anak perempuan
dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Anak laki-laki ADHD lebih banyak
terjadi karena mereka lebih menunjukkan perilaku menantang dan agresif dibandingkan
dengan anak perempuan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang belum selesai disampaikan
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
j. Sering berbicara secara berlebihan.
k. Sering menyela atau mengganggu orang lain
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya tanpa
melihat-lihat).
2.6 Diagnosa banding
a. Ratardasi mental
b. Kecemasan anak
c. Depresi sekunder
d. Autisme
e. Gangguan perkembangan belajar
2.7 Komplikasi
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi )
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan )
4. kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar )
5. Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas )
6. Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya membuat anak-
anak lainnya marah )
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD :
Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada
keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan,
kader kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan
tersebutdapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
danHiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaituFormulir yang terdiri
dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilakuyang tertulis
pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua / pengasuh anak untuk
tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH
c. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada,misal ketika
di rumah, sekolah, pasar, took, dll. Setiap saat dan ketika anak dengan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Interpretasi :
Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.Beri nilai total 13 atau lebih anak
kemungkinan dengan GPPH.
Intervensi :
Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki :
fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi lebih lanjut.
Beri nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang 1
bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepadaorang-orang terdekat dengan anak (orang
tua, pengasuh, nenek, guru,dsb).
Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak dengan
ADHD antara lain :
Nilai total :
2.9 Pencegahan
a. Skrining DDTK pada ADHD
b. Perawatan saat hamil ( hindari obat – obatan dan alkoholic ) untuk orang tua
c. Asupan nutrisi yang seimbang
d. Berikan rutinitas yang tersturktur ( membantu anak untuk mematuhi jadwal yang
teratur )
e. dapat mendorong anak untuk fokus pada apa yang mereka lakukan )
2.10 Penatalaksanaan Medis dan Perawatan
A. Perawatan
Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada anak
dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
1. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau
adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu makan,
efek obat lengkap dalam 2 hari
3.Pemolin (Cylert)
1. Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam suatu aturan. Dengan
menerapkan peraturan secara konsisten, anak dapat belajar untuk mengendalikan
emosinya.
2. Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggungjawab terhadap apa yang
seharusnya dapat dilakukan anak.
3. Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orang tua tak akan memberikan
tekanan yang berlebihan, yang dapat menyebabkan penolakan anak untuk melakukan apa
yang seharusnya ia lakukan.
4. Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari gangguan televisi, mainan
atau kebisingan.
5. Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan, dan konsisten
terhadap terapi yang sedang dijalankan oleh anak anda.
6. Biasakan anak untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk tulisan atau gambar.
7. Aturlah pola makan anak, hindari makanan dan minuman dengan kadar gula dan
karbohidrat yang tinggi.
8. Ajaklah anak berekreasi ke tempat-tempat yang indah. Hal ini akan membantu anak
untuk berpikiran positif.
9. Ajaklah anak untuk berlatih menenangkan diri. Misalnya dengan menarik nafas dalam-
dalam dan keluarkan lewat mulut. Latihan ini bisa dilakukan berulang-ulang.
BAB III
Pengkajian
1. Identitas klien
Nama, alamat, tanggal lahir dan semua tentang identitas klien
2. Riwayat Penyakit
a. Ibu mengatakan anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau
hiperaktif sampai saat ini.
b. Anak mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau
bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
3. Penampilan umum
a. Anak tampak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan
bergoyang-goyang
b. Anak tampak lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas, dan anak sering menjilat dan
mencium lantai .
c. Anak tampak mengabaikan ketika ditegur saat anak menjilat dan mencium
lantai
d. Anak tampak marah saat ditegur ketika anak menjilat dan mencium lantai.
e. Tampak Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, ia tidak dapat
melakukan suatu percakapan, anak hanya dapat mengatakan “apa” , “a” .
A. Rencana keperawatan
1. Analisa Data
N ANALISA DATA ETIOLOGI MASALAH
O KEPERAWATAN
1 DO : Individualisme 1. Gangguan
- Anak mengalami kesulitan Interaksi Sosial
dalam semua bidang Kesulitan
kehidupan yang utama, beradaptasi dengan
seperti sekolah atau bermain lingkunagn sekitar
dan menunjukkan perilaku
overaktif
- Anak tampak mendorong Gangguan interaksi
temannya tampa sebab sosial
- Anak tampak masih
individualis
- Mood anak tampak labil,
bahkan sampai marah-marah
atau tempertantrum.
DS
- Ibu mengatakan anaknya
rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau
hiperaktif sampai saat ini.
- Ibu mengatakan Anak sering
kali mengganggu dan
mengacau di rumah, yang
menyebabkan perselisihan
dengan saudara kandungnya
-
2 DO : Adanya 2. Gangguan
keterbatasan Komunikasi
- Anak tampak masih pengucapan kata Verbal
individualis
DS : Pengulangan kata
yang sama
- Tampak Kemampuan anak
untuk berbicara terganggu, ia Gangguan
tidak dapat melakukan suatu komunikasi verbal
percakapan
- Terdengar kata yang sering
diucapkan anak “ apa “ dan “
a“
3 DO : Perilaku hiperaktif 3. Resiko Cidera
.
4 DS: ibu mengungkapkan bahwa Ketidakmampuan Koping tidak efektif
anaknya malas mengerjakan PR melakukan
keinginan yang
DO: anak terlihat tidak bisa dikehendaki
berkonsentrasi dengan perawat dan
sering menengok kekanan dan kekiri Ketidakstabilan
saat berbicara dengan perawat emosi pada anak
Ketidakmampuan
memilih
prioritas(terkesan
mangabaikan
ketidakpatuhan
Diagnosa Keperawatan
Intevensi Keperawatan
E: -anjurkan berbicara
perlahan
-ajarkan pasien dan
keluarga proses
kognitif,anatomis,dan
fisiologis yang
berhubungan dengan
kemampuan berbicara
K: -rujuk keahlih
patotogis bicara atau
terapis
Kelompok :
Raden Roro Wike Aprilia 9103017058
Benni Selfianus Saurei 9103017059
Sri Susan Benedikta 9103017060
Fakultas Keperawatan
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2019