DISUSUN OLEH
SUTRISNO (200203122)
A. DEFINISI
Menurut American Academy Pediactrics, Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) adalah gangguan yang diketahui sebagai gangguan hiperaktifitasdefisit-
perhatian adalah suatu kondisi kronologis kronis yang diakibatkan dari adanyagangguan
fungsi pada sistem sistem saraf pusat dan tidak berkaitan dengan jeniskelamin, tingkat
kecerdasan, atau lingkungan kultural.
Gangguan hiperaktifitas defisit perhatian adalah istilah terakhir dariserangkaian
istilah yang dgunakan oleh ahli psikiatri dan neuorologi untukmenjelaskan anak dengan
intelegensi normal atau hampir normal, tetapimemperlihatkan pola perilaku abnormal
yang terutama ditandai dengan kurangnya perhatian, mudah teralih perhatiannya,
inpulsif, dan hiperaktif serta sering disertaigangguan belajar serta agresifitas.
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
suatukondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan
perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain
Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif),dan
Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderitaADHD.
Dapat disimpulkan bahwa ADHD adalah gangguan neurobiologis yang
menyebabkan kelainan hiperaktifitas, kecenderungan untuk mengalami masalah
pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari stimulasi yang
mulai ditunjukkan oleh anak sebelum usia 4 tahun, dan hal tersebut menyebabkananak
ADHD akan menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk
memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan
bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan
B. ETIOLOGI
Berbagai penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini,
meliputi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1. Faktor Penyebab
a. Faktor Genetik
Hier (1980) telah menunjukkan adanya hubungan anatara faktor
genetikdan penyebab gangguan ini, yaitu pada anak laki-laki dengan kelebihan
Y kromosom (XYY) menunjukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas
yangmenyertai kemampuan verbal dan performance rendah. Masalah
kesulitanmemusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga diakibatkan adanya
cacatgenetik. Pada anak perempuan dengan kromosom 45, XO juga
menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan menulis dan
menggambar ulang.
b. Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Rutter berpendapat bahwa ADHD adalah gangguan fungsi otak,
olehkarena itu didapatkan defisit aktivasi yang disebabkan oleh adanya
patologi diarea prefrontal dan atau sagital frontal pada otak dengan
predominasi padakorteks otak. Adanya kerusakan otak merupakan resiko tinggi
terjadinya gangguan psikiatrik termasuk ADHD. Kerusakan otak pada janin
dan neonatal paling sering disebabkan oleh kondisi hipoksia.
Keadaan hipoksia memiliki kecenderungan menyebabkan terjadinya patologi
yang merata pada korteks otakyang menimbulkan gangguan fungsi integrasi
koordinasi dan pengendaliankortikal. Korteks frontal dianggap memiliki peran
penting dalam aktivasi danintegrasi lebih lanjut dari bagian otak lain. Oleh
karena itu, patologi yang merata pada korteks otak dianggap sebagai penyebab
terjadinya gejala lobus frontalis.
c. Faktor Neurotransmitter
Berbagai penelitian menunjukkan hasil bahwa gejala aktivitas
motorikyang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh
fungsinorepinefrin abnormal. Sedangkan gejala lain , yang tidak mampu
memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan
oleh fungsi dopaminerjik abnormal. Gangguan pada sistem norepinefrin
berpean pada terjadinya gejalaADHD, tetapi tidak menjadi penyebab tunggal.
Terjadinya ADHD disebabkanoleh beberapa sistem yang berbeda tetapi
memiliki hubungan yang erat. Sistemtersebut memiliki peran yang berbeda
terhadap metabolisme dopamin ataunorepinefrin. Meskipun berbagai obat anti
ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda, mekanisme kerja obat tersebut
sama baik dengan dopaminerjik ataupun norepinefrinerjik. Norepinefrin dan
dopamin adalah poten agonis pada reseptor D4 di celah pascasinaptik, gen
reseptor dopamin D4 (DRD 4) sampai saat initelah dianggap sebagai penyebab
gangguan ini ( Landau et al ., 1997 ;Biederman, 2000)
d. Faktor Psikososial
Willis dan Lovaas berpendapat bahwa perilaku hiperaktivitas disebabkan
oleh buruknya rangsang pengendalian oleh perintah dari ibu, dan pengaturan
perilaku yang buruk pada anak timbul dari manjemen pengasuhan orangtua
yang buruk. Berbagai penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh faktor
lingkungan terhadap terjadinya gangguan ini seperti stimulasi berlebihan oleh
orangtua pada waktu mengasuh anak dan masalah psikologis yang terjadi pada
orang tua.
e. Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen juga pernah dianggap sebagai penyebab ADHD.
Seperti keracunan timbal, aditif makanan, dan reaksi alergi. Akan tetapi
berbagai penelitian terhadap faktor tersebut belum ada yang menunjukkan
bukti adanya hubungan yang bermakna antara faktor tersebut dengan ADHD.
2. Faktor Predisposisi
a. Teori psikodonamika.
Teori Mahler (1975) mengusulkan bahwa anak dengan ADHD adalah
tetap pada fase simbiotik dari perkembangan dan belum membedakan diri
dengan ibunya. Perkembangan ego mundur, dan dimanifestasikan perilaku
impulsif dan diperintahkan oleh id.
b. Teori biologia.
DSM-III-R menyatakan bahwa abnormalitas sistem saraf pusat (SSP),
seperti adnya neurotoksin-neurotoksin, serebral palsi, epilepsi, dan perilaku-
perilaku neurologis yang menyimpang lainnya, disebut sebagai faktor
predisposisi. Lingkungan-lingkungan yang tidak teratur atau semrawut serta
penyiksaan dan pengabaian terhadap anak dapat merupakan faktor-faktor
predisposisi pada beberapa kasus.
c. Teori dinamika keluarga.
Bowen (1978) mengusulkan bahwa bila ada hubungan pasangan
disfungsional, fokus dari gangguan dipindahkan pada anak, dimana
perilakunya lambat laun mulai mencerminkan pola-pola dari gangguan fungsi
system.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Diagnostic and Satatistical Manual of Mental Disorder (DSM), terdapat
3 gejala utama ADHD, yaitu :
1. Inatensi
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian dibandingkan
dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama. Masalah tersebut antara
lain:
a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara detail/rinci
b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak memahami
perintah
f. Sering tidak dapa mengorganisir / mengatur tugas-tugas / aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas yang menuntut
ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan atau
tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas motorik maupun
verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang menunjukkan hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang
b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
f. Ada saja hal yang dilakukan
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras
3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif
Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat
tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan situasional
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang sama.
Berikut merupakan perilaku impulsif yang mencirikan sebagai anak
penderita ADHD:
a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan
b. Sulit menunggu giliran
c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain sedang
berbicara atau bermain)
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi ADHD atau di indonesia dikenal dengan GPPH (Gangguan
Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) memang tak jelas. Ada sejumlah teori yang
membicarakan patofisiologi ADHD. Penelitian pada anak ADHD telah menunjukkan
ada penurunan volume korteks prefrontal sebelah kiri, Penemuan ini menunjukkan
bahwa gejala ADHD inatensi, hiperaktivitas dan impulsivitas menggambarkan adanya
disfungsi lobus frontalis, tetapi area lain di otak khususnya cerebellum juga terkena.
Penelitian “neuroimaging” pada anak ADHD tak selalu memberikan hasil yang
konsisten, pada tahun 2008 hasilnya neuroimaging hanya digunakan untuk penelitian,
bukan untuk membuat diagnosa. Hasil penelitian “neuroimaging”, neuropsikologi
genetik dan neurokimiawi mendapatkan ada 4 area frontostriatal yang memainkan peran
patofsiologi ADHD yakni : korteks prefrontal lateral, korteks cingulate dorsoanterior,
kaudatus dan putamen. Pada sebuah penelitian anak ADHD ada kelambatan
perkembangan struktur otak tertentu rata-rata pada usia 3 tahun, di mana gejala ADHD
terjadi pada usia sekolah dasar.
Kelambatan perkembangan terutama pada lobus temporal dan korteks frontalis
yang dipercaya bertanggung jawab pada kemampuan mengontrol dan memusat-kan
proses berpikirnya. Sebaliknya, korteks motorik pada anak hiperaktif terlihat
berkembang lebih cepat matang daripada anak normal, yang mengakibatkan adanya
perkembangan yang lebih lambat dalam mengontrol tingkah lakunya, namun ternyata
lebih cepat dalam perkembangan motorik, sehingga tercipta gejala tak bisa diam, yang
khas pada anak ADHD. Hal ini menjadi alasan bahwa pengobatan stimulansia akan
mempengaruhi faktor pertumbuhan dari susunan saraf pusat.
E. BAGAN PATWAY
Faktor Predisposisi
Pelepasan renin
Hipertensi
Sistemik
Penurunan suplai O2
ke koroner
Otak Ginjal
Disfungsi ginjal
Obstruksi/ruptur Otak
pembuluh darah Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut dan Intoleransi
Iskemik miokard
Diagnosa keperawatan:
Penurunan curah jantung
Stroke hemoragik
Vasokontriksi
Nyeri kepala
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan
kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit
neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang
tidak pasti. Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan
pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid
yang memperberat masalah
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organik
3. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
4. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik (misalnya
ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain, infeksi SSP)
Selain itu juga ada pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa ADHD
yaitu dengan Skrining DDTK pada anak pra sekolah dengan ADHD. Tujuannya
adalah untuk mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas.
Jadwal deteksi dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila
ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, BKB, petugas PADU, pengelola TPA, dan guru TK.Keluhan tersebutdapat
berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini :
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) yaitu formulir yang
terdiri dari 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orangtua / pengasuh anak / guru
TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan dari pemeriksa.
1. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH :
a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua /
pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
c. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada,missal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll. Setiap saat dan ketika
anak dengan siapa saja.
d. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab
3. Interpretasi :
a. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
b. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
c. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
d. Nilai 3 : jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
4. Intervensi :
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit
yangmemiliki: fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak untuk konsultasi
lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat
dengan anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru,dsb).
G. KOMPLIKASI
1. Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika (seringkali akibat abnormalitas konsentrasi).
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (seringkali akibat perilaku agresif dan
kata-kata yang diungkapkan).
H. PENGKAJIAN
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau
usia antara lain:
1. Neonatus (0-28 hari)
a. Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
b. Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
c. Bagaimana kemampuan menghisap ?
d. Kapan mulai mengangkat kepala ?
e. Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau
tangan) ?
f. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara
atau bel) ?
g. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang ?
2. Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
1. Bayi usia 1-4 bulan.
a. Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala
saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk
dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada
posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil
berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan
tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?
b. Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu
objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda
dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)?
c. Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau
berekasi dengan mengoceh) ?
d. Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum,
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit
dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi
sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak
dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila
ada orang asing) ?
3. Masa Toddler
a. Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah
dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang,
mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
b. Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba menyusun
atau membuat menara pada kubus)?
c. Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap
orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota
badan) ?
d. Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu
kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba
memakai baju) ?
6. Masa adolensence
a. Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara
mandiri ?
b. Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan
bentuk dan fungsi tubuh yang dialami ?
c. Bagaimana kematangan identitas seksual ?
d. Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?
e. Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah
(misalnya membersihkan rumah,memasak) ?
7. Konsep diri
a. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman,
dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan proses pikir.
2. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi
bahaya.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif
4. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif.
5. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi darisystem
keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan
penelantaran anak.
J. INTERVENSI
4. Dx4: Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif.
Tujuan :Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat
pulang, ditandai dengan
KH:
1. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
2. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa
takut yang ektrim terhadap kegagalan.
Intervensi:
1. Pastikan bahwa sasaran-sasaran yang akan dicapat adalah realistis
R/ Hal ini penting bagi pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk
aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan
kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak
2. Sampai kan perhartian tanpa syarat bagi pasien
R/ Komunikasi dari pada penerimaan anda terhadap anak sebagai makhluk
hidup yang berguna dapat meningkatkan harga diri
3. Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada satu ke satu basis dan pada
aktivitas-aktivitas kelompok
R/ Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa anda merasa bahwa dia
berharga bagi waktu anda
4. Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek positif dari diri anak
R/ Aspek positif yang dimiliki anak dapat mengembangkan rencana-rencana
untuk merubah karakteristik yang dilihatnya sebagai hal yang negatif.
5. Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan sebagai suatu mekanisme
sikap defensive
R/ Memberikan bantuan yang positif bagi identifikasi amsalah dan
pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih adaptif. Penguatan
positif membantu meningkatkan harga diri dan meningkatkan penggunaan
perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien.
6. Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam menghadapi rasa
takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan
melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras
yang berhasil dengan penguatan positif bagi usaha-usaha yang dilakukan
R/ Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri
7. Beri umpan balik positif kepada klien jika melakukan perilaku yang mendekati
pencapaian tugas
R/ Pendekatan ini yang disebut shaping adalah prosedur perilaku ketika
pendekatan yang beturut-turut akan perilaku yang diinginkan, dikuatkan secara
positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien
saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara bertahap.
K. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi
ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan
rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan
L. EVALUASI
1. Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan mendeteksi
bahaya dapat teratasi dengan criteria hasil :
a. Kecemasan dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu
melakukan agresi.
b. Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan-perasaan yang sebenarnya.
c. Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi
dari perilaku maladaptif diri sendiri.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif dapat teratasi
dengan criteria hasil :
a. Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu tidur
b. Tidak ada gangguan-gangguan yang dialamti oleh perawat
c. Anak mampu untuk mulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai 7
jam tanpa terbangun
3. Harga diri rendah berhubungan dengan sistem keluarga yang disfungsi /koping
idividu tidak efektif dapat teratasi dengan criteria hasil:
a. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri
b. Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa
takut yang ektrim terhadap kegagalan.
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Seorang anak usia 5 tahun ibunya mengeluh kurang konsentrasi dalam proses belajar di
sekolah, tidak dapat duduk dengan tenang kaki dan tangan bergerak terus , merusak barang dan
menggangu temannya, mudah menangis bila keinginannya tidak dituruti, mudah gelisah cemas
dan marah, hasil pemeriksaan didapat TD : 110/80 mmHg, RR : 23x /menit, Nadi : 90 x/menit,
Suhu : 36,5 OC.
A. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. R
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 5 tahun
Status Perkawinan :-
Agama : Islam
Pendidikan : play group
Pekerjaan :-
Alamat : Ds.Tangguangan Jombang
Tangga MRS : 13-10-2017
No. Reg : 00.92.77.86
Tanggal Pengkajian : 13-10-2017
II. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
1. Keluhan Utama
Kurang konsentrasi dalam belajar karena hiperaktif
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan mengira perilaku anaknya wajar seperti anak lainnya
yang aktif tapi setelah 6 bulan mengamati si anak orang tua merasa ada yang
tidak normal dengan tingkah laku yang tidak biasa seperti anak seumurannya ,
sekitar satu minggu yang lalu ibu memperhatikan saat anak mulai tidak bisa
duduk tenang, anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah,
perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive bahkan saat di sekolah
pun sama sehingga menyebabkan sulit berkonsentrasi bila diajak berbicara dan
belajar.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit yang pernah dialami
Ibu pasien mengatakan An. R tidak pernah mengalami penyakit serius
sebelumnya
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien mengatakan suaminya waktu kecil mengalami hiperaktif.
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan penuh
g. Sistem Endokrin dan Eksokrin
Kepala
Inspeksi : bentuk simetris, kurang bersih, tidak ada lesi ,
benjolan tidak ada
Leher
Inspeksi : Simestris, distensi vena jugularis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah
Palpasi : edema non pitting
h. Sistem Reproduksi
Axilla
Inspeksi : tidak adanya benjolan abnormal
Palpasi : tidak benjolan abnormal
i. Persepsi sensori
Mata
Inspeksi :Simetris antara kanan dan kiri, palpebral normal
dan simetris, sclera tidak ikterik,
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan
kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Inspeksi : Bersih, tidak ada sekret , cuping hidung tidak
ada
Palpasi : tidak ada nyeri pada hidung
j. Pola psikososial
Inspeksi : Anak terlalu hiperaktif terhadap lingkungannya,
tidak bisa bermain dengan teman sebayanya
(maunya menang sendiri) , sulit berkonsentrasi saat
belajar.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale)
Nilai total : 21
Interpretasi :
e. Nilai 0 : jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
f. Nilai 1 : jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
g. Nilai 2 : jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
h. Nilai 3 : jiak keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
No Respon
No Tanggal/ jam Tindakan Paraf
diagnose
1. 00052 13-10-2017 1. melihat status 1. TTV :
Hambatan 08.00 WIB fisik klien yang TD : 110/80 mmHg
Interaksi tampak RR : 23x /menit
Sosial b.d 08.05 menunjukan Nadi : 90 x/menit
Gangguan over-aktifitas Suhu : 36,5 OC
proses pikir 08.10 2. memberikan composmentis (E4, V5,
lingkungan yang M6)
aman Hasil GPPH : 21
09.00 3. mengalihkan 2. Keluarga klien
perhatian klien memahami dan
dengan bermain mengerti.
dan membangun 3. Klien teralihkan tapi
kepercayaannya. hanya sementara dan
4. Memberikan kembali bertindak
09.45 pengajaran sesukanya, kemudian
tentang waktu di alihkan lagi dan
dan langkah
dalam mau mendengarkan.
berinteraksi 4. Klien tertarik dan
sosia, batasan memahami.
baik dan buruk. 5. Klien mampu
10.15 5. Memberikan menggambar untuk
fasilitas pada mengekspresikan
klien untuk perasaannya.
mengungkapkan 6. Klien memahami.
perasaannya 7. Keluarga memahami
lewat hal/ dan mau menjalankan.
sesuatu yang
disukai misalnya
dengan
menggambar
6. Mengajarkan
10.45 bagaiman cara
berteman/berinte
raksi sosial yang
baik, hal yang di
lakukan saat
berteman/berinte
raksi sosial,
mengenalkan
tindakan yang
baik dan buruk
saat
berteman/berinte
raksi sosial
7. Ajarkan teknik
manajemen
perilaku kepada
orang-orang
terdeka dengan
klien.
Evaluasi Keperawatan
N MASALAH HARI,TGL, CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
O KEPERAWATAN/KOL JAM
ABORASI
1. 00052 13-10-2017/ S : kurang konsentrasi,
Hambatan Interaksi Sosial 19.0 WIB dapat duduk dengan tenang
b.d Gangguan proses pikir kaki dan tangan bergerak
teru,memahami aturan untuk
tidak merusak barang dan
menggangu temannya,
mudah menangis bila
keinginannya tidak dituruti,
mudah gelisah cemas dan
marah.
O : TTV :
TD : 110/80 mmHg
RR : 23x /menit
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5 OC
composmentis (E4, V5, M6)
Hasil GPPH : 21
A : Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi