Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

KEHAMILAN REMAJA

Oleh:
Cokorda Gede Bagus Pradnyana Sanjaya, S.Ked
NPM: 16710021

Dokter Pembimbing:
dr. Hytriawan Posma Putra, Sp. OG.

SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD Dr. MOHAMMAD SALEH PROBOLINGGO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Referat

KEHAMILAN REMAJA

Oleh:

Cokorda Gede Bagus Pradnyana Sanjaya, S.Ked


16710021

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Mengetahui:
Dokter Pembimbing

dr. Hytriawan Posma Putra, Sp. OG.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan Judul: Kehamilan
Remaja. Referat ini penulis susun sebagai salah satu tugas kepanitraan klinik di
SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Mohammad Saleh Probolinggo.
Selama menyelesaikan referat ini, penulis telah banyak menerima
bimbingan, pengarahan, dan saran, serta berbagai fasilitas yang membantu hingga
akhir dari penulisan ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Hytriawan Posma Putra, Sp. OG., selaku pembimbing SMF Ilmu
Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Mohammad Saleh Probolinggo
yang memberi bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian referat
ini.
2. Seluruh staf dan karyawan di bagian SMF Ilmu Obstetri dan
Ginekologi RSUD Dr. Mohammad Saleh Probolinggo yang
membantu hingga terselesaikannya referat ini.
3. Rekan-rekan dokter muda yang telah membantu dalam memberikan
masukan hingga referat ini terselesaikan dengan baik.

Referat ini jauh dari sempurna sehingga penulis masih mengharapkan


saran dan kritik untuk menyempurnakan tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.

Probolinggo, Mei 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Judul ................................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

BAB II Tinjauan Pustaka


2.1 Sistem Reproduksi Wanita .................................................. 3
2.1.1 Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi ...................... 3
2.1.2 Proses Pembuahan ...................................................... 5
2.1.3 Fisiologi Kehamilan.................................................... 6
2.2 Remaja ................................................................................. 9
2.2.1 Definisi ....................................................................... 9
2.2.2 Batasan Remaja .......................................................... 9
2.3 Kehamilan Remaja............................................................... 10
2.3.1 Definisi ....................................................................... 10
2.3.2 Epidemiologi............................................................... 10
2.3.3 Faktor Penyebab ......................................................... 12
2.3.4 Risko Kehamilan pada Remaja ................................... 13
2.3.5 Metode Persalinan pada Kehamilan Remaja .............. 19
2.3.6 Strategi Mengurangi Kehamilan Remaja .................... 20

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang
punggung penerus generasi di masa mendatang. Besarnya jumlah penduduk usia
remaja ini adalah merupakan peluang dan bukan menjadi masalah bagi
pemerintah. Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik,
psikis maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini
adalah perpaduan antara perkembangan usia psikologis dan usia biologis sehingga
sangat dipengaruhi multifaktor yang terjadi di berbagai bidang dalam masyarakat.
Perubahan yang terjadi tersebut, baik karena faktor ekonomi, pendidikan, politik,
budaya dan terlebih lagi faktor perubahan sosial yang sangat mempengaruhi
perilaku remaja (Arma, 2007).
Masalah yang berkaitan dengan perilaku dan reproduksi remaja seperti
bertambahnya kasus penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS, kematian ibu
muda yang masih sangat tinggi, merebaknya praktek aborsi karena kehamilan
yang tidak diinginkan dan kecenderungan remaja masa kini untuk melakukan
hubungan seksual sebelum nikah (Arma, 2007).
Penelitian-penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya
menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses
perubahan. Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya
hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh berbagai
institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa 5-
10 % wanita dan 18-30 % pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan
hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka. Selanjutnya
hasil dari penelitian mengenai kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi di 12
kota di Indonesia pada tahun 1993, menunjukkan bahwa pemahaman mereka akan
seksualitas sangat terbatas. Temuan dari berbagai penelitian tersebut
menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak
diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan

1
reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat
kontrasepsi (Tanjung dkk, 2003).
Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan kehamilan remaja sebagai
"Kehamilan dari seorang gadis yang berusia 10-19 tahun", usia yang didefinisikan
sebagai usianya saat bayi lahir. Seringkali istilah "Teen Pregnancy" dan
"Adolescent Pregnancy" digunakan sebagai sinonim. Menurut UNICEF, seluruh
dunia setiap tanggal 5 anak lahir dari ibu remaja. Seluruh dunia 13 juta kelahiran
masing-masing tahun terjadi pada anak perempuan di bawah 19 tahun. Kejadian
kehamilan remaja bervariasi secara dramatis antara negara lain (WHO, 2004).
Sekitar 90% kelahiran remaja terjadi di negara berkembang. Meski begitu,
disana juga ada variasi yang signifikan dalam kehamilan remaja dan tingkat
kelahiran antara negara maju, meskipun kehamilan remaja dan tingkat kelahiran
negara maju secara signifikan lebih rendah daripada negara berkembang (Yasmin
et al, 2014).
Kehamilan remaja dianggap bermasalah karena komplikasi kehamilan dan
persalinan adalah penyebab utama kematian pada remaja putri antara 15 dan 19
tahun di negara berkembang. Diperkirakan itu 70.000 remaja putri meninggal
setiap tahunnya karena mereka hamil sebelum mereka cukup dewasa secara fisik
(Yasmin et al, 2014).
Upaya dalam mendidik para kaum muda menjadi sangat penting karena
pada intinya, memberdayakan generasi muda untuk melindungi diri mereka
adalah langkah pertama untuk mengendalikan masalah mereka. Rendahnya
pendidikan dan pegetahuan tentang kesehatan reproduksi kurangnya informasi
yang membahas khusus tentang kesehatan reproduksi remaja, status ekonomi dan
sosial bidaya menjadi masalah yang sampai saat ini mendukung tingginya angka
kejadian penyakit ini (Gultom, 2014).
Untuk itu penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai kehamilan
remaja yang menjadi penyumbang terbesar kematian remaja putri di Indonesia
bahkan di dunia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Reproduksi Wanita


Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang
penting meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan esensial bagi kehidupan
sesorang. Pada manusia, reproduksi berlangsung secara seksual.

2.1.1 Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi


A. Alat Genitalia Eksterna

Gambar 2.1: Genitalia Eksternal Wanita

1. Labia mayora (bibir besar)


Labia mayora terdiri dari bagian kanan dan kiri. Lapisan lemak
lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang dan banyak
mengandung pleksus vena. Pertemuan kedua labia mayora
membentuk komisura posterior. Labia mayora homolog embriologik
dengan skrotum pada pria.
2. Labia minora (bibir kecil)
Labia minora merupakan suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam
labia mayora. Kedua lipatan kiri dan kanan bertemu di atas preputium
klitoridis dan di bawah klitoris. Bagian belakang kedua lipatan setelah

3
mengelilingi orificium vagina bersatu disebut fouchet. Labia minora
banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
3. Mons veneris
Mons veneris adalah bagian yang menonjol di bagian simpisis pubis
dan terdiri dari jaringan lemak. Mons veneris akan ditumbuhi rambut
pubis pada masa pubertas. Hal ini, merupakan tanda pubertas
sekunder. Fungsi dari rambut pubis selain sebagai estetika juga dapat
mencegah terjadinya infeksi.
4. Klitoris
Klitoris adalah organ kecil yang terletak di atas labia minora. Klitoris
identik dengan penis pada pria. Klitoris banyak dialiri pembuluh darah
dan urat syaraf, sehingga klitoris merupakan daerah yang sangat
sensitif terhadap rangsangan seksual.
5. Orificium urethrae
Muara dari saluran kencing yang terleak di bawah klitoris.
6. Himen sering disebut sebagai selaput dara.
7. Kelenjar reproduksi
Sama halnya seperti pria, wanita juga memiliki beberapa kelenjar
reproduksi, di antaranya adalah kelenjar vestibulari mayor dan minor
serta parauretralis.

B. Alat Genitalia Interna

Gambar 2.2: Genitalia Interna Wanita

4
1. Ovarium (Indung Telur)
Ovarium adalah sepasang organ berbentuk oval yang terletak di rongga
perut. Ovarium memiliki struktur berbentuk bulatan-bulatan yang
disebut folikel. Tiap folikel mengandung sel telur (oosit) yang berada
pada lapisan tepi ovarium. Fungsinya adalah memproduksi telur matang
untuk pembuahan dan produksi hormon steroid dalam jumlah besar.
2. Oviduk (Tuba Fallopi)
Oviduk merupakan saluran penghubung antara ovarium dan rahim
(uterus). Di ujungnya terdapat fimbria yang menyerupai jari-jari untuk
menangkap telur yang matang. Oviduk ini berfungsi untuk membawa
sperma dan telur ke tempat terjadinya pembuahan, yaitu ampula tuba.
3. Rahim (Uterus)
Rahim pada wanita hanya ada satu dan tersusun atas otot yang tebal.
Rahim bagian bawah memiliki ukuran yang lebih kecil dan biasa disebut
sebagai leher rahim (cervix). Bagian yang besar dari uterus disebut
dengan corpus uteri. Terdapat tiga lapsan utama uterus, yaitu
perimetrium, miometrium, dan endometrium. Endometrium merupakan
lapisan yang akan mengalami penebalan dan pengelupasan apabila tidak
ada pembuahan. Fungsi utamanya adalah tempat menunjang
pertumbuhan dan perkembangan janin.
4. Vagina
Vagina merupakan alat kelamin wanita yang menghubungkan alat
kelamin luar dengan rahim. Vagina terdiri atas otot yang membujur ke
arah belakang. Dinding vagina banyak memiliki lipatan meskipun lebih
tipis dari rahim. Selain itu, lendir yang dihasilkan dari dindingnya
berfungsi mempermudah persalinan. Fungsi vagina adalah menahan
penis saat berhubungan seksual dan menyimpan semen sementara.

2.1.2 Proses Pembuahan


Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi di
daerah ampulla tuba fallopii. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke

5
rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini
disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat
membuahi oosit, mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom
(Sadler, 2000).
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi
wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama wakt u ini, suatu
selubung dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen dibuang dari
selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma
yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi
akrosom (Sadler, 2000).

Gambar 2.3: Proses pembuahan (fertilisasi)


Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi
oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa
tripsin (Sadler, 2000).

2.1.3 Fisiologi Kehamilan


Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan merupakan mata rantai yang
berkesinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi
dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami
perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan

6
pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan
hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan
perubahan pada:
1. Rahim atau uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir
kehamilan volumetotalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20
liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Sarwono, 2014).
2. Vagina (liang senggama)
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hype remia terlihat jelas
pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan
terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel
baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteumyang dapat ditemukan di
ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal
kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone
dalam jumlah yang relative minimal (Sarwono, 2014).
4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu estrogen,
progesterone, dan somatromatropin (Sarwono, 2014).
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retro-plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.

7
Akibat dari faktor tesebut dijumpai perubahan peredaran darah, yaitu:
1. Volume darah
Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar
dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah
(hemodilusi). Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30%
sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.
2. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak
seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi
yang disertai anemia fisiologis.
3. Sistem respirasi
Perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi kebutuhan O2.
Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang
membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya
desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan
bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya.
4. Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen.
5. Traktur urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih.
6. Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum.
7. Metabolisme
Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 Kg.
Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya.

8
2.2 Remaja
2.2.1 Definisi
Menurut Sarwono (2014) remaja atau adolesen adalah masa peralihan dari
pubertas ke dewasa, yaitu pada umur 11-19/20 tahun. Pada masa ini mulai
terbentuk perasaan identitas individu, pencapaian emansipasi dalam keluarga, dan
usahannya untuk mendapatkan kepercayaan dari ayah dan ibu. Pada masa
peralihan tersebut, inidividu lebih matang secara fisiologik dan kadang-kadang
psikologik.
Sedangkan menurut Soetjiningsih, (2004). Masa remaja adalah suatu tahap
dengan perubahan yang cepat dan penuh tantangan yang sulit. Berbagai tantangan
yang sulit. Berbagai tantangan ini kadang-kadang sulit diatasi sebab secara fisik
sudah dewasa namun secara psikologis belum tentu. Kejadian serupa tidak jarang
terjadi diberbagai Negara termasuk di Indonesia.

2.2.2 Batasan Remaja


Sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-20 tahun dan
belum menikah untuk remaja indonesia dengan pertimbangan (Sarwono, 2014).
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan
remaja, meliputi:
A. Remaja awal 11-13 tahun (Early Adolescent)
Remaja pada tahap ini mengalami kebingungan akan perubahan perubahan
yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang
menyertai perubahan-perubahan itu.
B. Remaja madya atau pertengahan 14-16 tahun (Middle Adolescent )
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ada kecenderungan
narcistic, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman
yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu mereka
masih mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan.
C. Remaja akhir 17-20 tahun (Late Adolescent)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal: minat yang makin mantap terhadap fungsi-
fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang

9
lain dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang
tidak akan berubah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada
diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dan orang lain dan tumbuh dinding yang memisahkan diri dan
pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

2.3 Kehamilan Remaja


2.3.1 Definisi
Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia remaja,
dimana kehamilan terjadi pada usia ibu kurang dari 20 tahun (Depkes RI, 2007).
Istilah "adolesen" sering digunakan secara sinonim dengan "remaja".
Dalam pengertian ini "kehamilan remaja" berarti kehamilan pada wanita berusia
10-19 tahun. Pada kebanyakan statistik, usia wanita didefinisikan sebagai usia
dirinya pada saat lahir (WHO, 2004).

2.3.2 Epidemiologi
Kejadian kehamilan remaja dan kelahiran remaja banyak berbeda. Bagi
kebanyakan negara angka yang sebanding tersedia pada tingkat kelahiran di
kalangan remaja berusia 15-19 tahun. Di beberapa negara angka untuk angka
kehamilan juga diketahui. Tingkat kelahiran remaja tertinggi terjadi di sub-Sahara
Afrika, dan di beberapa negara di Asia Selatan dan Amerika Latin dengan tingkat
kelahiran rata-rata kelahiran per 1000 wanita 15-19 tahun adalah 143. Angka
menengah ditemukan di Timur Tengah dan Afrika Utara, di Amerika Serikat dan
Eropa Timur. Di negara maju kejadian kehamilan remaja yang tertinggi, aborsi
dan kelahiran dicatat di AS yakni pertengahan 1990-an di antara remaja (15-19
tahun) tingkat kehamilan adalah 83,6; Tingkat aborsi 29.2; dan Tingkat kelahiran
54,4, dengan kecenderungan untuk menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Angka yang sedikit lebih rendah diperoleh di Kanada, Australia. Negara lain di
Eropa Barat dan Utara, seperti negara-negara Skandinavia dan Indonesia (rata-
rata kelahiran per 1000 wanita 15-19 tahun adalah 58). Belanda, memiliki tingkat
kehamilan dan kelahiran yang rendah (WHO, 2004).

10
Tabel 2.1: Demografi profil kehamilan remaja di Indonesia (UNFPA, 2013)

Gambar 2.3: Angka kejadian kelahiran remaja di Indonesia (per 1000 perempuan
usia 15-19 tahun) (UNFPA, 2013)

Di Indonesia, kehamilan remaja menduduki 11,38% dari seluruh ibu yang


melahirkan di rumah-rumah sakit pendidikan di seluruh Indonesia. 73%
kehamilan remaja di luar perkawinan. Berdasarkan hasil SDKI 2007, rata-rata
usia kawin pertama dari perempuan umur 2529 tahun di Indonesia adalah 19,8
tahun. Data survei kesehatan ibu dan anak tahun 2000 menunjukkan median umur
kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun, sebanyak 46% perempuan
mengalami kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun dan persalinan pertama
wanita Indonesia adalah 20,4 tahun (Fiatin dkk, 2011).

11
2.3.3 Faktor Penyebab
Sejumlah faktor yang dianggap dapat mempengaruhi/turut berperan dalam
kehamilan remaja yaitu : (Sampoerno dkk, 1987)
A. Faktor Individu
1. Faktor somatik, psikologis, sosial dan seksual. Makin cepat
perkembangannya aktivitas seksual sampai dengan perkawinan dan
kehamilan.
2. Tingkat Pendidikan. Makin rendah tingkat pendidikan makin mendorong
cepatnya perkawinan dan kehamilan remaja.
3. Sikap patuh dan taat terhadap orang tua serta tidak ingin mengecewakan
atau justru oleh karena ingin cepat keluar dari lingkungan orang tua atau
ingin melepaskan diri dari lingkungan rumah.
4. Masalah sosial dan ekonomi. Sebagian jalan keluar masalah sosial
ekonomi, untuk mengurangi beban hidup keluarga, untuk meningkatkan
status ekonomi atau sebagai perkawinan tradisi budaya. Tidak jarang
ditemukan perkawinan pada remaja yang masih sangat muda usia.
B. Faktor Keluarga
Peranan orang tua di dalam menentukan perkawinan anak-anaknya.
1. Sosial ekonomi keluarga. Oleh karena beban ekonomi, orang tua dapat
mempunyai dorongan segera mengawinkan anak gadisnya. Terdapat dua
keuntungan, pertama tanggung jawab ekonomi akan berkurang, kedua
dengan perkawinan akan diperoleh tenaga kerja tambahan yaitu menantu.
2. Tingkat pendidikan keluarga. Makin rendah pendidikan keluarga makin
sering ditemukan perkawinan dan kehamilan remaja. Hal ini berkaitan
dengan pemahaman berkeluarga yang masih bersifat sederhana.
3. Kepercayaan dan adat istiadat dalam keluarga. Untuk meningkatkan status
sosial keluarga, mempererat hubungan antar keluarga dan untuk menjaga
garis keturunan keluarga.
4. Kemampuan keluarga menghadapi masalah remaja. Bila tidak ada
alternatif lain, keluarga akan mengawinkan anak gadisnya lebih awal
daripada terperosok ke dalam perbuatan maksiat yang mencoreng nama
baik keluarga.

12
C. Faktor Lingkungan
1. Adat istiadat. Pada beberapa daerah di Indonesia mempunyai anggapan
bila anak gadisnya yang telah dewasa belum berkeluarga dipandang
sebagai aib keluarga. Akhirnya mendorong terjadinya perkawinan dan
kehamilan remaja.
2. Pandangan dan kepercayaan. Pandangan dan atau kepercayaan yang salah
yang menganggap bahwa kedewasaan seseorang dimulai dari status
perkawinan dan juga kepercayaan agama tentang akil baliq yang
disalahtafsirkan.
3. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan. Pemuka daerah yang
menyalahgunakan wewenang untuk mengawini anak gadis orang.
4. Tingkat pendidikan masyarakat.
5. Tingkat sosial ekonomi masyarakat.
6. Tingkat kesehatan penduduk. Jika tingkat kesehatan belum memuaskan,
sehingga angka kematian tinggi, maka sering dijumpai perkawinan usia
remaja.
7. Perubahan nilai. Perubahan nilai tradisional sehingga terjadi hubungan
seksual darn kehamilan di luar nikah, mendorong terjadinya perkawinan
usia muda.
8. Peraturan perundang-undangan. Peranan peraturan perundang-undangan
yang membenarkan perkawinan usia muda cukup besar. Juga aparat
penyelenggaraannya apabila tidak patuh pada ketentuan, dapat mendorong
makin tingginya perkawinan usia remaja.

2.3.4 Risko Kehamilan pada Remaja


Menurut Depkes RI (2005) risiko kehamilan pada usia dini adalah rahim
dan panggul belum mencapai ukuran dewasa ditinjau dari segi gizi kehamilan
pada remaja merupakan hal yang berisiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja
yang hamil ini berkompetisi antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin. Beragam risiko terjadinya anemia, bayi prematur, bayi berat
lahir rendah, kematian bayi dan penyakit menular seksual meningkat pada remaja
yang hamil sebelum usia 16 tahun.

13
Mathur Greene, dan Malhotra (2003) juga mengemukakan sejumlah
risiko/konsekuensi negatif yang mengakibatkan remaja terutama remaja putri
yang menjadi fokus penelitian serta lingkungan di sekitarnya.
A. Akibatnya dengan kesehatan (Health and related outcomes)
1. Belum matangnya organ reproduksi
Selama pubertas tulang dan organ reproduksi mengalami perkembangan.
rasio atau perbandingan organ kandungan wanita muda antara corpus ke
isthmus dan cervix belumlah sempurna. Corpus uterus (kandungan) ibu
muda lebih kecil karena proses pertumbuhan uterus itu sendiri masih
berlangsung dan belum sempurna, Rasio corpus dan cervix hanya 1:1,
sedangkan pada wanita dewasa perbandingannya adalah 2:1. Organ
reproduksi yang immature ini menjelaskan mengapa kehamilan muda
memiliki risiko bagi kesehatan ibu dan bayinya, selain itu banyak para
remaja putri terutama di Indonesia memiliki postur tubuh yang kecil,
menyebabkan kesulitan saat persalinan, keadaan ini dikenal sebagai
Cephalo pelvic disproporsi (Disproporsi kepala panggul) sangat mungkin
terjadi.
2. Abortus
Wanita dalam usia dini dengan belum matangnya alat reproduksi,
mengalami kejadian abortus. Dibuktikan dengan terjadinya abortus sering
terjadi pada waita yang belum matang secara emosional, dan sangat
menguatirkan risiko kehamilan. Dalam hal tersebut peranan dokter dalam
menyelamatkan kehamilan sangat penting. Usaha-uasah dokter untuk
mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu sangat
membantu.
3. Hyperemesis gravidarum
Ibu hamil yang mengalami muntahmuntah terus (hyperemisis
gravidarum), keadaan disebabkan oleh karena kurang mampunya tubuh
beradaptasi akan kadar hormon yang meningkat karena adanya janin
dalam kandungan, muntah yang terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan syok karena kurangnya cairan dalam tubuh ibu.

14
4. Anemia
Ditandai dengan pucat, lesu, lemah, pusing dan sering sakit, pemeriksaan
Hb kurang dari 8 gram %. Penyebabya biasanya karena defisiensi nutrisi
(zat besi dan asam folat) dan atau penyakit infeksi (kebanyakan malaria).
Anemia atau kurang darah merupakan salah satu penyebab utama
kematian ibu. Ibu hamil yang anemia tidak dapat memenuhi kebutuhan
tubuh ibu dan janin akan nutrisi dan oksigen yang dibawa dalam darah,
sehingga pertumbuhan bayi terganggu. Wanita yang anemia saat
melahirkan dapat mengalami syok karena kehilangan banyak darah dan
dapat menyebabkan kematian.
5. Berat badan ibu tidak naik
Selama kehamilan, ibu hamil diharapkan mengalami pertumbuhan janin.
Tidak adanya kenaikan berat badan yang diharapkan menunjukan kondisi
malnutrisi ibu mengindikasikan pertumbuhan janin yang terhambat.
Dengan pemberian suplementasi zat besi, folat dan placebo diberikan pada
perempuan remaja didapatkan kenaikan tinggi badan dan hematokrit.
Maka dari itu kemungkinan perempuan remaja masih dapat terus tumbuh
selama kehamilan.
6. Preeklampsia/eklampsia
Dapat merupakan tanda adanya preeklamsi, yaitu meningkatnya tekanan
darah pada kehamilan. Biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu
(akhir semester 2 atau pada semester 3) walau dapat dijumpai lebih awal,
preeklamsi merupakan penyumbang angka kematian ibu dan bayi yang
tinggi. Preeklamsi dapat diikuti terjadinya eklamsia yaitu kejang dengan
disertai peningkatan tekanan darah. Satu dari 50 wanita dan satu dari 14
bayi meninggal dunia yang disebabkan oleh eklamsi.
7. Gerakan janin berkurang atau tidak ada.
Sejak usia kehamilan 5 bulan, ibu sebaiknya memantau gerakan janin.
Gerakan janin diharapkan dirasakan oleh ibu 3 kali setiap jam, jika ibu
merasa kurang dari itu, menunjukkan bayi tidak aktif, harus berkonsultasi
dengan bidan atau dokter.

15
8. Penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan.
Ibu dengan sakit jantung berisiko untuk hamil karena pada keadaan
kehamilan jantung dituntut bekerja lebih keras untuk memompa darah. Ibu
hamil dengan penyakit jantung juga berisiko melahirkan bayi dengan barat
badan lahir rendah. Dengan pola seksual aktif yang membuat remaja muda
hamil membuat mereka rentan terhadap PMS khususnya infeksi HIV
didaerah dengan prevalensi virus yang tinggi.
9. Ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini mempermudah terjadinya infeksi pada kandungan
yang membahayakan jiwa ibu. Hal ini berkaitan dengan perubahan
biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra seluler amnion,
koriuon, dan apoptosis membrane janin. Membran janin dan desidua
bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban
dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein
hormone yang merangsang aktivitas matrix degrading enzyme
(Sarwono, 2014).
10. Partus Prematurus Imminens
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur
kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.
Persalinan prematur meningkat pada usia <20 tahun dan >35 tahun.
Kehamilan di usia muda lebih memungkinkan mengalami penyulit pada
masa kehamilan dan persalinan yakni karena wanita muda sering memiliki
pengetahuan yang terbatas tentang kehamilan dan juga belum cukup
dicapainya kematangan fisik, mental, dan fungsi organ reproduksi calon
ibu.
11. Kehamilan tidak maju.
Dapat terjadi karena kontraksi yang tidak tepat, malposisi, cephalo pelvic
disproportion. Kehamilan yang terhambat ini dapat mengakibatkan infeksi
postpartum yang berat dan meningkatkan risiko penyakit radang panggul,
kemandulan dan luka neurologis. Wanita dengan kehamilan tidak maju
segera dirujuk kerumah sakit.

16
12. Pendarahan
Pendarahan pada awal kehamilan dapat merupakan tanda keguguran,
pendarahan pada usia kehamilan 4 sampai 9 bulan dapat menunjukan
plasenta letak rendah dalam rahim dan dapat menutup jalan lahir.
Pendarahan pada akhir kehamilan dapat merupakan tanda plasenta terlepas
dari rahim, perdarahan yang hebat dan terus menerus setelah melahirkan
dapat menyebabkan ibu kekurangan darah dan merupakan tanda bahaya
dimana ibu bersalin harus segera mendapat pertolongan yang tepat dari
bidan atau dokter.
13. Partus macet
Karena adanya disproporsi kepala panggul maka pertolongan persalinan
harus dilakukan dengan operasi ceasar, yang tentu saja harus dilakukan di
fasilitas kesehatan yang lengkap (namun ini menjadi masalah bagi mereka
yang tinggal yang jauh dari fasilitas yang memiliki layanan operasi
ceasar). Ada indikasi kuat bahwa pada anak perempuan yang sangat muda
(<16 tahun) tulang panggul untuk jalan lahirnya mungkin masih dalam
proses tumbuh, terutama di beberapa wilayah daerah miskin di negara
berkembang dimana onset pubertas biasanya relatif terlambat.
14. Fistula
Merupakan penyulit yang paling sering terjadi sebagai akibat dari partus
macet yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Tekanan dari kepala
bayi yang lama terhadap pelvis ibunya menguranggi aliran darah ke
jaringan lunak di sekitar kantung kemih atau pencernaannya. yang
mengakibatkan kemudian ibu merasakan nyeri secara fisik dan kesedihan
secara emosional.
15. Pendarahan pasca persalinan termasuk masalah akibat anemia.
Selama kehamilannya ibu muda cenderung mengalami anemia
dibandingkan ibu lebih tua. Pendarahan merupakan penyebab tersering
menyebabkan kematian ibu.

17
B. Akibatnya dengan kehidupan (Life outcomes)
1. Berkurangnya kesempatan, keahlian dan dukungan sosial.
2. Berkurangnya kekuatan dalam kaitannya dengan hukum karena keahlian,
sumber-sumber, pengetahuan, dukungan sosial yang terbatas.
3. Morbiditas dan mortalitas maternal
Morbiditas yang paling mencolok pada wanita muda yang menderita
persalinan terhambat di negara berkembang adalah fistula vesico-vaginal
dan recto-vaginal. Untuk angka kematian ibu jauh lebih tinggi namun
lebih sulit diukur. Kematian meningkat secara signifikan pada wanita
yang tidak melakukan pembukuan perawatan antenatal.

C. Akibatnya dengan anak (Outcomes for children)


Kesehatan bayi dan anak yang buruk memiliki kaitan yang cukup kuat
dengan usia ibu yang terlalu muda, berkesinambungan dengan
ketidakmampuan wanita muda secara fisik dan lemahnya pelayanan
kesehatan reproduktif dan sosial terhadap mereka.
1. BBLR
Ibu muda searing mengalami pola makan yang buruk dan mengalami
pertambahan berat badan selama hamil yang tidak adekuat. Bayi yang lahir
dari ibu muda 2 6 kali lebih sering berat badan lahir rendah (BBLR)
karena premature dan retardasi pertumbuhan selama dalam rahim. Bayi
Dengan berat lahir rendah (BBLR) mungkin mengalami pertumbuhan
organ yang tidak sempurna yang dapat menyebabkan masalah pada paru-
paru seperti respiratory distress syndrome atau masalah otak, dan masalah
pencernaan atau retardasi mental. Kontrol terhadap suhu tubuh dan kadar
gula sulit diatur yang mengakibatkan bayi berat lahir rendah (BBLR).
2. Mortalitas perinatal
Anak-anak yang lahir dari ibu yang berusia di bawah 20 tahun memiliki
risiko kematian yang cukup tinggi (menurut WHO, didefinisikan sebagai
kelahiran mati, dan angka kematian neonatal dari berat lahir 500 g, dan
sampai akhir minggu pertama setelah kelahiran).

18
3. Tetanus neonatorum
Merupakan infeksi serius yang hanya terjadi di daerah di mana tindakan
higienis dasar selama dan setelah melahirkan terbengkalai atau tidak benar,
dan dimana cakupan imunisasi pada wanita muda masih belum memadai
(WHO, 2004).
4. Menyusui
Sedikitnya pengetahuan tentang praktik menyusui diantara ibu dibawah 18
tahun jauh lebih sedikit dari pada ibu yang lebih tua. Sehingga status gizi
anak yang lahir dari ibu remaja jauh lebih rendah dari pada anak dari ibu
yang lebih tua. Juga ditemukan dalam perkembangan psikososial anak,
dimana anak-anak dari ibu remaja memiliki skor lebih rendah termasuk
masalah prilaku yang dimiliki (WHO, 2004).

D. Akibatnya dengan perkembangan (Development outcomes)


Hal ini berkaitan dengan Millenium Develovement Goals (MDGs) seperti
dukungan terhadap pendidikan dasar, dan pencegahan terhadap HIV/AIDS.
Ketika dihubungkan dengan usia saat menikah, dengan jelas menunjukkan
bahwa menikah di usia yang tepat akan dapat mencapai tujuan
perkembangan, yang meliputi menyelesaikan pendidikan, bekerja, dan
memperoleh keahlian serta informasi yang berhubungan dengan peran di
masyarakat, anggota keluarga, dan konsumen sebagai bagian dari masa
dewasa yang berhasil.

2.3.5 Metode Persalinan pada Kehamilan Remaja


Di negara maju tingkat SC pada remaja umumnya lebih rendah dari pada
kontrol > 19 tahun. Di beberapa negara berkembang jumlahnya tampak ada
kecenderungan sebaliknya, dengan tingkat SC yang lebih tinggi pada remaja.
Kebanyakan penelitian dari negara-negara maju, persentase induksi yang lebih
rendah, penggunaan oksitosin dan episiotomy yang dilaporkan pada remaja.
Tingkat SC dan beberapa intervensi lainnya keduanya negara maju dan
berkembang dapat dengan mudah dipengaruhi oleh sikap dokter kandungan dan
bidan terhadap persalinan dan melahirkan perempuan remaja, dan dengan sikap

19
pasien itu sendiri. Data yang tersedia dari negara maju mengarah pada kesimpulan
bahwa umumnya persalinan pada remaja adalah tidak lebih rumit dari pada pada
wanita yang lebih tua dan kejadian intervensinya juga kurang. Di negara
berkembang, terutama di beberapa daerah miskin, ada indikasi bahwa pada
perempuan yang sangat muda (<16 Tahun) tulang panggul dan jalan lahir masih
belum matang; Hal ini dapat menyebabkan persalinan terhambat dan lainnya
komplikasi obstetrik lainnya seperti fistula (WHO, 2004).

2.3.6 Strategi Mengurangi Kehamilan Remaja


Adapun beberapa strategi yang dapat mengurangi kehamilan remaja antara
lain : (Gultom, 2014)
A. Mengurangi kemiskinan
Angka kehamilan remaja paling tinggi terdapat di daerah-daerah yang
keadaan sosial ekonominya kurang. Strategi yang menurunkan kemiskinan
dan memperbaiki prospek sosial ekonomi keluarga muda ini besar
kemungkinannya akan menurunkan angka kehamilan remaja
B. Mengincar kelompok berisiko tinggi
Kelompok-kelompok tertentu kaum muda lebih besar kemungkinannya
hamil pada usia remaja, sehingga mereka dapat dipilih untuk menjadi
sasaran. Kelompok ini mungkin mencakup remaja yang diasuh oleh
negara, remaja yang tidak memiliki rumah, remaja yang tinggal
dilingkungan yang sosial ekonominya lemah, dan remaja yang mereka
sendiri adalah anak dari orangtua remaja
C. Meningkatkan pendidikan
Pendidikan seks di sekolah berperan penting dalam menurunkan
kehamilan remaja. Program pendidikan seks lebih besar kemungkinannya
berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara sekolah dan layanann
kesehatan.
D. Pembinaan bagi remaja
Bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang
berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi remaja, disamping

20
menangani masalah yang ada. Pembekalan pengatahuan yang diperlukan
remaja meliputi :
1. Perkembangan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual remaja
Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik,
kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk
memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang
membingungkannya. Informasi tentang alat reproduksi remaja laki-laki
dan perempuan, serta tentang kontrasepsi perlu diperoleh setiap remaja.
2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu
mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi
kegiatan yang positif, seperti olahraga, dan mengembangkan hobi yang
membangun.
3. Pergaulan yang sehat
Remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat untuk
mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam
menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan
hubungan seksual dan penggunaan NAPZA.
4. Persiapan Pra nikah
Diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan
emosional dalam memasuki kehidupan keluarga.
5. Kehamilan dan persalinan
Diberikan pembekalan mengenai hal-hal yang menyangkut kehamilan
termasuk asupan gizi Ibu dan dampak-dampak dari kehamilan serta
pembekalan dalan menghadapi persalinan yang akan terjadi.
6. Kontrasepsi
Layanan untuk kesehatan reproduksi dan / atau kontrasepsi bagi remaja
harus dipisahkan dari layanan yang sama untuk orang dewasa dan harus
disesuaikan dengan kebutuhan remaja sehubungan dengan lokasi
mereka dan sikap personil. Remaja yang aktif secara seksual perlu
menyadari pentingnya perlindungan terhadap kehamilan dan PMS /
HIV. Bila digunakan dengan benar dan konsisten, kondom adalah

21
metode paling efektif untuk mencegah infeksi bagi remaja yang terlibat
dalam hubungan seksual, dan bisa sangat efektif dalam melindungi
terhadap kehamilan juga. Di negara berkembang khususnya perhatian
lebih harus diberikan pada penggunaan metode kontrasepsi keadaan
darurat.

22
BAB III
PENUTUP

Resume
Remaja atau adolesen adalah masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada
umur 11-19/20 tahun. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia remaja,
dimana kehamilan terjadi pada usia ibu kurang dari 20 tahun. Sejumlah faktor yang
dianggap dapat mempengaruhi/turut berperan dalam kehamilan remaja seperti individu,
keluarga dan lingkungan.
Risiko kehamilan pada usia dini adalah rahim dan panggul belum mencapai
ukuran dewasa ditinjau dari segi gizi kehamilan pada remaja merupakan hal yang
berisiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil ini berkompetisi antara
kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan janin.
Akibatnya berdampak dengan kesehatan (Health and related outcomes), kehidupan (Life
outcomes), anak (Outcomes for children) dan dengan perkembangan (Development
outcomes). Metode persalinan pada remaja adalah tidak lebih rumit dari pada pada
wanita yang lebih tua, namun tetap dikaji indikasi-indikasi yang mengharuskan
pasien untuk di SC.
Untuk menanggulanginya strategi yang dapat mengurangi kehamilan remaja
dapat dilakukan dengan cara mengurangi kemiskinan, mengincar kelompok berisiko
tinggi, dan meningkatkan pendidikan serta pembinaan bagi remaja.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arma, A. 2007. Pengaruh perubahan sosial terhadap perilaku seks remaja dan
pengetahuan KESPRO sebagai altenatif penangkalnya. Departemen
Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.
Depkes RI. 2005. Kesehatan Reproduksi. Depkes RI. Jakarta.
Fiatin E, Mauliyah I, Priyoto. 2011. Gambaran pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dan kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil usia muda di
wilayah kerja puskesmas kerek kecamatan kerek kabupaten tuban. Surya.
Gultom, I. 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Status Ekonomi, dan
Sosial Budaya pada Kehamilan Remaja. Bagian/SMF Ilmu kandungan
dan kebidanan Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin Banjarmasin.
Himawari E. 2011. Kehamilan Remaja.
http://ewyhimawary.com/2011/03/kehamilan-remaja.html Diakses pada
27 Mei 2017 pukul 17.00 WIB.
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. EGC. Jakarta.
Mathur S, Greene M, Malhotra A. 2003. Too Young to Wed, The Live, Rights of
Young Married Girl. ICWS.
Sadler TW. 2000. Embriologi kedokteran Langman. 7th ed. EGC. Jakarta.
Sarwono, P. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Sampoerno D, Azwar A. 1987. Ringkasan Perkawinan dan Kehamilan pada Wanita
Muda Usia di Indenesia. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta.
Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalannya. Jakarta:
Sagung Seto.
Tanjung A, Utamadi G, Sahanaja J, Tafal Z. 2003. Kebutuhan akan pelayanan informasi
dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia, United Nations Population Fund, Badan Koordinasi Keluarga
berencana Nasional. Jakarta.
UNFPA. 2013. Adolescent Pregnancy A Review of the Evidance by Loaiza and
Liang. New York.
WHO. 2004. Adolescent pregnancy- Issues in adolescent health and development,
WHO discussion papers on adolescence.
Yasmin, G. Kumar, A. Parihar, B. 2014. Teen Pregnancy-Its impact on Maternal
and Fetal Outcome. International Journal of Scientific Study Vol.1.
Department of Obstetrics & Gynecology, Gandhi Medical College,
Bhopal.

24

Anda mungkin juga menyukai