(ADHD)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1. Agus Saputra 2. Reti Apriani
3. Febri Triansyah 4. Yunita
5. Lusi Efriyeni 6. Ibnu Jamaludin
7. Devita Sari 8. Mutiarani Viscasari
9. Dwi Meitasari 10. Silvi Fitriani
11. Fety Susanti 12. Nurlian Sidiq
13. Meriska Permata S 14. Ossy Monalisa
15. Chendris Maharani 16. Puja Febriani Helmi
17. Eslinda Julima 18. Meirani Kinanti
19. Cindy Septarini 20. Devia Asriningsih
BENGKULU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak saat itu hipotesis lain telah diajukan untuk menjelaskan asal
gangguan, seperti kondisi dengan dasar genetik yang mencerminkan tingkat
kesadaran yang abnormal dan kemampuan yang buruk untuk memodulasi emosi.
Teori tersebut pada awalnya didukung oleh pengamatan bahwa medikasi stimulan
membantu menghasilkan atensi yang bertahan dan memperbaiki kemampuan
anak untuk memusatkan perhatian pada tugas yang diberikan. Sekarang ini, tidak
ada faktor tunggal yang dianggap menyebabkan gangguan, walaupun banyak
variabel lingkungan dapat menyebabkannya dan banyak gambaran klinis yang
dapat diramalkan adalah berhubungan dengannya.
1
menunjukkan sejumlah gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau
sejumlah gejala perilaku hiperaktif-impulsif, atau kedua-duanya.
Para ahli percaya bahwa setidaknya tiga dari seratus anak usia 4-14 tahun
menderita ADHD. Orang dewasa juga terpengaruh oleh ADHD, tetapi kerusakan
yang ditimbulkan terhadap kehidupan anak sering kali jauh lebih besar karena
efeknya terhadap keluarga, teman sekelas dan guru. ADHD dapat menyebabkan
anak-anak tidak punya teman, sering membuat kekacauan di rumah dan sekolah
dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaan rumah mereka.
B. Rumusan Masalah
2
10. Apa saja diagnosis banding dari gangguan ADHD?
C. Tujuan
D. Metode Penyusunan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Klinis
ADHD mungkin memiliki onset pada masa bayi. Bayi dengan ADHD
peka terhadap stimuli dan mudah dimarahkan oleh suara, cahaya, temperatur, dan
perubahan lingkungan lain. Kadang-kadang terjadi kebalikannya, anak-anak
tenang dan lemah, banyak tidur, dan tampaknya berkembang lambat pada bulan-
bulan pertama kehidupan. Tetapi, lebih sering untuk bayi dengan ADHD untuk
bersikap aktif di tempat tidurnya, sedikit tidur, dan banyak menangis.
4
menyebabkan ketidakpuasan dan tekanan pada orang dewasa. Konsep diri yang
negatif dan permusuhan reaktif yang dihasilkannya adalah diperburuk oleh
kesadaran anak bahwa ia memiliki masalah.
1) Hiperaktivitas
2) Gangguan motorik perseptual
3) Labilitas emosional
4) Defisit koordinasi menyeluruh
5) Gangguan atensi (rentang atensi yang pendek, distraktibilitas, keras hati,
gagal menyelesaikan hal, inatensi, konsentrasi yang buruk)
6) Impulsivitas (bertindak sebelum berpikir, mengubah perilaku denga tiba-
tiba, tidak memiliki organisasi, meloncat-loncat di sekolah)
7) Gangguan daya ingat dan pikiran
8) Ketidakmampuan belajar spesifik
9) Gangguan bicara dan pendengaran
10) Tanda neurologis dan iregularitas EEG yang samar-samar.
5
Kesulitan tersebut ditemukan terutama pada kelompok uji. Reaksi merugikan
personal sekolah terhadap karakterisitik perilaku ADHD dan menurunnya
penghargaan diri karena merasa tidak mampu dapat berkombinasi terhadap
komentar merugikan dari teman sebaya sehingga menyebabkan sekolah menjadi
tempat yang tidak menyenangkan, yang mengakibatkan dilakukannya perilaku
antisosial dan perilaku merendahkan diri sendiri dan menghukum diri sendiri.
B. Epidemiologi
ADHD adalah salah satu alasan dan masalah kanak-kanak yang paling
umum mengapa anak-anak dibawa untuk diperiksa oleh para professional
kesehatan mental. Konsensus professional menyatakan bahwa kira-kira 30,5%
atau sekitar 2 juta anak-anak usia sekolah mengidap ADHD (Martin, 1998).
Sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa 5% dari populasi usia sekolah
sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh ADHD, yaitu sekitar 1 % sangat
hiperaktif. Sekitar 30-40% dari semua anak-anak yang diacu untuk mendapatkan
bantuan professional karena masalah perilaku, datang dengan keluhan yang
berkaitan dengan ADHD (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).
6
anak dengan ADHD menunjukkan peningkatan insidensi hiperkinesis, sosiopati,
gangguan penggunaan alkohol, dan gangguan konversi. Walaupun onset biasanya
tidak dibuat sampai anak dalam sekolah dasar dan situasi belajar yang terstruktur
mengharuskan pola perilaku yang terstruktur, termasuk rentang perhatian dan
konsentrasi yang sesuai dengan perkembangannya.
C. Diagnosis
7
pekerjaan, atau aktivitas lain
b. Sering melakukan kesulitan dalam mempertahankan atensi terhadap
tugas atau aktivitas permainan
c. Sering tidak tampak mendengarkan jika berbicara langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas
sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di tempat kerja (bukan karena
perilaku oposisional atau tidak mengerti instruksi)
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f. Sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat dalam
tugas yang memerlukan usaha mental yang lama (seperti tugas
sekolah atau pekerjaan rumah)
g. Sering menghindari hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas
(misalnya: tugas sekolah, pensil, buku, atau peralatan)
h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuli luar
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2) Hiperaktivitas-impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperaktivitas-
impulsivitas berikut ini telah menetap selama sekurangnya enam bulan
sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan:
Hiperaktivitas
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau menggeliat-geliat di
tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau dalam situasi lain
di mana diharapkan tetap duduk
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi
yang tidak tepat (pada remaja atau dewasa, mungkin terbatas pada
perasaan subjektif kegelisahan)
d. Sering mengalami kesulitan bermain tau terlibat dalam aktivitas
waktu luang secara tenang
e. Sering “siap-siap pergi” atau bertindak seakan-akan “didorong oleh
8
sebuah motor”
f. Sering bicara berlebihan
Impulsivitas
g. Sering menjawab tanpa pikir terhadap pertanyaan sebelum
pertanyaan selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
i. Sering memutus atau mengganggu orang lain (misalnya: memotong
atau masuk ke percakapan atau permainan)
B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan
gangguan telah ada sebelum usia 7 tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala ada selama dua atau lebih situasi
(misalnya, di sekolah [atau pekerjaan] dan di rumah).
D. Harus terdapat bukti jelas adanya gangguan bermakna secara klinis
dalam fungsi sosial, akademik, atau fungsi pekerjaan.
E. Gejala tidak terjadi semata-mata selama perjalanan ganggua
perkembangan pervasif, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain, dan
tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya:
gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif, atau
gangguan kepribadian).
Penulisan didasarkan pada tipe:
Gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas, tipe kombinasi : jika memenuhi baik
kriteria A1 dan A2 selama enam bulan terakhir.
Gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas, predominan tipe inatentif : jika
memenuhi kriteria A1 tetapi tidak memenuhi kriteria A2 selama enam bulan
terakhir.
Gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas, predominan tipe hiperaktif-impulsif
: jika memenuhi kriteria A2 tetapi tidak memenuhi kriteria A1 selama enam
bulan terakhir.
Catatan penulisan : Untuk individu (terutama remaja dan dewasa) yang
sekarang memiliki gejala yang tidak lagi memenuhi kriteria lengkap, harus
9
dituliskan “dalam remisi parsial.”
D. Klasifikasi
E. Etiologi
10
gangguan belajar. Faktor penyumbang yang diajukan untuk ADHD adalah
pemaparan toksin pranatal, prematuritas, dan kerusakan mekanis pranatal pada
sistem saraf janin.
Faktor Predisposisi
Faktor Biologi
Faktor Genetik
11
anak hiperaktif memiliki risiko dua kali menderita gangguan dibandingkan
populasi umum. Salah satu sanak saudara mungkin memiliki gangguan
hiperaktivitas yang menonjol, dan yang lainnya memiliki inatensi yang
menonjol.
Racun Lingkungan
Teori pada tahun 1970-an menyangkut peran racun dalam
terjadinya hiperaktifitas. Zat-zat adiktif pada makanan mempengaruhi
kerja sistem saraf pusat pada anak-anak hiperaktif. Nikotin, merupakan
racun lingkungan yang dapat berperan dalam terjadinya ADHD.
12
Cedera Otak
Faktor Psikologi
Faktor Psikososial
13
Anak-anak dalam institusi sering kali overaktif dan memiliki
rentang atensi yang buruk. Tanda tersebut dihasilkan dari pemutusan
emosional yang lama, dan gejala menghilang jika faktor pemutus
dihilangkan, seperti melalui adopsi atau penempatan di rumah penitipan.
Kejadian fisik yang menimbulkan stres, suatu gangguan keseimbangan
keluarga, dan faktor yang menyebabkan kecemasan berperan dalam awal
atau berlanjutnya ADHD. Faktor predisposisi mungkin termasuk
temperamen anak, faktor genetik-familial, dan tuntutan sosial untuk
mematuhi sara berkelakuan dan bertindak yang rutin. Status
sosioekonomi tampaknya bukan merupakan faktor predisposisi.
Faktor Presipitasi
F. Perjalanan Penyakit
14
Perjalanan penyakit ADHD agak bervariasi. Gejala dapat menetap sampai
masa remaja atau kehidupan dewasa, gejala dapat menghilang pada pubertas, atau
hiperaktivitas mungkin menghilang, tetapi penurunan rentang atensi dan masalah
pengendalian impuls mungkin menetap.
G. Terapi (Penatalaksanaan)
Farmakoterapi
Mekanisme kerja yang tepat dari stimulan tetap tidak diketahui. Pendapat
respos paradoksikal oleh anak tidak lagi diterima. Methylphenidate telah terbukti
15
sangat efektif pada hampir tigaperempat anak dengan ADHD dan memiliki efek
samping yang relatif kecil. Methylphenidate edalah medikasi kerja singkat yang
biasanya digunakan secara efektif selama jam-jam sekolah, sehingga anak dengan
gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas dapat memerhatikan tugasnya dan tetap di
dalam ruang kelas. Obat telah ditunjukkan memperbaiki skor anak hiperaktif pada
tugas yang membutuhkan kegigihan, seperti tugas kinerja kontinu dan asosiasi
berpasangan.
Efek samping obat yang paling sering adalah nyeri kepala, nyeri lambung,
mual, dan insomnia. Beberapa anak mengalami efek “rebound”, di mana mereka
menjadi agak mudah marah dan tampak agak hiperaktif selama waktu yang
singkat saat medikasi dihentikan. Pada anak-anak dengan riwayat tik motorik,
harus digunakan dengan berhati-hati, karena, pada beberapa kasus,
methylphenidate dapat menyebabkan eksaserbasi gangguan tik. Permasalahan lain
yang sering tentang methylphenidate adalah apakah obat akan menyebabkan
supresi pertumbuhan.
Psikoterapi
16
Jika anak-anak dengan ADHD dibantu untuk menyusun lingkungannya,
kecemasan mereka menghilang. Dengan demikian, orang tua dan guru mereka
harus membangun struktur hadiah atau hukuman yang dapat diperkirakan, dengan
menggunakan model terapi perilaku dan menerapkannya pada lingkungan fisik,
temporal, dan interpersonal.
Terapi Bermain
17
berdasar pada aturan, jadi tidak tergantung pada keinginan anak untuk patuh.
Program ini lebih cenderung ke sistem training bagi orang tua yang diharapkan
dapat menciptakan sistem aturan yang berlaku di rumah sehingga dapat mengubah
perilaku anak.
Demi efektivitas program, sebaiknya orang tua bekerja sama dengan pihak
sekolah untuk melakukan proses yang sama bagi anaknya ketika dia di sekolah.
Orang tua harus selalu melakukan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan
dan konsisten atas program yang dijalankan. Begitu juga ketika program ini
dilaksanakan bersama-sama dengan pihak sekolah maka orang tua sangat
memerlukan keterlibatan guru dan petugas di sekolah untuk melakukan proses
monitoring dan evaluasi.
Definisikanlah aturan secara jelas dan tepat. Buat aturan sejelas mungkin
sehingga pengasuh pun dapat mendukung pelaksanaan tanpa banyak
penyimpangan.
Jalankan aturan tersebut dengan ketat
Jangan memberi imbalan atau hukuman atas tanggapan terhadap aturan
itu. Jalankan saja sesuai yang sudah ditetapkan
Jangan pernah berdebat dengan anak tentang sebuah aturan. Gunakan kata-
kata kunci yang tidak akan diperdebatkan.
H. Prognosis
18
Secara keseluruhan, hasil akhir ADHD pada masa anak-anak tampaknya
berhubungan dengan jumlah gangguan konduksi yang menetap dan faktor
keluarga yang kacau. Hasil yang optimal tampaknya dipermudah dengan
menghilangkan agresi anak dan dengan memperbaiki fungsi keluarga sedini
mungkin.
19
I. Contoh Kasus
Ibunya berkata bahwa perilaku anak tersebut telah sulit sejak ia masih
kecil dan bahwa, saat ia berusia tiga tahun, ia sangat banyak bergerak dan
menuntut. Ia hampir selalu membutuhkan tidur sebentar dan terbangun sebelum
orang lain terbangun. Saat ia kecil, “ia masuk ke dalam apa saja”, terutama di pagi
hari, saat ia akan terbangun pada jam 4.30 atau 5.00 pagi dan menuruni tangga
sendirian. Orangtuanya akan terbangun dan menemukan ruang keluarga atau
dapur “berantakan”.
20
Tes psikologi menemukan bahwa anak laki-laki tersebut memiliki
kemampuan rata-rata, pencapaiannya hanya sedikit di bawah tingkat yang
diharapkan. Rentang perhatiannya dijelaskan oleh ahli psikologis sebagai
“sebenarnya tidak ada”. Ia tidak memiliki minat untuk menonton televisi dan tidak
menyukai permainan dan mainan yang memerlukan konsentrasi atau ketenangan.
Ia tidak populer dengan anak-anak lain. Dan di rumah ia lebih senang berada di
luar, bermain dengan anjingnya atau mengendarai sepedanya. Jika ia bermain
dengan mainan, permainannya adalah merusak dan menghancurkan, ibunya tidak
meminta ia untuk menjaga barang-barangnya.
Ia juga tidak patuh dan dalam tahun-tahun selanjutnya telah provokatif dan
menantang di sekolah dan, dengan suatu tingkat, di rumah. Ia telah mencuri
sejumlah kecil uang dari rumah dan sekolah, dan anak lain telah mengeluh karena
ia telah mengambil mainan kecil mereka yang dibawa dari rumah.
Diskusi
21
ia hampir selalu memiliki gejala lain gangguan defisit-atensi/ hiperaktivitas
(seperti sulit menunggu giliran, menjawab pertanyaan tanpa dipikir, banyak
bicara, dan mengganggu orang lain) dan karena gejalanya dengan bermakna
mengganggu fungsinya di rumah dan di sekolah, dinyatakan bahwa gangguan
adalah parah.
J. Diagnosis Banding
22
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
Beberapa penyebab ADHD di antaranya adalah faktor predisposisi yaitu faktor
biologi: genetik, perinatal dan prenatal, serta racun lingkungan; faktor psikologi
dan sosial dan faktor presipitasi yaitu: peristiwa pasca kelahiran, gangguan bahasa
dan pembelajaran, dan sebagainya.
B. Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, M.D., Halord I, Sadock, M.D., Benjamin J., Grebb, M.D., Jack A. 2010.
Sinopsis Psikiatri, Jilid 2. Terjemahan Dr. Widjaja Kusuma. Tangerang:
Binarupa Aksara.
26