KELOMPOK II
JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, ami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 31
3.2 Saran............................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 33
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
kehidupan anakanak dan masa kehidupan orang dewasa.Ditinjau dari segi fisiknya, mereka
sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka
diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukan sikap dewasa
Penduduk Indonesia tahun 2000-2025 yang dikeluarkan oleh Bappenas pada tahun 2005
jumlah penduduk remaja umur 10-24 tahun mencapa 64 juta pada tahun 2007 atau 28,6%
dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta. Data BPS tahun 2009 menyebutkan
bahwa usia produktif remaja sebesar 55% dari jumlah penduduk Indonesia 238.452.952.
Salah satu permasalahan yang menonjol dikalangan remaja adalah masalah kesehatan
reproduksi.
Menurut survey Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI) Januari s/d Juni 2008
remaja (SMP, SMA) ada 97%, pernah menonton film porno, 93,7% pernah ciuman,62,7%,
tidak perawan.Diperkirakan 20-25% dari semua infeksiHIV didunia terjadi pada remaja,
demikian pula dengan kejadian IMS sekitar 29% kasus terjadi pada remaja. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar di Sulawesi Utara remaja usia 13-18 tahun yang pernah melakukan
seks bebas 21%, merokok 40%, minum alkohol 10%, narkoba 1,3%, IMS 8%, dan terinfeksi
HIV/AIDS 4,18%. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi remaja, kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap remaja dan
adanya pergaulan bebas dikalangan remaja.
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi
mendatang, maka upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan
reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja, baik di
perkotaan maupun di pedesaan.Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk
bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun kepada keluarga dan
masyarakat. Pemerintah bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat
dapat menjadi inisiator lahirnya kebijakan ini menjadi peraturan daerah atau sejenisnya.
Kebijakan ini misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah, baik negeri
maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi kesehatanreproduksi remaja
mulai SD hingga SMA
3
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan fisik pada remaja
2. Untuk mengetahui perubahan psikologis pada remaja
3. Untuk mengetahui determinan perkembangan remaja
4. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan reproduksi remaja
5. Untuk mengetahui solusi permasalahan kesehatan reproduksi remaja
6. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja laki-
laki
7. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja
perempuan
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa tentang
masalah kesehatan reproduksi remaja dan faktor yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi remaja
Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyajikan materi makalah ini
secara jelas dan sistematis
2. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui, memahami pengetahuan serta informasi tentang masalah kesehatan
reproduksi remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
merasa mampu untuk berdiri sendiri sehingga sering ingin berbuat segala
sesuatunya sesuai kehendak sendiri.
5. Ingin memproleh persamaan hak
Merasa keadaan fisik sudah sama dengan orang dewasa membuat remaja ingin
diakui sama seperti orang dewasa. Timbul rasa proporsional pada remaja
menjadi beban bagi mereka. Remaja belum siap menerima perubahan tersebut,
karena itu mereka mudah tersinggung, marah, malu terhadap orang lain dan
merasa tertekan.
6. Ingin dipuja
Seiring dengan timbul rasa ketertarikan keppada lawan jenis, remaja ingin tampil
dan menarik perhatian lawan jenisnya. Diantara sesame jenisnya pun mereka
ingin tampak lebih dari orang lain. Remaja selalu ingin dipuja, terutama oleh
lawan jenisnya.
Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah
dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan penyimpangan perilaku yang mengundang
resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya,
serta aktivitas pergaulan seksual yang membahayakan. Alasan perilaku yang mengundang
resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan rasa takut, dianggap tidak
cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan
teman sebaya.
Permasalahan yang muncul dari perubahan fisik dan psikis remaja, sebagai berikut:
1. Ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat pada tindakan yang
tidak rasional, cenderung emosional dan tanpa pikir panjang.
2. Penerimaan (akseptansi) menyeluruh terhadap setiap perubahan bentuk dan fungsi
tubuhnya sebagai usaha penyesuaian diri terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Mereka merasa tidak puas akan penampilannya. Mereka
terhambat dalam hal akseptansi karena menyadari pentingnya penampilan dalam
penerimaan sosial. Apalagi pada saat pubertas ini, minat terhadap jenis kelamin
lain mulai berkembang pula.
7
Cara menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan psikis masa remaja. Penyesuaian diri
yang harus dilakukan pada masa remaja meliputi perkembangan intelegensi, perkembangan
peran sosial, perkembangan peran seksual dam perkembangan moral dan religi.
4. Menghindari pengaruh lingkungan yang tidak baik. Ini merupakan hal yang
paling sulit, karena ada perasaan takut dikucilkan
5. Mengarahkan aktifitas berkelompok di kalangan remaja ke arah kegiatan yang
positif misalnya menyalurkan hobi berkelahi dengan mengikutsertakan anak
dalam klub bela diri, dan sebagainya.
Perkembangan psikis:
Dalam masa pueral perasaan harga diri bertambah kuat, keberanian melewati batas,
suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan, dan gemar akan pengalaman
yang luar biasa.
2. Fase Prapubertas
Sebenarnya prapubertas masih termasuk kedalam masa peralihan. Masa ini
dialami anak perempuan lebih singkat daripada lamanya dialami anak laki-laki.
Kedua jenis berangsur-angsur melepaskan dirinya dari ikatan orang tuanya untuk
memungkinkan mereka dapat bertindak dan berpikir lebih bebas. Andaikan mereka
tidak dapat melepaskan dirinya dari keterikatan itu dan merasa kemerdekaannya
terancam, ada kemungkinan mereka akan berontak atau sekurang-kurangnya tidak
mau nengikuti peritah, tidak tunduk kepada peraturan. Bila sudah sampai pada
menentang orang tua dan lingkungannya, hal ini dapat mempersukar guru dalam
melaksanakan tugasnya.
Masa Negatif: Hetzer dan Bartling telah meneliti tentang masa negatif ini.
Dalam masa ini perubahan-perubahan kejiwaan sangat sukar diteliti secara objektif
karena perasaannya sangat tertegun dan kelakuannya sangat pasif. Untuk
mendapatkan informasi yang jelas hendaknya penelitian dilakukan dengan
pengamatan yang sistematis. Diantara sifat-sifat yang nampak pada masa negatif
antara lain:
Dalam masa negatif mudah terjadi pelanggaran moral, khususnya bagi mereka
yang pendidikannya kurang baik dan lingkungannya tidak turut mencegah keadaan
yang kurang baik itu. Dalam keadaan seperti inilah mereka membutuhkan bimbingan
agar dapat mengerti tentang keadaan dan tingkah lakunya.
Masa Merindu puja: Merindu puja tidak ditujukan kepada manusia saja, juga
kepada hal-hal yang abstrak yang sangat dikagumunya seperti keindahan alam,
kebaikan, dan kecantikan. Dalam hal ini jelas ada unsur kejasmanian karena reaksi
terhadap lingkungan umumnya bersifat psikofisik. Selain itu juga terdapat aspek
nafsu, yaitu ingin mencari kepuasan dan kegembiraan, tetapi keinginan itu bukan
berasal dari motif kejiwaan. Jika kita gambarkan dengan kata-kata, merindu puja
mengalami proses sebagai berikut:
a. Seseorang dipuja karena bentuk, sifat-sifat lahir yang dimilikinya, dan sifat-
sifat batinnya.
b. Pujaan itu berdasarkan nilai kultur yang didukung oleh individu itu sendiri,
misalnya seorang pemimpin, seorang tokoh, seorang aktor, dan sebagainya.
3. Fase Pubertas
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minat-
minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri dan merupakan inti
dari seluruh masa remaja. Ciri-ciri fase ini didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-
alat kelamin, baik yang nampak diluar maupun yang ada di dalam tubuhnya. Motorik
anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalanpun mengalami
perubahan. Anak laki-laki nampak lebih kaku dan kasar, sedanag anak perempuan
nampak lebih canggung. Mulai tahu manghias diri, baik laki-laki maupun perempuan.
Mereka berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya,
tetapi malu-malu.
4. Fase Adolesen
Masa adolesen berada diantara usia 17 dan 20 tahun. Menurut Michaelis, pada
awal adolesen seseorang mengalami perkembangan jasmani yang pesat karena organ-
organ pada tubuh pada waktu itu sedang mampu-mampunya mengatasi gangguan apa
12
persoalan ekonomi, alasan karir atau masih sekolah, kehamilan karena insect atau
kondisi janin yang dianggap cacat berat.
KTD dapat memicu terjadinya penguguran kandungan (aborsi), karena
sebagaian besar perempuan yang mengalami KTD, mengambil keputusan atau
jalan keluar dengan melakukan aborsi, yang sebagian besar dilakukan dengan
tidak aman, yang menyebabkan kerusakan rahim, infeksi rahim, infertilitas,
pendarahan, bahkan kematian. Aborsi dilarang keras dengan alasan apapun
kecuali jika menyelamatkan jiwa ibu.
2. HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan penyakit. HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan
yang bisa digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan
ini juga akan membuat penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani
hidup dengan normal.
HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh
manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.
Cairan yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah,
dan ASI.
HIV tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine. Berikut ini adalah
beberapa cara penyebaran HIV:
Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika
melahirkan atau menyusui
Melalui seks oral
Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian
Melalui transfuse darah dari orang yang terinfeksi
Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang
sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya
Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV
yang disertai konseling. Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT
15
(Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela).
Tes ini bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan
terlebih dahulu. Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan
juga pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil
tes HIV jika terbukti positif.
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi
terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi
oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes
HIV mungkin akan diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan
aktivitas yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV. Tes VCT dapat
dilakukan di rumah sakit, puskesmas, atau klinik kesehatan terdekat.
2.7 Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara
dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang
21
berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda
(young people) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN
disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Menurut
Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf
mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Menurut Bisri (1995),
remaja adalah Universitas Sumatera Utara mereka yang telah meningalkan masa kanak-
kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung
jawab.
b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007)
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada
22
periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir
para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja Universitas Sumatera Utara tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan
pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi,
prediksi, dan rencana untuk masa depan.
c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana,
dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja
mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak
melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang
selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
1) Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia majora,
labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae, glandula
vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.
2) Labia majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi
kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis.
3) Mons pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior
simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal
yang membentuk pola tertentu.
4) Payudara / kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.
1) Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan
berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan
janin yang kemudian mengalami atrofi. Di bagian tengah klitoris terdapat lubang
uretra untuk keluarnya air kemih saja.
2) Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang
teratur di tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan
sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah
melahirkan.
3) Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar
yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai
pelumas waktu melakukan aktifitas seksual.
4) Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya
mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan
otot tebal sebagai tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah
dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.
5) Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai
tempat melintasnya sel telur/ovum.
6) Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon
esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah. Fungsi organ: Organ-
organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali pada usia
24
10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai
berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen
dan progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah
dalam dan terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi
dengan dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba
uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa
Fungsi organ: Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama
kali pada usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai
berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan
progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan
terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan
dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba uterina.
Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause, kemudian tidak
berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon ini sehingga payudara akan
membesar.
2. Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat kelamin
pria bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1) Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya
pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan
serabut saraf. Pada bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai
cairan sperma yang di sebut uretra.
2) Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri
dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.
1) Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-
kecil membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.
25
Fungsi organ: Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi dimulai
saat pubertas sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh organ-organ tersebut
antara lain:
Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama
kehidupannya.
Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat
pengaruh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial Leydig
dalam testis.
telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat
komplikasi aborsi yang tidak aman.
Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan
dalam buku Facts of Life yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer) 10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa)
yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada
saat kehamilan berikutnya
j. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
k. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
l. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu
adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti
berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku
pencobaan bunuh diri.
4. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja,
morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman
28
yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap
kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap
meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan
risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang
dipakai secara bergantian. Universi
tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi
seorang remaja.
2.10 Pengetahuan
Sebelum seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), sebelum seseorang berperilaku
baru (mengadopsi perilaku), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
antara lain :
1. Kesadaran (Awareness), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation, yakni orang tersebut menimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya
4. Trial, orang tersebut mulai mencoba perilaku baru
30
5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.
Pengukuran pengetahuan dapat diukur deng Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan
wawancara atau dengan menggunakan alat ukur berupa angket atau kuesioner yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoadmojo, 2007).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial.
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik
merupakan pemicu masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan remaja di Indonesia tentang
kesehatan reproduksi masih rendah, khususnya dalam hal cara-cara melindungi diri
terhadap risiko kesehatan reproduksi, seperti pencegahan KTD, IMS, dan HIV dan
AIDS. Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman
serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri
mengalami perubahan fisik yang cepat.
Peran pemerintah, orangtua, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), institusi
pendidikan serta masyarakat sangat diperlukan dalam memahami, mencegah serta cara
mengatasi masalah seksualitas dan seputar kasus reproduksi remaja. Karena kompleksnya
permasalahan kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, sangatlah urgen bagi pemerintah
untuk segera bertindak. Sehingga harapannya, permasalahan kesehatan reproduksi remaja
tidak berlarut-larut dan segera terpenuhi sehingga tercipta generasi penerus bangsa yang
unggul baik dari segi fisik maupun mental.
31
32
3.2 Saran
1. Bagi Remaja
a. Setiap remaja di Indonesia harus mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja
agar pemerintah juga lebih mudah dalam mengatasi permasalahan yang ada.
b. Sebagai mahasiswa perlu membantu pemerintah dalam melakukan sosialisasi
mengenai kesehatan reproduksi remaja.
c. Bagi remaja dan orang tua sebaiknya lebih selektif lagi dalam mengadopsi
informasi dan dalam mencari teman agar tidak terpengaruh serta terjerumus pada
pergaulan bebas yang tidak bertanggung jawab, lebih dekat dengan anak-anak,
tidak menganggap tabu membicarakan masalah seksual dan memiliki
pengetahuan yang benar perihal kesehatan reproduksi sehingga akan lebih mudah
dalam memberikan pendidikan serta pemahaman mengenai masalah seksual
2. Bagi Pemerintah
a. Mengevaluasi kebijakan yang sekiranya kurang tepat dalam mengatasi
permasalahan kesehatan reproduksi remaja agar dapat segera dibuat kebijakan
baru yang sesuai.
b. Adanya sosialisasi yang terkonsep berbeda agar para remaja lebih tertarik untuk
mendengarkan penjelasan yang dalam hal ini mengenai kesehatan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Bania, dkk. 2019. Modul Pelatihan Pendidik Sebaya Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:
MDMC.
BKKBN. 2001. Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN.
Mappiare, A. 1992. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Soeroso, Santoso. 2001. Masalah Kesehatan Remaja. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, hlm. 190 –
198.
Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru
33