Anda di halaman 1dari 69

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT

HYPERACTIVE DISORDER (ADHD)

OLEH

KELOMPOK 3

AJAY QUMAR SAGALA A1C219095

KETRIN P. JAMLEAN A1C219142

RAHMI D. SONGKE A1C219066

SILVA RUSLI PUTRI A1C219134

NATANEL LEHA A1C219136

SARMILA SARI A1C221054

ANDI DESTRIA A1C219098

MURNIYATI A1C219112

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas keperawatan
anak II yang berbentuk makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Anak
dengan Attention DEFICIT Hyperaktivity Disorder (ADHD) ”. Adapun maksud
penyusunan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah keperawatan
anak II.

Dalam penyusunan karya tulis ini kami mengalami banyak hambatan, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Akhir kata dengan menyadari segala kekurangan dan keterbatasan yang ada
pada makalah ini, kami memohon kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan
semoga makalah yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

TTD

KELOMPOK 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa anak-anak adalah masa mereka mengamati semua yang ada disekelilingnya
untuk belajar, mengalami, dan tumbuh. Anak merupakan sumber daya manusia yang harus
sejak dini disiapkan untuk dapat berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang
dimilikinya, namun tidak setiap anak terlahir dalam kondisi normal. Akan tetapi yang
menjadi permasalahan adalah ketika anak memiliki karakter atau kepribadian yang berbeda
dari anak-anak pada umumnya, anak tersebut dapat dikatakan telah memiliki gangguan jika
telah memenuhi kriteria dari gangguan itu sendiri. Gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif yang sering disebut sebagai Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) yaitu
suatu sindrom neuropsikiatrik yang akhir-akhir ini banyak ditemukan pada anak-anak,
biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang implusif.

Menurut DSM-IV-TR ADHD ini ditandai dengan adanya ketidak mampuan anak
dalam memberikan perhatiannya pada sesuatu yang dihadapi secara utuh, disamping itu
anak ADHD mudah sekali beralih perhatiannya dari suatu aktivitas ke aktivitas yang lain.
Sehingga rentang perhatiannya sangat singkat waktunya dibandingkan anak-anak lain
seusianya. Gejala kurang konsentrasi yang terjadi pada anak ADHD dapat mengganggu
masa perkembangan anak dalam hal kognitif, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi.
Beberapa perilaku yang nampak seperti; cenderung bertindak ceroboh, mudah
tersinggung, lupa pelajaran sekolah dan tugas rumah, kesulitan mengerjakan tugas
disekolah maupun dirumah, kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan
beberapa perintah, melamun, sering keceplosan dalam berbicara, tidak memiliki kesabaran
yang tinggi, sering membuat gaduh, berbelit-belit dalam berbicara, dan suka memotong
serta ikut campur pembicaraan orang lain adalah bentuk perilaku umum lainnya yang
menjadi ciri khas ADHD. Selain itu mereka juga cenderung bergerak terus secara konstan
dan tidak bisa tenang. Akibatnya, mereka sering kesulitan untuk belajar disekolah,
mendengar dan mengikuti instruksi orangtua dan bersosialisasi dengan teman sebayanya
(Flanagen, 2005; Fanu, 2006). Kekurangan utama yang dialami anak ADHD merupakan
hambatan yang mencolok antara diri mereka sendiri dan akibat yang menyertai dalam
kehidupannya. Hal ini menyoroti permasalahan anak ADHD yang selalu dianggap tidak
kooperatif dan sangat nakal. Anak ADHD tidak memberi respon ketika diberi pengarahan
dengan cara yang sama seperti anak lain, dikarenakan kurangnya kemampuan mereka
dalam berkonsentrasi dan dalam menyikapi tugas ataupun beraktifitas (Baihaqi &
Sugiarmin, 2006).
Menurut Judarwanto (2006) anak ADHD umumnya memiliki kemampuan
konsentrasi yang rendah yaitu ketidakmampuan untuk mempertahankan perhatian
terhadap suatu kegiatan. Kurang konsentrasi sendiri memiliki pengertian tidak mampu
mempertahankan perhatian sehingga rentang perhatiannya sangat singkat. Dalam DSM-IV-
TR (2005) dijelaskan bahwa anak yang mengalami gangguan ADHD mempunyai ciri-ciri
sering gagal dalam memberi perhatian secara erat terhadap suatu kegiatan dan mengalami
kesulitan dalam menjaga perhatian atau konsentrasi dalam menerima tugas dan kegiatan
bermain.

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan fisiologi

Bagian dari otak, tertentu mempunyai fungsi dalam pengendalian emosi,


mengatur konsentrasi dan pemusatan pergantian serta mengendalikan perilaku
hiperaktif dan impulse antara lain :

a. Lobus Frontal

Bagian lobus frontal membantu kita untuk memfokuskan konsentrasi,


membuat keputusan yang baik, mempersiapkan rencana, belajar dan
mengingat apa yang telah dipelajari, dan menyesuaikan diri dengan situasi.

b. Mekanisme inhibitor dari cortex

Mekanisme ini berfungsi untuk mencegah kita berperilaku hiperaktif


dan bertindak semaunya serta mengendalikan emosi.

c. Sistem limbik

Merupakan dasar dari emosi. Sistem limbik yang normal akan


menghasilkan emosi yang normal, tingkat energi yang normal, waktu tidur
yang normal dan kemampuan untuk mengatasi stress yang normal. Gangguan
pada sistem limbik akan berpengaruh terhadap keadaan-keadaan tersebut.

d. Sistem aktivasi reticular

Sistem ini berfungsi untuk menerima dan menyaring data yang masuk
dari semua pancaindera dan bagian otak lainnya. Gangguan yang ada pada
bagian-bagian otak tersebut akhirnya turut mengganggu fungsi, kualitas, dan
kemampuan bagian otak itu sendiri.
BAB III

PEMBAHASN

A. Definisi Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan


hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan
dikarakarakteriskan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan
hiperaktif (Townsend, 1998). ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit
Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit
Disorder (Sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan
kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis
(Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5%
anak usia sekolah menderita ADHD (Permadi, 2009).

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan


neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. • Anak ADHD
mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan
pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan
teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009). ADHD adalah gangguan perkembangan
dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-
anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan
perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas
berlebihan, dan suka membuat keributan (Klikdokter, 2008)

B. Etiologi/Penyebab

Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar


Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetis berperan dalam ADHD.
Faktorbiologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan
norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan
hubungansocial, serta mengontrol aktifitas fisik. Norepinefrin berkaitan
dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Faktor lainnya yang
berpengaruh adalah lingkungan. Karakter dalam keluarga juga dapat berperan
menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari penelitian di beberapa rumah tahanan,
sebagian besar penghuninya ternyata pernah ADHD pada masa kecilnya. Demikian
juga terjadi pada pengguna narkoba. Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak
menjadi hiperaktif. Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan faktor
biologis dan genetik, serta lingkungan

C. Psikopatologi

Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD terdiri dari tiga
masalah pokok: kesulitan dalam perhatian berkelanjutan, pengendalian atau
penghambatan impuls, kegiatan berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley,
menambahkan masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan
instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi, khusunya pekerjaan
sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu gangguan perkembangan yang
mengakibatkan ketidakmampuan mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
tindakan dan keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative tidak
mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu. Mereka benar-benar
tidak bisa menunggu. Penyebabnya diperkirakian karena mereka memiliki sumber
biologis yang kuat yang ditemukan pada anak-anak dengan predisposisi keturunan
(Martin, 1998).

Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD.


Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor
yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak
saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi
disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan
orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga. Beberapa teori yang sering
dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan
epinephrine.Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga
penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam
keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x
terdapat gangguan ADHD (Klik dokter, 2008).
Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak
yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan
dan control aktifitas diri. Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya
ADHD : kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic,
keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik), gangguan pada masa
persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)
(Klikdokter, 2008).

Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity
Disorder mempunyai ciri-ciri anrtara lain:

 Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil.


 Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah.
 Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas.
 Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat.
 Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau diam.
 Terus gelisah atau menggeliat.
 Sulit menunggu giliran.
 Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya.
 Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan.
 Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan.
 Tampak tidak mendengar, sekalipu diajak berbicara secara langsung

Rasio anak laki-laki berbanding perempuan adalah antara 4:1 dalam jenis dan
tipe hiperaktif impulsif dan untuk kurang perhatian rasio anak laki-laki dan
perempuan adalah 1:1. Gejala-gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktiv impulsif
yang lebih demonstratif. Gejala seperti ini diabaikan dan didiagnosis dengan keliru
pada banyak anak. Menurut penelitian Breton yang dilakukan pada 1999, ADHD
lebih banyak dialami oleh anak laki-laki dari pada perempuan, dengan estimasi 204%
untuk anak perempuan dan 6-9% untuk anak laki-laki usia 6-12 tahun. Anak llaki-lak
ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih menunjukkan perilaku menantang
dan agresif dibandingkan dengan anak perempuan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Bisa jadi anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi atau tidak
tertangkap gejalanya karena guru-guru gagal dalam mengenali dan mencatat perilaku
kurang perhatian anak perempuan ADHD, kecuali dengan cara membandingkan
dengan simptom-simptom yang digunakan untuk mendiagnosis ADHD dapat pula
memberi sumbangan terhadap perbedaan jenis kelamin pada umumnya (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006). Anak ADHD perempuan cenderung lebih memperlihatkan
karakteristik simptom-simptom kurang perhatian/tidak teratur dengan respons kognitif
yang lambat, misalnya pelupa, lesu darah, mengantuk, cenderung daycream, semas,
depresi dan cenderung berperilaku hiperverbal dibandingkan hiperaktif (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006).

Gangguan ADHD dapat merusak hidup anak, menghabiskan banyak energi,


menimbulkan rasa sakit secara emosional, menurunkan harga diri dan secara serius
merusak hubungan kekerabatan atau pertemaan. Banyak anak ADHD cenderung
untuk mengembangkan masalah emosional sekunder, namun ADHD itu sendiri dapat
berkaitan dengan faktor – faktor biologis dans ecara primer bukan gangguan
emosional. Meskipun semikian, masalah emosional dan perilaku kerap kali dapat
terlihat pada anak ADHD karena adanya masalah yang dihadapi anak-anak di sekolah,
di rumah dan di dalam lingkungan sosial mereka (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

D. TIPE ADHD
Secara umum gangguan ADHD ini dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :

Tipe Predominantly Hyperactive-impulsive.

Ciri-ciri:

• Tidak bisa diam

• Berlarian

• Memanjat-manjat

• Terburu-buru menjawab meski pertanyaan belum

selesai

• Tak sabar berada dalam antrean.


Tipe Predominantly Inattentive.
Ciri-ciri:
• Sulit memusatkan perhatian
• Ceroboh, sering kehilangan barang
karena lupa
• Belum selesai mengerjakan sesuatu
sudah ditinggal untuk mengerjakan hal
lain.

Kombinasi keduanya (Predominantly Hyperactive-


impulsive&Predominantly Inattentive)
Ciri-ciri:
• Menunjukkan ciri-ciri dari keduanya.

E. Manifestasi Klinik

Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :

 Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-geliat.
 Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
 Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
 Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok.
 Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkanterhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan.
 Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain.
 Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain.
 Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya.
 Sering berbicara secara berlebihan.
 Sering menyela atau mengganggu orang lain
 Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya.
 Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges et. al (2007) pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada


anak dengan ADHD antara lain :

 Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid


yang memperberat masalah
 Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organik
 Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu
belajar dan mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa
 Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik
(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi lain,
infeksi SSP)

G. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan

a. Perawatan

Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat


dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :

 Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah dan


rumah
 Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta
meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri
 Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas,
meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial
dan regulasi diri
 Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian di
rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan mengombinasikan
perlakukan tambahan dan pokok dalam program terapi
 Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan
permasalahan suami istri
 Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa dengan
orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan pengalaman
mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan moral
 Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak dapat
membahas permasalahan dan curahan hati probadinya

Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat


dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity Disorder (ADHD)
antara lain :

Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :


• Hentikan perilaku yang tidak aman
• Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat diditerimayang tidak
dapat diterima
• Berikan pengawasan yang ketat

Meningkatkan performa peran dengan cara :


• Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan.
• Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebasdardistraksi
untuk menyelesaikan tugas)
Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
• Dapatkan perhatian penuh anak.
• Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil.
• Izinkan beristirahat
Mengatur rutinitas sehari-hari :
• Tetapkan jadwal sehari-hari.
• Minimalkan perubahan.
• Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga

dengan mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua.


• Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD

Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi ini bermanfaat sebagai


salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala-gejala pada anak
ADHD. Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi ini aman digunakan dalam
jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang dianggap tepat untuk anak ADHD :

 Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi 60% - 70% protein
dan 30% - 40% karbohidrat, makan siang dan makan malam 50% protein dan
50% karbohidrat. Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan
karbohidrat kompleks sehingga tidak mudah diubah menjadi gula, seperti
whole wheat, kacang-kacangan, dll.
 Menghindari bahan-bahan yang membuat alergi pada anak ADHD karena
anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah terjadi alergi yang bermanifestasi
dalam bentuk batuk, influenza karena alergi, dll. Bahan- bahan yang harus
dihindari seperti MSG, pewarna, pengawet, juga susu, tepung, kedelai, jagung,
telur, kacang, dll.
 Rendah gula. Hindari makanan-makanan yang banyak mengandung gula
seperti donat, permen, soft drinks, es krim, dan cokelat. Setiap sendok gula
yang berkurang sangat berguna. Gula menyebabkan usus halus menjadi
permeabel terhadap alergen. Tingginya kadar gula dalam tubuh juga akan
mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar insulin yang tinggi akan
mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat memperparah keadaan anak
ADHD.
 Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air sehingga dengan meningkatkan
konsumsi air menjadi 7-8 gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, juice
tidak termasuk air, jadi hanya air yang dianggap air.
 Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti : kacang almond,
plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot, anggur dan cuka dari
anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri, nectarine, tomat, jeruk, timun dan
acar, peach, wine dan cuka dari wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim
dalam otak yang berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi
alergi.
 Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium, tembaga, besi,
magnesium, kalsium, amino acid chelates dan flavenoids. Pada anak ADHD
sering terdapat defisiensi zat-zat tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari
urine secara berlebihan.
 Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari amalgam, kawat
gigi dari nikel, dll.
 Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf pusat yang
mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh otak karena pada anak
ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke bagian-bagian otak.
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi perilaku,
pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping pendekatan yang
kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan penggunaan obat-obatan serta
vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati
ADHD antara lain :

• Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan pantau
supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan pertumbuhan, berikan
setelah makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan, pantau
adanya insomnia, berikan setelah makan untuk mengurangi efek supresi nafsu
makan, efek obat lengkap dalam 2 hari.
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan pantay
peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat berlangsung 2
minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap

Menurut Permadi (2007) kebanyakan obat yang digunakan dalam


menangani ADHD aman jika mengikuti perintah dokter. Obat-obatan ini
mempunyai toleransi tinggi dan sedikit efek samping. Bagi beberapa anak,
pengobatan akan menaikkan nafsu makan. Jika obat diminum setelah si
anakmakan, akan banyak mengurangi efek sampingnya. Beberapa anak yang
menggunakan obat untuk ADHD menunjukkan pertumbuhan badan yang
diluar batas normal. Hubungi dokter anda jika pertumbuhan si anak terlambat.

Sebagian orang tua merasa kawatir bahwa obat yang diminum akan
memgakibatkan si anak menjadi lebih agresif atau nantinya akan membuat dia
ketagihan obat atau minuman beralkohol. Kekawatiran ini tidak dapat
dibenarkan. Pada kenyataannya, anak dengan ADHD yang tidak mendapatkan
penanganan yang baik cenderung lebih agresif atau menjadi ketagihan obat-
obatan dan minuman beralkohol (Permadi, 2007).

Ada banyak cara menangani ADHD tanpa obat dan tidak ada salahnya
mencoba penanganan tanpa obat lebih dahulu, atau memutuskan tidak
menggunakan obat sama sekali. Tetapi sebelum mengambil keputusan
mengenai cara penanganan, pastikan anda sudah mengetahui baik buruknya
secara nyata, bukan hanya dari ëmendengarí saja. Pada umumnya obat yang
digunakan dalam penanganan ADHD sangat aman dan bermanfaat. Minta
pendapat seorang dokter atau ahli farmasi mengenai obat itu. Namun harus
diingat pula bahwa semua obat ada efek sampingnya, tetapi kalau digunakan
dengan benar, efek samping itu tidak berbahaya (Permadi, 2007).

Menurut Permadi (2007) pengobatan ADHD sama dengan kacamata


bagi penderita rabun dan bisa menolong sipenderita memusatkan perhatian.
Tidak perlu malu karena minum obat untuk ADHD. Obat itu tidak membuat
penderita ADHD merasa bodoh. Bicarakan kekawatiran anda mengenai
pengobatan pada dokter dan tanyakan si anak mengenai kekawatiran mereka.

Jenis Jenis Pengobatan :


a. Stimulan merupakan obat yang paling banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam
kelompok stimulan terdapat AdderallÆ (gabungan garam dari amphtamine),
DextroStatÆ (dextroamphetamine sulfate), dan RitalinÆ (methylphenidate HCL).
Stimulan bereaksi cepat dan efek sampingnya ringan. Disebut stimulan karena
bisa memberikan energi bagi mental untuk memusatkan perhatian pada apa yang
sedang dikerjakan. Pengobatan ada yang diberikan dalam dosis dobel dalam
sehari.

b. TCA (Tri-Cyclic Antidepressants) merupakan jenis anti depresi. TCA sangat efektif
untuk mengatasi suasana hati yang berubah-ubah dan diminum hanya satu kali
dalam sehari. Namun TCA bekerja lebih lambat dan lebih berisiko dalam
penggunaannya. Jika pengobatan dengan stimulan tidak menolong TCA boleh
dicoba.

c. Wellbutrin ( buproprion ) merupakan jenis antidepresan yang telah dipergunakan


dalam pengobatan ADHD meskipun belum mendapat persetujuan dari FDA. Obat
ini bukan TCA, tetapi mempunyai kegunaan dan efek samping yang sama.

d. Catapres (clonidine) dulunya dipergunakan untuk pengobatan penyakit darah


tinggi. Obat ini dipergunakan dalam pengobatan ADHD, terutama bagi penderita
gejala hiperaktif dan impulsif, meskipun juga belum mendapat persetujuan FDA.
Obat ini berbentuk kecil atau pil. Anak-anak yang diberi Catapres akan menjadi
ngantuk.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT


HYPERACTIVITY (ADHD)

A. Pengkajian

Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia
anak antara lain

Neonatus (0-28 hari)


 Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
 Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ?
 Bagaimana kemampuan menghisap ?
 Kapan mulai mengangkat kepala ?
 Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau
tangan) ?
 Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap su`ra
atau bel) ?
 Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan
mulai menatap muka untuk mengenali seseorang ?
Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)

Bayi usia 1-4 bulan.


• Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat
tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan
kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada posisi berdiri,
komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang,
berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi
danm berusaha untuk merangkan) ?
.• Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu
objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda
dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas,
memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan walaupun hanya sebentar)?
• Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan bersuara dan
tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu
mengucapkan kata ooh/ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau
berekasi dengan mengoceh) ?
• Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya : mengamati
tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum,
mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams ehari lebih sedikit dari
waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun, menangis menjadi sesuatu
yang berbeda, membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal,
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja apabila ada orang
asing) ?
 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup
pada alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan
menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu
memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu duduk dengan
kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak,
menumpu beban pada kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan,
berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap
dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat) ?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : sudah mulai
mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
memegang, mengeksplorasi benda yangs edang dipegang, mengambil objek
dengan tatang tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara
simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek
dari satu tangan ke tangan yang lain) ?
 Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya : menirukan bunyi atau
kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber bunyi,
tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan
kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal
yang bersamaan seperti ba-ba)?
 Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa
jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran
orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki
jika sedang kesal)?

Bayi Umur 8-12 bulan


 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa
pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik
dan berdiri sendiri) ?
 Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih
benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu
mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari,
membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
 Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mulai mengatakan
papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan
spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)?
 Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya
kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum
dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau
lainnya dengan orang)

Masa Toddler

 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu


melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan caca satu
tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : mencoba
menyusun atau membuat menara pada kubus)?
 Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya : memiliki sepuluh
perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif
terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar,
mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan) ?
 Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya:
membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi
serta mencoba memakai baju) ?

Masa Prasekolah (Preschool)

 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan


untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu
kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi
merangkan dan berjalan dengan bantuan) ?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya : kemampuan
menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih
garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari
lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan
tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan
sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan
bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
 Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya : mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna,
menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata,
mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya,
menggunakan bunyi yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas,
menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap
panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)?
• Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak

(misalnya : bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
mengenali anggota keluarga) ?

Masa school age


Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah ?
Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?
Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah?
Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah ?
Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?

Masa adolensence
Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri ?
Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
fungsi tubuh yang dialami ?
Bagaimana kematangan identitas seksual ?
Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja ?
Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah,memasak) ?

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity
Disorder (ADHD) antara lain :

Pengkajian riwayat penyakit

Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah
saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia
todler atau masuk sekolah atau day care.

o Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti
sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.
o Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.
o Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau
mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.
 Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang- goyang saat mencoba
melakukannya.
 Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan
atau tanpa tujuan yang jelas.
 Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan,
ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan
perhatian pada apa yang telah dikatakan.
 Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak
dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya
 Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.
 Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
 Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol
terhadap perilaku tersebut.
 Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan

Proses dan isi pikir

Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan

Sensorium dan proses intelektual


 Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi.
 Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata.
 Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada
bentuk gangguan yang lebih ringan.
 Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia
tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.
 Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas

Penilaian dan daya tilik diri


 Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali
tidak berpikir sebelum bertindak
 Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke
jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
 Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
 Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan
anak seusianya.
 Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku
mereka berbeda dari perilaku orang lain.
 Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi
mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri

Konsep diri
Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis
ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah

rendah.Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat

mempunyai banyak teman, dan mengalami masalah dalam

mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil

sana merasa diri mereka buruk.

Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka

sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh

Peran dan hubungan


o Anak biasanya tidak berhasil dis ekolah, baik secara akademik maupun sosial.
o Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan
saudara kandung dan orang tua.
o Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk
dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi.
o Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada
beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.
o Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
o Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister
mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan
penolakan anak.
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk
makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk
tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku
ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut Videbeck (2008), Townsend (1998), dan Doenges et.al


(2007) diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada anak yang mengalami ADHD antara
lain :

1. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif

2. Koping individu tidak efektif berhubungan dengankelainan fungsi dari system keluarga dan
perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan pengabaian anak

3. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

4.Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancamankonsep diri, rasa takut terhadap
kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak
memuaskan

5.Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan koping individu


tidak eefektif

6. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang


umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri

C. Intervensi Keperawatan
Isolasi sosial berhubungan
dengan harga diri rendah
sekunder terhadap prestasi
yang buruk.
yg bercirikan hubungan meningkatkan
dan tujuan anggota
keterampilan social
keluarga.
interpersonal.
Penyesuaian yang tepat
terhadap tekanan emosi
sebagai respon terhadap
keadaan tertentu.
Partisipasi waktu
luang:
menggunakan aktivitas
yg menarik,
menyenangkan, dan
menenangkan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan.
Meningkatkan hubungan
yang efektif dalam
perilaku pribadi.
Interaksi social dengan
kelompok atau
organisasi.
Partisipasi dalam
bermain, penggunaan
aktivitas oleh anak usia
1-11 tahun untuk
meningkatkan
kesenangan hiburan

dan
Gangguan harga diri rendah
berhubungan dengan koping
individu tidak efektif
keperawatan selama 3x24 jam di
harapkan klien
mampu
mengembalikan harga dirinya
dengan kriteria hasil :

Penyesuaian psikososial:
perubahan hidup: respon
psikososial adaptif
individu terhadap

perubahan bermakna
dalam hidup.
Menunjukkan penilaian
pribadi tentang harga
diri.
Mengungkapk
an penerimaan
diri.
Komnikasi terbuka.
Mengatakan

optimisme tentang masa


depan.
Menggunakan

strategi
koping efektif.
Risiko cedera berhubungan
dengan hiperaktivitas dan
perilaku impulsif
pasien, sesuai kondisi fisik
Klien terbebas dari cidera
dan fungsi kognitif pasien
Klien mampu
dan riwayat penyakit
menjelaskan cara/metode
terdahulu.

untuk mencegah Menghindarkan lingkungan

injury/cidera. yang berbahaya.

Klien mampu Memasang side rail tempat

menjelaskan factor resiko tidur.

dari Menganjurkan keluarga

lungkungan/ untuk menemani pasien.

perilaku
- Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung

adanya perubahan status


kesehatan dan penyebab
enyakitnya.
Koping individu tidak efektif
berhubungan dengan
kelainan fungsi dari system
keluarga dan perkembangan
ego yang terlambat,serta
penganiayaan dan
pengabaian anak
identifikasi masalah dan
pengembangan dari
perilaku- perilaku koping
yang lebih adaptif.
- Memberi dorongan dan
dukungan kepada anak
dalam menghadapi rasa
takut terhadap kegagalan
dengan mengikuti
aktivitas-aktivitas terapi
dan melaksanakan tugas-
tugas baru. Beri pangakuan
tentang kerja keras yang
berhasil dan penguatan
positif bagi usaha- usaha
yang dilakukan.
koping alternatif
yang
dapat diterima secara
sosial
sesuai dengan gaya hidup
dari yang ia rencanakan
untuk

menggunakannya
sebagai respons terhadap
rasa frustasi
Ansietas (sedang sampai
berat) berhubungan dengan
ancaman konsep diri, rasa
takut terhadap kegagalan,
disfungsi system keluarga
dan hubungan antara orang
tua dan anak yang tidak
memuaskan.
Pahami prespektif pasien
Klien
terhadap situasi stress
mampu mengidentifikasi Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
dan
mengurangi takut
mengungkapkan gejala
Bantu klien mengenal
cemas.
situasi yang
Vital sign dalam batas
normal. menimbulkan kecemasan
Klien Identifikasi

mampu mengungkapkan tingkat kecemasan

dan
menunjukkan teknik
untuk
Dengarkan dengan penuh
perhatian
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan

pasien
menggunakan

teknik relaksasi
Kolaborasi pemberian obat
untuk

mengurangi kecemasan.
Koping defensif
berhubungan dengan harga
diri rendah, kurang umpan
balik atau umpan balik
negatif yang berulang yang
mengakibatkan penurunan
makna diri
- Anak berinteraksi dengan respons-respons yang lebih
orang lain dengan sesuai
situasi- situasi kelompok Membantu anak untu
tanpa bersikap defensive menetapkan sasaran-
sasaran yang realistis,
konkret dan memerlukan

tindakan- tindakan yang


cocok untuk mencapai
sasaran-sasaran ini
Evaluasi dengan anak
keefektifan perilaku-
perilaku yang baru dan
diskusikan adanya
perubahan untuk
perbaikan.

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
ADHD antara lain :
 Asietas dipertahankan pada tingkat di mana anak merasa tidak perlu
melakukan agresi
Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan- perasaan yang
 sebenarnya

 Anak mengetahui, mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi


dari perilaku maladaptif diri sendiri
 Anak mengungkapkan dan menerima tanggung jawab terhadap perilakunya
sendiri
 Anak mengungkapkan korelasi antara perasaan-perasaan ketidakseimbangan
dan keperluan untuk mempertahankan ego melalui rasionalisasi dan
kemuliaan
 Anak tidak menertawakan atau mengkritik orang lain

 Anak berinteraksi dengan orang lain dalam situasi-situasi kelompok tanpa


bersikap defensif
 Anak mencari anggota staf untuk sosial, serta untuk interaksi terapeutik
 Anak telah membentuk dan secara memuaskan mempertahankan, satu
hubungan antar probadi dengan pasien lainnya
Anak dengan suka rela dan sesuai berpartisipasi di dalam aktivitas
 kelompok

 Anak mengungkapkan alasan-alasan bagi ketidakmampuan untuk membentuk


hubungan antar pribadi yang dekat dengan orang lain pada masa lalu
 Anak mampu menunda pemuasan terhadap keinginannya tanpa terpaksa untuk
memanipulasi orang lain
 Anak mampu mengeskpresikan kemarahan dengan cara yang dapat diterima
secara sosial
 Anak mampu mengungkapkan kemampuan –kemampuan koping alternatif ,
dapat diterima secara sosial, sesuai dengan gaya hidup dari yang ia
rencanakan untuk menggunakannya sebagai respon terhadap rasa frustasi
 Anak mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri

 Anak berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa


takut yang ektrem terhadap kegiatan
 Anak mampu untuk mengungkapkan perilaku-perilaku yang menjadi tanda
ketika ansietas mulai timbul dan tindakan yang sesuai untuk menghentikan
perkembangan dari kondisi tersebut
Anak mampu mempertahankan ansietas pada tingkat yang dapat
 dikendalikan

Anak mengungkapkan tidak adanya gangguan-gangguan pada waktu


 tidur

 Tidak ada gangguan-gangguan yang diamati oleh perawat

 Anak mampu untuk memulai tidur dalam 30 menit dan tidur selama 6 sampai
7 jam tanpa terbangun
BAB IV

KESIMPULAN DANSARAN

A. Kesimpulan

Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau yang lebih
dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD) dapat kita temui
dalam banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat ini ADHD masih
merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di dunia
pendidikan. Beberapa bentuk perilaku yang mungkin pernah kita lihat seperti: seorang
anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam kelas, dia selalu bergerak; atau anak yang
melamun saja di kelas, tidak dapat memusatkan perhatian kepada proses belajar dan
cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas; atau seorang anak yang
selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.

ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan


masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak
sejalan dengan perkembangan usia anak. Jadi disini, ADHD lebih kepada kegagalan
perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja dalam menghambat monitoring
dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini.
Hilangnya regulasi diri ini mengganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara
perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan reward segera dengan
keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang (Barkley, 1998).

Anak-anak dengan ADHD biasanya menampakkan perilaku yang dapat


dikelompokkan dalam 2 kategori utama, yaitu: kurangnya kemampuan memusatkan
perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas. Penyebab ADHD yang tepat belum
diketahui dengan jelas, sering dianggap 'disfungsi otak minimal', karena percaya ada
kerusakan ringan pada otak. Mereka menemukan bahwa struktur yang
menghubungkan kedua belahan otak dan daerah yang mengendalikan ingatan
(memori) serta emosi berukuran lebih kecil pada penderita ADHD.

Sampai saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan ADHD, namun
telah tersedia beberapa pilihan tritmen yang telah terbukti efektif untuk menangani
anak-anak dengan gejala ADHD. Strategi penanganan tersebut melibatkan aspek
farmasi, perilaku, dan metode multimodal. Metode perubahan perilaku bertujuan
untuk memodifikasi lingkungan fisik dan sosial anak untuk mendukung perubahan
perilaku (AAP, 2001). Pihak yang dilibatkan biasanya adalah orang tua, guru,
psikolog, terapis kesehatan mental, dan dokter. Tipe pendekatan perilakuan meliputi
training perilaku untuk guru dan orang tua, program yang sistematik untuk anak
(penguatan positif dan token economy), terapi perilaku klinis (training pemecahan
masalah dan ketrampilan sosial), dan tritmen kognitif-perilakuan/CBT (monitoring
diri, self-reinforcement, instruksi verbal untuk diri sendiri, dan lain-lain) (AAP,
2001). Metode farmasi meliputi penggunaan psikostimulan, antidepresan, obat untuk
cemas, antipsikotik, dan stabilisator suasana hati (NIMH, 2000). Harus diperhatikan
bahwa penggunaan obat-obatan ini harus dibawah pengawasan ketat dokter dan ahli
farmasi yang terus-menerus melakukan evaluasi terhadap efektivitas penggunaan dan
dampaknya terhadap subjek tertentu.

B. Saran

Berdasarkan asuhan keperawatan anak pada retardasi mental maka


disarankan :

Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
ADHD dapat melibatkan anak dalam brain Gym untik memfokuskan perhatian
anak. Anak ADHD mengalami kesulitan untuk fokus dan berlaku berlebihan
(hiperaktif) yang dapat mengganggu teman-temannya. Melihat dari
permasalahan tersebut, maka pada proyek tugas akhir ini, penulis ingin
memberikan solusi dalam penyembuhan anak ADHD melalui metode Brain
Gym yang dipercaya dapat memberikan efek baik kepada anak ADHD.
Metode yang digunakan dari Brain Gym adalah metode untuk latihan
koordinasi otak. Latihan koordinasi otak ini ditujukan untuk melatih fokus
anak ADHD.

Sekolah

Sekolah dapat bekerja sama dengan keluarga dan para dokter untuk
membantu anak ADHD di sekolah. Komunikasi terbuka antara orangtua dan
staf sekolah dapat merupakan kunci keberhasilan anak. Para guru seringkali
merupakan pihak yang pertama dalam mengenali perilaku seperti ADHD serta
dapat memberikan informasi yang berguna kepada orangtua, penanggung-
jawab, dan dokter yang dapat membantu diagnosa dan pengobatan.
Para guru dan orangtua juga dapat bekerja-sama untuk pemecahan masalah
dan merencanakan cara-cara untuk membantu pelajaran anak baik di rumah
maupun di sekolah.

Keluarga/Orang tua

Keluarga atau orang tua dalam membantu anak yang menderita ADHD
harus memberikan perawatan anak dengan metode yang berbeda dengan anak
yang normal. Oleh karena itu hendaknya orang tua atau keluarga menyusun
kegiatan sehingga anak mempunyai rutinitas yang sama tiap hari, mengatur
kegiatan harian, menggunakan jadwal untuk pekerjaan rumah, dan
memperpertahankan aturan secara konsisten dan berimbang.
DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M. (2006). Memahami Anak ADHD.


Cetakan I. Bandung : Penerbit PT Refika Aditama

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus


Dalam Setting Pendidikan Inklusi. Cetakan I. Bandung : penerbit
PT Refika Aditama

Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007).


Rencana asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC Isaac, A. (2005). Panduan Keperawatan


Kesehatan Jiwa & PPsikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku kedokteran EGC

Martin, G. I. (1998). Terapi Untuk Anak ADHD (terjemahan).


Cetakan II. Jakarta : Penerbit BIP Kelompok Gramedia

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada


Keperawatan Psikiatri pedoman Untuk Pembuatan rencana
Perawatan (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : penerbit Buku
Kedokteran EGC

Verayanti, S. (2008). Nutrisi untuk Anak Hiperaktif.


http://www.tanyadokteranda.com /node/237. Diakses tanggal
18 April 2009

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (terjemahan).


Cetakan I. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Yiming, C. (2006). Living with ADHD. Singapore : Marshall
Cavendish Editions

Anda mungkin juga menyukai