SMP ANEMIA
Disusun Oleh :
1. Agus Saputra
2. Cindy Septarini
3. Dwi Meitasari
4. Eliza Sumantri
5. Fariz Al Awal
6. Janna Lestari
7. Meirani Kinanti
8. M. Luvfi Ardiansyah
9. Ossy Monalisa
10. Purnama Wulan Sari
11. Septa Fitri
12. Yunita
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya, makalah ini dapat
terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Makalah ini adalah tugas kelompok dalam mata kuliah
Keperawatan Komunitas. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada para pihak yang telah
membantu kelancaran tugas ini, terutama dosen Keperawatan Komunitas yang telah memberi
banyak pengarahan serta ilmu kepada kami para mahasiswa.
Semoga makalah yang saya buat ini, bermanfaat bagi pembaca. Saya juga mengharapkan
kritik dan saran, supaya tugas selanjutnya dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya dan
sesungguhnya semua itu bersifat membangun.
Terima kasih.
Penulis
1
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kelompok Remaja yaitu penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Data demografi
menunjukkan bahwa remaja secara keseluruhan merupakan populasi terbesar, sekitar
seperlima penduduk di dunia adalah remaja dan sekitar 900 juta berada di Negara
berkembang, bahkan di wilayah Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60% dari
penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja (Soetjiningsih, 2004), sedangkan di
Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja sekitar 22% yang terdiri
dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Nancy, 2002).
Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dalam berbagai hal, baik mental, emosional,
social dan fisik. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja menyebabkan
perubahan dalam perilaku konsumsi. Remaja yang masih dalam proses mencari identitas
diri, seringkali mudah tergiur oleh modernisasi dan teknologi. Hal ini karena remaja
paling cepat dan efektif dalam penyerapan gaya hidup konsumtif, baik dalam kebutuhan
primer maupun sekunder (Suharto).
Salah satu masalah yang sering ditemukan pada remaja, terutama remaja putri adalah
anemia defisiensi Fe. Hal ini sebagai akibat bahwa remaja putri setiap bulan mengalami
haid yang tidak diimbangi dengan asupan gizi yang cukup. Anemia akan mengakibatkan
sel-sel tuubuh kekurangan oksigen yang mengakibatkan fungsi jaringan/organ tidak
optimal termasuk otak (Guyton, 1999).
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 anemia 57,1 % terjadi
pada kelompok 10-14 tahun dan 48 % pada kelompok 15-44 tahun (termasuk remaja). Di
Jawa Barat dijelaskan bahwa prevalensi anemia gizi 71,5 % terjadi pada wanita hamil,
69,5 % pada balita, sedangkan pada remaja sekitar 30 40 % (Dinkes Jabar, 2004). Di
Kota Depok dilaporkan bahwa dari sepuluh kelompok penyakit yang ditemukan di
sekolah se Kota Depok pada SLTA/MA, anemia merupakan penyakit tertinggi (44,5 %)
namun demikian masalah ini belum ditangani mengingat program penanganan masalah
gizi masih terfokus pada bayi, balita dan ibu hamil.
Kualitas remaja sebagai generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang dilakukan
agar masa remaja dapat dilewati dengan baik. Pemahaman yang baik tentang remaja baik
dalam upaya pencegahan maupun dalam upaya penanggulangan menjadi sangat penting
untuk remaja sendiri, keluarga dan masyarakat termasuk para ahli yang mencurahkan
perhatiannya terhadap remaja (Soetjiningsih, 2004). Perhatian pada kelompok umur ini
sangat penting karena kualitas generasi penerus ditentukan oleh berbagai upaya yang
dilakukan agar masa remaja dapat dilewati dengan baik (Marhaeni, 2004).
Keperawatan komunitas sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki
peranan strategis dalam meningkatkan partisipasi masyarakat khususnya remaja dalam
melaksanakan upaya-upaya kesehatan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.
Upaya-upaya kesehatan dalam keperawatan komunitas lebih difokuskan pada aspek
promotif dan preventif untuk meningkatkan kemandirian remaja dalam memelihara
kesehatannya. Keperawatan komunitas memperlakukan agregat remaja sebagai mitra
kerja dalam berbagai upaya yang menunjang kesehatan, oleh karena itu pelayanan
keperawatan komunitas dikelola berdasarkan sumber-sumber yang ada di masyarakat.
Model yang akan dikembangkan dalam asuhan keperawatan komunitas pada aggregat
lanjut usia dengan penyakit gastritis adalah model Community as Partner. Model ini
berfokus pada filosofi primary health care yang menjadi landasannya. Model community
as partner model didasarkan pada pendekatan secara total untuk melihat suatu masalah
dan model ini mendemonstrasikan persamaan hubungan perawat dengan kelompok.
Dalam model community as partner ada dua faktor sentral yang menjadi fokus yaitu
pertama, fokus pada komunitas sebagai mitra (ditandai dengan roda pengkajian komunitas
di bagian atas dan menyatunya masyarakat sebagai intinya; dan kedua, penerapan proses
keperawatan dalam penanggulangan masalah yang ada di komunitas.
4
Melihat fenomena diatas, maka upaya mengatasi masalah kesehatan remaja khususnya
masalah anemia diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat dengan baik. Depkes RI
(2002) mengemukakan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan upaya memfasilitasi
agar masyarakat mengenal masalah yang dihadapi, merencanakan dan melakukan upaya
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat. Upaya kesehatan dengan
memberdayakan masyarakat merupakan ciri pelayan keperwatan komunitas, khususnya
dalam rangka mewujudkan remaja yang sehat, bebas anemia, memiliki kapasitas belajar
yang optimal dan pada akhirnya mereka mandiri.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Memberikan gambaran praktek asuhan keperawatan komunitas pada agregat remaja
putri dengan masalah risiko anemia melalui pendekatan model community as partner
di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
2. Tujuan Khusus :
i. Menguraikan hasil pengkajian pada aggregate remaja putri dengan risiko anemia di
Kelurahan Pancoran Mas Depok.
ii. Merumuskan masalah keperawatan pada aggregat remaja putri dengan risiko
anemia di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
iii. Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada agregat remaja putri dengan
risiko anemia di Kelurahan Pancoran Mas Depok.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP REMAJA
1. Pengertian Remaja
• Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa desa yang
mengalami perkembangan semua aspek/ Fungsi untuk memasuki masa dewasa
(Rumini, 2004 : 13 ).
• Fase remaja adalah merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting,
yang diawali dengan matangnya orga-organ fisik (seksual) sehingga mampu
bereproduksi (Yusuf, 2009 : 184).
2. Penggolongan Remaja
Penggolongan remaja menurut Thornburg (1982) dalam buku (Dariyo, 2004 : 20)
terbagi 3 tahap yaitu:
• Menurut pandangan Gunasa (1991) dalam buku Dariyo, 2004 : 14) bahwa secara
umum ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja :
6
• Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan biasanya disebut
pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu terjadilah perubahan fisik yang
dapat diamati seperti pertambahan tinggi dan berat badan pada remaja atu biasa
disebut “ Pertumbuhan “ dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan
hormonal.
b. Perubahan
• Masa remaja merupakan masa transisi antara mas akanak-akanak dan masa dewasa.
Masa transisi seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan pada situasi yang
membingungkan, disatu pihak ia masih kanak-kanak dan dilain pihak ia harus
bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik itu
sering menyebabkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung, dan kalau tidak
dikontrol bisa menimbulkan kenakalan.
• Kematangan seksual remaja ditandai dnegan keluarnya air mani pertama pada laki-
laki, sedangkan pada remaja wanita mengalami menstruasi pertama.
• Antara remaja putra dan remaja putri kematangan seksual terjadi dalam usia yang
agak berbeda. Spermache terjadi pada usia sekitar 13 tahun, sedangkan untuk
menarche terjadi kira-kira pada usia 11 tahun (Dariyo, 2009 : 20).
c. Status Kesehatan Remaja
• Seorang remaja sering kali mengalami kesulitan dan tidak mampu untuk menghadapi
masalah-masalah perubahan perubahan fisiologis, psikologis maupun psikososial
dengan baik. Adakalanya, bagi remaha yang tidak memperoleh bimbingan dari orang
tua, guru atau pihak yang lebih profesional, maka akan menemui hambatan.
• Depresi.
• Kegemukan (obesitas).
7
B. ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi
akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga
berkurang. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 12)
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah sehat, volume
sel darah, dan/ jumlah hemoglobin. (Keperawatan Medikal Bedah buku 3 edisi 8)
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit dibawah rentang nilai yang
yang berlaku untuk orang sehat. (Behrman E Richard, IKA Nelson; 1680)
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar
hematocrit dibawah normal. Anemia bukan lah penyakit, melainkan merupakan
pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) fungsi tubuh. Anemia tidak merupakan
suatu kesatuan tetapi merupakan akibat dari berbagai proses patologik yang
mendasari. (Smeltzer C Suzanne, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Brunner
dan Suddarth; 935)
2. Klasifikasi
a. Anemia Megaloblastik
Anemia ini disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau asam folat, perubahan
sumsum tulang identik dan perubahan darah perifer terjadi karena vitamin tersebut
esensial untuk sintesis DNA normal.
a. Anemia Aplastik
Anemia aplastik merupakan penyakit yang jarang terjadi yang disebabkan oleh
penurunan atau kerusakan sel induk sumsum tulang belakang, kerusakan pada
lingkungan mikro didalam sumsum tulang, dan penggantian sumsum tulang dengan
lemak.
b. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang terjadi akibat pewarisan gen
hemoglobin sabit (HbS) yang menyebabkan molekul hemoglobin defektif (cacat).
c. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi biasanya terjadi ketika asupan besi dalam diet tidak
mencukupi untuk sintesis hemoglobin, anemia jenis defisiensi besi adalah anemia
3. Etiologi
1. Anemia Defisiensi Besi
- Kehilangan zat besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal
dari saluran cerna, saluran nafas, saluran genitalia wanita dan saluran kemih..
- Faktor nutrisi akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
yang tidak baik..
8
- Kebutuhan zat besi meningkat seperti pada prematurasi, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
- Gangguan absorpsi zat besi seperti gastrektomi dan kolitis kronik.
2. Anemia Megaloblastik
4. Anemia Aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Penyebabnya bisa karena kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi dan toksin.
4. Manifestasi Klinis
Karena system organ yang terkena maka pada anemia dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang luas. Secara umum tanda dan gejala anemia yaitu:
- Hb menurun (< 10g/dl) trombositosis/ trombositopenia, dan pasitopenia
- Penurunan berat badan
- Takikardi, tekanan darah menurun, pengisian kapiler lambat, extremitas dingin,
palpitasi, kulit pucat
9
- Mudah lelah
- Sakit kepala, pusing, kunang-kunang
5. . Patofisiologi
- Anemia Megaloblastik
Asam folat disimpan sebagai senyawa yang disebut sebagai folat. Folat yang disimpan
didalam tubuh jauh lebih kecil dari vitamin B12 dan dengan cepat mengalami deplesi
ketika asupan folat dalam diet tidak memadai (dalam 4 bulan) defisiensi folat terjadi
pada orang yang jarang memakan sayuran segar (tidak dimasak).
- Anemia Sel Sabit
Molekul hemogblobin yang defektif (cacat) akan berbentuk sabit ketika terpajan
dengan oksigen rendah, sel darah merah yang kaku dan panjang ini akan tersangkut
dipembuluh darah kecil dan dapat menyumbat aliran darah ke jaringan tumbuh,
proses sabit menghabiskan beberapa waktu jika eritrosit terpajan kembali dengan
jumlah oksigen yang tidak adekuat.
6. Penatalaksanaan Medis
1. Anemia Aplastik
• Mereka yang berusia kurang dari 60th, sehat, dan menemukan donor kompatibel dapat
disembuhkan dengan transplantasi sumsum tulang (BMT) atau dengan transplantasi
sel induk darah perifer (PBSCT)
• Penyakit ini juga bisa ditangani dengan terapi imunosupresif, yang umumnya
menggunakan kombinasi globulin antitimosit (ATG) dan siklosporin atau androgen.
• Terapi suportif memainkan peran penting dalam penatalaksanaan anemia aplastik.
Setiap agens yang menganggu dihentikan, pasien didukung oleh transfusi paket sel
darah (PRBC) dan trombosit sesuai kebutuhan.
2. Anemia Defisiensi Besi
- Uji specimen feses untuk darah samar/okulta
- Individu berusia 50th atau lebih harus secara periodic melakukan pemeriksaan
kolonoskopi, endoskopi, atau pemeriksaan sinar X pada saluran GI untuk mendeteksi
ulserasi, gastritis, polip, atau kanker.
- Berikan sediaan besi yang telah diresepkan, (Oral, Intramuscular (IM) atau IV)
- Minta pasien melanjutkan penggunaan sediaan besi selama 6 hingga 12 bulan.
3. Anemia Megaloblastik
Penatalaksanaan medis: defisiensi asam folat
- Tingkatkan asupan asam folat dalam diet pasien dan berikan 1 mg asam folat disetiap
hari nya
- Berikan asupan asam folat per IM untuk sindrom malobsorpsi
1
- Resepkan suplemen tambahan sesuai kebutuhan, karena jumlahnya dalam multi
vitamin mungkin tidak adekuat untuk sepenuhnya menggantikan defisiensi cadangan
tubuh.
- Sejumlah kecil dosis vitamin B12 per oral dapat diserap dengan difusi aktif, sekali pun
tidak ada faktor intrinsik, tetapi dosis besar (2mg/hari) diperlukan jika vitamin B12
akan diberikan secara oral.
- Terapi vitamin B12 harus dilanjutkan seumur hidup, untuk mencegah kekambuhan
anemia pernisiosa.
- Resepkan asam folat untuk pasien alkoholisme selama mereka sering mengkonsumsi
alkohol.
4. Anemia Sel Sabit
Terapi anemia sel sabit adalah focus dari riset berkelanjutan. Namun disamping
penatalaksanaan agresif gejala dan komplikasi yang sama-sama penting, baru-baru ini
terdapat beberapa modalitas terapi primes untuk penyakit sel sabit.
- PBSCT: dapat menyembuhkan anemia sel sabit tetapi hanya dapat diterapkan untuk
sebagian kecil pasien karena tidak adanya donor yang kompatibel atau karena
kerusakan organ berat yang mungkin telah dialami oleh pasien adalah kontraindiksi
untuk PBSCT
- Terapi farmakologis
- Terapi transfusi
- Pantau fungsi pulmonal dan hipertensi pulmonal
- Berikan asam folat untuk menyeimbangi kebutuhan sumsum tulang yang meningkat
- Terapi suporatif untuk mencakup penatalaksanaan nyeri
7. Komplikasi
1
8. Kegagalan cangkok sumsum
9. Leukimia mielogen akut berhubungan dengan anemia fanconi.
1
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Penerapan model Commmunity as Partner dalam pengkajian populasi/aggregat remaja dengan
resiko anemia :
1. Inti Komunitas
a. Demografi dan Sejarah
Sejarah terbentuknya komunitas, sejarah tentang riwayat daerah yang
berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja. Jumlah populasi khususnya
remaja dengan karakteristik umurnya dan jenis kelamin.
Metoda yang digunakan dalam mencari data ini adalah literatur review dari laporan
Puskesmas dan Kelurahan.
b. Statistik Penting
Angka kesakitan : meliputi jumlah remaja dengan anemia.
Metoda yang digunakan dalam mencari data ini adalah literatur review dari laporan
Puskesmas.
c. Etnisitas
2. Sub Sistem
a. Lingkungan fisik
Hal-hal yang dikaji meliputi keadaan atau kondisi rumah, kebersihan dan
pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pemenuhan nutrisi, adanya warung
atau toko tempat menjual makanan dan sayuran, adanya peternakan atau kolam ikan
untuk pemenuhan nutrisi. Sumber data dari orangtua dan lingkungan dengan
menggunakan metode Winshild Survey.
1
b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan
1) Fasilitas pelayanan kesehatan baik didalam maupun diluar komuniti:
• Rumah sakit
• Praktik dokter, bidan, perawat
• Puskesmas termasuk program kesehatan yang ada
2) Pelayanan kesehatan khusus bagi remaja ( PKPR ) .
Fasilitas pelayanan social baik didalam maupun diluar communiti :
Catatan :
Dari kedua tempat pelayanan tersebut , aspek – aspek / data – data yang perlu
dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1
g. Pendidikan
Sarana pendidikan yang ada di wilayah, kegiatan penyuluhan bagi remaja terkait
masalah anemia. Sumber data dari remaja dan komunitas melalui metode winshield
survey dan kuisioner.
h. Rekreasi
1
B. DATA HASIL SURVEY, DATA INTI
1. Data Demografi
Tabel 1. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Usia di Smp Negeri H wukir sari
13 dan 14
Tabel 2. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Smp negeri
H Wukirsari
NO PEKERJAAN JUMLAH PERSENTASE
1 Wiraswasta 14 32,5%
2 Dagang 4 9,3%
5 Sopir 2 4,7%
7 PNS 1 2,3%
JUMLAH 43 100%
1
2. Pola Nutrisi
Tabel 3. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan IMT (Indek Masa Tubuh) SMP
Negeri H Wukir Sari
1 Kurang 22 51,2%
2 Normal 20 46,5%
3 Lebih 1 2,3%
JUMLAH 43 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023
Analisa : Tabel diatas menunjukkan masih banyak remaja yang memiliki IMT yang
kurang yaitu sebesar (51,2%). Hal ini dapat disebabkan oleh pola makan dan asupan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Kekurangan asupan makanan (zat
gizi) ini dapat menyebabkan meningkatnya risiko anemia pada remaja.
1 Baik 23 53,4%
2 Cukup 16 37,2%
3 Kurang 4 9,3%
JUMLAH 43 100%
1
Tabel 5. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Frekuensi Makan di SMp Negeri
H Wukir sari
NO FREKWENSI MAKAN JUMLAH PERSENTASE
4 Empat kali 3 7%
JUMLAH 43 100%
1 Lengkap 14 32,6%
JUMLAH 43 100%
1 Sarapan 32 74,4%
JUMLAH 43 100%
1
Tabel 8. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Alasan Tidak Sarapan Pagi
NO ALASAN JUMLAH PERSENTASE
2 Malas 5 45,5%
JUMLAH 11 100%
1 Daging 14 32,6%
2 Sayuran 27 62,8%
3 Buah-buahan 2 4,7%
JUMLAH 43 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023
Analisa : Tabel diatas menunjukkan sebagian besar remaja tidak menyukai sayuran
(62,8%). Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya anemia pada remaja, karena
kurangnya asupan nutrisi khususnya zat besi yang banyak terkandung dalam sayuran.
1
3. Pola Penyakit
Tabel 10. Distribusi Frekwensi Remaja Berdasarkan Riwayat Pernah Sakit (6 Bulan
Terakhir)
1 Ya 13 30,2%
2 Tidak 30 69,8%
JUMLAH 43 100%
2 Typoid 2 15,4%
3 Pusing 4 30,8%
4 Demam 2 15,4%
JUMLAH 13 100%
JUMLAH 43 100%
2
Analisa : Tabel diatas memberikan gambaran bahwa banyak remaja yang telah
menunjukkan salah satu tanda anemia sebesar (41,9%). Hal ini meningkatkan resiko
terjadinya anemia pada remaja sehingga memerlukan perhatian untuk segera ditangani.
1 Ya 0
2 Tidak 43 100%
JUMLAH 43 100%
Sumber : Survey Mahasiswa Tahun 2023
Analisa : Tabel diatas menunjukkan bahwa semua remaja tidak mengkonsumsi Fe saat
menstruasi. Suplemen Fe ini penting untuk dikonsumsi untuk meningkatkan kadar Hb
dalam darah sebagai pengganti yang keluar pada saat menstruasi, apabila tidak dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya anemia pada remaja.
C. DATA SUBSISTEM
- LINGKUNGAN FISIK
Lingkungan perkampungan dekat dengan stasiun dengan dataran tinggi dan rendah
dengan jalan setapak yang terbuat dari semen. Lingkungan masih ada tanah lapang
dan pekarangan, sawah dan pemancingan. Tampak wilayah ada sumber yang bisa
dimanfaatkan untuk pemenuhan gizi masyarakat jika fungsinya dioptimalkan.
Wilayah kelurahan Pancoran Mas perkampungan yang tidak padat penduduk dengan
bentuk rumah petak dengan kondisi ventilasi yang kurang. Daerah terbuka terdapat
tempat olah raga sepak bola mini/bola voli dan terdapat empang yang tidak
dimanfaatkan serta didapatkan area hijau.
- TRANSPORTASI
Transportasi yang digunakan dalam wilayah kelurahan Pancoran Mas dengan
menggunakan ojek/motor, becak dan kendaran umum, sedangkan untuk tujuan keluar
daerah dapat dengan mudah dijangkau karena dekat dengan stasiun kereta dan
terminal.
2
- POLITIK DAN PEMERINTAHAN
Perhatian dari pemerintah pada kesehatan remaja belum tampak, prioritas program
yang ada masih terfokus pada kesehatan balita dan ibu hamil.
- REKREASI
Pemanfatan waktu luang remaja lebih banyak mengobrol dengan temannya. Walaupun
di wilayahnya sudah ada fasilitas untuk olahraga tetapi tidak dimanfaatkan oleh
mereka.
E. Data fokus
2
- Mengungkapkan kesulitan - menunjukan penolakan terhadap
dalam program perawatan / perbahan status Kesehatan
pengobatan - gagal melakukan tindakan
pencegahan masalah kesehatan
- menunjukan upaya peningkatan status
Kesehatan yang minimal
- gagal mencapai pengendalian yang
optimal
- Gagal melakukan Tindakan untuk
mengurangi faktr risiko
- Gagal menerapkan program
perawatan / pengobatan dalam
kehidupan sehari- hari
- Aktifitas hidup sehari- hari tidak
efektif untuk memenuhi tujuan
kesehatan
Survei :
- IMT : 51,2% kurang
- Pengetahuan remaja tentang gizi :
37,2% cukup dan 9,3% masih kurang
- Pola makan
Frekuensi makan: 2,3 % satu kali
Kelengkapan jenis makanan: 67,4%
tidak lengk ap
Kebiasaan sarapan: 25,6% tidak
sarapan pagi
2
Suplemen Fe saat menstruasi: 100%
tidak mengkonsumsi Fe saat
Menstruasi
Makanan yg tidak disukai: 62,8%
sayuran
- Pola penyakit
Gejala yg sering dirasakan: 41,9%
lemah, letih, lesu dan 30,8% pusing
- Pola makan
Frekuensi makan: 2,3
% satu kali
Kelengkapan jenis
makanan: 67,4% tidak
lengkap
2
Kebiasaan sarapan:
25,6% tidak sarapan
pagi
Suplemen Fe saat
menstruasi: 100% tidak
mengkonsumsi Fe saat
Menstruasi Makanan
yg tidak disukai:
62,8% sayuran
- Pola penyakit
Gejala yg sering
dirasakan: 41,9%
lemah, letih, lesu dan
30,8% pusing
24
untuk memenuhi
tujuan kesehatan
G. Prioritas Masalah
2. Manajemen 2 2 3 1 8
kesehatan
tidak efektif
berhubungan
dengan
komplesitas
program
perawatan.
25
I. Rencana Tidakan Keperawatan
26
8. Ajarkan cara pemeliharaan
kesehatan.
2. Manajemen Setelah dilakukan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan yang siswi Ceramah 20 Smp
kesehatan tidak tindakan keperawatan tindakan dapat dilakukan : dan Maret negeri h.
efektif selama 1 minggu keperawatan Edukasi Program Pengobatan Diskusi 2023 wukirsari
berhubungan diharapkan manajemen selama 1 bulan Observasi :
dengan kesehatan keluarga diharapkan 1. Indentifikasi pengetahuan
komplesitas meningkat dengan neningkatnya tentang pengobatan yang
program kriteria hasil : menejemen direkoemdasikan.
perawatan. 1. Kemampuan kesehatan pada 2. Identifikasi pengunaan
menjelaskan masalah remaja putri dan pengobatan tradisional dan
kesehatan yang anemia menurun. kemungkinan efek terhadap
dialami remaja putri pengobatan.
meningkat. Terapeutik :
2. Aktifitas remaja putri 3. Fasilitasi informasi tertulis
mengatasi masalah atau gambaran untuk
kesehatan tepat meningkatkan pemahaman.
meningkat. 4. Berikan dukungan untuk
3. Tindakan untuk menjalani program
mengurangi faktor pengobatan dengan baik dan
resiko penyakit benar
anemia meningkat. 5. Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan pada
pasien selama pengobatan
Edukasi :
6. Jelaskan manfaat dan efek
samping obat
27
7. Jelaskan strategi mengelola
efek samping obat
8. Anjurkan mengkonsumsi obat
sesuai indikasi
9. Ajarkan kemampuan
melakukan pengobatan
mandiri
J. Implementasi
28
6. Anjurkan menggunakan fasilitas kesehatan.
Menjelaskan pentingnya pergi ke puskesmas saat sakit
29
5. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada pasien selama
pengobatan.
Menjelaskan ke ibu bapak guru, untuk memberikan infoemasi
kepada keluarga pasien untuk memberikan support.
30
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Anemia adalah suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia
merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal didalam sirkulasi
akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga
berkurang. Anemia diklasifikasikan menjadi 4 yaitu Anemia Megaloblastik, Anemia
Sel Sabit, Anemia Aplastik dan Anemia Defisiensi Besi. Anemia tersebut
diklasifikasikan menurut etiologi dan manifestasi klinik nya. Sedangkan tanda dan
gejala umum anemia adalah Hb yang menurun (<10gr/dL), penurunan berat badan,
badan terasa lemah dan letih, tekanan darah menurun, sering pusing, pengisian
kapilernya lambat dan extremitas teraba dingin. Apabila penyakit ini tidak ditangani
akan menyebabkan komplikasi, yaitu daya konsentrasi dan perkembangan menurun,
dan sepsis.
3
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, A. C., & Bare, B. G. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner
& Suddart. (Agung Waluyo: Penerjemah). Ed. 8. Jakarta: EGC.
1. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit. (Brahm U. Pendit: Penerjemah). Ed. 6. Jakarta: EGC.
2. NANDA Internasional. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017, Edisi 10. Jakarta: EGC