KOMUNIKASI KEPERAWATAN
OLEH:
KELOMPOK 1
SARTIKA A1C219058
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia - Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan Komunikasi Keperawatan
sederhana ini dengan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan laporan ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan laporan selanjutnya
KELOMPOK 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 : PENDAHALUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2 : PEMABAHASAN
BAB 3 : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat
komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi
diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya
antara lain : berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita
dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran
kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau
gesture (non-verbal), adalah komunikasi.
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi
yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu
memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat
harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar
kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi
terapeutik mempunyai tujuan untuk membantu klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan
keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat untuk memahami prinsip dasar
komunikasi terapeutik.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana Konep Dasar Komunikasi Terapeutik ?
2.Apakah Tujuan dari Komunikasi Terapeutik ?
3.Bagaimana Prinsip Komunikasi Terapeutik ?
4.Bagaimana itu Helping Relationship?
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui Konsep Dasar Komunikasi Terapeutik ?
2.Untuk mengetahui Tujuan dari Komunikasi Terapeutik ?
3.Untuk memahami Prinsip Komunikasi Terapeutik ?
4. Untuk memahami Helping Realitionship?
BAB 2
PEMABAHASAN
Sebagai seorang perawat profesional modern anda tentu pernah mendengar tentang komunikasi
terapeutik keperawatan. Pada dasarnya komunikasi terapeutik keperawatan adalah komunikasi
yang dilakukan oleh perawat dan pasien yang bertujuan untuk membantu pasien dan klien
mencapai derajat kesehatan yang lebih baik dari yang ia miliki saat ini.
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif
atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien
yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan
dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan
gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa
putus asa dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling
bergantung dengan orang lainMelalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana
menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan
menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam
membina hubungan saling percaya (Hibdon, 2000). Rogers (1974) dalam Abraham dan
Shanley (1997) mengemukakan bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam
proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan
kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang
merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi
sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan
merasa rendah diri.
4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik
diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas
diri yang jelas.
Sedangkan Tujuan komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994) adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada
hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3. Memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri.
Prinsip - prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers (dalam Purwanto, 1994) adalah :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, saling percaya
memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
3. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien biak fisik maupun mental.
4. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang
tanpa rasa takut.
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin
matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
6. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui
dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
7. Mampu menetukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
8. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati
bukan tindakan yang terapeutik.
9. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
10. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang
lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan
sehat fisik mental,spiritual, dan gaya hidup.
11. Disarankan untuk mengekpresikan perasaan bila dianggap menggagu.
12. Altuisme unutk mendapatakan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
13. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil keputusan
berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
14. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Beberapa Prinsip Komunikasi Terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :
1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2. Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4. Kerahasiaan klien harus dijaga.
5. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah
laku klien dan memberi nasehat.
7. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan
subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik
klien.
9. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik.
E. Helping Realationship
George dan christiani mengemukakan enam karakteristik dinamika dan keunikan hubungan
konseling dibandingkan dengan hubungan membantu yang lainnya. Keenam karakteristik itu
adalah:
a. Afeksi
Hubungan konseling dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan afektif daripada
sebagai hubungan kognitif. Hubungan afeksi akan tercermin sepanjang proses konseling,
termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap persepsi dan perasaan-perasaan subjektif
klien.
b. Intensitas
Hubungan konseling dilakukan secara intensitas. Hubungan konselor dan klien yang
intens ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing-masing. Tanpa
adanya hubungan yang intens hubungan konseling tidak akan mencapai pada tingkatan
yang diharapkan. Konselor biasanya mengupayakan agar hubungannya dengan klien
dapat berlangsung secara mendalam sejalan dengan perjalanan hubungan konseling.
d. Privasi
Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien. Keterbukaan
klien tersebut bersifat konfidensial, konselor harus menjaga kerahasiaan seluruh
informasi tentang klien dan tidak dibenarkan mengemukakan secara transparan kepada
siapapun tanpa seizing klien. Perlindungan atau jaminan hubungan ini adalah unik dan
akan meningkatkan kemauan klien membuka diri.
e. Dorongan
Konselor dalam hubungan konseling memberikan dorongan (supportive) kepada klien
untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Dalam hubungan konseling, konselor juga perlu memberikan dorongan atas keinginannya
untuk perubahan perilaku dan memperbaiki keadaannya sendiri sekaligus memberi
motivasi untuk berani mengambil resiko dari kepurtusannya.
f. Kejujuran
Hubungan konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan, serta adanya
komunikasi terarah antara konselor dengan kliennya. Dalam hubungan ini tidak ada
sandiwara dengan jalan menutupi kelemahannya, atau menyatakan yang bukan sejatinya.
Klien maupun konselor harus membangun hubungannya secara jujur dan terbuka.
Kejujuran menjadi prasayarat bagi keberhasilan konseling.
Helping Relationship antara perawat-klien tidak dapat begitu saja terjadi, namun harus
dibangun secara cermat dalam melakukan tehnik komunikasi yang terapeutik.
Carl Rogers (1961) adalah orang yang secara intensif melakukan penelitian tentang
komunikasi terapeutik. Rogers berpendapat bahwa komunikasi terapeutik bukan tentang
apa yang dilakukan seseorang, tetapi bagaimana seseorang itu melakukan komunikasi
dengn orang lain. Rogers mengidentifikasi tiga faktor dasar dalam mengembangkan
hubungan yang saling membantu (Helping Relationship), yaitu: 1) pembantu harus
benar-benar ikhlas dan memahami tentang dirinya, 2) pembantu harus menunjukkan rasa
empati, dan 3) individu yang di bantu harus merasa bebas untuk mengeluarkan segala
sesuatunya tentang dirinya dalam menjalin hubungan. Dengan demikian ada tiga hal
mendasar dalam mengembangkan Helping Relationship, yaitu: Genuineness (keikhlasan),
empathy (empati), dan warmth (kehangatan).
Genuineness
Untuk membantu klien, perawat harus menyadari tentang nilai, sikap, dan perasaan yang
dimiliki klien. Apa yang pikirkan dan dirasakan perawat tentang individu dan dengan
siapa dia berinteraksi perlu selalu dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.
Perawat yang mampu menunjukkan rasa ikhlasnya mempunyai kesadaran mengenai
sikap yang dipunyai klien sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikannya secara
tepat. Perawat tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien,
hasilnya, perawat akan mampu mengeluarkan segala perasaan yang dimiliki dengan cara
yang tepat, bukan dengan cara menyalahkan atau menghukum klien. Tidak selalu untuk
melakukan keikhlasan. Untuk menjadi lebih percaya diri tentang perasaan dan nilai-nilai
yang dimiliki membutuhkan pengenmbangan diri yang dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan setiap saat, sehingga sekali perawat mampu untuk menyatakan apa yang dia
inginkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien dengan cara yang tidak
mengancam, pada saat itu pula kapasitas yang dimiliki untuk mencapai hubungan yang
saling menguntungkan akan meningkat secara bermakna.
Emphaty
Empati merupakan perasaan, “pemahaman” dan “penerimaan” perawat terhadap perasaan
yang dialami klien, dan kemampuan merasakan “dunia pribadi klien”. Empati merupakan
sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak dibuat-buat (obyektif) yang didasarkan atas apa
yang dialami orang lain. Empati berbeda dengan simpati. Simpati merupakan
kecenderungan berfikir atau merasakan apa yang sedang dilakukan atau dirasakan oleh
klien. Karenanya simpati lebih bersifat subyektif dengan melihat “dunia orang lain”
untuk mencegah prespektif yang lebih jelas dari semua sisi yang ada tentang isu-isu yang
dialami seseorang.
Empati cenderung bergantung pada pengalaman diantara orang yang terlibat dalam
komunikasi. Perawat akan lebih mudah mengatasi nyeri klien, jika perawat mempunyai
pengalaman yang sama tentang nyeri. Hal ini sulit dilaksanakan kecuali bila ada
kesamaan dan keseragaman pengalaman atau situasi yang relevan, meskipun terkadang
perawat sulit untuk berperilaku empati pada semua situasi. Namun demikian, empati bisa
dikatakan sebagai kunci sukses dalam berkomunikasi dan ikut memberikan dukungan
tentang apa yang sedang dirasakn klien.
Sebagai perawat empatik, perawat harus berusaha keras untuk mengetahui secara pasti
apa yang sedang dipikirkan dan dialami klien. Pada kondisi seperti ini, empati dapat di
ekspresikan melalui berbagai cara yang dapat dipakai ketika dibutuhkan, mengatakan
sesuatu tentang apa yang difikirkan perawat tentang klien, dan memperlihatkan kesadaran
tentang apa yang saat ini sedang dialami klien. Empati membolehkan perawat untuk
berpartisipasi sejenak terhadap sesuatu yang terkait dengan emosi klien. Perawat yang
berempati dengan orang lain dapat menghindarkan penilaian berdasarkan kata hati
(impulsive judgement) tentang seseorang dan pada umumnya dengan empati dia akan
menjadi lebih sensitif dan ikhlas.
Warmth
Hubungan yang saling membantu (Helping Relationship) dilakukan untuk memberikan
kesempatan klien mengeluarkan “uneg-uneg” (perasaan dan nilai-nilai) secara bebas.
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan ide-ide dan
menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki atau dikonfrontasi.
Sehingga klien dapat mengekspresikan perasaannya secara lebih bebas dan mendalam.
Kondisi ini akan membuat perawat mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengetahui
kebutuhan klien. Kehangatan juga dapat dikomunikasikan secara nonverbal. Penampilan
yang tenang, suara yang meyakinkan, dan pegangan tangan yang halus menunjukkan rasa
belas kasihan atau kasih sayang perawat pada klien.
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat serta salah satu
upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proses keperawatan yang diberikan
kepada klien. Untuk dapat melakukannya dengan baik dan efektif diperlukan strategi yang tepat
dalam berkomunikasi sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi
terapeutik dapat tercapai.
Peranan komunikasi dalam pembangunan dan dalam proses keperawatan sangatlah penting.
Komunikasi yang digunakan dalam proses keperawatan adalah komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat
klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan
menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah positif
seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi terapeutik yang efektif perawat harus
mempunyai keterampilan yang cukup dan memahami tentang dirinya.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami bahwa pentingnya
komunikasi dalam kehidupan kita sehari – hari terutama dalam proses pembangunan dan dalam
proses keperawatan dan diharapkan juga bagi pembaca agar dapat menggunakan bahasa yang
sesuai dalam pergaulan sehari – hari, khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang
perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik dengan pasien guna
untuk menjalin kersama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan
untuk kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja dan siapapun
yang terdapat di tempat kita bekerja.
DAFTAR PUSTAKA
Asih, Windy. 2015. Wordpress. Komunikasi Terapeutik (online).
(https://windyasih.wordpress.com/nursing/komunikasi-terapeutik, Diakses tanggal 27
November 2015).
Juwandi. 2013. Blogspot. Teks book dari Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan
(online). (http://juwandi18.blogspot.co.id/2013/12/komunikasi-terapeutik.html, Diakses tanggal
27 November 2015).
Ratnaningsih, Dian. 2010. Blogspot. Konsep Komunikasi Terapeutik (online).
(http://dianratnaningsih.blogspot.co.id, Diakses tanggal 27 November 2015).
Stuart, G.W & Sundeen S.J.(1995). Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis:
Mosby Year Book
Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC
Taylor, Lilis & LeMone.(1993). Fundamental of Nursing; the art and science of nursing care.
Third edition. Philadelphia: Lippincot-Raven Publication