Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT


HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)

DISUSUN OLEH
SUTRISNO (200203122)

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA


TAHUN AJARAN 2021-2022
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICYT
HIPERAKTIVITY DISORDER (ADHD)

A. DEFINISI
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitasdefisit-
perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanyagangguan
fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jeniskelamin, tingkat
kecerdasan, atau lingkungan kultural.
Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir dariserangkaian
istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi untukmenjelaskan anak dengan
intelegensi normal atau hampir normal, tetapimemperlihatkan pola perilaku abnormal
yang terutama ditandai dengan kurangnya perhatian, mudah teralih perhatiannya,
inpulsif, dan hiperaktif serta sering disertaigangguan belajar serta agresifitas.
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatukondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),dan
Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderitaADHD.
Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang
menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami masalah
pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi yang
mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal tersebut menyebabkananak
ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk
memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan
bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan

B. ETIOLOGI
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini,
meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1. Faktor Penyebab
a. Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor
genetikdan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan
Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas
yangmenyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Masalah
kesulitanmemusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga diakibatkan adanya
cacatgenetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO juga
menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan
menggambar ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak,
olehkarena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya
patologi diarea prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan
predominasi padakorteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko tinggi
terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak pada janin
dan neonatal paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia.
Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan menyebabkan terjadinya patologi
yang merata pada korteks otakyang menimbulkan gangguan fungsi integrasi
koordinasi dan pengendaliankortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran
penting dalam aktivasi danintegrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh
karena itu, patologi yang merata pada korteks otak dianggap sebagai penyebab
terjadinya gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas
motorikyang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh
fungsinorepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu
memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan
oleh fungsi dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin
berpean pada terjadinya gejalaADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal.
Terjadinya ADHD disebabkanoleh beberapa sistem yang berbeda tetapi
memiliki hubungan yang erat. Sistemtersebut memiliki peran yang berbeda
terhadap metabolisme dopamin ataunorepinefrin. Meskipun berbagai obat anti
ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda, mekanisme kerja obat tersebut
sama baik dengan dopaminerjik ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan
dopamin adalah poten agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen
reseptor dopamin D4 (DRD 4) sampai saat initelah dianggap sebagai penyebab
gangguan ini ( Landau et al ., 1997 ;Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan
oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan pengaturan
perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen pengasuhan orangtua
yang buruk. Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor
lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh
orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada
orang tua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab ADHD.
Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan tetapi
berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang menunjukkan
bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut dengan ADHD.
2. Faktor Predisposisi
a. Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri
dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan perilaku-
perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor
predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut serta
penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan faktor-faktor
predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori dinamika keluarga.
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan fungsi
system.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM), terdapat
3 gejala utama ADHD, yaitu :
1. Inatensi
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian dibandingkan
dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Masalah tersebut antara
lain:
a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci
b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak memahami
perintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang menuntut
ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa

2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau
tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun
verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang
b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
f. Ada saja hal yang dilakukan
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat
tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan situasional
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.
Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak
penderita ADHD:
a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan
b. Sulit menunggu giliran
c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain sedang
berbicara atau bermain)

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang
membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah menunjukkan
ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan ini menunjukkan
bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas menggambarkan adanya
disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya cerebellum juga terkena.
Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil yang
konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk penelitian,
bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”, neuropsikologi
genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal yang memainkan peran
patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral, korteks cingulate dorsoanterior,
kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian anak ADHD ada kelambatan
perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada usia 3 tahun, di mana gejala ADHD
terjadi pada usia sekolah dasar.
Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks frontalis
yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan memusat-kan
proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak hiperaktif terlihat
berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang mengakibatkan adanya
perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol tingkah lakunya, namun ternyata
lebih cepat dalam perkembangan motorik, sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang
khas pada anak ADHD. Hal ini menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan
mempengaruhi faktor pertumbuhan dari susunan saraf pusat.

Pada pemeriksaan laboratorium telah didapatkan bahwa adanya 7 repeat allele


DRD4 gene (Dopamine 04 receptor gene) di mana merupakan 30% risiko genetik untuk
anak ADHD di mana ada penipisan korteks sebelah kanan otak, daerah otak ini
penebalannya jadi normal sesudah usia 10 tahun bersamaan dengan kesembuhan klinis
gejala ADHD.
Dari aspek patofisiologik, ADHD dianggap adanya disregulasi dari
neurotransmitter dopamine dan norepinephrine akibat gangguan metabolisme
catecholamine di cortex cerebral. Neuron yang menghasilkan dopamine dan
norepinephrine berasal dari mesenphalon. Nucleus sistem dopaminergik adalah
substansia nigra dan tigmentum anterior dan nucleus sistem norepinephrine adalah locus
ceroleus.

E. BAGAN PATWAY

Faktor Predisposisi

Merangsang pusat vasomotor

Merangsang neuron pre ganglion untuk melepaskan asetikolin

Merangsang serabut pasca ganglion ke pembuluh darah


untuk melepaskan norepinefrin

Kortisol dan steroid lainnya Kelenjar medula


disekresi oleh kelenjar adrenal juga
terangsang untuk
Memperkuat

Vasokontriksi pembuluh darah

Penurunan aliran darah ke ginjal

Pelepasan renin

Merangsang pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II

Merangsang sekresi aldosteron

Peningkatan volume intravaskuler

Hipertensi

Peningkatan resistensi terhadap pemompaan darah ventrikel

Peningkatan beban kerja jantung

Hipertrofi ventrikel kiri

Kerusakan vaskular Koroner

Sistemik
Penurunan suplai O2
ke koroner

Otak Ginjal
Disfungsi ginjal

Obstruksi/ruptur Otak
pembuluh darah Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut dan Intoleransi
Iskemik miokard
Diagnosa keperawatan:
Penurunan curah jantung
Stroke hemoragik

Vasokontriksi
Nyeri kepala

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang
tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid
yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organik
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)

Selain itu juga ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa ADHD
yaitu dengan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD. Tujuannya
adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK.Keluhan tersebutdapat
berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaitu formulir yang
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru
TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan dari pemeriksa.
1. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua /
pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada,missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll. Setiap saat dan ketika
anak dengan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab

2. Format formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH


(Abbreviated Conners Ratting Scale)

No Kegiatan yang Diamati 0 1 2 3

1 Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebiham


2 Mudah gembira, impulsive.
3 Mengganggu anak-anak lain
Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang
4
perhatian pendek
Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus-
5
menerus
6 Kurang perhatian,mudah teralihkan
7 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustasi
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis
10 Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga
Jumlah
Nilai total :

3. Interpretasi :
a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
d. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
4. Intervensi :
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit
yangmemiliki: fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi
lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat
dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,dsb).

G. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan).
H. PENGKAJIAN
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau
usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau
tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara
atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
1. Bayi usia 1-4 bulan.
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala
saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk
dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada
posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil
berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan
tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu
objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda
dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau
berekasi dengan mengoceh) ?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum,
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit
dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi
sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila
ada orang asing) ?

2. Bayi Umur 4-8 bulan


a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup
pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan
menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu
memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu duduk dengan
kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak,
menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan,
berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap
dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai
mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek
dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan
secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan,
memindahkan obajek dari satu tangan ke tangan yang lain) ?
c. Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau
kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi,
tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan
kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal
yang bersamaan seperti ba-ba)?
d. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa
jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran
orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki
jika sedang kesal)?

3. Bayi Umur 8-12 bulan


a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik
dan berdiri sendiri) ?
b. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih
benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu
mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari,
membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan
papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan
spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
d. Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum
dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau
lainnya dengan orang) ?

3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah
dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang,
mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun
atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap
orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota
badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu
kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba
memakai baju) ?

4. Masa Prasekolah (Preschool)


a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk
berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan
dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan
dengan bantuan) ?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis
yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus,
mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk
bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari
cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan
jari, membuat coretan diatas kertas)?
c. Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu menyebutkan
empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan
benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan,
mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi yntum
mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata,
memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang
anggota keluarga dekat)?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : bermain dengan
permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana
dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
mengenali anggota keluarga) ?

5. Masa school age


a. Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
b. Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?
c. Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan
lingkungan sekolah)?
d. Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
e. Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
f. Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ?
g. Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
h. Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?

6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara
mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan
bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah
(misalnya membersihkan rumah,memasak) ?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt


Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain :
1. Pengkajian riwayat penyakit
a. Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah
saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia
todler atau masuk sekolah atau day care.
b. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang
utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau
bahkan perilaku yang membahayakan di rumah.
c. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilaku anak.
d. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan
anak atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.
2. Penampilan umum dan perilaku motoric
a. Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang
saat mencoba melakukannya.
b. Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c. Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan
suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan
berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
d. Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang
lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya

3. Mood dan Afek


a. Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.
b. Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
c. Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki
sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
d. Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan
kemarahan

4. Proses dan isi piker


Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji
anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan

5. Sensorium dan proses intelektual


a. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi
seperti halusinasi.
b. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
c. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak
tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat
berhenti memikirkan sesuati.
e. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas

6. Penilaian dan daya tilik diri


a. Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan
sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
b. Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,
seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
c. Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
d. Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
e. Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali
bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f. Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.

7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman,
dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh

8. Peran dan hubungan


a. Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademik maupun sosial.
b. Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
c. Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
d. Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan
memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
e. Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD
yang meningkatkan penolakan anak.

9. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri


Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang
terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada
riwayat cedera fisik.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir.
2. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi
bahaya.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
4. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif.
5. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi darisystem
keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan
penelantaran anak.

J. INTERVENSI

1. Dx 1 : kerusakan interaksi social berhubungan dengan perubahan proses pikir.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan interaksi
sosial berjalan baik.
KH:
1. Interaksi dengan teman.
2. Interaksi dengan tetangga
3. Interaksi dengan keluarga
4. Ikut serta dalam aktivitas luang
5. Ikut serta dalam aktivitas sukarela
Intervensi:
1. Anjurkan klien dalam membangun hubungan teman, keluarga.
R/ membangun hubungan dengan teman dan keluarga dapat memberikan
stimulus pada anak untuk berinteraksi.
2. Anjurkan beraktivitas sosial dan komunitas
R/ aktivitas sosial dan komunitas dapat membentuk perilaku anak yang positif.
3. Anjurkan penggunaan komunikasi verbal
R/ penggunaan komunikasi verbal mengajarkan anak untuk berkomunikasi
dengan baik.
4. Berikan tanggapan positif ketika klien bergaul dengan yang lain
R/ tanggapan positif pada anak dapat menimbulkan rasa percaya diri anak
dalam bergaul dengan orang lain.
5. Anjurkan merencanakan kelompok kecil untuk aktivitas tertentu
R/ kelompok kecil dapat memberikan stimulus pada anak dalam berinteraksi
dengan baik.

2. Dx2 : Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan


mendeteksi bahaya.
Tujuan : Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dan dapat mendeteksi
bahaya.
KH :
1. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu
melakukan agresi.
2. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
3. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi
dari perilaku maladaptif diri sendiri.
Intervensi:
1. Amati perilaku anak secara sering. Lakukan hal ini melalui aktivitas sehari-hari
dan interaksi untuk menghindari timbulnya rasa waspada dan kecurigaan
R/ Anak-anak pada risiko tinggi untuk melakukan pelanggaran memerlukan
pengamatan yang seksama untuk mencegah tindakan yang membahayakan bagi
diri sendiri atau orang lain
2. Amati terhadap perilaku-perilaku yang mengarah pada tindakan bunuh diri
R/ Peryataan-pernyataan verbal seperti "Saya akan bunuh diri, " atau "Tak lama
ibu saya tidak perlu lagi menyusahkan diri karena saxa" atau perilaku-perilaku
non verbal seperti memnbagi-bagikan barang-barang yang disenangi, alam
perasaan berubah. Kebanyakan anak yang mencoba untuk bunuh diri telah
menyampaikan maksudnya, baik secara verbal atau nonverbal.
3. Dapatkan kontrak verbal ataupun tertulis dari anak yang menyatakan
persetujuannya untuk tidak mencelakaka diri sendiri dan menyetujui untuk
mencari staf pada keadaan dimana pemikiran kearah tersebut timbul
R/ Diskusi tentang perasaan-perasaan untuk bunuh diri dengan seseorang yang
dipercaya memberikan suatu derajat perasaan lega pada anak. Suatu perjanjian
membuat permasalahan menjadi terbuka dan menempatkan beberapa tanggung
jawab bagi keselamatan dengan anak. Suatu sikap menerima anak sebagai
seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan.
4. Bantu anak mengenali kapan kemarahan terjadi dan untuk menerima perasaan-
perasaan tersebut sebagai miliknya sendiri. Apakah anak telah menyimpan
suatu : buku catatan kemarahan" dimana catatan yang dialami dalam 24 jam
disimpan.
R/ Informasi mengenai sumber tambahan dari merahan, respon perilaku dan
persepsia nak terhadap situasi juga harus dicatat. Diskusikan asupan data
dengan anak, anjurkan juga respons-respons perilaku alternatif yang
diidentifikasi sebagai maladaptif.
5. Singkirkan semua benda-benda yang berbahaya dari lingkungan anak
R/ Keselamatan fisik anak adalah prioritas dari keperawatan.
6. Berikan obat-obatan penenang sesuai dengan pesanaan dokter atau dapatkan
pesanaan jika diperlukan. Pantau kefektifan obat-obatan dan efek –sfek
samping yang merugikan
R/ Obat-obatan antiansietas (misalnya diazepam, klordiazepoksida,
alprazolam) memberikan perasaan terbebas dari efek-efek imobilisasi dari
ansietas dan memudahkan kerjasama anak dengan terapi.
3. Dx3 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
Tujuan : Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7
jamn setiap malam.
KH:
1. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
2. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
3. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7
jam tanpa terbangun
Intervensi :
1. Amati pola tidur anak, catat keadaan-keadaan yang menganggu tidur
R/ Masalah harus diidentifikasi sebelum bantuan dapat diberikan
2. Kaji gangguan-gangguan pola tidur yang berlangsung berhubungan dengan
rasa takut dan ansietas-ansietas tertentu
R/ Ansietas yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu pola tidur anak
sehingfga perlu diidentifikasi penyebabnya
3. Duduk dengan anak sampai dia tertidur
R/ kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman
4. Pastikan bahwa makanan dan minuman yang mengandung kafein dihilangkan
dari diet anak
R/ Kafein adalah stimulan SSP yang dapat mengganggu tidur
5. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya : gosok punggung,
latihan gerak relaksasi dengan musik lembut, susu hangat dan mandi air
hangat)
R/ Sarana-sarana ini meningkatkan relaksasi dan membuat bisa tidur
6. Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini
R/ Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus rutin dari
istirahat dan aktivitas
7. Beri jaminan ketersediaan kepada anak jika dia terbangun pada malam hari dan
dalam keadaan ketakutan
R/ Kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan rasa aman

4. Dx4: Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif.
Tujuan :Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat
pulang, ditandai dengan
KH:
1. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa
takut yang ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis
R/ Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan
kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak
2. Sampai kan perhartian tanpa syarat bagi pasien
R/ Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk
hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia
berharga bagi waktu anda
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak
R/ Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana
untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme
sikap defensive
R/ Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan
pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan
positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan
perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien.
6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa
takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras
yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan
R/ Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri
7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati
pencapaian tugas
R/ Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika
pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara
positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien
saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.

5. Dx5: Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengankelainan fungsi dari


system keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan
penelantaran anak.
Tujuan : Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai
dengan umur dan dapat diterima sosial.
KH:
1. Anak mampu penundaan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa
untuk menipulasi orang lain.
2. Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima
secara sosial.
3. Anak mampu mengungkapkan kemampuan-kemampuan koping alternatif yang
dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya hidup dari yang ia rencanakan
untuk menggunakannya sebagai respons terhadap rasa frustasi.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis.
R/ Penting untuk anak untuk nmencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-
aktivitas di mana kemungkinan untuk sukses adalah mungkin. Sukses
meningkatkan harga.
2. Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak.
R/ Komunikasi dari pada penerimaan Anda terhadapnya sebagai makhluk
hidup yang berguna dapat meningkatkan harga.
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok.
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa ia
berharga untuk waktu anda.
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positis dari dan dalam
mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang
melihatnya sebagai negatif.
R/ Identifikasi aspek-aspek positif anak dapat membantu mengembangkan
aspek positif sehingga memiliki koping individu yang efektif.
5. Bantu anak mengurangi penyangkalan sebagai suatu mekanisme bersikap
membela.
R/ Penguatan ypositif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan
penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh anak.
6. Beri pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif untuk
usaha-usaha yang dilakukan.
R/ Pengakuan dan penguatan positif meningkatkan harga diri.

K. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi
ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan
rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan

L. EVALUASI
1. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi
bahaya dapat teratasi dengan criteria hasil :
a. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu
melakukan agresi.
b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi
dari perilaku maladaptif diri sendiri.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif dapat teratasi
dengan criteria hasil :
a. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
b. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
c. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7
jam tanpa terbangun
3. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif dapat teratasi dengan criteria hasil:
a. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
b. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa
takut yang ektrim terhadap kegagalan.
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :
Seorang anak usia 5 tahun ibunya mengeluh kurang konsentrasi dalam proses belajar di
sekolah, tidak dapat duduk dengan tenang kaki dan tangan bergerak terus , merusak barang dan
menggangu temannya, mudah menangis bila keinginannya tidak dituruti, mudah gelisah cemas
dan marah, hasil pemeriksaan didapat TD : 110/80 mmHg, RR : 23x /menit, Nadi : 90 x/menit,
Suhu : 36,5 OC.

A. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. R
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 5 tahun
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Pendidikan : play group
Pekerjaan :-
Alamat : Ds.Tangguangan Jombang
Tangga MRS : 13-10-2017
No. Reg : 00.92.77.86
Tanggal Pengkajian : 13-10-2017
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Keluhan Utama
Kurang konsentrasi dalam belajar karena hiperaktif
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan mengira perilaku anaknya wajar seperti anak lainnya
yang aktif tapi setelah 6 bulan mengamati si anak orang tua merasa ada yang
tidak normal dengan tingkah laku yang tidak biasa seperti anak seumurannya ,
sekitar satu minggu yang lalu ibu memperhatikan saat anak mulai tidak bisa
duduk tenang, anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah,
perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive bahkan saat di sekolah
pun sama sehingga menyebabkan sulit berkonsentrasi bila diajak berbicara dan
belajar.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Ibu pasien mengatakan An. R tidak pernah mengalami penyakit serius
sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan suaminya waktu kecil mengalami hiperaktif.

III. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : composmentis (E4, V5, M6)
2. Tanda – Tanda Vital :
TD : 110/80 mmHg
RR : 23x /menit
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 OC

3. Pemeriksaan Per sistem


a. Sistem Pernapasan
Hidung
Inspeksi : Bersih, tidak ada sekret , cuping hidung tidak ada
Palpasi : tidak ada nyeri pada hidung
Mulut
Inspeksi : keadaan bibir kering dan pecah - pecah
Sinus paranasalis
Inspeksi : Tidak ada tanda-tanda adanya infeksi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : Simestris, distensi vena jugularis (-)
Palpasi :nyeri tekan (-)
Faring
Inspeksi : Tidak ada tanda – tanda infeksi
Area dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas efektif,
pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : sonor
Auskultasi : Vesikuler.
b. Kardiovaskuler dan Limfe
Wajah
Inspeksi : pasien tampak gemetar, ketakutan, gelisah dan
meringis kesakitan.
Leher
Inspeksi : Simestris, distensi vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Dada
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas efektif,
pergerakan dada simetris, retraksi dinding dada (-),
tidak tampak ictus cordis
Palpasi :
Perkusi : pekak
Auskultasi : Bunyi jantung normal lup dup.
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : sianosis (-)
Palpasi : suhu akral hangat
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : varises (-), oedem (-)
Palpasi : pitting odem (-)
c. Sistem Persyarafan
Anamnesis :
Pemeriksaan nervus
1) Nervus I olfaktorius (pembau)
Baik dapat mencium bau antara balsam dan minyak kayu putih

2) Nervus II opticus (penglihatan)


Pandangan tidak kabur, jelas dan dapat membedakan warna.
3) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Troklearis dan Abdusen)
Klien dapat menggerakkan bola matanya ke segala arah.
4) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Mata klien berkedip saat ada benda asing menyentuh kornea
5) Nervus VII facialis
Klien dapat menggerakkan wajah dan dahinya. Klien dapat
membedakan berbagai macam rasa.
6) Nervus VIII vestibucochlearis
Kemampuan mendengarkan baik.
7) Nervus IX glosoparingeal dan Nervus X vagus
Rangsangan menelan baik, reflek muntah baik.
8) Nervus XI aksesorius
Klien dapat menggerakkan bahu ke atas dan menggerakkan
kepala
9) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah
d. Perkemihan dan Eliminasi Uri
Laki-laki:
Genetalia eksterna
Inspeksi :bersih, tidak ada tanda – tanda infeksi.
Palpasi : nyeri tekan (-)
Kandung kemih:
Inspeksi : benjolan (-), massa (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
e. Sistem pencernaan – eliminasi alvi
Anamnesa : nafsu makan anak berkurang
Mulut
Inspeksi : keadaan bibir kering dan pecah - pecah
Lidah
Inspeksi : bersih tidak ada tnda lesi dn infeksi
Abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : Sawo matang, tidak ikterik,
Palpasi : nyeri tekan (-)
Kuadran I:
Hepar  hepatomegali (-)
Kuadran II:
Gaster  Nyeri tekan (-)
Kuadran III: Tidak terdapat massa
Kuadran IV: Nyeri tekan pada titik Mc Burney (-)
Perkusi : distensi abdomen
Auskultasi : tympani

f. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Warna kulit :, warna sawo matang , bersih, bersisik

Kekuatan otot : 5 5
5 5
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan penuh
g. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, kurang bersih, tidak ada lesi ,
benjolan tidak ada
Leher
Inspeksi : Simestris, distensi vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting
h. Sistem Reproduksi
Axilla
Inspeksi : tidak adanya benjolan abnormal
Palpasi : tidak benjolan abnormal

i. Persepsi sensori
Mata
Inspeksi :Simetris antara kanan dan kiri, palpebral normal
dan simetris, sclera tidak ikterik,
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan
kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Inspeksi : Bersih, tidak ada sekret , cuping hidung tidak
ada
Palpasi : tidak ada nyeri pada hidung
j. Pola psikososial
Inspeksi : Anak terlalu hiperaktif terhadap lingkungannya,
tidak bisa bermain dengan teman sebayanya
(maunya menang sendiri) , sulit berkonsentrasi saat
belajar.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale)

No Kegiatan yang Diamati 0 1 2 3

1 Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebiham v


2 Mudah gembira, impulsive. v
3 Mengganggu anak-anak lain v
Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang
4 v
perhatian pendek
Menggerak-gerakkan anggota badan atau kepala secara terus-
5 v
menerus
6 Kurang perhatian,mudah teralihkan v
7 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi frustasi v
8 Sering dan mudah menangis v
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis v
10 Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga v
Jumlah 3 6 12

Nilai total : 21

Interpretasi :
e. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
f. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
g. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
h. Nilai 3 : jiak keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

B. Diagnosa Keperawatan

00052 Hambatan Interaksi Sosial


NS.
____________________________________________
DIAGNOSIS :
Domain 9 : Hubungan Peran
(NANDA-I)
Kelas 2 : Performa Peran

Kurang atau kelebihan kuantitas, atau tidak efektif kalitas pertukaran


DEFINITION:
sosialnya.

 Disfungsi interaksi dengan orang lain


DEFINING  Gamgguan fungsi sosial
CHARACTERI  Keluarga melaporkan perubahan dalam berinteraksi
STICS  Ketidak nyamanan dalam situasi sosial
 Ketidakpuasan dengan hubungan sosial
RELATED  Gangguan konsep diri
FACTORS:  Gangguan proses berpikir
 Hambatan mobilisasi fisik
 Isolasi terapiutik
 Kendala komunikasi
 Kendala lingkungan
 Ketiadaan orang terdekat
 Ketidaksesuaian sosiokultural
 Kurang keterampilan untuk meningkatkan mutualitas
Subjective data entry : Objective data entry :
- kurang konsentrasi 1. TTV :
- tidak dapat duduk dengan TD : 110/80 mmHg
tenang kaki dan tangan RR : 23x /menit
bergerak terus Nadi : 90 x/menit
- merusak barang dan Suhu : 36,5 OC
AS

menggangu temannya composmentis (E4, V5, M6)


- mudah menangis bila 2. Hasil GPPH : 21
keinginannya tidak dituruti
- mudah gelisah cemas dan
marah

Client Ns. Diagnosis (Specify):


DIAGNOSIS

Diagnostic Hambatan Interaksi Sosial


Statement Gangguan Proses Berpikir
:
C. Intervensi Keperawatan
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen 1. Monitor status Setelah dilakukan Tingkat Hiperaktivitas
Perilaku : fisik klien yang perawatan/terapi 6. Menggangu, kasar,
Overaktifitas tampak selama 6 x dalam 1 bising pada saat
(Terlalu Aktif )/ menunjukan over- bulan di harapkan interaksi personal (3)
Tidak aktifitas (Misalnya: klien dapat : 7. Perilaku agresif yang
Diperhatikan BB, hidrasi, dan 1. Tidak tidak sesuai (4)
Definisi : kondisi kaki klien merusak 8. Sulit untuk bertahan
penyediaan terapi ketika melangkah) barang dan duduk (3)
millieu yang 2. Berikan menggangu 9. Tidak mampu fokus
secara aman lingkungan yang temannya dalam mengerjakan
mengakomodasi aman secara fisik 2. Tidak lagi tugas.(4)
klien yang dan terstruktur jika melakukan 10. Impulsif (3)
memiliki di perlukan perilaku
gangguan 3. Peroleh perhatian agresif
perhatian klien sebelum 3. Bisa tetap
dan/aktivitas memulai interaksi diam.
berlebihan verbal 4. mampu fokus
sembari 4. Sediakan bantuan dalam
meningkatkan yang bisa mengerjakan
fungsi klien yang meningkatkan tugas.
optimal struktur 5. Tidak
lingkungan, impulsif.
konsentrasi, dan
perhatian untuk
melakukan tugas
(misalnya: jam
tangan, kalender,
penanda dan
instruksi tertulis
langkah demi
langkah)
5. Dorog klien
mengapresiasikan
perasaanya dengan
cara yang baik
6. Ajarkan/dorong
keterampilan sosial
yang tepat
7. Ajarkan teknik
manajemen
perilaku kepada
orang-orang
terdeka dengan
klien.

D. Implementasi Keperawatan
No Respon
No Tanggal/ jam Tindakan Paraf
diagnose
1. 00052 13-10-2017 1. melihat status 1. TTV :
Hambatan 08.00 WIB fisik klien yang TD : 110/80 mmHg
Interaksi tampak RR : 23x /menit
Sosial b.d 08.05 menunjukan Nadi : 90 x/menit
Gangguan over-aktifitas Suhu : 36,5 OC
proses pikir 08.10 2. memberikan composmentis (E4, V5,
lingkungan yang M6)
aman Hasil GPPH : 21
09.00 3. mengalihkan 2. Keluarga klien
perhatian klien memahami dan
dengan bermain mengerti.
dan membangun 3. Klien teralihkan tapi
kepercayaannya. hanya sementara dan
4. Memberikan kembali bertindak
09.45 pengajaran sesukanya, kemudian
tentang waktu di alihkan lagi dan
dan langkah
dalam mau mendengarkan.
berinteraksi 4. Klien tertarik dan
sosia, batasan memahami.
baik dan buruk. 5. Klien mampu
10.15 5. Memberikan menggambar untuk
fasilitas pada mengekspresikan
klien untuk perasaannya.
mengungkapkan 6. Klien memahami.
perasaannya 7. Keluarga memahami
lewat hal/ dan mau menjalankan.
sesuatu yang
disukai misalnya
dengan
menggambar
6. Mengajarkan
10.45 bagaiman cara
berteman/berinte
raksi sosial yang
baik, hal yang di
lakukan saat
berteman/berinte
raksi sosial,
mengenalkan
tindakan yang
baik dan buruk
saat
berteman/berinte
raksi sosial
7. Ajarkan teknik
manajemen
perilaku kepada
orang-orang
terdeka dengan
klien.
Evaluasi Keperawatan
N MASALAH HARI,TGL, CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
O KEPERAWATAN/KOL JAM
ABORASI
1. 00052 13-10-2017/ S : kurang konsentrasi,
Hambatan Interaksi Sosial 19.0 WIB dapat duduk dengan tenang
b.d Gangguan proses pikir kaki dan tangan bergerak
teru,memahami aturan untuk
tidak merusak barang dan
menggangu temannya,
mudah menangis bila
keinginannya tidak dituruti,
mudah gelisah cemas dan
marah.
O : TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 23x /menit
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 OC
composmentis (E4, V5, M6)
Hasil GPPH : 21
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai