Anda di halaman 1dari 34

KEPERAWATAN ANAK REMAJA

SMP ANEMIA

Disusun Oleh :
1. Agus Saputra
2. Cindy Septarini
3. Dwi Meitasari
4. Eliza Sumantri
5. Fariz Al Awal
6. Janna Lestari
7. Meirani Kinanti
8. M. Luvfi Ardiansyah
9. Ossy Monalisa
10. Purnama Wulan Sari
11. Septa Fitri
12. Yunita

Dosen : Ns Shinta S.Kep.,M.Kep


Mk: Keperawatan Komunitas

BAKTI HUSADAH BENGKULU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah ini adalah tugas kelompok dalam mata kuliah
Keperawatan Komunitas. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah
membantu kelancaran tugas ini, terutama dosen Keperawatan Komunitas yang telah memberi
banyak pengarahan serta ilmu kepada kami para mahasiswa.

Semoga makalah yang saya buat ini, bermanfaat bagi pembaca. Saya juga mengharapkan
kritik dan saran, supaya tugas selanjutnya dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya dan
sesungguhnya semua itu bersifat membangun.

Terima kasih.

Bengkulu , 20 Maret 2023

Penulis

1
Daftar Isi

Cover ................................................................................... .............................................. i


Kata Pengantar ..................................................................... .............................................. ii
Daftar isi .............................................................................. .............................................. iii
BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ........................................................ .............................................. 1


B. Tujuan ..................................................................... .............................................. 3

BAB II Tinjauan Teori


A. Konsep Remaja
1. Pengertian Remaja ............................................ .............................................. 4
2. Penggolongan Remaja ...................................... .............................................. 4
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja .............................
............................................................................ .............................................. 4
4. Aspek – aspek Perubahan Pada Remaja ........... .............................................. 4
5. Adapun masalah – masalah yang dihadapi remaja ...........................................
............................................................................ .............................................. 5
B. Asuhan Keperawatan Anemia
1. Pengertian anemia .............................................. .............................................. 6
2. Klasifikasi Anemia............................................. .............................................. 6
3. Etiologi .............................................................. .............................................. 6
4. Manifestasi Klinis ............................................. .............................................. 7
5. Patofisiologi ...................................................... .............................................. 8
6. Penatalaksanaan Medis ..................................... .............................................. 8
7. Komplikasi ......................................................... .............................................. 9
C. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian ...................................................... .............................................. 10
2. Data hasil survey data inti ................................. .............................................. 13
3. Data subsistem .................................................. .............................................. 18
4. Diagnosa keperawatan komunitas ..................... .............................................. 19
5. Analisa data ....................................................... .............................................. 20
6. Prioritas masalah ................................................ .............................................. 22
7. Prioritas diagnose keperawatan ......................... .............................................. 23
8. Implementasi ..................................................... .............................................. 25

Bab III Penutup


Kesimpulan ............................................................. .............................................. 28
Daftar Pustaka ......................................................... .............................................. 29

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kelompok Remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Data demografi
menunjukkan bahwa remaja secara keseluruhan merupakan populasi terbesar, sekitar
seperlima penduduk di dunia adalah remaja dan sekitar 900 juta berada di Negara
berkembang, bahkan di wilayah Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari
penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja (Soetjiningsih, 2004), sedangkan di
Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja sekitar 22% yang terdiri
dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Nancy, 2002).
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik mental, emosional,
social dan fisik. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menyebabkan
perubahan dalam perilaku konsumsi. Remaja yang masih dalam proses mencari identitas
diri, seringkali mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi. Hal ini karena remaja
paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan
primer maupun sekunder (Suharto).
Salah satu masalah yang sering ditemukan pada remaja, terutama remaja putri adalah
anemia defisiensi Fe. Hal ini sebagai akibat bahwa remaja putri setiap bulan mengalami
haid yang tidak diimbangi dengan asupan gizi yang cukup. Anemia akan mengakibatkan
sel-sel tuubuh kekurangan oksigen yang mengakibatkan fungsi jaringan/organ tidak
optimal termasuk otak (Guyton, 1999).

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 anemia 57,1 % terjadi
pada kelompok 10-14 tahun dan 48 % pada kelompok 15-44 tahun (termasuk remaja). Di
Jawa Barat dijelaskan bahwa prevalensi anemia gizi 71,5 % terjadi pada wanita hamil,
69,5 % pada balita, sedangkan pada remaja sekitar 30 – 40 % (Dinkes Jabar, 2004). Di
Kota Depok dilaporkan bahwa dari sepuluh kelompok penyakit yang ditemukan di
sekolah se Kota Depok pada SLTA/MA, anemia merupakan penyakit tertinggi (44,5 %)
namun demikian masalah ini belum ditangani mengingat program penanganan masalah
gizi masih terfokus pada bayi, balita dan ibu hamil.

Anemia dipengaruhi dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari


yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia dapat
terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat
menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat gizi yang masuk sedikit. Secara umum,
konsumsi makanan berkait dengan status gizi. Bila makanan yang dikonsumsi mempunyai
nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik, sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi
kurang nilai gizinya, maka dapat menyebabkan kekurangan gizi. Selain itu, perilaku
konsumsi
3
makanan seseorang dipengaruhi oleh faktor intrinsik, yaitu usia, jenis kelamin dan
keyakinan, serta faktor ekstrinsik, yaitu tingkat ekonomi, pendidikan, pengalaman, iklan,
tempat tinggal, lingkungan sosial dan kebudayaan (Suharto).
Kekurangan gizi pada akhirnya akan menurunkan kapasitas belajar pada anak dan
produktivitas kerja pada orang dewasa, atau menurunkan kualitas sumber daya manusia
(Depkes RI, 2005). Data dari Direktorat Kesehatan keluarga menunjukkan bahwa 40%
penyebab kematian ibu adalah perdarahan, dan telah diketahui bahwa anwmia menjadi
faktor resiko terjadinya perdarahan tersebut. Haasil survei kesehatan nasional tahun 2001,
prevalensi anemia pada ibu hamil sebesar 42%. Jika dilihat dari siklusnya, ibu hamil yang
menderita anemia dapat diakibatkan karena anemia yang telah dideritanya sejak masih
remaja. Sehingga memerlukan upaya perbaikan sejak dini yang akan membawa dampak
posistif daripada intervensi yang dilakukan terlambat. Masalah kesehatan remaja secara
umum disebabkan oleh; kurang pengetahuan, sikap dan keterampilan remaja akibat
kurangnya penyampaian informasi, kurang kepedulian orang tua, masyarakat dan
pemerintah terhadap kesehatan remaja serta belum optimalnya pelayanan kesehatan
remaja.

Kualitas remaja sebagai generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang dilakukan
agar masa remaja dapat dilewati dengan baik. Pemahaman yang baik tentang remaja baik
dalam upaya pencegahan maupun dalam upaya penanggulangan menjadi sangat penting
untuk remaja sendiri, keluarga dan masyarakat termasuk para ahli yang mencurahkan
perhatiannya terhadap remaja (Soetjiningsih, 2004). Perhatian pada kelompok umur ini
sangat penting karena kualitas generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang
dilakukan agar masa remaja dapat dilewati dengan baik (Marhaeni, 2004).
Keperawatan komunitas sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki
peranan strategis dalam meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya remaja dalam
melaksanakan upaya-upaya kesehatan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Upaya-upaya kesehatan dalam keperawatan komunitas lebih difokuskan pada aspek
promotif dan preventif untuk meningkatkan kemandirian remaja dalam memelihara
kesehatannya. Keperawatan komunitas memperlakukan agregat remaja sebagai mitra
kerja dalam berbagai upaya yang menunjang kesehatan, oleh karena itu pelayanan
keperawatan komunitas dikelola berdasarkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.

Model yang akan dikembangkan dalam asuhan keperawatan komunitas pada aggregat
lanjut usia dengan penyakit gastritis adalah model Community as Partner. Model ini
berfokus pada filosofi primary health care yang menjadi landasannya. Model community
as partner model didasarkan pada pendekatan secara total untuk melihat suatu masalah
dan model ini mendemonstrasikan persamaan hubungan perawat dengan kelompok.
Dalam model community as partner ada dua faktor sentral yang menjadi fokus yaitu
pertama, fokus pada komunitas sebagai mitra (ditandai dengan roda pengkajian komunitas
di bagian atas dan menyatunya masyarakat sebagai intinya; dan kedua, penerapan proses
keperawatan dalam penanggulangan masalah yang ada di komunitas.

4
Melihat fenomena diatas, maka upaya mengatasi masalah kesehatan remaja khususnya
masalah anemia diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan baik. Depkes RI
(2002) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya memfasilitasi
agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. Upaya kesehatan dengan
memberdayakan masyarakat merupakan ciri pelayan keperwatan komunitas, khususnya
dalam rangka mewujudkan remaja yang sehat, bebas anemia, memiliki kapasitas belajar
yang optimal dan pada akhirnya mereka mandiri.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Memberikan gambaran praktek asuhan keperawatan komunitas pada agregat remaja
putri dengan masalah risiko anemia melalui pendekatan model community as partner
di Kelurahan Pancoran Mas Depok.

2. Tujuan Khusus :
i. Menguraikan hasil pengkajian pada aggregate remaja putri dengan risiko anemia di
Kelurahan Pancoran Mas Depok.
ii. Merumuskan masalah keperawatan pada aggregat remaja putri dengan risiko
anemia di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
iii. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada agregat remaja putri dengan
risiko anemia di Kelurahan Pancoran Mas Depok.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP REMAJA
1. Pengertian Remaja

• Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa desa yang
mengalami perkembangan semua aspek/ Fungsi untuk memasuki masa dewasa
(Rumini, 2004 : 13 ).

• Fase remaja adalah merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting,
yang diawali dengan matangnya orga-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Yusuf, 2009 : 184).
2. Penggolongan Remaja
Penggolongan remaja menurut Thornburg (1982) dalam buku (Dariyo, 2004 : 20)
terbagi 3 tahap yaitu:

1. Remaja awal (usia 13 – 14 tahun).


2. Remaja tengah ( usia 15 – 17 tahun).
3. Remaja akhir ( usia 18 – 21 tahun).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Remaja

• Menurut pandangan Gunasa (1991) dalam buku Dariyo, 2004 : 14) bahwa secara
umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja :

a. Faktor endogen (nature)

• Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik maupun psikis


dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu yang diturunkan oleh
orang tuanya.
b. Faktor Exogen (murture)

• Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan dan perkembangan individu


sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu itu sendiri.
Faktor ini diantaranya berupa lingkungan fisik maupun lingkungan sosial .

4. Aspek-Aspek Perubahan Pada Remaja


Dua aspek pokok dalam perubahan pada remaja menurut (Notoatmodjo, 2007 : 263)
yaitu :
a. Perubahan fisik

6
• Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut
pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik yang
dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja atu biasa
disebut “ Pertumbuhan “ dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan
hormonal.
b. Perubahan

• Masa remaja merupakan masa transisi antara mas akanak-akanak dan masa dewasa.
Masa transisi seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang
membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak dan dilain pihak ia harus
bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu
sering menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung, dan kalau tidak
dikontrol bisa menimbulkan kenakalan.
• Kematangan seksual remaja ditandai dnegan keluarnya air mani pertama pada laki-
laki, sedangkan pada remaja wanita mengalami menstruasi pertama.

• Antara remaja putra dan remaja putri kematangan seksual terjadi dalam usia yang
agak berbeda. Spermache terjadi pada usia sekitar 13 tahun, sedangkan untuk
menarche terjadi kira-kira pada usia 11 tahun (Dariyo, 2009 : 20).
c. Status Kesehatan Remaja

• Seorang remaja sering kali mengalami kesulitan dan tidak mampu untuk menghadapi
masalah-masalah perubahan perubahan fisiologis, psikologis maupun psikososial
dengan baik. Adakalanya, bagi remaha yang tidak memperoleh bimbingan dari orang
tua, guru atau pihak yang lebih profesional, maka akan menemui hambatan.

5. Adapun masalah-masalah yang dihadapi remaja antara lain :

• Depresi.
• Kegemukan (obesitas).

• Kebutuhan nutrisi dan gangguan pola makan.

7
B. ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA

1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi
akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga
berkurang. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 12)
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah sehat, volume
sel darah, dan/ jumlah hemoglobin. (Keperawatan Medikal Bedah buku 3 edisi 8)
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit dibawah rentang nilai yang
yang berlaku untuk orang sehat. (Behrman E Richard, IKA Nelson; 1680)
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematocrit dibawah normal. Anemia bukan lah penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Anemia tidak merupakan
suatu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang
mendasari. (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner
dan Suddarth; 935)

2. Klasifikasi

a. Anemia Megaloblastik
Anemia ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau asam folat, perubahan
sumsum tulang identik dan perubahan darah perifer terjadi karena vitamin tersebut
esensial untuk sintesis DNA normal.
a. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan penyakit yang jarang terjadi yang disebabkan oleh
penurunan atau kerusakan sel induk sumsum tulang belakang, kerusakan pada
lingkungan mikro didalam sumsum tulang, dan penggantian sumsum tulang dengan
lemak.
b. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang terjadi akibat pewarisan gen
hemoglobin sabit (HbS) yang menyebabkan molekul hemoglobin defektif (cacat).
c. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi biasanya terjadi ketika asupan besi dalam diet tidak
mencukupi untuk sintesis hemoglobin, anemia jenis defisiensi besi adalah anemia

3. Etiologi
1. Anemia Defisiensi Besi
- Kehilangan zat besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal
dari saluran cerna, saluran nafas, saluran genitalia wanita dan saluran kemih..
- Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
yang tidak baik..

8
- Kebutuhan zat besi meningkat seperti pada prematurasi, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
- Gangguan absorpsi zat besi seperti gastrektomi dan kolitis kronik.

2. Anemia Megaloblastik

Penyebab anemia megaloblastik yaitu :

1. Defisiensi vitamin B12


2. Defisiensi asam folat
3. Gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat
4. Gangguan sintesis DNA

Faktor Resiko dari anemia megaloblastik yaitu :


1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Faktor keturunan

3. Anemia Sel Sabit


Merupakan jenis anemia yang diturunkan dari orang tua kepada anak
mereka. Anemia ini terjadi akibat tidak terdapat cukup sel darah merah sehat
untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Sel darah merah menjadi kaku
dan lengket serta berbentuk seperti sabit. Risiko mengalami anemia sel sabit
semakin besar saat seseorang memiliki orang tua dengan gen pembawa.. Anemia
sel sabit lebih umum terjadi pada keturunan Afrika, India, Mediterania, Arab
Saudi, serta Amerika Selatan.

4. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Penyebabnya bisa karena kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi dan toksin.

4. Manifestasi Klinis
Karena system organ yang terkena maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas. Secara umum tanda dan gejala anemia yaitu:
- Hb menurun (< 10g/dl) trombositosis/ trombositopenia, dan pasitopenia
- Penurunan berat badan
- Takikardi, tekanan darah menurun, pengisian kapiler lambat, extremitas dingin,
palpitasi, kulit pucat

9
- Mudah lelah
- Sakit kepala, pusing, kunang-kunang

5. . Patofisiologi

- Anemia Megaloblastik
Asam folat disimpan sebagai senyawa yang disebut sebagai folat. Folat yang disimpan
didalam tubuh jauh lebih kecil dari vitamin B12 dan dengan cepat mengalami deplesi
ketika asupan folat dalam diet tidak memadai (dalam 4 bulan) defisiensi folat terjadi
pada orang yang jarang memakan sayuran segar (tidak dimasak).
- Anemia Sel Sabit
Molekul hemogblobin yang defektif (cacat) akan berbentuk sabit ketika terpajan
dengan oksigen rendah, sel darah merah yang kaku dan panjang ini akan tersangkut
dipembuluh darah kecil dan dapat menyumbat aliran darah ke jaringan tumbuh,
proses sabit menghabiskan beberapa waktu jika eritrosit terpajan kembali dengan
jumlah oksigen yang tidak adekuat.

6. Penatalaksanaan Medis
1. Anemia Aplastik

• Mereka yang berusia kurang dari 60th, sehat, dan menemukan donor kompatibel dapat
disembuhkan dengan transplantasi sumsum tulang (BMT) atau dengan transplantasi
sel induk darah perifer (PBSCT)
• Penyakit ini juga bisa ditangani dengan terapi imunosupresif, yang umumnya
menggunakan kombinasi globulin antitimosit (ATG) dan siklosporin atau androgen.
• Terapi suportif memainkan peran penting dalam penatalaksanaan anemia aplastik.
Setiap agens yang menganggu dihentikan, pasien didukung oleh transfusi paket sel
darah (PRBC) dan trombosit sesuai kebutuhan.
2. Anemia Defisiensi Besi
- Uji specimen feses untuk darah samar/okulta
- Individu berusia 50th atau lebih harus secara periodic melakukan pemeriksaan
kolonoskopi, endoskopi, atau pemeriksaan sinar X pada saluran GI untuk mendeteksi
ulserasi, gastritis, polip, atau kanker.
- Berikan sediaan besi yang telah diresepkan, (Oral, Intramuscular (IM) atau IV)
- Minta pasien melanjutkan penggunaan sediaan besi selama 6 hingga 12 bulan.
3. Anemia Megaloblastik
Penatalaksanaan medis: defisiensi asam folat
- Tingkatkan asupan asam folat dalam diet pasien dan berikan 1 mg asam folat disetiap
hari nya
- Berikan asupan asam folat per IM untuk sindrom malobsorpsi

1
- Resepkan suplemen tambahan sesuai kebutuhan, karena jumlahnya dalam multi
vitamin mungkin tidak adekuat untuk sepenuhnya menggantikan defisiensi cadangan
tubuh.

Penatalaksanaan medis: defisiensi vitamin B12


Berikan pengganti vitamin B12, vegetarian dapat mencegah atau mengatasi defisiensi
dengan suplemen vitamin oral/susu.

- Sejumlah kecil dosis vitamin B12 per oral dapat diserap dengan difusi aktif, sekali pun
tidak ada faktor intrinsik, tetapi dosis besar (2mg/hari) diperlukan jika vitamin B12
akan diberikan secara oral.
- Terapi vitamin B12 harus dilanjutkan seumur hidup, untuk mencegah kekambuhan
anemia pernisiosa.
- Resepkan asam folat untuk pasien alkoholisme selama mereka sering mengkonsumsi
alkohol.
4. Anemia Sel Sabit
Terapi anemia sel sabit adalah focus dari riset berkelanjutan. Namun disamping
penatalaksanaan agresif gejala dan komplikasi yang sama-sama penting, baru-baru ini
terdapat beberapa modalitas terapi primes untuk penyakit sel sabit.
- PBSCT: dapat menyembuhkan anemia sel sabit tetapi hanya dapat diterapkan untuk
sebagian kecil pasien karena tidak adanya donor yang kompatibel atau karena
kerusakan organ berat yang mungkin telah dialami oleh pasien adalah kontraindiksi
untuk PBSCT
- Terapi farmakologis
- Terapi transfusi
- Pantau fungsi pulmonal dan hipertensi pulmonal
- Berikan asam folat untuk menyeimbangi kebutuhan sumsum tulang yang meningkat
- Terapi suporatif untuk mencakup penatalaksanaan nyeri

7. Komplikasi

1. Pemeriksaan otot buruk


2. Daya konsentrasi menurun
3. Hasil uji perkembangan menurun
4. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
5. Sepsis
6. Sensitifitas terhadap antigen donor yang berreaksi-silang menyebabkan perdarahan
yang tidak terkendali
7. Cangkokan vs penyakit hospes (timbul setelah pencangkokan sumsum tulang)

1
8. Kegagalan cangkok sumsum
9. Leukimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi.

1
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Penerapan model Commmunity as Partner dalam pengkajian populasi/aggregat remaja dengan
resiko anemia :
1. Inti Komunitas
a. Demografi dan Sejarah
Sejarah terbentuknya komunitas, sejarah tentang riwayat daerah yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja. Jumlah populasi khususnya
remaja dengan karakteristik umurnya dan jenis kelamin.
Metoda yang digunakan dalam mencari data ini adalah literatur review dari laporan
Puskesmas dan Kelurahan.
b. Statistik Penting
Angka kesakitan : meliputi jumlah remaja dengan anemia.
Metoda yang digunakan dalam mencari data ini adalah literatur review dari laporan
Puskesmas.
c. Etnisitas

1) Kegiatan di kelompok masyarakat dan remaja sesuai dengan budaya yang


dianut, apakah berpengaruh terhadap kejadian anemia, seperti kebiasaan
memasak, pola makan, menu makan.
2) Gaya hidup kelompok masyarakat terutama dalam pola makan, pola
pemanfaatan layanan kesehatan, pola penggunaan obat dan zat.
Sumber data dari keluarga yang mempunyai remaja dengan menggunakan metoda
kuisioner.
d. Nilai-nilai dan Kepercayaan
Agama, nilai dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga terkait nutrisi meliputi
pantangan makanan dan keyakinan pada makanan, warisan budaya/pola kebiasaan,
pengaruh modernisasi pada gaya hidup terutama pola makan. Sumber dari remaja
dengan metoda kuisioner.

2. Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
Hal-hal yang dikaji meliputi keadaan atau kondisi rumah, kebersihan dan
pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pemenuhan nutrisi, adanya warung
atau toko tempat menjual makanan dan sayuran, adanya peternakan atau kolam ikan
untuk pemenuhan nutrisi. Sumber data dari orangtua dan lingkungan dengan
menggunakan metode Winshild Survey.

1
b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan
1) Fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam maupun diluar komuniti:
• Rumah sakit
• Praktik dokter, bidan, perawat
• Puskesmas termasuk program kesehatan yang ada
2) Pelayanan kesehatan khusus bagi remaja ( PKPR ) .
Fasilitas pelayanan social baik didalam maupun diluar communiti :

• Counseling support services


• Pelayanan khusus ( social worker )

Catatan :
Dari kedua tempat pelayanan tersebut , aspek – aspek / data – data yang perlu
dikumpulkan adalah sebagai berikut :

• Pelayananya ( waktu , ongkos , rencana kerja )


• Sumber daya ( tenaga , tempat , dana , & perencanaan )
• Karakteristik pemakai ( penyebaran geografi , gaya hidup, sarana Transportasi
• Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan pemberian pelayanan
• Kebutuhan pelayanan seperti deteksi dini, konsultasi, pengobatan
c. Ekonomi
1) Karakteristik pendapatan keluarga / rumah tangga
• Rata – rata pendapatan keluarga / rumah tangga
2) Karakteristik pekerjaan
Sumber data dari responden melalui metode kuisioner.
. d Transportasi dan keamanan/keselamatan
Hal yang dikaji meliputi transportasi mencapai fasilitas kesehatan, kemudahan
mencapai akses kesehatan, kemudahan mendapat sumber makanan. Keamanan
makanan, akses terhadap bahan makanan. Sumber data dari responden, metode yang
digunakan adalah kuisioner dan Winshield Survey.
e. Politik dan Pemerintah
Apakah masyarakat terlibat dalam pembuatan keputusan dalam mengatasi masalah,
penyusunan program di masyarakat khususnya dalam penanganan anemia pada remaja?
Adakah bantuan dari pemerintah atau swasta dalam mengatasi masalah anemia/masalah
gizi contohnya program beras miskin. Sumber data dari tokoh masyarakat dan
Puskesmas melalui metode wawancara.
f. Komunikasi
Media komunikasi apa yang digunakan remaja dalam berkomunikasi dengan keluarga
dan teman sebayanya, pola komunikasi yang diterapkan. Sumber data dari responden
menggunakan metode kuisioner.

1
g. Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah, kegiatan penyuluhan bagi remaja terkait
masalah anemia. Sumber data dari remaja dan komunitas melalui metode winshield
survey dan kuisioner.
h. Rekreasi

• Dimana tempat remaja berkumpul?


• Apa saja bentuk rekreasi utama remaja?
• Fasilitas untuk rekreasi apa yang anda lihat? Apakah bisa membantu dalam
pemenuhan nutrisi remaja?
Sumber data dari remaja dengan metode kuesioner dan melalui Winshield Survey.
i. Persepsi Penduduk

• Bagaiamana persepsi masyarakat tentang anemia pada remaja ?


• Bagaiamana persepsi remaja tentang anemia?
• Masalah-masalah? (Tanyakan beberapa orang dari kelompok berbeda misalnya
tokoh masyarakat, kader kesehatan, tokoh formal, PKK dan ibu rumah tangga )
tentang program penanggulangan masalah gizi yang dijalankan , hambatan,
keuntungan dan kerugiannya.

1
B. DATA HASIL SURVEY, DATA INTI

1. Data Demografi
Tabel 1. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Usia di Smp Negeri H wukir sari
13 dan 14

NO USIA JUMLAH PERSENTASE


1 11 – 12 Tahun 17 39,5%
2 13 – 14 ahun 26 60,5%
JUMLAH 43 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023
Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa remaja putri di Smp Negeri H wukirsari 11
dan 12 terbanyak pada usia antara 13-14 tahun sebesar 60,5%. Pada usia ini remaja
telah mengalami menstruasi, mempunyai kecenderungan melakukan diet agar berat
badannya ideal sehingga memerlukan pemantauan agar tidak mengalami anemia
akibat pola nutrisi yang tidak tepat.

Tabel 2. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Smp negeri
H Wukirsari
NO PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE

1 Wiraswasta 14 32,5%

2 Dagang 4 9,3%

3 Buruh (Bangunan) 12 27,9%

4 Buruh (Rumah Tangga) 5 11,6%

5 Sopir 2 4,7%

6 Karyawan Swasta 5 11,6%

7 PNS 1 2,3%

JUMLAH 43 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023


Analisa : Tabel diatas menunjukkan jenis pekerjaan terbanyak orang tua remaja yaitu
wiraswasta. Dari pekerjaan ini dapat mempengaruhi pada penghasilan keluraga dalam
memenuhi kebutuhan keluarga terutama penyediaan bahan makanan yang bergizi.

1
2. Pola Nutrisi
Tabel 3. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan IMT (Indek Masa Tubuh) SMP
Negeri H Wukir Sari

NO IMT JUMLAH PERSENTASE

1 Kurang 22 51,2%

2 Normal 20 46,5%

3 Lebih 1 2,3%

JUMLAH 43 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023
Analisa : Tabel diatas menunjukkan masih banyak remaja yang memiliki IMT yang
kurang yaitu sebesar (51,2%). Hal ini dapat disebabkan oleh pola makan dan asupan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Kekurangan asupan makanan (zat
gizi) ini dapat menyebabkan meningkatnya risiko anemia pada remaja.

Tabel 4. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Gizi di


SMP Negeri H Wukir Sari
NO PENGETAHUAN JUMLAH PERSENTASE

1 Baik 23 53,4%

2 Cukup 16 37,2%

3 Kurang 4 9,3%

JUMLAH 43 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023


Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang gizi sudah
baik sebesar 53,4%. Tetapi masih ada pengetahuan remaja yang masih kurang 9,3%.
Pengetahuan remaja tentang gizi ini dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi.

1
Tabel 5. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Frekuensi Makan di SMp Negeri
H Wukir sari
NO FREKWENSI MAKAN JUMLAH PERSENTASE

1 Satu Kali 1 2,3%

2 Dua Kali 12 27,9%

3 Tiga kali 27 62,8%

4 Empat kali 3 7%

JUMLAH 43 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023


Analisa : Tabel diatas menunjukkan frekwensi makan remaja sudah baik yaitu 62,8%
sebanyak tiga kali. Tetapi masih ada remaja (2,3%) memiliki kebiasaan makan dalam
satu hari hanya satu kali. Hal ini akan mempengaruhi pada tidak terpenuhinya
kebutuhan nutrisi sehingga beresiko terjadinya anemia.

Tabel 6. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Kelengkapan Jenis Makanan


NO JENIS MAKANAN JUMLAH PERSENTASE

1 Lengkap 14 32,6%

2 Tidak Lengkap 29 67,4%

JUMLAH 43 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023


Analisa : Tabel diatas menunjukkan sebagian besar 67,4% remaja makan dengan jenis
makanan yang tidak lengkap. Walaupun dalam tabel 5 menunjukkan frekuensi makan
yang baik, remaja akan beresiko anemia apabila makanan yang dikonsumsi jenisnya
tidak lengkap, remaja lebih banyak makan sesuai dengan keinginan mereka, seperti
makan mie instan, bakso serta remaja kebanyakan tidak menyukai sayuran.
Tabel 7. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi
NO SARAPAN PAGI JUMLAH PERSENTASE

1 Sarapan 32 74,4%

2 Tidak Sarapan 11 25,6%

JUMLAH 43 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023

1
Tabel 8. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Alasan Tidak Sarapan Pagi
NO ALASAN JUMLAH PERSENTASE

1 Takut Gemuk 3 27,3%

2 Malas 5 45,5%

3 Tidak Keburu 3 27,3%

JUMLAH 11 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023


Analisa : Tabel diatas menunjukkan masih ada remaja yang tidak memiliki kebiasaan
sarapan pagi yaitu sebesar (25,6%). Adapun yang menjadi alasan tidak sarapan pagi
kebanyakan karena malas dan yang lainnya karena takut gemuk serta tidak keburu.
Kebiasaan tidak sarapan pagi ini dapat menjadi factor resiko terjadinya anemia pada
remaja karena tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi. Hal ini akan berdampak pula pada
berkurangnya konsentrasi belajar saat di sekolah. Sarapan pagi merupakan salah satu
indikator dari keluarga sadar gizi. Selain itu, dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS), sarapan pagi menjadi penting karena berkaitan dengan produktivitas kerja.
Bagi pelajar, sarapan pagi membantu konsentrasi belajar.

Tabel 9. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Makanan Yang Paling


Tidak
Disukai
NO MAKANAN JUMLAH PERSENTASE

1 Daging 14 32,6%

2 Sayuran 27 62,8%

3 Buah-buahan 2 4,7%

JUMLAH 43 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023
Analisa : Tabel diatas menunjukkan sebagian besar remaja tidak menyukai sayuran
(62,8%). Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia pada remaja, karena
kurangnya asupan nutrisi khususnya zat besi yang banyak terkandung dalam sayuran.

1
3. Pola Penyakit
Tabel 10. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Riwayat Pernah Sakit (6 Bulan
Terakhir)

NO PERNAH SAKIT JUMLAH PERSENTASE

1 Ya 13 30,2%

2 Tidak 30 69,8%

JUMLAH 43 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023


Tabel 11. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Penyakit (6 Bulan Terakhir
NO PENYAKIT JUMLAH PERSENTASE

1 Demam Berdarah 2 15,4%

2 Typoid 2 15,4%
3 Pusing 4 30,8%

4 Demam 2 15,4%

5 Batuk Pilek 3 23,1%

JUMLAH 13 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023


Analisa : Tabel 10 dan 11 diatas menunjukkan dari 13 remaja yang pernah sakit dalam
6 bulan terakhir, Kebanyakan penyakit yang dideritanya yaitu pusing sebesar 30,%.
Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya suplai oksigen akibat pola makan dan asupan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Dalam kondisi tersebut, dapat
mengarah pada terjadinya anemia.

Tabel 12. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Gejala Yang Sering


Dirasakan
NO GEJALA JUMLAH PERSENTASE

1 Tidak Nafsu Makan 13 30,2%

2 Lemah, letih, lesu 18 41,9%

3 Tidak merasakan gejala 2 4,7%

JUMLAH 43 100%

Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023

2
Analisa : Tabel diatas memberikan gambaran bahwa banyak remaja yang telah
menunjukkan salah satu tanda anemia sebesar (41,9%). Hal ini meningkatkan resiko
terjadinya anemia pada remaja sehingga memerlukan perhatian untuk segera ditangani.

Tabel 13. Distribusi frekwensi remaja Berdasarkan Suplemen Fe saat Menstruasi


NO SUPLEMEN Fe JUMLAH PERSENTASE

1 Ya 0

2 Tidak 43 100%

JUMLAH 43 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023
Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa semua remaja tidak mengkonsumsi Fe saat
menstruasi. Suplemen Fe ini penting untuk dikonsumsi untuk meningkatkan kadar Hb
dalam darah sebagai pengganti yang keluar pada saat menstruasi, apabila tidak dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya anemia pada remaja.

C. DATA SUBSISTEM
- LINGKUNGAN FISIK
Lingkungan perkampungan dekat dengan stasiun dengan dataran tinggi dan rendah
dengan jalan setapak yang terbuat dari semen. Lingkungan masih ada tanah lapang
dan pekarangan, sawah dan pemancingan. Tampak wilayah ada sumber yang bisa
dimanfaatkan untuk pemenuhan gizi masyarakat jika fungsinya dioptimalkan.
Wilayah kelurahan Pancoran Mas perkampungan yang tidak padat penduduk dengan
bentuk rumah petak dengan kondisi ventilasi yang kurang. Daerah terbuka terdapat
tempat olah raga sepak bola mini/bola voli dan terdapat empang yang tidak
dimanfaatkan serta didapatkan area hijau.

- TRANSPORTASI
Transportasi yang digunakan dalam wilayah kelurahan Pancoran Mas dengan
menggunakan ojek/motor, becak dan kendaran umum, sedangkan untuk tujuan keluar
daerah dapat dengan mudah dijangkau karena dekat dengan stasiun kereta dan
terminal.

- PELAYANAN KESEHATAN DAN SOSIAL


Terdapat praktek dokter yang biasa dimanfaatkan masyarakat apabila mereka sakit
selain ke Puskesmas Pancoran Mas yang jaraknya agak jauh. Belum ada kegiatan
masyarakat dalam rangka memperhatikan dan meningkatkan kesehatan remaja.

2
- POLITIK DAN PEMERINTAHAN
Perhatian dari pemerintah pada kesehatan remaja belum tampak, prioritas program
yang ada masih terfokus pada kesehatan balita dan ibu hamil.
- REKREASI
Pemanfatan waktu luang remaja lebih banyak mengobrol dengan temannya. Walaupun
di wilayahnya sudah ada fasilitas untuk olahraga tetapi tidak dimanfaatkan oleh
mereka.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS


Berdasarkan hasil pengkajian, muncul diagnosa keperawatan yang terkait dengan masalah
risiko anemia pada agregat remaja putri. Berikut adalah diagnosa keperawatan beserta
data yang menunjang diagnosa keperawatan yang muncul:

E. Data fokus

No Data subjektif Data objektif

2
- Mengungkapkan kesulitan - menunjukan penolakan terhadap
dalam program perawatan / perbahan status Kesehatan
pengobatan - gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan
- menunjukan upaya peningkatan status
Kesehatan yang minimal
- gagal mencapai pengendalian yang
optimal
- Gagal melakukan Tindakan untuk
mengurangi faktr risiko
- Gagal menerapkan program
perawatan / pengobatan dalam
kehidupan sehari- hari
- Aktifitas hidup sehari- hari tidak
efektif untuk memenuhi tujuan
kesehatan
Survei :
- IMT : 51,2% kurang
- Pengetahuan remaja tentang gizi :
37,2% cukup dan 9,3% masih kurang

- Pola makan
Frekuensi makan: 2,3 % satu kali
Kelengkapan jenis makanan: 67,4%
tidak lengk ap
Kebiasaan sarapan: 25,6% tidak
sarapan pagi

2
Suplemen Fe saat menstruasi: 100%
tidak mengkonsumsi Fe saat
Menstruasi
Makanan yg tidak disukai: 62,8%
sayuran

- Pola penyakit
Gejala yg sering dirasakan: 41,9%
lemah, letih, lesu dan 30,8% pusing

F. Analisa Data 1. Rumusan masalah

No Data Penyebab Masalah


1 Ds: - kurang terpapar informasi Perilaku kesehatan
Do: cenderung beresiko
- menunjukan
penolakan terhadap
perbahan status
Kesehatan
- gagal melakukan
tindakan pencegahan
masalah kesehatan
- menunjukan upaya
peningkatan status
Kesehatan yang
minimal
- gagal mencapai
pengendalian yang
optimal

- IMT : 51,2% kurang


- Pengetahuan remaja
tentang gizi : 37,2%
cukup dan 9,3% masih
kurang

- Pola makan
Frekuensi makan: 2,3
% satu kali
Kelengkapan jenis
makanan: 67,4% tidak
lengkap

2
Kebiasaan sarapan:
25,6% tidak sarapan
pagi
Suplemen Fe saat
menstruasi: 100% tidak
mengkonsumsi Fe saat
Menstruasi Makanan
yg tidak disukai:
62,8% sayuran

- Pola penyakit
Gejala yg sering
dirasakan: 41,9%
lemah, letih, lesu dan
30,8% pusing

2 Ds: komplesitas program Manajemen


- Mengungkapkan perawatan. kesehatan tidak
kesulitan dalam efektif
program perawatan /
pengobatan
Do:
- gagal melakukan
tindakan pencegahan
masalah kesehatan
- menunjukan upaya
peningkatan status
Kesehatan yang
minimal
- gagal mencapai
pengendalian yang
optimal
- Gagal melakukan
Tindakan untuk
mengurangi faktr
risiko
- Gagal menerapkan
program perawatan /
pengobatan dalam
kehidupan sehari- hari
- Aktifitas hidup sehari-
hari tidak efektif

24
untuk memenuhi
tujuan kesehatan

G. Prioritas Masalah

Diagnosa Sifat Kemungkinan Potensial Menonjolnya bobot


keperawatan Masalah masalah dapat di masalah masalah
3,2,1 ubah dapat di 2,1,0
2,1,0 cegah
3,2,1
1. Perilaku 2 2 3 2 9
kesehatan
cenderung
beresiko
berhubungan
dengan
kurang
terpapar
informasi

2. Manajemen 2 2 3 1 8
kesehatan
tidak efektif
berhubungan
dengan
komplesitas
program
perawatan.

H. Prioritas Diagnosa Keperawatan


- Perilaku kesehatan cenderung beresiko berhubungan dengan kurang terpapar informasi
- Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan komplesitas program
perawatan.

25
I. Rencana Tidakan Keperawatan

No Diagnosa Intervensi Keperawatan Sasaran Metode Waktu Tempat


. Keperawatan Tujuan Jangka Pendek Tujuan Jangka SIKI
Panjang
1. Perilaku Setelah dilakukan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan yang siswi Ceramah 20 Smp
kesehatan tindakan keperawatan tindakan dapat dilakukan : dan Maret negeri h.
cenderung selama 1 minggu keperawatan Edukasi perilaku upaya Diskusi 2023 wukirsari
beresiko diharapkan perilaku selama 1 bulan kesehatan.
berhubungan kesehatan meningkat diharapkan Observasi :
dengan kurang dengan kriteria hasil : berkurangnya 1. Identifikasi kesiapan dan
terpapar 1. Kemampuan perilaku beresiko kemampuan menerima
informasi melakukan tindakan terjadinya informasi.
pencegahan masalah penyakit anemia Terapeutik :
kesehatan anemia pada remaja putri 2. Sediakan materi dan media
kalangan remaja putri meningkat. pendidikan kesehatan.
meningkat. 3. Jadwalkan pendidikan
2. Kemampuan kesehatan sesuai dengan
peningkatan Kehatan kesepakatan.
meningkat 4. Berikan kesempatan untuk
3. Pencapaian bertanya.
pengendalian Edukasi :
kesehatan meningkat. 5. Jelaskan penanganan masalah
kesehatan.
6. Anjurkan menggunakan
fasilitas kesehatan.
7. Ajarkan program kesehatan
dalam kehidupan sehari-hari.

26
8. Ajarkan cara pemeliharaan
kesehatan.
2. Manajemen Setelah dilakukan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan yang siswi Ceramah 20 Smp
kesehatan tidak tindakan keperawatan tindakan dapat dilakukan : dan Maret negeri h.
efektif selama 1 minggu keperawatan Edukasi Program Pengobatan Diskusi 2023 wukirsari
berhubungan diharapkan manajemen selama 1 bulan Observasi :
dengan kesehatan keluarga diharapkan 1. Indentifikasi pengetahuan
komplesitas meningkat dengan neningkatnya tentang pengobatan yang
program kriteria hasil : menejemen direkoemdasikan.
perawatan. 1. Kemampuan kesehatan pada 2. Identifikasi pengunaan
menjelaskan masalah remaja putri dan pengobatan tradisional dan
kesehatan yang anemia menurun. kemungkinan efek terhadap
dialami remaja putri pengobatan.
meningkat. Terapeutik :
2. Aktifitas remaja putri 3. Fasilitasi informasi tertulis
mengatasi masalah atau gambaran untuk
kesehatan tepat meningkatkan pemahaman.
meningkat. 4. Berikan dukungan untuk
3. Tindakan untuk menjalani program
mengurangi faktor pengobatan dengan baik dan
resiko penyakit benar
anemia meningkat. 5. Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan pada
pasien selama pengobatan
Edukasi :
6. Jelaskan manfaat dan efek
samping obat

27
7. Jelaskan strategi mengelola
efek samping obat
8. Anjurkan mengkonsumsi obat
sesuai indikasi
9. Ajarkan kemampuan
melakukan pengobatan
mandiri

J. Implementasi

No Diagnosa Hari / Tanggal Kegiatan


1 Perilaku kesehatan cenderung beresiko Senin, 20 maret 2023 1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
informasi Siswi smp negeri H Wukirsari sudah berada di ruangan yang di
siapkan

2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.


Media yang di gunakan leaflet dan diskusi

3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai dengan kesepakatan.


Kegiatan di adakan saat jam kosong

4. Berikan kesempatan untuk bertanya


Siswi sangat berantusias

5. Jelaskan penanganan masalah kesehatan.


Menjelaskan leaflet yang sudah di sediakan

28
6. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan.
Menjelaskan pentingnya pergi ke puskesmas saat sakit

7. Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.


Menjelaskan makanan yang sehat

8. Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan.


Siswi sangat antusias dan banyak bertanya
2 Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif Senin20 maret 2023 1. Indentifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang
berhubungan dengan komplesitas program direkoemdasikan.
perawatan. Mejelaskan dan erekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan
lanjut ke rumah sakit

2. Identifikasi pengunaan pengobatan tradisional dan kemungkinan


efek terhadap pengobatan.
Merekomendasikan makan kurma, kismis, bayam, pisang, daging
merah, kacang hijau, efek samping : mual, muntah , diare, mulut
kering

3. Fasilitasi informasi tertulis atau gambaran untuk meningkatkan


pemahaman.
Menjelaskan mengunakan leaflet

4. Berikan dukungan untuk menjalani program pengobatan dengan


baik dan benar
Memberikan semangat ke pasien

29
5. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien selama
pengobatan.
Menjelaskan ke ibu bapak guru, untuk memberikan infoemasi
kepada keluarga pasien untuk memberikan support.

6. Jelaskan manfaat dan efek samping obat


Efek samping obat : gangguan pencernaan,tidak nafsu makan,
sembelit, feses berwarna gelap,reaksi alergi, gigi bernoda

7. Jelaskan strategi mengelola efek samping obat


Usahakan minum tablet tambah darah Ketika sudah makan, imbangi
minum obat dengan maknan bergizi

8. Anjurkan mengkonsumsi obat sesuai indikasi


Menjelaskan minum obat sesuai anjuran.

9. Ajarkan kemampuan melakukan pengobatan mandiri


Klien akan melakukan pengobatan

30
BAB III
PENUTUP

- Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi
akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga
berkurang. Anemia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu Anemia Megaloblastik, Anemia
Sel Sabit, Anemia Aplastik dan Anemia Defisiensi Besi. Anemia tersebut
diklasifikasikan menurut etiologi dan manifestasi klinik nya. Sedangkan tanda dan
gejala umum anemia adalah Hb yang menurun (<10gr/dL), penurunan berat badan,
badan terasa lemah dan letih, tekanan darah menurun, sering pusing, pengisian
kapilernya lambat dan extremitas teraba dingin. Apabila penyakit ini tidak ditangani
akan menyebabkan komplikasi, yaitu daya konsentrasi dan perkembangan menurun,
dan sepsis.

3
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, A. C., & Bare, B. G. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner
& Suddart. (Agung Waluyo: Penerjemah). Ed. 8. Jakarta: EGC.
1. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. (Brahm U. Pendit: Penerjemah). Ed. 6. Jakarta: EGC.
2. NANDA Internasional. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017, Edisi 10. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai