Anda di halaman 1dari 6

UPAYA PENCEGAHAN DEPRESI PASCA MELAHIRKAN MELALUI

PEMBENTUKAN KADER RAPID IBU PASCA MELAHIRKAN


DI KELURAHAN WONOKROMO SURABAYA

Khamida
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya; khamida@unusa.ac.id
Nurul Kamariyah
Universitas Nahdlatul Ulma Surabaya, nurulkamariyah@unusa.ac.id
Muhammad Ari Arfianto
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya,muhammad_ari@unusa.ac.id

Abstrak
Pasca melahirkan ialah periode dimana seorang ibu akan menjalani hari-hari yang tak kalah
melelahkan dibandingkan dengan masa kehamilan baik pada kondisi fisik maupun psikis
yang lebih lanjut akan menimbulkan perasaan stres/ depresi. Ibu pasca melahirkan yang
mengalami depresi pasca melahirkan dapat menyebabkan penurunan minat dan
ketertarikan terhadap bayi dan tidak mampu merawat bayinya secara optimal, tidak
bersemangat menyusui, sehingga kebersihan, kesehatan serta tumbuh kembang bayi tidak
optimal. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk mengoptimalkan
keterlibatan masyarakat pada Kader “RAPID” bagi ibu post partum, upaya ini juga
diharapkan akan terbentuk kader kesehatan reproduksi untuk meningkatkan pengetahuan,
melakukan pendampingan pada ibu pasca melahirkan terkait dengan kesehatan
reproduksinya yang pada akhirnya akan meurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan
bayi. Waktu pelaksanaan kegiatan dengan jangka waktu 3 bulan. Metode yang
dilakukan adalah p e m b e n t u k a n K a d e r , pemberian materi pada Kader “RAPID” bagi
ibu post partum dengan metode lecture, diskusi dan pelatihan atau demonstrasi. Evaluasi
pelatihan kader di lakukan dengan kuisioner pre dan post test serta monitor pelaksanaan
pemberdayaan Kader “RAPID” bagi ibu post partum pada bulan berikutnya dengan
mengevaluasi tingkat pengetahuan, dan kesehatan jiwa ibu pasca melahirkan. Hasil dari
kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah peningkatan pengetahuan kader,
kesehatan jiwa ibu Pasca melahirkan serta laporan yang telah dipublikasikan.
Kata Kunci: Kader RAPID, Stress, Ibu Pasca melahirkan
Abstract.
Post-partum is a period when a mother spends her days with the same level of exhaustion both
physically and psychologically as she has had during pregnancy which may continue to cause
stress/depression. During post-partum period, a mother who suffers from post-partum
depression may have a decreased interest in her own baby, inability to take care of her baby
optimally, and no enthusiasm in breastfeeding so that the baby’s hygiene, health, and growth
and development will be not optimal. The activities of community service were purposed to
optimize the community involvement in “RAPID” cadres for the post-partum mothers. This
effort is also expected to build reproductive health cadres to increase knowledge and to
accompany mothers during post-partum period in relation with their reproductive health, which
will eventually decrease the morbidity and mortality in mothers and their babies. The activities
have been done within 3 months by building the cadres, giving materials to the “RAPID” cadres
for the post-partum mothers through lectures, discussions, and trainings or demonstrations.
Evaluation during the cadre training was done by using pre- and post-test questionnaires and
monitoring the empowerment of RAPID cadres for the post-partum mothers in the next month
by evaluating the level of knowledge and the mental health of the post-partum mothers. The
results of these community service activities which have been written in a published report
showed that the level of knowledge and the mental health of the post-partum mothers have
increased.
Key Word: Caders RAPID, STRESS, Post Partum Mothers
PENDAHULUAN postpartum mengalami penurunan minat
Pasca melahirkan ialah periode dan ketertarikan terhadap bayi dan tidak
dimana seorang ibu akan menjalani hari- mampu merawat bayinya secara optimal
hari yang tak kalah melelahkannya sehingga tidak bersemangat menyusui,
dibandingkan dengan masa kehamilan. sehingga kebersihan, kesehatan serta
Keadaan tersebut sangat terkait dengan tumbuh kembang bayi tidak optimal.
kondisi fisik maupun psikis yang lebih Depresi postpartum dan postpartum blues
lanjut akan menimbulkan perasaan stres sangat berkaitan, apabila postpartum blues
(tertekan). Penelitian menunjukkan terjadi berkepanjangan maka terjadilah
bahwa ada sekitar 50-80% wanita depresi postpartum. Pada ibu yang
pasca melahirkan yang mengalami mengalami depresi postpartum, besar
baby blues syndrome atau sering kemungkinan bayi tidak mendapat ASI
disebut juga dengan postpartum distress dan ditolak oleh orang tuanya serta adanya
syndrome ini. Postpartum blues dapat masalah dalam proses bounding
dipicu oleh perasaan belum siap attachment (Elvira, 2006).
menghadapi lahirnya bayi atau timbulnya Pada umumnya, persalinan
kesadaran akan meningkatkan dilakukan oleh individu yang sudah
tanggungjawab sebagai ibu. Ibu primipara berumur diatas 20 tahun, hal ini terjadi
kebanyakan mengalami postpartum blues karena adanya batas usia dalam
berat pada periode immediate postpartum pernikahan. Batas usia dalam pernikahan
yang akan meningkatkan kejadian depresi sangat penting karena hal ini berkaitan
postpartum. Freudenthal, Crost & dengan kematangan emosional, fisik
Kaminski (1999) menyebutkan bahwa dari maupun psikologis sehingga persiapan
37 ibu primipara,14% mengalami mengenai cara membina keluarga dan
postpartum blues tingkat berat, sedangkan aspek-aspek dalam pernikahan masih
dari 65 ibu multipara,12% mengalami terbatas. Apabila persiapan kurang akan
postpartum blues tingkat berat. menimbulkan masalah (Praromdhani,
Ibu yang mengalami depresi 2001). Berbagai masalah yang dapat
ditimbulkan akibat persalinan remaja di dan karenanya diperlukan keterbukaan,
bawah umur diantaranya adalah toleransi yang sangat tinggi, saling
postpartum blues. Remaja berasal dari menyesuaikan diri, serta menetapkan
basa latin “adolescere” yang berarti pembagian tugas antara suami istri.
tumbuh ke arah kematangan. Hal-hal tersebut memperkuat alasan
Kematangan yang dimaksud hanya bahwa persiapan pernikahan menjadi hal
kematangan fisik saja, tetapi juga yang penting.
kematangan sosial dan psikologis. Batas Hasil penelitian United Nation
usia remaja menurut World Health International Children’s Emergency
Organization (WHO) yaitu antara 10-24 Found (UNICEF) di Indonesia
tahun. Menurut Departemen Kesehatan, menemukan angka kejadian pernikahan
remaja adalah individu yang berusia 10 anak berusia 15 tahun berkisar 11%,
sampai 19 tahun dan belum kawin. sedangkan yang menikah di saat usia tepat
Menurut Badan Koordinasi Keluarga 18 tahun sekitar 35% (UNICEF, 2012).
Berencana Nasional (BKKBN), remaja Pernikahan usia dini paling banyak terjadi
adalah individu yang berusia 10 sampai di Afrika dan Asia Tenggara. Di Asia
19 tahun. Apabila pada kurun waktu Tenggara didapatkan data bahwa sekitar
tersebut remaja melakukan pernikahan, 10 juta anak usia di bawah 18 tahun telah
maka masa persiapan pernikahan yang menikah, sedangkan di Afrika
merupakan tugas perkembangan yang diperkirakan 42% dari populasi anak,
paling penting dalam tahun-tahun remaja menikah sebelum mereka berusia 18
dilewatkan. tahun, secara umum pernikahan dini lebih
Pernikahan merupakan hal yang sering terjadi pada anak perempuan
penting bagi manusia. Seseorang yang dibandingkan anak laki- laki, sekitar 5 %
menikah akan memperoleh keseimbangan anak laki-laki menikah sebelum berusia
baik dari segi biologis, sosial, dan juga 19 tahun (Larasati,2009). Indonesia
psikologis. Selain cinta dalam pernikahan termasuk negara dengan prosentase
juga diperlukan saling pengertian yang pernikahan usia muda tertinggi didunia
mendalam. Kesediaan untuk saling (ranking 37) dan tertinggi kedua di
menerima pasangan masing-masing ASEAN setelah Kamboja. Pada tahun
dengan latar belakang dan kepribadian 2010 terdapat 158 negara dengan usia
yang berbeda berarti mereka harus legal minimum menikah adalah18 tahun
bersedia menerima dan memasuki keatas, dan di Indonesia masih di luar itu
lingkungan sosial budaya pasangannya, (BKKBN, 2012).
Kelurahan Wonokromo Surabaya, Wonokromo sekitar 35% hanya
berada di tengah kota Surabaya Jawa berpendidikan SMA dan sebagian besar
Timur, dengan penduduk sebagian besar orangtua bekerja keduanya sebagai
adalah Madura.Masyarakat Madura pedagang. Budaya yang masih melekat
mempunyai kebiasaan untuk untuk mengtawinkan anaknya diusi dini
mengawinkan anaknya di usia muda. mejadi budaya di lingkungan tersebut,
Solusi yang bisa ditawartkan untuk mitos yang mengatakan bahwa kawin
menurunkan angka stres pasca kelahiran terlambat dikatakan perawan tua. Menikah
ibu dan meningkatkan derajad kesahatan atau hamil diusia dini juga akan
keluarga adalah pembentukan kader berpengaruh pada kondisi psikologis ibu
kesehatan yang berperan untuk memberi pasca melahirkan.
pendidikan kesehatan terhadap ibu dan METODE
keluarga. Pada kesempatan ini kami akan Metode pelaksanaan dalam
membentuk kader kesehatan reproduksi program pengabdian kepada
pada remaja sebagai awal dari masyarakat melalui Pelatihan Kader dan
pembentukan Kader RAPID ( Remaja, Pendampingan Kader “RAPID” bagi ibu
Anak, Ibu hamil dan Pasca Melahirkan pasca melahirkan di Kelurahan
serta Degeneratif) bagi ibu pasca Wonokromo Surabaya melalui 3 (tiga)
melahirkan tahap yaitu : (1) Pra Kegiatan,
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT (2)Pelaksanaan Kegiatan dan (3) Post
SASARAN. Kegiatan. Pra kegiatan dimulai dengan
Kelurahan Wonokromo koordinasi tim pengmas dengan pihak
merupakan sebuah daerah yang terletak di kelurahan wonokromo, dilanjutkan survei
wilayah Kota Surabaya, Provinsi Jawa dan persiapan sarana prasarana. Pada
Timur, dengan penduduk sebagian besar tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan
adalah Madura.Masyarakat Madura pembentukan dan pendampingan kader
mempunyai kebiasaan untuk RAPID bagi Ibu Pasca Melahirkan.
mengawinkan anaknya di usia muda. Evaluasi pelatihan kader di lakukan
Jumlah penduduk Kelurahan Wonokromo dengan kuisioner pre test dan post test
data Statistik di Kccamatan terdiri dari serta monitor pelaksanaan kader pada
1.163 jiwa dalam 323 KK di tahun 2016. bulan berikutnya dan seterusnya
Hingga kini kenaikan laju pertumbuhan
penduduknya sekitar 0,76 %.. Tingkat
pendidikan masyarakat kelurahan
HASIL DAN PEMBAHASAN ibu ibu kader didapatkan informasi bahwa
Kegiatan pengabdian masyarakat di daerah wonokromo selama ini ada ibu
dilakukan sejal Bulan Februari-Mei 2018. yang psaca melahirkan uring-uringan
Kegiatan awal yang dilakukan adalah dengan suami, malas atau enggan merawat
persiapan proposal pengabdian kepada bayinya, namun tidak tahu kalau itu semua
masyarakat, FGD dan survey lapangan adalah tanda gejala stress pasca melahirkan.
yang dilakukan oleh mahasiswa. Kegiatan Anka kematian ibu pascamelahirkan di
penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 4 daerah wonokromo memang rendah atau
Mei 2018. Responden pada pengabdian ini jarang, namun terkait psikologis atau stress
adalah ibu-ibu kader yang secara aktif memang selama ini belum diperhatikan.
terlibat dalam kegiatan-kegiatan warga di Dengan adanya pelatihan ini ibu-ibu
wilayah Kelurahan Wonokromo. Ibu-Ibu kader akan lebih memperhatikan terkait
kader Keluarahan Wonokromo sangat psikologis ibu pasca melahirkan, karena
antusias dengan setiap kegiatan yang bagaimanapun juga kondisi ibu pasca
dilaksanakan oleh Unusa. Keluarahan melahirkan akan mempengaruhi kondisi
Wonokromo merupakan wilayah binaan bayi dan kesejateraan keluarga pada
Unusa dan telah memiliki MoU dengan umumnya. Sebagai tindak lanjut dari
Dinas Kesehatan, artinya setiap kegiatan pelaksanaan Pengabdian kepada
yang bertujuan untuk meningkatkan Masyarakat dengan tema “Pemberdayaan
kesejahteraan dan kesehatan warga Kader RAPID dalam Upaya Meningkatkan
Wonokromo telah mendapat legalitas Derajat Kesehatan keluarga di Keluharan
Wonokromo Surabaya”, maka rencana
Kader RAPID Ibu pasca melahirkan
berikutnya adalah melakukan pelatihan
dimasing – masing RW telah terbentuk
kepada kader ibu post partum terkait
namun belum berjalan dengan optimal. Di
dengan perawatan bayi baru lahir dan ibu
Kelurahan Wonokromo terdapat tenaga
pasca melahirkan
sukarela sebagai kader yang menangani
KESIMPULAN
masalah ibu hamil dan post partum, yang di
Permasalah terkait ibu post partum adalah
koordinir oleh ibu Bambang. Tugas kader
kesehatan jiwa atau stress pasca
ini adalah mendampingi ibu hanil sampai
melahirkan, Kader perlu mendampingi ibu
pasca melahirkan yang berkoordinasi
pasca melahirkan/post partum dan keluarga
dengan pihak keluarga, termasuk
yang sedang mengalami permasalahan
mendeteksi dini terjadinya stress pasca
tersebut, karena akan mempengaruhi
melahirkan. Berdasarkan hasil FGD dengan
perawatan bayi dan kesejahteraan/
keharmonisan keluarga. Peningkatan dan Klainin P, Arthur DG. Postpartum
optimalisasi kader dalam menemukan depression in Asian cultures: A
masalah ibu dan keluarga sangat bagus. literature review.
Untuk itu diperlukan peran aktif kader International Journal of Nursing
dan tenaga kesehatan dalam upaya Studies, 2009.
peningkatan derajat kesehatan ibu Linda LM, Melville JL. Psychiatric
Problems During Pregnancy and the
REFERENSI
Puerperium. In: Clinical Obstetrics
Cliffe S, Black D, Bryant J, Sullivan E.
Maternal Deaths in New South The Fetus & Mother. 3rd ed.
Wales, Australia: a data linkage Massachusetts: Blackwell
project. Aust N Z J Obstet Gynaecol Publishing,
2008. 2008.
Cohen LS, Nonacs RM. Postpartum
Mood Disorder. In Mood and Neurologic and Psyciathric Disorder. In:
Anxiety Disorder During Pregnancy Cunningham FG, Lenovo KJ, eds.
and Postpartum. Review of Williams
Psychiatry Vol. 24, Arlington: Obstetrics. 23rd ed. McGraw-Hill Co,
American Psychiatric Publishing, 2010.
2005. O’Hara MW, Segre LS. Psychologic
DEPKES RI. Buku pedoman Battra Disorders of Pregnancy and the
sebagai motivator posyandu Postpartum Period. In : Danforth's
meningkatkan kesehatan ibu dan Obstetrics and Gynecology 10th ed.
anak. Jakarta: DEPKES RI.Depkes. Lippincott Williams & Wilkins, 2008.
Buku paket Pelatihan kader Sri Yuniarti. Asuhan Tumbuh Kembang
kesehatan dan tokoh masyarakat Neonatus Bayi-Balita Dan Anak Pra-
dalam pengembangan desa siaga Sekolah. Bandung: Refika Aditama.2015
(buku pegangan kader).2010
Gonidakis F, Rabavilas AD, Varsou E,
Kreatsas G, Christodoulou GN.
Maternity blues in Athens, Greece: A
study during the first 3 days after
delivery. Journal of Affective
Disorders, 2008.

Anda mungkin juga menyukai