Anda di halaman 1dari 51

MODUL PRAKTIKUM

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI

PROGRAM STUDI D III ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
HADIST & ALQURAN

Zaid bin Aslam rahimahullah berkata:

‫ﻞ َﺩ َﻋﺎ‬ َ ‫ﺟ‬ُ ‫ﻥ ﺍﻟ ﱠﺮ‬ ‫ﻡ ﻭَﺃَ ﱠ‬


َ ‫ﺡ ﺍﻟ ﱠﺪ‬ُ ‫ﺠ ْﺮ‬ُ ‫ﺎﺣ َﺘ َﻘﻦَ ْﺍﻟ‬ْ ‫ﺡ َﻓ‬ ُ ‫ﻢ ﺃَﺻَﺎﺑَ ُﻪ‬
ٌ ‫ﺟ ْﺮ‬ َ ‫َﺳﻠﱠ‬
َ ‫ﻪﻭ‬ ِ ‫ َﻋﻠَ ْﻴ‬:‫ﺍ‬ ُ ‫ ﺻَﻠﱠﻰ ﱠ‬:‫ﺍ‬ ِ ‫ﻝ ﱠ‬ ِ ‫َﺳﻮ‬ ُ ‫ﻥﺭ‬ ِ ‫ﺟ ًﻼ ﻓِﻲ َﺯ َﻣﺎ‬ ُ ‫ﻥ َﺭ‬ ‫ﺃَ ﱠ‬
‫ﻝ ﻟَ ُﻬﻤَﺎ ﺃَﻳﱡ ُﻜﻤَﺎ ﺃَﻁَ ﱡ‬ َ ‫َﺳﻠﱠ‬ ُ ‫ ﺻَﻠﱠﻰ ﱠ‬:‫ﺍ‬
ِ ‫ َﻋﻠَ ْﻴ‬:‫ﺍ‬ ِ ‫ﻝ ﱠ‬ ‫ﻪ َﻓ َﺰ َﻋﻤَﺎ ﺃَ ﱠ‬
ِ ‫َﺎﺭ َﻓﻨَﻈَﺮَﺍ ﺇِﻟَ ْﻴ‬ َ
‫ﺐ‬ َ ‫ﻢ َﻗﺎ‬ َ ‫ﻪﻭ‬ َ ‫َﺳﻮ‬ُ ‫ﻥﺭ‬ ٍ ‫ِﻦ ﺑَﻨِﻲ ﺃ ْﻧﻤ‬ ْ ‫ﻦﻣ‬ِ ‫ﺟﻠَ ْﻴ‬
ُ ‫َﺭ‬

َ ‫ﻝ ﺃَ ْﻧ َﺰ‬
‫ﻝ ﺍﻟ ﱠﺪﻭَﺍ َء‬ َ ‫ﻢ َﻗﺎ‬ َ ‫َﺳﻠﱠ‬
َ ‫ﻪﻭ‬ ُ ‫ ﺻَﻠﱠﻰ ﱠ‬:‫ﺍ‬
ِ ‫ َﻋﻠَ ْﻴ‬:‫ﺍ‬ ِ ‫ﻝ ﱠ‬َ ‫َﺳﻮ‬ ُ ‫ﻥﺭ‬ ‫ﻢ َﺯ ْﻳ ٌﺪ ﺃَ ﱠ‬ ِ ‫ﻝ ﱠ‬
َ ‫ َﻓ َﺰ َﻋ‬:‫ﺍ‬ َ ‫َﺳﻮ‬ ُ ‫ﺧ ْﻴ ٌﺮ ﻳَﺎ ﺭ‬
َ ‫ﺐ‬ ِ ‫ﺎﻻ ﺃَ َﻭ ﻓِﻲ‬
ِ ّ ّ ‫ﺍﻟﻄ‬ َ ‫َﻓ َﻘ‬

‫ﺍﻷ َ ْﺩﻭَﺍ َء‬ َ ‫ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺃَ ْﻧ َﺰ‬


ْ ‫ﻝ‬

“Bahwa seseorang di jaman Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terkena luka.


Kemudian luka tersebut mengeluarkan darah. Orang tersebut memanggil 2 orang dari
Bani Anmar, kemudian keduanya memeriksa orang tersebut. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam berkata kepada keduanya: “Siapakah yang paling mengerti ilmu kedokteran
di antara kalian berdua?” Keduanya bertanya: “Memangnya di dalam ilmu kedokteran
terdapat kebaikan, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dzat yang menurunkan
penyakit telah menurunkan obatnya.” (HR. Malik dalam al-Muwaththa: 1689 (2/943)
dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya: 23886 (7/361).
VISI MISI PRODI KEBIDANAN

I. Visi Program Studi :

Pada tahun 2036 menjadi Program Studi D III Kebidanan yang unggul dan berdaya saing
global menghasilkan tenaga bidan profesional berlandaskan nilai-nilai islami dan
berjiwa enterpreuner.

II. Misi Program Studi :

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam ilmu kebidanan yang terkini.


2. Menyelenggarakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat dengan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kebidanandan kesehatan.
3. Menyelenggarakan pembelajaran kewirausahaan di bidang kebidanan.
4. Menyelenggarakan perkuliahan Al Islam Kemuhammadiyahan.

III. Tujuan Program Studi:

1. Menghasilkan lulusan kebidanan yang mempunyai pengetahuan, sikap dan


keterampilan di bidang kebidanan dan kesehatan yang terkini.
2. Menghasilkan karya ilmiah dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dalam bidang
kebidanan dan kesehatan dengan mengamalkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bentuk pengabdian masyarakat.
3. Menghasilkan lulusan yang berjiwa enterpreneur di bidang kebidanan dan kesehatan.
4. Mampu mengamalkan nilai-nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan dalam kehidupan.
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warohmatullohi Wabarokatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui untuk mahasiswa Prodi D III Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Modul praktikum ini digunakan
sebagai acuan bagi mahasiswa, pembimbing dan semua pihak untuk kelancaran
pelaksanaan kegiatan praktikum sehingga diperoleh kesatuan persepsi dan langkah untuk
mencapai kompetensi dalam mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui disusun atas bantuan
dan kerja sama semua pihak, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih bagi semua
pihak yang telah membantu. Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan
kerjasama tersebut dengan kebaikan pula. Amin
Penyusun menyadari Modul Praktikum Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui
ini jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan.
Wassalaamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Tim Penyusun
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Program Pendidikan Diploma III Kebidanan mempunyai tujuan menghasilkan
lulusan bidan profesional yang berkualitas, baik dari pengetahuan, ketrampilan dan
sikap sesuai dengan standar profesi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,
mahasiswa diwajibkan mengikuti kegiatan pembelajaran baik teori tatap muka,
laboratorium kelas maupun praktikum dan praktik klinik.
Pengalaman pembelajaran praktikum di laboratorium kelas sangat besar
manfaatnya karena mahasiswa diberikan kesempatan untuk melakukan ketrampilan
dengan alat bantu yang menggambarkan situasi di lapangan sehingga dapat
meningkatkan pemahaman teori maupun ketrampilannya. Setelah menyelesaikan
pembelajaran dilaboratorium mahasiswa diberi kesempatan untuk mengikuti
praktikum dilapangan, untuk lebih memahami dan mendapatkan pengalaman nyata
sebagai bekal praktik klinik pada semester berikutnya.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu Nifas dan
Menyusui dengan pendekatan manajemen kebidanan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, baik di laboratorium kelas
maupun lapangan, mahasiswa dapat :
a. Melaksanakan pengkajian pada ibu nifas
b. Melaksanakan pemeriksaan fisik pada ibu nifas
c. Menentukan diagnosa kebidanan
d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas
e. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas
f. Melakukan pewatan perineum
g. Memberikan konseling tentang ASI
h. Mengajari ibu tentang post natal breast care/ perawatan payudara dan pijat
oksitosin
i. Mengajari ibu untuk teknik menyusui yang baik dan benar
j. memberikan konseling tentang KB
k. mengajari ibu tentang mobilisasi dan senam nifas

C. MATERI

MATERI HEALTH EDUCATION PADA IBU NIFAS & MENYUSUI

1. GIZI IBU NIFAS & MENYUSUI


Kebutuhan gizi ibu nifas dan menyusui meningkat 3x dari kondisi sebelum
hamil. Makanan yang dikonsumsi berguna untuk aktifitas, proses metabolism,
cadangan makanan dalam tubuh dan proses produksi ASI. Ibu perlu
mengkonsumsi makanan seimbang dengan porsi cukup dan teratur, yang
mengandung sumber energy (karbohidrat), sumber pembangun (protein) dan
sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air). Ibu menyusui
membutuhkan air 3 liter perhari. Anjurkan pada ibu untuk selalu minum setelah
menyusui.
a.Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan
kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi
produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan
akan gizi sebagai berikut:
1. Mengkonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral
3. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari
4. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum
5. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit
Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain:
1. Kalori
2. Protein
3. Kalsium dan vitamin D
4. Magnesium
5. Sayuran hijau dan buah
6. Karbohidrat kompleks
7. Lemak
8. Garam
9. Cairan
10. Vitamin
11. Zinc
12. DHA

2. Skenario Kasus

Seorang ibu P10A0 hari ke 1 post partum mengeluhkan tentang makanan yang akan
dimakan karena banyak mitos yang ada

3. Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan


kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

4. Standart Operasional Prosedur

GIZI IBU NIFAS

Pengertian Gizi pada masa nifas adalah makanan yang dikonsumsi oleh ibu
setelah persalinan yang mempunyai nilai gizi untuk memenuhi
kecukupan gizinya dan dapat memperoleh ASI yang cukup
untuk bayinya.
Tujuan Memberikan nutrient yang cukup berguna untuk memelihara
kesehatan dan memulihkan jumlah gizi yang kurang selama
masa kehamilan, melaksanakan berbagai jenis aktivitas serta
pertumbuhan, kualitas makanan yang diberikan pada ibu masa
nifas harus bergizi karena dapat mempengaruhi proses
pembentukan ASI untuk di berikan kepada bayinya.
Persiapan 1. Persiapan Tempat
Alat/Bahan Menyediakan tempat yang nyaman dan aman untuk
melakukan konseling
2. Persiapan Alat/Bahan
• Alat tulis, pena dan buku
• Alat bantu untuk konseling (lembar balik)
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
Pelaksanaan
1. Teruji melakukan apersepsi mengenai kebutuhan zat gizi
pada ibu menyusui
2. Menjelaskan pentingnya pemenuhan nutrisi bagi ibu
menyusui
3. Menjelaskan permasalahan yang mungkin muncul akibat
kekurangan nutrisi pada ibu menyusui
4. Menjelaskan manfaat, sumber dan jumlah kebutuhan
karbohidrat
5. Menjelaskan manfaat, sumber dan jumlah kebutuhan
protein
6. Menjelaskan manfaat, sumber dan jumlah kebutuhan
lemak
7. Menjelaskan manfaat, sumber dan jumlah kebutuhan serat
8. Menjelaskan manfaat, sumber dan jumlah kebutuhan zat
besi
9. Menjelaskan manfaat, sumber dan jumlah kebutuhan
Iodium
10. Menjelaskan sumber, manfaat dan jumlah kebutuhan
vitamin C dan A
11. Menjelaskan sumber, manfaat dan jumlah kebutuhan
cairan
12. Menjelaskan kebutuhan kalori untuk ibu menyusui
selama satu hari
13. Menjelaskan pengaturan porsi makan untuk ibu
menyusui.
14. Menjelaskan cara memilih, mengolah dan menyajikan
makanan secara benar
15. Menjelaskan kerugian apabila ibu berpantang terhadap
makanan tertentu
16. Memberikan contoh menu untuk ibu menyusui
17. Melaksanakan evaluasi
Tahap Terminasi

1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada


tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang
telah dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada
hal – hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila
ia mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi

Dokumentasi

1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan


2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan
ibu harus kembali)

5. PERAWATAN PAYUDARA NIFAS & MENYUSUI


Perawatan payudara (Breast Care) adalah suatu cara merawat payudara yang dilakukan
pada saat kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI, selain itu untuk kebersihan
payudara dan bentuk puting susu yang masuk ke dalam atau datar. Puting susu
demikian sebenarnya bukanlah halangan bagi ibu untuk menyusui dengan baik dengan
mengetahui sejak awal, ibu mempunyai waktu untuk mengusahakan agar puting susu
lebih mudah sewaktu menyusui. Disamping itu juga sangat penting memperhatikan
kebersihan personal hygiene.
Tujuan Perawatan Payudara Perawatan Payudara pasca persalinan merupakan
kelanjutan perawatan payudara semasa hamil, mempunyai tujuan antara lain:
a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi.
b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet.
c. Untuk menonjolkan puting susu.
d. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
e. Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
f. Untuk memperbanyak produksi ASI
g. Untuk mengetahui adanya kelainan

Perawatan Buah Payudara pada Masa Nifas


a. Menggunakan BH yang menyokong payudara
b. Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting
susu setiap kali
c. selesai menyusui, menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat di istirahatkan selama 24 jam ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan rasa nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6
jam.
f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan : pengompresan payudara
menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah
pangkal menuju puting susu, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga puting susu menjadi lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila tidak dapat
menghisap ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan letakkan kain dingin pada
payudara setelah menyusui.

Akibat Jika Tidak Dilakukan Perawatan PayudaraBerbagai dampak negatif dapat timbul
jika tidak dilakukanperawatan payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :
a. Puting susu kedalam
b. ASI lama keluar
c. Produksi ASI terbatas
d. Pembengkakan pada payudara
e. Payudara meradang
f. Payudara kotor
g. Ibu belum siap menyusui
h. Kulit payudara terutama puting akan mudah lecet
a. Skenario Kasus

Seorang ibu P10A0 Poss partum hari 2 dengan keluhan asi belum keluar

b. Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan


kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

c. Standart Operasional Prosedur

PERAWATAN PAYUDARA IBU POST PARTUM

Pengertian Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara


terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancarkan
pengeluaran ASI.
Tujuan a. Memelihara kebersihan payudara
b. Melenturkan dan menguatkan putting susu
c. Memperlancar produksi ASI
Persiapan 1. Handuk 2 buah
Alat/Bahan 2. Waslap 2 buah
3. Sarung tangan
4. Baskom 2 buah yang berisi air hangat dan dingin
5. Termos air panas
6. Kapas dan minyak kelapa di tempatnya
7. Alat pengendali infeksi yang terdiri atas
a. Kom berisi cairan DTT
b. Tempat sampah medis dan non medis
c. Alat pelindung diri terdiri dari sarung tangan, masker, celemek
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman (duduk atau
berbaring)

Tahap Kerja
1. Menyiapkan alat yang sesuai dengan kebutuhan
2. Menjelaskan pada ibu dan keluarga terkait tindakan yang akan
dilakukan, tujuan tindakan, serta hasil tindakan
3. Melakukan persiapan dengan mencuci tangan
4. Membuka pakaian atas ibu dan memasang handuk diatas punggung
ibu
5. Bila payudara ibu bengkak dan sakit sebaiknya lakukan terlebih
dahulu tehnik untuk mengurangi rasa sakit dengan kompres hangat
dan dingin pada payudara ibu selama 15 menit

6. Memberikan posisi membungkuk pada ibu dengan menggunakan


bantal sebagai penyangga kepala
7. Menutup tubuh bagian depan dengan handuk dan meletakkan
handuk yang lainnya di pangkuan ibu
8. Licinkan kedua tangan dengan minyak
9. Melakukan pemijatan punggung dengan menggunakan kedua ibu
jari (diolesi minyak) disisi tulang belakang mulai dari garis sejajar
putting ke arah atas sampai dengan leher ibu selama 20 – 30 kali
atau 10 - 15 menit
10. Gerakan tersebut diulang dengan arah dari garis tengah punggung
ke arah bawah/ tulang koksigis sebanyak 20 – 30 kali atau selama
10-15 menit
11. Posisikan ibu duduk tegak dan pindahkan handuk untuk menutupi
punggung ibu
12. Petugas berada dibelakang ibu lalu lakukan pengurutan payudaraya
itu dengan satu tangan menyangga payudara lakukan sebanyak 20-
30 kali atau selama 10 – 15 menit
13. Lakukan pengurutan payudara sebagai berikut:
14. Melakukan pemijatan ringan searah jarum jam pada payudara yang
mengalami bendungan dengan gerakan melingkar. Caranya dengan
menggunakan salah satu tangan untuk menyangga payudara,
sedangkan tangan yang lain (jari tengah dan telunjuk) untuk
memijat, setelah sebelumnya jari–jari tersebut diolesi minyak.

15. Melakukan kompres payudara dengan air hangat dan dingin pada
kedua payudara secara bergantian, masing – masing selama 10 –15
menit
16. Merangsang pengeluaran putting secara manual, terutama pada
putting yang tidak menonjol atau menggunakan alat pompa putting
sederhana
(dengan menggunakan jarum suntik 10 cc)
17. Membersihkan payudara dengan waslap
18. Mengeluarkan ASI secara manual dan diolesi keseluruh areola dan
puting

Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan

Dokumentasi
1. Mencatat hasil tekanan darah, pengukuran suhu, nadi, jumlah
pernafasan dan karakteristik nafas, tanggal dan waktu
pengukuran/penghitungan.
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya
6. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
ASI ekslusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia bayi 6 bulan
tanpa diberi tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai
usia 2 tahun. Menurut penelitian, pemberian AI Ekslusif dapat menurunkan resiko
kematian akibat infeksi saluran pernafasan akut dan diare. WHO dan UNICEF
merekomendasikan bahwa pemberian ASI eksklusif diterapkan dengan
memperhatikan hal berikut:
1. IMD selama 1 jam setelah melahirkan
2. ASI eksklusif diberikan tanpa memberikan makanan/ minuman tambahan
sampai usia bayi 6 bulan
3. ASI diberika secara on-demand atau sesuai kebutuhan bayi
4. ASI diberika tidak menggunakan botol, sendok, cangkir.
Manfaat pemberian ASI bagi bayi:
1. ASI mengandung zat gizi yang diperlukan oleh bayi
2. ASI mengandung zat protektif sehingga menjaga bayi dari penyakit
3. Menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan bayi
4. Tumbuh kembang yang baik
5. Mengurangi kejadian karies dentis
6. Mengurangi kejadian maloklusi

Kandungan ASI ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah
putih, dengan porsi yang tepat dan seimbang. Komposisi ASI bersifat spesifik pada tiap
ibu, berubah dan berbeda dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi
saat itu. Roesli (2005) mengemukakan perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari
(stadium laktasi) sebagai berikut:
1. Kolostrum (colostrum/susu jolong) Kolostrum adalah cairan encer dan sering
berwarna kuning atau dapat pula jernih yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih
banyak dari susu matang) dan protein, dan keluar pada hari pertama sampai hari
ke-4/ke-7. Kolostrum membersihkan zat sisa dari saluran pencernaan bayi dan
mempersiapkannya untuk makanan yang akan datang. Jika dibandingkan dengan
susu matang, kolostrum mengandung karbohidrat dan lemak lebih rendah, dan
total energi lebih rendah. Volume kolostrum 150-300 ml/24 jam
2. ASI transisi/peralihan ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum
menjadi ASI yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi dan volume akan makin meningkat. ASI ini
keluar sejak hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14.
3. ASI matang (mature) Merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya, komposisi relatif konstan.
4. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit ASI yang pertama disebut foremilk
dan mempunyai komposisi berbeda dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk).
Foremilk dihasilkan sangat banyak sehingga cocok untuk menghilangkan rasa haus
bayi. Hindmilk keluar saat menyusui hampir selesai dan mengandung lemak 4-5 kali
lebih banyak dibanding foremilk, diduga hindmilk yang mengenyangkan bayi.
5. Lemak ASI makanan terbaik otak bayi Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi
karena mengandung enzim lipase yang mencerna lemak. Susu formula tidak
mengandung enzim, sehingga bayi kesulitan menyerap lemak susu formula. Lemak
utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan asam
arakhidonat) suatu asam lemak esensial untuk myelinisasi saraf yang penting untuk
pertumbuhan otak. Lemak ini sedikit pada susu sapi. Kolesterol ASI tinggi sehingga
dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan otak. Kolesterol juga berfungsi dalam
pembentukan enzim metabolisme kolesterol yang mengendalikan kadar kolesterol
di kemudian hari sehingga dapat mencegah serangan jantung dan arteriosklerosis
pada usia muda.
6. Karbohidrat ASI Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya
lebih banyak dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30 % lebih
banyak dari susu sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa yang
merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Laktosa
meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan
tulang. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik yaitu,
Lactobacillis bifidus. Fermentasi laktosa menghasilkan asam laktat yang
memberikan suasana asam dalam usus bayi sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri patogen.
7. Protein ASI Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan protein
utama susu sapi adalah kasein (sukar dicerna). Rasio whey dan kasein dalam ASI
adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80. ASI tentu lebih
menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein. ASI
mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung lactoglobulin dan
bovine serum albumin yang sering menyebabkan alergi. Selain itu, pemberian ASI
eksklusif dapat menghindarkan bayi dari alergen karena setelah 6 bulan usus bayi
mulai matang dan bersifat lebih protektif. ASI juga mengandung lactoferin sebagai
pengangkut zat besi dan sebagai sistem imun usus bayi dari bakteri pathogen.
1.Skenario Kasus

Seorang ibu P1A00 post partum hari ke 1 dengan payudara tidak keluar asi sehingga
bayi di berikan susu formala.

2. Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan


kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

3. Standart Operasional Prosedur

ASI EKSLUSIF

Pengertian ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin
setelah persalinan,diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan
lain, walaupun hanya air putih,sampai bayi berumur 6 bulan.
Tujuan a. Sistem kekebalan tubuh bayi lebih kuat.
b. Membuat Si Kecil Cerdas
c. Berat badan ideal.
d. Tulang bayi lebih kuat.
e. Mendapat limpahan kolesterol.
f. Mengurangi risiko terjadinya sindrom kematian bayi mendadak
(SIDS).
g. Memperkuat hubungan ibu dan anak.

Persiapan 1. Persiapan Tempat


Alat/Bahan 2. Persiapan Alat/Bahan
• Alat tulis, pena dan buku
• Alat bantu untuk konseling (lembar balik)
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Memberi tahu ibu senam akan dimulai
4. Mengatur lingkungan sekitar klien

Tahap Kerja
Pelaksanaan
1. Menanyakan keluhan klien dengan sopan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pendidikan kesehatan
3. Teruji melakukan apersepsi mengenai ASI Eksklusif
4. Menjelaskan pengertian ASI Eksklusif
5. Menjelaskan manfaat ASI
6. Menjelaskan zat kekebalan dalam ASI
7. Menjelaskan komposisi ASI
8. Menjelaskan cara memperbanyak produksi ASI
9. Menjelaskan cara pemerasan ASI dengan tangan
10. Menjelaskan cara penyimpanan dan pemberian ASI perah
11. Menjelaskan cara penerapan ASI Eksklusif pada ibu bekerja.

Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal – hal
yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi

Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu
harus kembali)
7. KONSUMSI TABLET FE DAN VITAMIN A
Tambahan zat besi sangat penting dalam masa menyusui karena dibutuhkan
untuk kenaikan sirkulasi darah dan sel, serta menambah sel darah merah (HB)
sehingga daya angkut oksigen mencukupi kebutuhan. Sumber zat besi antara lain
kuning telur, hati, daging, kerang, ikan, kacang – kacangan dan sayuran hijau.
Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu
hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.
Pemberian tablet Fe dimulai dengan pemberian satu tablet sehari dengan segera
mungkin, setelah rasa mual hilang, tiap tablet mengandung Fe So4 320 mg (zat
besi 60 mg) dan asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet sebaiknya
tidak diminum bersama-sama teh/kopi karena akan mengganggu penyerapan.
Pemberian tablet vitamin A dengan dosis 200.000 unit dimaksudkan agar
ibu dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.

1. Skenario Kasus

Seorang ibu usia 2o tahun, P1A00 mengeluh pusing , dan setelah dilakukan
pemeriksaan hb dengan kadar 10 gr/dl

2.Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan


melakukan kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

3.Standart Operasional Prosedur

KIE KONSUMSI TABLET FE DAN VITAMIN A

Pengertian Suatu proses penyampaian informasi antara bidan dengan


klien atau keluarga klien yang dilakukan secara sistematis
untuk memberikan informasi mengenai pentingnya
pemenuhan Vitamin A dan zat besi pada saat nifas dan
menyusui

Tujuan Untuk mencukupi kebutuhan zat besi dan VIT A pada ibu nifas

Persiapan 1. Persiapan Tempat


Alat/Bahan Menyediakan tempat yang nyaman dan aman untuk
melakukan konseling
2. Persiapan Alat/Bahan
• Alat tulis, pena dan buku
• Alat bantu untuk konseling (lembar balik)
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman

Tahap Kerja
KIE FE
1. Menanyakan keluhan ibu saat ini
2. Menyakan riwayat kehamilan dan persalinan yang dapat
menyebabkan permasalahan ibu saat ini (anemia pada
waktu kehamilan, persalinan yang lama atau perdarahan
saat persalinan)
3. Menjelaskan kondisi / permasalahan klien yang
kekurangan zat besi (berdasarkaan keluhan yang ibu
rasakan ibu mengalami anemia)
4. Menjelaskan pengertian zat besi
5. Menjelaskan kegunaan zat besi
6. Menjelaskan tablet yang mengandung zat besi
7. Menjelaskan kebutuhan/dosis perhari dalam
mengkonsumsi tablet zat besi
8. Menjelaskan kebutuhan / dosis fe selama nifas
9. Menjelaskan waktu minum tablet zat besi
10. Menjelaskan cara minum tablet zat besi/ penyimpanan
tablet zat besi
11. Menjelaskan efek samping tablet zat besi kepada klien
secara lengkap
12. Menjelaskan bahan makanan yang mengandung zat besi
13. Menjelaskan bahan makanan yang membantu
penyerapan zat besi (Vit C, B 12 )
14. Menjelaskan bahan makanan yang menghambat
penyerapan zat besi ( teh, kopi, susu )
15. Menjelaskan cara mengolah makanan sehingga zat besi
yang terkandung didalamnya tidak banyak yang hilang.
16. Melakukan evaluasi dengan menanyakan kembali apa
yang sudah dijelaskan

KIE VIT A
1. Menanyakan keluhan ibu saat ini
2. Teruji melakukan apersepsi mengenai vitamin A pada
masa nifas
3. Menjelaskan maksud atau tujuan KIE
4. Menjelaskan prosedur atau tujuan KIE
5. Menjelaskan pengertian vitamin A pada masa nifas
6. Menyebutkan manfaat vitamin A pada masa nifas
untuk bayi
7. Menyebutkan manfaat vitamin A pada masa nifas
untuk Ibu
8. Menyebutkan dosis pemberian vitamin A pada masa
nifas
9. Menyebutkan pemberian vitamin A pada masa nifas
10. Melakukan evaluasi

Tahap Terminasi

1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada


tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang
telah dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada
hal – hal yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila
ia mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi

Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan
ibu harus kembali)
5. LUKA PERINEUM
Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian
perineum (Mochtar, 2002). Banyak faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
perineum di antaranya mobilisasi dini, vulva higiene, luas luka, umur, vaskularisasi,
stressor dan juga nutrisi. Luka dikatakan sembuh jika dalam 1 minggu kondisi luka
kering, menutup dan tidak ada tanda-tanda infeksi (Mochtar, 2002).
A. Perawatan Perineum
Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antar
paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran
plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil.
Menjaga kebersihan pada masa nifas untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan
atau kulit :
1. Kebersihan alat genetalia
Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak bengkak/memar dan
mungkin ada luka jahitan bekas robekan atau episiotomi.
Anjuran :
a. Menjaga alat genetalia dengan mencucinya menggunakan sabun dan air,
kemudian daerah vulva sampai anus harus kering sebelum memakai pembalut
wanita, setiap kali selesai buang air kecil atau besar, pembalut diganti minimal
3x sehari.
b. Cuci tangan dan sabun dengan air mengalir sebelum dan sesudah
membersihkan daerah genetalia
c. Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil
atau besar.
d. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang ulang jika dicuci dengan baik dan
dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
e. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh daerah luka. Ini
yang kadang kurang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan. Karena

19
rasa ingin tahunya, tidak jarang pasien ingin menyentuh luka bekas jahitan
diperineum tanpa memperhatikan efek yang bisa ditimbulkan dari tindakannya
ini. Apalagi pasien kurang memperhatikan kebersihan tangannya sehingga tidak
jarang terjadi infeksi..
2. Membersikan vagina
Pada prinsipnya urgensi kebersihan vagina pada saat nifas dilandasi beberapa
alasan :
a. Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina
b. Vagina berada dekat saluran buang air kecil dan buang air besar yang tiap
hari kita lakukan.
c. Adanya luka di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi
d. Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman untuk
kemudian menjalar ke rahim.
3. Menjaga kebersihan vagina
Langkah – langkah untuk menjaga kebersihan vagina yang benar (Anggraeni,
2010) :
a. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB.
Air yang digunakan tidak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan
ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar
vagina, baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan
bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
b. Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat
berfungsi sebagai penghilang kuman yang terpenting jangan takut memegang
daerah tersebut dengan seksama.
c. Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahitan, upaya menjaga kebersihan
vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik
selama 10 menit. Lakukan setelah BAB atau BAK.
d. Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak
diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja. Bukankah pembalut
tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak diganti,
maka vagina akan tetap lembab dan kotor.

20
e. Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan
pembalut baru. Ingat pembalut harus diganti setiap habis BAB atau BAK atau
minimal 3 jam sekali atau bila dirasa sudah tidak nyaman.
f. Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik
yang diresepkan dokter.
1. Skenario Kasus
Seorang Ibu usia 20 tahun P1AOO post partum hari ke 3 masih meraskan nyeri pada luka
perineum

2. Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan


kegiatan secara lengkap terhadap pasien.

3. Standart Operasional Prosedur

PERAWATAN VULVA dan PERINEUM

Pengertian Memberikan lapangan bersih pada daerah vulva dan perineum ibu
setelah melahirkan.
Tujuan 1. Menghilangkan sekresi dan bau perineum normal
2. Mencegah infeksi jalan lahir
3. Meningkatkan rasa nyaman ibu setelah bersalin
Persiapan 1. Kom tertutup berisi savlon 1% steril
Alat/Bahan 2. 1 pasang sarung tangan steril
3. Korentang dalam tempatnya
4. 1 bengkok
5. Bak instrument steril, isi pinset anatomis, chirurgis, gunting runcing/
gunting jaringan dan kaingass steril
6. Duk/camelux
7. Air untuk cebok (sebaiknya air hangat) dalam tempatnya

21
8. Pispot/ pasunajis
9. Kapas desinfektan/ sublimat dalam tempatnya
10. Plastik tempat sampah
11. Perlak dan pengalasnya
12. Schern/ sampiran
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman (duduk atau
berbaring)

Tahap Kerja
1. Pasang sampiran, dekatkan alat yang sudah disiapkan
2. Cuci tangan (sabun, sikat, cuci dan keringkan)
3. Buka pakaian bawah ibu, pasangalas bokong, atur posisi ibu.
4. Buka gurita (jika ibu memakai gurita) pasang pispot di bawah
bokong dan tempatkan bengkok pada ujung kaki ibu. Tanyakan
pada ibu apakah sudah merasa nyaman dengan posisinya.
5. Ambil duk yang sudah terpasang dengan plastic; masukkan tangan
kedalam plastik, ambil duks. Perhatikan jumlah dan kondisi lochea,
lalu buang ketempat sampah.
6. Cuci tangan kembali, keringkan.
7. Buka area vulva (minta ibu agar meregangkan paha) ambil botol
cebok dengan tangan kanan, siramkan pada vulva dan perineum.

22
8. Pasang sarung tangan, jaga tangan kanan tetap steril (jika prosedur
dilakukan tanpa menggunakan pinset)
9. Anjurkan ibu menarik nafas dalam agar relaks dan menjaga agar
bokong tidak diangkat - angkat.
10. Massage fundus, usahakan cytosel keluar. Buka vulva dengan
tangan kiri, alasi dengan kassa supaya sarung tangan tidak
mengenai lochea. Ambil kasa sublimat, bersihkan vulva dan
perineum dari arah atas kebawah, lalu buang ke bengkok. Jangan
lakukan gerakan berulang – ulang dengan satu kapas. Lakukan pada
bagian dalam dulu, lalu bagian luar sampai semuanya bersih.
Gunakan kapas sublimat untuk sekali pakai.
11. Setelah bersih lakukan pengeringan area vulva dan perineum
dengan menggunakan kain gass atau kapas peras kering.
12. Ambil pispot.
13. Buka sarung tangan, letakkan pada bengkok, kemudian ambil duk/
camelux. Pakaikan dari arah atas, kemudian kenakan pakaian dalam,
minta bantuan ibu jika ibu sanggup.
14. Ukur tinggi fundus uteri, kenakan gurita kembali jika perlu.
15. Jika ada luka jahitan, bersihkan area luka dengan kapas sublimat,
lalu keringkan dengan kain gaas, kemudian tutup dengan kain gaas
steril. Bila benang pada luka jahitan perlu diangkat, ambil pinset
chirurgis dengan tangan kiri, gunting jahitan dengan tangan kanan,
tarik simpul jahitan dan gunting kemudian buang kedalam bengkok.
Bersihkan kembali dengan kapas sublimat dan keringkan. Ibu
dirapakan seperti cara yang tersebut di atas.
16. Setelah selesai tanyakan ibu apakah sudah merasa nyaman, rapikan
posisi ibu seperti semula, bereskan semua alat-alat, kemudian
petugas mencuci tangan.
17. Lakukan pencatatan pada status pasien seperti: kondisi lochea, TFU,
kontraksi, dan keadaan perineum

23
Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan

Dokumentasi
1. Mencatat hasil tekanan darah, pengukuran suhu, nadi, jumlah
pernafasan dan karakteristik nafas, tanggal dan waktu
pengukuran/penghitungan.
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien
3. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

24
6. LATIHAN / SENAM NIFAS
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya latihan masa nifas
dilakukan seawall mungkin dengan catatan ibu menjalani persalinan normal dan tidak
ada penyulit post partum. Senam nifas sebaiknya dilakukan secara perlahan, semakin
lama semakin kuat. Senam nifas yang dilakukan secara teratur setiap hari dapat
membantu mengencangkan otot perut dan mengurangi keluhan sakit punggung pada
ibu nifas.
Tujuan Senam Nifas :

a. Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah pembentukan bekuan darah


(trombosis).
b. Mengencangkan dan memperbaiki tonus otot perut, liang senggama, otot-otot
sekitar vagina maupun otot- otot dasar panggul dan otot tungkai.
c. Untuk relaksasi dasar panggul.
d. Membantu ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat.
e. Memperbaiki semua sistem tubuh, terutama fungsi usus, kandung kemih, dan paru-
paru.
f. Memperbaiki sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan.
3. Kontra Indikasi Senam Nifas Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak
diperbolehkan untuk melakukan senam nifas. Demikian juga ibu yang mempunyai
kelainan seperti jantung, ginjal atau diabetes, mereka diharuskan untuk beristirahat
total sekitar 2 minggu.
4. Waktu Dilakukan Senam Nifas Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar
pulih dan tidak ada komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas (misalnya hipertensi,
pasca kejang, demam). Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam waktu 24 jam setelah
melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari. Dengan melakukan senam
36 nifas sesegera mungkin, hasil yang didapat diharapkan dapat optimal dengan
melakukan secara bertahap.
Senam nifas sebaiknya dilakukan diantara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah
makan membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaliknya jika
dilakukan disaat lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bisa

25
dilakukan pagi atau sore hari. Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang
paling sederhana hingga yang tersulit. Sebaiknya lakukan secara bertahap dan terus
menerus.

5. Manfaat Senam Nifas

a. Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot - otot sekitar vagina, otot- otot
dasar panggul.
b. Memperbaiki tonus otot pelvis, memperbaiki regangan otot abdomen/ perut setelah
hamil, memperbaiki regangan otot tungkai bawah, dan meningkatkan kesadaran
untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul.
c. Memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh setelah hamil dan
melahirkan. d. Memperbaiki kondisi umum ibu. Mempercepat rehabilitasi atau
pemulihan dan memperkecil kemungkinan terkena infeksi karena sirkulasi darahnya
bagus.
e. Menumbuhkan/memperbaiki nafsu makan sehingga kebutuhan asupan gizi bisa
mencukupi.
1.Skenario Kasus

Lakukan role play senam nifas bersama – sama secara kelompok

2.Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan


kegiatan secara lengkap terhadap pasien.

3 Standart Operasional Prosedur

SENAM NIFAS

Pengertian Senam yang dilakukan pada ibu post partum

26
Tujuan Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki
sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus,
pelvis dan perenggangan otot abdomen atau disebut juga perut pasca
hamil dan memperbaiki juga memperkuat otot panggul
Persiapan Mataras dan bantal
Alat/Bahan

Prosedur Tahap Persiapan


Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Memberi tahu ibu senam akan dimulai
4. Mengatur lingkungan sekitar klien

Tahap Kerja
Pelaksanaan
1. Berbaring dengan lutut di tekuk. Tempatkan tangan diatas perut
di bawah area iga-iga. Napas dalam dan lambat melalui hidung
dan kemudian keluarkan melalui mulut, kencangkan dinding
abdomen untuk membantu mengosongkan paru-paru

2. Berbaring telentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak


terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan regangkan

27
lengan kanan. Pada waktu yang bersamaaan rilekskan kaki kiri
dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada
seluruh bagian kanan tubuh.

3. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit


diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan
kemudian rileks.

4. Memiringkan panggul. Berbaring, lutut ditekuk.


5. Kontraksikan/kencangkan otot-otot perut sampai tulang
punggung mendatar dan kencangkan otot-otot bokong tahan 3
detik kemudian rileks.

6. Berbaring telentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut.


Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat, tahan 3 detik dan
rilekskan dengan perlahan.

28
7. Posisi yang sama seperti diatas. Tempatkan lengan lurus di
bagian luar lutut kiri

8. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki


diluruskan. Angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut
mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan
angkat kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan
kembali ke lantai.

9. Tidur telentang dengan kaki terangkat ke atas, dengan jalan


meletakkan kursi di ujung kasur, badan agak melengkung dengan
letak pada dan kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari-
jari kaki seperti mencakar dan meregangkan. Lakukan ini selama
setengah menit.

29
10. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke
dalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama
setengah menit.

11. Lakukan gerakan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke
bawah seperti gerakan menggergaji. Lakukan selama setengah
menit.

12. Tidur telentang kedua tangan bebas bergerak. Lakukan gerakan


dimana lutut mendekati badan, bergantian kaki kiri dan kaki
kanan, sedangkan tangan memegang ujung kaki, dan urutlah
mulai dari ujung kaki sampai batas betis, lutut dan paha.
Lakukan gerakan ini 8 sampai 10 setiap hari.

30
13. Berbaring telentang, kaki terangkan ke atas, kedua tangan di
bawah kepala. Jepitlah bantal diantara kedua kakidan tekanlah
sekuat-kkuatnya. Pada waktu bersamaan angkatlah pantat dari
kasur dengan melengkungkan badan. Lakukan sebanyak 4
sampai 6 kali selama setengah menit.

14. Tidur telentang, kaki terangkat ke atas, kedua lengan di samping


badan. Kaki kanan disilangkan di atas kaki kiri dan tekan yang
kuat. Pada saat yang sama tegangkan kaki dan kendorkan lagi
perlahan-lahan dalam gerakan selama 4 detik. Lakukanlah ini 4
sampai 6 kali selama setengah menit.

Tahap Terminasi

1. Merapikan ibu dan membereskan alat


2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi tentang kegiatan yang telah dilakukan

31
Dokumentasi

1. Ucapkan salam dan terima kasih


2. Melakukan kontrak untuk tindakan selanjutnya

32
7. TANDA BAHAYA NIFAS
Tanda-tanda bahaya masa nifas Tanda-tanda bahaya masa nifas adalah suatu tanda yang
abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa
nifas, apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bias menyebabkan kematian ibu.
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :
1) Perdarahan Post Partum.
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir. Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :
a) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang terjadi dalam 24
jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio placenta, sisa
placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
b) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang terjadi setelah
24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post partum. Penyebab utama
adalah robekan jalan lahir atau selaput plasenta.
Menurut Manuaba (2009), perdarahan post partum merupakan negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :
a) Grandemultipara. penyebab penting kematian maternal khususnya di
b) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
c) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum waktunya,
pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan paksa, persalinan
dengan narkosa.
2) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina) Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus
melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran
darah dan lendir waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas
melekatnya placenta) Lochea dibagi dalam beberapa jenis
a) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca
persalinan.
c) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

33
f) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.
3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama mengeluarkan
lochea dan lochea berbau anyir atau amis.Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri
perut bagian bawah kemungkinan diagnosisnya adalah metritis.Metritis adalah infeksi uterus
setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.Bila pengobatan
terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis, syok septik
4). Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu) Involusi adalah keadaan uterus mengecil
oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60
mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi .
5). Tromboflebitis (pembengkakan pada vena) Tromboflebitis merupakan inflamasi pembuluh darah
disertai pembentukan pembekuan darah. Bekuan darah dapat terjadi di permukaam atau di
dalam vena.Tromflebitis cenderung terjadi pada periode pacsa partum pada saat kemampuan
pengumpulan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen. Factorpenyebabterjadinya infeksi
tromboflebitis antara lain: 1. Pasca bedah, perluasan infeksi endometrium 2. Mempunyai varises
pada vena
6). Nyeri pada perut dan pelvis Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi
nifas seperti : Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis umum
dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi. Menurut Walyani
Elisabeth 2009, gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu : 1. Peritonitis pelvio berbatas pada daerah
pelvis Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum tetap baik,
pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada abses. 2. Peritonitis umum Tanda
dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat muka cekung, kulit
dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.
7). Depresi setelah persalinan Depresi setelah melahirkan merupakan kejadian yang sering terjadi
akan tetapi ibu tidak menyadarinya.
Penyebab utama dari depresi setelah melahirkan tidak diketahui, diduga karena ibu belum siap
beradaptasi dengan kondisi setelah melahirkan atau kebingungan merawat bayi.ada juga yang
menduga bahwa depresi setelah melahirkan dipicu karena perubahan fisik dan hormonal
setelah melahirkan.Yang mengalami depresi sebelum kehamilan maka berisiko lebih tinggi
terjadi depresi setelah melahirkan.
8) Pusing dan lemas yang berlebihan Menurut Manuaba (2009), pusing merupakan tanda-tanda
bahaya masa nifas, pusing bisa di sebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol <> 160

34
mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh
anemia bila kadar haemoglobin <> Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya,
dimana keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori
sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah. a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap
hari. b) Makan dengan dietberimbang untuk mendapatkan protein, 19 mineral dan vitamin yang
cukup. c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari. d) Pil zat besi harus di minum untuk menambah
zat setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. e) Minum 1 kapsul sehari vitamin A agar bisa
memberikan kadar vitaminnya kepada bayinya. f) istirahat yang cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan g) Kurang istirahat akan mempengaruhi produksi ASI dan
memperlambat proses involusi uterus.
9). Sakit kepala, penglihat kabur dan pembengkakan di wajah Sakit kepala adalah suatu kondisi
terdapatnya rasa sakit di dalam kepala kadang sakit dibelakang leher atau punggung bagian
atas,disebut juga sebagai sakit kepala.jenis penyakit ini termasuk dalam keluhan-keluhan penyakit
yang sering diutarakan. Penglihatan kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang
hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan menyebabkan resistensiotak yang mempengaruhi
sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri kepala, kejanng) dan
gangguan penglihatan. Pembengkakan pada wajah dan ekstremitas merupakan salah satu gejala
dari adanya preeklamsi walaupun gejala utamanya adalah protein urine. Hal ini biasa terjadi pada
akhir-akhir kehamilan dan terkadang masih berlanjut sampai ibu post partum. Oedema dapat
terjadi karena peningkatan kadar sodium dikarenakan pengaruh hormonal dan tekanan dari
pembesaran uterus pada vena cava inferior ketika berbaring .
10) Suhu Tubuh Ibu > 38 0C Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik antara
37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi bendabenda dalam rahim dan mulainya laktasi, dalam hal ini
disebut 20 demam reabsorbsi. Hal itu adalah normal.Namun apabila terjadi peningkatan melebihi
380C beturut-turut selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang
mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas. Penanganan umum bila terjadi
Demam :
a) Istirahat baring
b) Rehidrasi peroral atau infuse
c) Kompres atau kipas untuk menurunkan suhu
d) Jika ada syok, segera beri pengobatan, sekalipun tidak jelas gejala syok, harus waspada untuk
menilai berkala karena kondisi ini dapat memburuk dengan cepat.

35
Pencegahan Infeksi Nifas terdiri dari beberapa bagian :
Masa kehamilan Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi,
dan kelemahan, serta mengobati penyakitpenyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan
dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya
dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati- hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban,
kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
1. Skenario Kasus

Lakukan roleplay kie tanda bahaya nifas kepada ibu nifas secara mandiri dengan
mendiskusikan dahulu materi kie dengan masing – masing anggota kelompok!

2. Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan kegiatan


KIE secara lengkap terhadap pasien.

3. Standart Operasional Prosedur

KIE TANDA BAHAYA IBU NIFAS

Pengertian Suatu proses penyampaian informasi antara bidan dengan klien atau
keluarga klien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan
Komunikasi Informasi Edukasi mengenai tanda bahaya pada saat nifas

Tujuan Untuk mencegah terjadinya bahaya pada saat nifas

Persiapan 1. Persiapan Tempat


Alat/Bahan Menyediakan tempat yang nyaman dan aman untuk melakukan
konseling
2. Persiapan Alat/Bahan
• Alat tulis, pena dan buku
• Alat bantu untuk konseling (lembar balik)

36
Prosedur Tahap Persiapan
Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan peralatan
3. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mendapatkan persetujuan klien
4. Mengatur lingkungan sekitar klien
5. Membantu klien mendapatkan posisi yang nyaman
Tahap Kerja
KIE TANDA BAHAYA NIFAS
1. Menanyakan keluhan klien dengan sopan
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Teruji melakukan apersepsi tentang tanda bahaya masa nifas
4. Menjelaskan tentang tanda infeksi masa nifas
Menjelaskan tentang tanda perdarahan per vagina dalam masa
5.
nifas
Menjelaskan tentang sakit kepala, nyeri epigastrik, penglihatan
6.
kabur
7. Menjelaskan tentang pembengkakan di wajah & ekstremitas
8. Menjelaskan tentang demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
Menjelaskan tentang payudara yang berubah menjadi merah,
9.
panas, terasa sakit
Menjelaskan tentang rasa sakit, merah, lunak, pembengkakan di
10.
kaki
Menjelaskan tentang kehilangan nafsu makan dalam waktu yang
11.
lama
Menjelaskan tentang perasaan sedih atau tidak mampu mengasuh
12.
sendiri bayinya dan diri sendiri

37
Menjelaskan untuk segera datang ke klinik jika mengalami tanda
13.
bahaya masa nifas
Menanyakan kembali tanda bahaya masa nifas yang telah
14.
diterangkan

Tahap Terminasi
1. Membersihkan dan menyimpan kembali peralatan pada tempatnya
2. Mencuci tangan
3. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah
dilakukan
4. Minta klien mengulangi instruksi sambil menanyakan ada hal – hal
yang belum dimengerti
5. Tanyakan apakah klien masih mempunyai pertanyaan
6. Beritahukan kepada klien untuk kembali tiap waktu apabila ia
mempunyai masalah atau pertanyaan
7. Ucapkan terima kasih dan minta klien untuk kembali lagi

Dokumentasi
1. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
2. Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus
kembali)

38
8. TEKNIK MENYUSUI
a. Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan,
payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar
payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan,
perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin
besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae
makin menghitam.

b. Posisi dan perlekatan menyusui


Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. Berikut ini posisi menyusui pada
ibu dalam kondisi khusus:

Gambar posisi menyusui balita pada kondisi normal

39
Gambar posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

Gambar posisi menyusui bayi bila ASI penuh

40
Gambar posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

c. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar


Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet,
ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu.
Tanda untuk menilai posisi menyusui yang benar
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.

d. Lama dan frekuensi menyusui


Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi
dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri
kebutuhannya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan
ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak
memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 –

41
2 minggu kemudian. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan
mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering
menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi
ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui
sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali
menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui
sebaiknya ibu menggunakan bra yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.

1. Skenario Kasus

Seorang IBU P1aoo nifas hari ke 1 mengeluh belum mengetahui teknik menyusui yang baik
dan benar !

2. Petunjuk Praktikum

Berdasarkan skenario kasus maka selanjutnya mahasiswa praktikan melakukan


kegiatan KIE secara lengkap terhadap pasien.

3. Standart Operasional Prosedur

42
PETUNJUK PRAKTIKUM :

TEKNIK MENYUSUI

Pengertian Teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan
dan posisi ibu dan bayi dengan benar
Tujuan 1. ASI Lancar
2. Bayi menghisap dengan baik dan benar
3. Kbutuhan ASI terpenuhi dengan baik
Persiapan 1. Apron
Alat/Bahan 2. Bantal

Prosedur Tahap Persiapan


Tindakan 1. Justifikasi Identitas klien
2. Menyiapkan Persiapan tempat
3. Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan bersih
4. Mencuci tangan

Komunikasi terapeutik:
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Mengatur lingkungan sekitar klien

Tahap Kerja
1. Cuci tangan bersih dengan sabun.
2. Atur posisi bayi.
a. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh
bayi.
b. Lengan ibu pada belakang bahu bayi, tidak pada dasar kepala, leher tidak
menengadah.
c. Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan
puting susu, sedangkan telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis

43
lurus.
d. Dekatkan badan bayi ke badan ibu (menempel).
3. Pegang payudara kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya. Ibu jari pada
ibu berada di atas putting dengan jari telunjuk dan jari tengah, karena
posisi putting dalam mulut bayi yang tidak benar mengakibatkan ASI yang
keluar tidak lancar.
4. Setelah selesai pada satu payudara, lepaskan dengan menggunakan jari
kelingking ibu yang bersih, jari dimasukkan ke dalam sudut mulut bayi.
Cara lain adalah dengan menekan dagu bayi ke bawah atau menutup
lubang hidung bayi, jangan menarik puting untuk melepaskannya.
5. Susui bayi dengan dua payudara secara bergantian (misalnya, kiri – kanan,
kanan- kiri, kiri – kanan, dan seterusnya).
6. Sendawakan bayi dengan cara :
a. Menyandarkan bayi di pundak ibu lalu ditepuk – tepuk punggungnya
pelan – pelan.
b. Bayi ditengkurapkan di pangkuan ibu sambil digosok – gosok
punggungnya.

Tahap Terminasi
1. Merapikan peralatan
2. Melakukan evaluasi terhadap klien tentang kegiatan yang telah dilakukan
3. Konseling Pasca Pencabutan Implan

Dokumentasi
• Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
• Melakukan konseling akhir (jangan lupa sampaikan, kapan ibu harus
kembali)

44
DAFTAR PUSTAKA
.

Handayani, Sri.2011.Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas.Yogyakarta : Gosyen Publishing.

http://www.lusa.web.id/program-tindak-lanjut-asuhan-nifas-di-rumah/

Heryani, Reni.2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta :
Trans Info Media.

Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes

Vivian Nanny Dan Tri Sunarsih.2011.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.Jakarta:Salemba


Medika.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Andi : Yogyakarta.

Saleha, 2009. Asuhan KebidananPadaMasa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Suherni, 2008. PerawatanMasa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

45

Anda mungkin juga menyukai