Anda di halaman 1dari 36

MASALAH KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

MAKALAH INI DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

KELOMPOK II

CHAROLINA MEGA S 1605015171 RATIH PUSFITASARI 1605015046

FITRI NUR FADHILLAH 1705015177 BAGAS RESTU P 1605015126

FIRDA JULIANA 1705015193 MUNIFAH ZAHRA 1705019025

NURLELI AZIZAH 1705015195 SUCI WULANDARI H 1805019008

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, ami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 26 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL.................................................................................................. i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 3
1.3 Tujuan........................................................................................................... 3
1.4 Manfaat........................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Fisik Remaja.............................................................................. 4


2.2 Perubahan Psikologis Remaja..................................................................... 5
2.3 Determinan Perkembangan Remaja............................................................ 8
2.4 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja............................................ 12
2.5 Solusi Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja................................. 18
2.6 Kesehatan Reproduksi Remaja.................................................................... 20
2.7 Remaja......................................................................................................... 20
2.8 Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi..................................................... 22
2.9 Faktor – Faktor Kesehatan Reproduksi Remaja.......................................... 25
2.10 Pengetahuan................................................................................................ 29

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 31
3.2 Saran............................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 33

LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan
dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan,
perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya, remaja sangat rentan
sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul
sebagai akibat terjadinya perubahan sosial
Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk mencapai kemasakan dalam
berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses
yang memperlihatkan hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada
remaja. Dari sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang akan mengkhawatirkan
adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran
penyakit kelamin (sexual transmitted disease), kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang
tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) di kalangan remaja. Masalah-masalah
yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah sertaan lainnya yaitu unsafe
aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah
kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai
organisasi internasional.
Dalam bidang pendidikan, kelompok usia remajalah yang secara proporsional paling
banyak mengalami putus sekolah. Dalam masalah angka kematian dan kesakitan ibu,
permasalahan berawal sejak gadis remaja, dimana usia dini, harga diri dan status yang
rendah, serta gizi buruk mulai memberikan dampak akhir pada penderitaan perlahan-lahan
dan kematian dini. Pada kelompok usia remaja ini, tingkat kecelakaan dan luka yang
disengaja paling tinggi diantara semua kelompok. Selain itu, peningkatan angka HIV/AIDS,
penggunaan tembakau, obat terlarang, kekerasan, kenakalan, pelecehan, aborsi dan
sebagainya, lazim terjadi pada usia ini. Remaja mulai menginginkan kebebasan emosional
dari orang tua dan mulai meningkatkan dirinya dengan kehidupan per grup sehingga pada
masa ini kehidupan kelompok sebaya akan sangat penting.
Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, disebut juga dengan
identitas ego (ego identity). Ini terjadi karena masa remaja merupakanperalihan antara masa
1
2

kehidupan anakanak dan masa kehidupan orang dewasa.Ditinjau dari segi fisiknya, mereka
sudah bukan anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka
diperlakukan sebagai orang dewasa, ternyata belum dapat menunjukan sikap dewasa
Penduduk Indonesia tahun 2000-2025 yang dikeluarkan oleh Bappenas pada tahun 2005
jumlah penduduk remaja umur 10-24 tahun mencapa 64 juta pada tahun 2007 atau 28,6%
dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 222 juta. Data BPS tahun 2009 menyebutkan
bahwa usia produktif remaja sebesar 55% dari jumlah penduduk Indonesia 238.452.952.
Salah satu permasalahan yang menonjol dikalangan remaja adalah masalah kesehatan
reproduksi.
Menurut survey Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI) Januari s/d Juni 2008
remaja (SMP, SMA) ada 97%, pernah menonton film porno, 93,7% pernah ciuman,62,7%,
tidak perawan.Diperkirakan 20-25% dari semua infeksiHIV didunia terjadi pada remaja,
demikian pula dengan kejadian IMS sekitar 29% kasus terjadi pada remaja. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar di Sulawesi Utara remaja usia 13-18 tahun yang pernah melakukan
seks bebas 21%, merokok 40%, minum alkohol 10%, narkoba 1,3%, IMS 8%, dan terinfeksi
HIV/AIDS 4,18%. Hal tersebut diakibatkan karena kurangnya pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi remaja, kurangnya pengawasan dari orang tua terhadap remaja dan
adanya pergaulan bebas dikalangan remaja.
Melihat besarnya permasalahan dan dampaknya di masa depan untuk generasi
mendatang, maka upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan
reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin kepada seluruh segmen remaja, baik di
perkotaan maupun di pedesaan.Pemberian informasi ini dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberikan pilihan kepada remaja untuk
bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun kepada keluarga dan
masyarakat. Pemerintah bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat
dapat menjadi inisiator lahirnya kebijakan ini menjadi peraturan daerah atau sejenisnya.
Kebijakan ini misalnya dengan memberikan keputusan bahwa seluruh sekolah, baik negeri
maupun swasta mempunyai kewajiban memberikan informasi kesehatanreproduksi remaja
mulai SD hingga SMA
3

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja aspek perubahan fisik pada remaja?
2. Apa saja aspek perubahan psikologis pada remaja?
3. Apa saja determinan perkembangan remaja?
4. Apa saja permasalahan kesehatan reproduksi remaja?
5. Bagaimana solusi dari permasalahan kesehatan reproduksi remaja?
6. Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi laki-laki
7. Faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi perempuan

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perubahan fisik pada remaja
2. Untuk mengetahui perubahan psikologis pada remaja
3. Untuk mengetahui determinan perkembangan remaja
4. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan reproduksi remaja
5. Untuk mengetahui solusi permasalahan kesehatan reproduksi remaja
6. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja laki-
laki
7. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja
perempuan

1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
 Menambah pengetahuan dan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa tentang
masalah kesehatan reproduksi remaja dan faktor yang mempengaruhi kesehatan
reproduksi remaja
 Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam menyajikan materi makalah ini
secara jelas dan sistematis

2. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui, memahami pengetahuan serta informasi tentang masalah kesehatan
reproduksi remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perubahan Fisik Remaja


Masa pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi
penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan
organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan
peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan bermuara dari
perubahan pada sistem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi
organreproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan
tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik
seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer mencakup
perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup
perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada remaja putri
ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut pubis,
pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio (mimpi
basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada
bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya. Pertumbuhan berat dan tinggi
badan juga mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja. Anak remaja putri
mengalami pacu tumbuh (penambahan TB dan BB dengan cepat). Sebelum timbulnya tanda
seks sekunder, pada usia rata-rata 8-9 tahun, sedangkan menarche terjadi rata-rata pada usia
12 tahun. Pada anak remaja putra, pacu tumbuh mulai terjadi sedikit lebih lambat pada usia
sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun. Penyebab terjadi
makin awalnya tanda-tanda pertumbuhan ini diperkirakan karena faktor gizi yang semakin
baik, rangsangan dari lingkungan, iklim, dan faktor sosio-ekonomi. Perubahan fisik yang
terjadi pada masa pubertas adalah akibat meningkatnya kadar hormone kelamin (sex
hormones) yang diproduksi gonad dan kelenjar adrenal. Kelenjar ini dirangsang oleh
hormone gonadotropin dari kelenjar hipofisis, yang distimulasi oleh rangsangan hormone
GNRH dari hypothalamus, yang baru dilepaskan setelah tercapai kematangan tubuh anak.

4
5

2.2 Perubahan Psikologis Remaja


Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian
yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian
anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa,
keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat
diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali
berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, (suasana hati) bisa berubah dengan
sangat cepat. Hasil penelitian menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45
menit untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang
dewasa memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang
drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan
sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Berikut ini beberapa perubahan mental dan emosional pada remaja:
1. Meningkatnya perhatian pada lawan jenis
Peningkatan hormon pada masa pertumbuhan remaja, juga membuat
meningkatnya dorongan atau ketertarikan kepada lawan jenis.
2. Rasa setia pada kelompok seusia
Ketertarikan dan kebersamaan diantara remaja menumbuhkan rasa setia kawan
yang sangat kuat yang diwujudkan dengan ketaatan mereka atas yang dibuat oleh
kelompoknya.
3. Mudah terpengaruh
Oleh karena kepribadian pada masa remaja masih bertumbuh dan mencari nilai-
nilainya, ditambah lagi dengan rasa kesetiakawanan yang besar, serta pengaruh
teman sebaya yang kuat, ini semua memposisikan remaja dalam kondisi yang
mudah dipengaruhi, baik untuk hal yang positif maupun negatif.
4. Bersifat egois
Adanya perasaan bahwa remaja bukan lagi anak-anak, membuat remaja tidak
mau lagi diatur oleh orang lain terutama oleh orang tua. Umumnya remaja
6

merasa mampu untuk berdiri sendiri sehingga sering ingin berbuat segala
sesuatunya sesuai kehendak sendiri.
5. Ingin memproleh persamaan hak
Merasa keadaan fisik sudah sama dengan orang dewasa membuat remaja ingin
diakui sama seperti orang dewasa. Timbul rasa proporsional pada remaja
menjadi beban bagi mereka. Remaja belum siap menerima perubahan tersebut,
karena itu mereka mudah tersinggung, marah, malu terhadap orang lain dan
merasa tertekan.
6. Ingin dipuja
Seiring dengan timbul rasa ketertarikan keppada lawan jenis, remaja ingin tampil
dan menarik perhatian lawan jenisnya. Diantara sesame jenisnya pun mereka
ingin tampak lebih dari orang lain. Remaja selalu ingin dipuja, terutama oleh
lawan jenisnya.
Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah
dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan penyimpangan perilaku yang mengundang
resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol, tembakau dan zat lainnya,
serta aktivitas pergaulan seksual yang membahayakan. Alasan perilaku yang mengundang
resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan rasa takut, dianggap tidak
cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan
teman sebaya.
Permasalahan yang muncul dari perubahan fisik dan psikis remaja, sebagai berikut:

1. Ketidakmatangan intelektual dan emosional. Hal ini berakibat pada tindakan yang
tidak rasional, cenderung emosional dan tanpa pikir panjang.
2. Penerimaan (akseptansi) menyeluruh terhadap setiap perubahan bentuk dan fungsi
tubuhnya sebagai usaha penyesuaian diri terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya. Mereka merasa tidak puas akan penampilannya. Mereka
terhambat dalam hal akseptansi karena menyadari pentingnya penampilan dalam
penerimaan sosial. Apalagi pada saat pubertas ini, minat terhadap jenis kelamin
lain mulai berkembang pula.
7

3. Perkembangan seksual yang meningkat. Pemuasan dorongan seks masih


dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan
yang benar tentang seksualitas yang pada awalnya berupa keinginan untuk jatuh
cinta atau bercinta
4. Krisis identitas. Setiap remaja harus mampu melewati krisisnya dan menemukan
jati dirinya. Sehingga dapat memahami dirinya sendiri, kemampuan dan
kelemahan dirinya serta peranan dirinya dalam lingkungannya.
5. Ikatan kelompok yang kuat. Ketidakmampuan remaja dalam menyalurkan segala
keinginan dirinya menyebabkan timbulnya dorongan yang kuat untuk
berkelompok. Dalam kelompok, segala kekuatan dirinya seolah-olah dihimpun
sehingga menjadi sesuatu kekuatan yang besar.

Cara menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan psikis masa remaja. Penyesuaian diri
yang harus dilakukan pada masa remaja meliputi perkembangan intelegensi, perkembangan
peran sosial, perkembangan peran seksual dam perkembangan moral dan religi.

1. Penerimaan Atas Diri Sendiri


Perubahan dan perkembangan yang pesat oleh remaja sebaiknya dapat dijadikan
motivasi untuk dapat menjadi seseorang yang dapat mencapai kematangan
menuju kedewasaan yang bertanggung jawab terhadap diri dan kehidupan
sekitarnya. Janganlah berpikir jika perubahan bentuk tubuh yang terjadi itu adalah
sebuah kesialan karena tidak seperti yang kita inginkan, siswa harus dapat
menerimanya bengan lapang dada karena masih banyak orang lain yang mungkin
lebih buruk dari yang kita alami sekarang.
2. Membiasakan hidup sehat dan mengatur aktivitas fisik
Latihan akan membantu remaja membakar kelebihan energi, memperkuat level
mengembangkannya otot, dan tidur lebih baik di malam hari. Hal ini juga dapat
membantu remaja menjadi lebih nyaman pada tubuh mereka.
3. Menanamkan keimanan kepada Tuhan YME.
Ketebalan dan kekuatan iman merupakan kunci pokok perkembangan mental
8

4. Menghindari pengaruh lingkungan yang tidak baik. Ini merupakan hal yang
paling sulit, karena ada perasaan takut dikucilkan
5. Mengarahkan aktifitas berkelompok di kalangan remaja ke arah kegiatan yang
positif misalnya menyalurkan hobi berkelahi dengan mengikutsertakan anak
dalam klub bela diri, dan sebagainya.

2.3 Determinan Perkembangan Remaja


Determinan perkembangan
Kepribadian adalah hasil kolaborasi antara proses kemasakan genetik dan faktor empirik.
Kemasakan genetik disini adalah proses fisiologis yang dikendalikan oleh otak, genetik
bersifat fundamental dibawa sejak lahir. Sedangkan empirik adalah proses interaksi individu
dengan lingkungannya ; melalui proses belajar pada lingkungan.

1. Determinan kemasakan genetik adalah di mana seorang individu melalui tahapan


sesuai dengan tahapan kritisnya pada usia tertentu.
contoh : tahap kritis seorang anak belajar berjalan
2. Determinan keanggotaan kelompok adalah kelompok atau lingkungan sosial
mempengaruhi kepribadian individu.
contoh : keluarga, ras, bangsa, politik, agama, sosio ekonomi.
3. Determinan peran adalah sebagaimana peran yang dijalani oleh individu ;profesi.
contoh : Peran sebagai guru
4. Determinan situasi dapat diartikan juga sebagai pengalaman empirik yang dialami
individu .
Pengalaman itu bisa terjadi berulang kali/setiap hari (contoh : hubungan dengan
keluarga, teman) dan pengalaman yang hanya terjadi sekali (contoh : kehilangn
suami yang dicintainya ).
5. Belajar
Adalah hasil dari belajar terhadap pengalamannya yang dapat menentukan
seseorang untuk bertindak pada peristiwa berikutnya. Faktor genetik potensi
genetik seseorang (otak) berinteraksi dengan peristiwa yang pernah ia alami
sebelumnya akan menentukan apa yang akan di pelajari pada waktu berikutnya.
9

Berikut ini adalah fase-fase determinan perekembangan remaja:


1. Fase Pueral
Pueral, dari kata ”puer” artinya anak besar. Masa pueral merupakan masa
akhir dari masa anak sekolah. Puer adalah anak yang tidak suka lagi diperlakukan
sebagai anak tetapi ia belum termasuk golongan orang dewasa.

Perkembangan jasmani: tidak banyak yang kita ketahui tentang perkembangan


jasmani ini karena masa pueral dialami dalam tempo yang singkat. Anak laki-laki
merasa badannya bertambah kuat dari keadaannya dimasa masa yang lalu.
Pertambahan kekuatan itu diikuti tanda-tanda lebih berani, senang beramai-ramai,
suka mengganggu orang lain, menimbulkan perselisihan dan perkelahian. Sebagian
besar sifat-sifat yang tampak pada anak laki-laki itu tidak begitu jelas kelihatan pada
anak perempuan. Suatu keistimewaan pada anak-anak perempuan ialah mereka suka
tertawa riuh dan gembira sekali.

Perkembangan psikis:

a. Pueral ingin diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Ia


tidak mau selalu diperlakukan sebagai anak-anak. Mereka suka mencetuskan
perasaannya, jika dianggap perlu sampai memberontak tetapi belum dapat
dikatakan menentang kewibawaan orang tua atau gurunya. Segera setelah
kejadian itu biasanya mereka ingin damai kembali.
b. Mereka menganggap kekuasaan orang tua sebagai suatu hal yang sudah
semestinya, asalkan orang tua bertindak bijaksana. Mereka membutuhkan
pimpinan yang jujur, tegas dan tindakannya tidak menyinggung rasa harga
dirinya.
c. Guru yang baik sikapnya ditaati karena pueral sudah kritis, tidak begitu saja
menerima segala sesuatu. Perbuatan yang buruk dipandang buruk karena
perbiuatan itu merugikan bagi dirinya sendiri, bukan karena bentuk perbuatan
itu memang buruk adanya.
10

Dalam masa pueral perasaan harga diri bertambah kuat, keberanian melewati batas,
suka menyombongkan diri, sering bertindak tidak sopan, dan gemar akan pengalaman
yang luar biasa.

2. Fase Prapubertas
Sebenarnya prapubertas masih termasuk kedalam masa peralihan. Masa ini
dialami anak perempuan lebih singkat daripada lamanya dialami anak laki-laki.
Kedua jenis berangsur-angsur melepaskan dirinya dari ikatan orang tuanya untuk
memungkinkan mereka dapat bertindak dan berpikir lebih bebas. Andaikan mereka
tidak dapat melepaskan dirinya dari keterikatan itu dan merasa kemerdekaannya
terancam, ada kemungkinan mereka akan berontak atau sekurang-kurangnya tidak
mau nengikuti peritah, tidak tunduk kepada peraturan. Bila sudah sampai pada
menentang orang tua dan lingkungannya, hal ini dapat mempersukar guru dalam
melaksanakan tugasnya.

Sehubungan dengan sikap seperti diatas itu, Oswald Kroh menyebutkannya


”masa menentang”. Datangnya masa ini disertai dengan gajala-gejala seperti mudah
kena pengaruh buruk dari teman-temannya, kegiatannya cenderung merusak keadaan,
suka mengganggu ketertiban umum, bertindak sesuka hatinya, sering bertindak tidak
sopan, suka melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kebiasaan, suka mencela
tetapi ia sendiri belum mampu berbuat lebih baik.

Masa Negatif: Hetzer dan Bartling telah meneliti tentang masa negatif ini.
Dalam masa ini perubahan-perubahan kejiwaan sangat sukar diteliti secara objektif
karena perasaannya sangat tertegun dan kelakuannya sangat pasif. Untuk
mendapatkan informasi yang jelas hendaknya penelitian dilakukan dengan
pengamatan yang sistematis. Diantara sifat-sifat yang nampak pada masa negatif
antara lain:

a. Kemampuan bekerja menurun.


b. Kewajiban dan hobinya sering diabaikan.
c. Merasa gelisah dan kurang senang terhadap keadaan lingkungannya.
d. Mereka sombong, selain masih memperlihatkan sifat-sifat kelemahannya.
11

Dalam masa negatif mudah terjadi pelanggaran moral, khususnya bagi mereka
yang pendidikannya kurang baik dan lingkungannya tidak turut mencegah keadaan
yang kurang baik itu. Dalam keadaan seperti inilah mereka membutuhkan bimbingan
agar dapat mengerti tentang keadaan dan tingkah lakunya.
Masa Merindu puja: Merindu puja tidak ditujukan kepada manusia saja, juga
kepada hal-hal yang abstrak yang sangat dikagumunya seperti keindahan alam,
kebaikan, dan kecantikan. Dalam hal ini jelas ada unsur kejasmanian karena reaksi
terhadap lingkungan umumnya bersifat psikofisik. Selain itu juga terdapat aspek
nafsu, yaitu ingin mencari kepuasan dan kegembiraan, tetapi keinginan itu bukan
berasal dari motif kejiwaan. Jika kita gambarkan dengan kata-kata, merindu puja
mengalami proses sebagai berikut:

a. Seseorang dipuja karena bentuk, sifat-sifat lahir yang dimilikinya, dan sifat-
sifat batinnya.
b. Pujaan itu berdasarkan nilai kultur yang didukung oleh individu itu sendiri,
misalnya seorang pemimpin, seorang tokoh, seorang aktor, dan sebagainya.

3. Fase Pubertas
Masa pubertas disebut sebagai masa bangkitnya kepribadian ketika minat-
minatnya lebih ditujukan kepada perkembangan pribadi sendiri dan merupakan inti
dari seluruh masa remaja. Ciri-ciri fase ini didasarkan atas adanya pertumbuhan alat-
alat kelamin, baik yang nampak diluar maupun yang ada di dalam tubuhnya. Motorik
anak (cara bergerak) mulai berubah, sehingga cara berjalanpun mengalami
perubahan. Anak laki-laki nampak lebih kaku dan kasar, sedanag anak perempuan
nampak lebih canggung. Mulai tahu manghias diri, baik laki-laki maupun perempuan.
Mereka berusaha menarik perhatian dengan memamerkan segala perkembangannya,
tetapi malu-malu.

4. Fase Adolesen
Masa adolesen berada diantara usia 17 dan 20 tahun. Menurut Michaelis, pada
awal adolesen seseorang mengalami perkembangan jasmani yang pesat karena organ-
organ pada tubuh pada waktu itu sedang mampu-mampunya mengatasi gangguan apa
12

saja yang didorong oleh perkembangan kelenjar. Beberapa diantara sifat-sifat


adolesen ialah:

a. Mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup.


b. Jika pada masa pubertas mengalami keguncangan, dalam masa ini jiwanya
mulai tampak tenang.
c. Sekarang ia mulai menyadari bahwa mengecam itu memang mudah, tetapi
ternyata sukar melaksanakannya.
d. Ia menunjukkan perhatiannya kepada masalah kehidupan yang sebenarnya.

2.4 Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja sering disalahartikan secara sempit hanya sebagai
hubungan seksual saja, sehingga banyak orang tua yang merasa bahwa topik pembicaraan
ini tidak pantas untuk dibicarakan dengan remaja. Padahal, kesehatan reproduksi merupakan
keadaan kesehatan fisik, mental, dan sosial yang sangat penting untuk dimengerti oleh
remaja, sehingga tidak melulu membahas mengenai hubungan seksual.
Keadaan ini tentu berbahaya, tidak adanya informasi yang akurat menyebabkan
remaja mencari dan mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dari sumber-
sumber yang kurang terpecaya, seperti teman-temannya atau dari media-media porno.
Akibatnya, persepsi mereka tentang seks dan kesehatan reproduksi menjadi salah dan tidak
sehat.
Pubertas membuat remaja sadar akan potensinya dan menjadi lebih ekspresif dala
mengeksplorasi organ dan perilaku seksualnya. Persepsi mengenai kesehatan reproduksi dan
seksualitas yang salah dapat ikut terbawa ke dalam perilaku seksual mereka.
Bagi remaja yang aktif secara seksual, miskonsepsi ini dapat meningkatkan perilaku
seks berisiko dan mengakibatkan risiko terkena penyakit menular seksual. Penyakit ini dapat
berupa keputihan, klamidia, gonorea, hingga HIV/AIDS. Apabila dibiarkan, penyakit
tersebut dapat mengakibatkan infeksi lebih lanjut dan membahayakan dirinya.
Berikut adalah beberapa permasalahan kesehatan reproduksi remaja yang banyak
dialami oleh para remaja. Dan permasalahan tersebut banyak yang dikarenakan
ketidaktahuan para remaja, karena kurangnya pengetahuan yang konfrehensif dan benar.
13

1. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)


Setiap makhluk hidup memiliki kemampuan untuk bereproduksi, yaitu
kemampuan untuk melanjutkan keturunan. Manusia sebagai makhluk yang
dibekali akal oleh Allah SWT harus dapat mengontrol naluri seksual, sesuai
dengan norma, moral, agama, dan peraturan yang berlaku. Melanjutkan keturunan
dalam suatu hubungan pernikahan yang sah adalah suatu tugas mulia yang
diemban manusia dan merupakan tujuan pernikahan.
Melanjutkan keturunan melalui proses kehamilan pada wanita. Kehamilan
idealnya adalah 'sesuatu yang harus diinginkan' sesuai amanah yang diemban
dengan proses pernikahan yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Kehamilan merupakan bagian dari reproduksi, proses reproduksi yang
bertanggung jawab sangat dipengaruhi kesiapan:
1. Fisik: keadaan yang paling baik untuk memiliki anak, dimana
pertumbuhan dan organ reproduksi telah sempurna (perempuan antara 20-
35 tahun, laki-laki bila telah berusia 25 tahun)
2. Jiwa: kesiapan jiwa dimana seorang perempuan dan pasangannya telah
ingin mempunyai anak dan telah siap untuk menjadi orang tua yag
bertanggung jawab dalam mengasuh dan mendidik anaknya.
3. Sosial Ekonomi: bagi membutuhkan tempat tinggal selain kasih sayang
dari kedua orang tuanya. Kebutuhan bayi untuk masa tumbuh kembangnya
juga harus dimiliki dengan kesiapan dana yang digunakan untuk membeli
pakaian, makanan, pendidikan, dan sebagainya. Karena itu remaja siap
dikatakan secara sosial ekonomi jika ia bisa memenuhi kebutuhan dasar
tersebut. Dalam hal ini seorang remaja telah melampaui usia 20 tahun
tetapi ia belum mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan
maka ia belum dapat dikatakan secara sosial ekonomi.
Banyak faktor/alasan yang menyebabkan KTD, antara lain penundaan usia
kawin, ketidaktahuan tentang perilaku seksual yang dapat menyebabkan
kehamilan, tidak menggunakan alat kontrasepsi, kehamilan yang diakibatkan oleh
pemerkosaan, kondisi kesehatan ibu yang tidak mengizinkan kehamilan,
14

persoalan ekonomi, alasan karir atau masih sekolah, kehamilan karena insect atau
kondisi janin yang dianggap cacat berat.
KTD dapat memicu terjadinya penguguran kandungan (aborsi), karena
sebagaian besar perempuan yang mengalami KTD, mengambil keputusan atau
jalan keluar dengan melakukan aborsi, yang sebagian besar dilakukan dengan
tidak aman, yang menyebabkan kerusakan rahim, infeksi rahim, infertilitas,
pendarahan, bahkan kematian. Aborsi dilarang keras dengan alasan apapun
kecuali jika menyelamatkan jiwa ibu.

2. HIV/AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini
menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkan kemampuan tubuh untuk
melawan infeksi dan penyakit. HIV belum bisa disembuhkan, tapi ada pengobatan
yang bisa digunakan untuk memperlambat perkembangan penyakit. Pengobatan
ini juga akan membuat penderitanya hidup lebih lama, sehingga bisa menjalani
hidup dengan normal.
HIV adalah jenis virus yang rapuh. Tidak bisa bertahan lama di luar tubuh
manusia. HIV bisa ditemukan di dalam cairan tubuh dari orang yang terinfeksi.
Cairan yang dimaksud adalah cairan sperma, cairan vagina, cairan anus, darah,
dan ASI.
HIV tidak bisa menyebar melalui keringat atau urine. Berikut ini adalah
beberapa cara penyebaran HIV:
 Penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika
melahirkan atau menyusui
 Melalui seks oral
 Pemakaian alat bantu seks secara bersama-sama atau bergantian
 Melalui transfuse darah dari orang yang terinfeksi
 Memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang
sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya
Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes HIV
yang disertai konseling. Layanan tes HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT
15

(Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela).
Tes ini bersifat sukarela dan rahasia. Sebelum melakukan tes, konseling diberikan
terlebih dahulu. Konseling bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko infeksi dan
juga pola hidup keseharian. Setelah tahap ini, dibahaslah cara menghadapi hasil
tes HIV jika terbukti positif.
Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya antibodi
terhadap HIV di dalam sampel darah. Antibodi adalah protein yang diproduksi
oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman atau bakteri tertentu. Tes
HIV mungkin akan diulang satu hingga tiga bulan setelah seseorang melakukan
aktivitas yang dicurigai bisa membuatnya tertular virus HIV. Tes VCT dapat
dilakukan di rumah sakit, puskesmas, atau klinik kesehatan terdekat.

3. Infeksi Menular Seksual


 Sifilis
Penyebab sifilis adalah bakteri dengan nama Treponema pallidum. Gejala
awal sifilis adalah munculnya lesi atau luka pada alat kelamin atau pada
mulut. luka atau lesi ini akan bertahan selama 1,5 bulan dan kemudian
menghilang dengan sendirinya. Sentuhan dengan lesi dapat
mengakibatkan seseorang tertular. Jika tidak ditangani, infeksi ini akan
berlanjut ke tahap berikutnya dalam 4-10 minggu setelah lesi hilang. Pada
tahap berikutnya, gejala yang mirip dengan flu seperti demam, nyeri pada
persendian, dan sakit kepala akan muncul.
 Gonore atau Kencing Nanah
Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Gejala gonore pada perempuan:
a. Keluar cairan dari vagina (berair, menyerupai krim, sedikit
kehijauan)
b. Ketika buang air kecil, adanya sensasi nyeri dan rasa panas
c. Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
d. Munculnya bercak darah atau perdarahan saat tidak
sedang menstruasi
16

e. Rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual


f. Rasa nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah atau nyeri
panggul
g. Bengkak pada vulva
h. Rasa terbakar atau panas di tenggorokan (ketika sudah melakukan
oral seks)
i. Demam
Gejala gonore pada laki-laki:
a. Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
b. Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih,
kuning, krem atau kehijau-hijauan
c. Bengkak dan kemerahan bukaan penis
d. Bengkak atau nyeri pada testis
e. Sakit tenggorokan yang datang terus-menerus
 Klamidia
Klamidia disebabkan oleh bakteri Chlamydia Trachomatis.
Gejala klamidia pada perempuan:
a. Keluarnya cairan tidak normal yang berbau
b. Perdarahan di luar masa menstruasi
c. Adanya rasa sakit ketika menstruasi
d. Nyeri di bagian lambung bawah disertai dengan demam
e. Adanya rasa sakit ketika berhubungan seksual
f. Rasa panas dan gatal di sekitar vagina
g. Sakit ketika buang air kecil

Gejala klamidia pada laki-laki:

a. Adanya sedikit cairan bening atau keruh yang muncul di ujung


penis
b. Rasa sakit ketika buang air kecil
c. Rasa panas dan gatal di lubang penis
d. Munculnya rasa sakit dan bengkak di sekitar testis
17

4. Pelecehan dan Kekerasan Seksual


Pelecehan seksual adalah perilaku pendekatan yang terkait dengan seks
yang tidak diinginkan, termasuk permintaan untuk melakukan seks, dan perilaku
lainnya yang secara verbal maupun fisik merujuk pada seks.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja, baik tempat umum maupun
tempat pribadi seperti rumah. Dalam peristiwa pelecehan seksual, biasanya terdiri
dari kata-kata pelecehan (10%), intonasi yang menunjukkan pelecehan (10%), dan
non verbal (80%). Perilaku yang dapat digolongkan ke dalam pelecehan seksual:
 Lelucon seks, menggoda secara terus menerus mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan seks, baik secara langsung maupun melalui media
sosial.
 Penyiksaan secara verbal akan hal-hal yang terkait dengan seks
 Memegang ataupun menyentuh dengan tujuan seksual
 Secara berulang berdiri dengan dekat sekali atau hingga bersentuhan
badan antar orang
 Secara berulang meminta seseorang untuk bersosialisasi (tinggal, ikut
pergi) di luar jam kantor walaupun orang yang diminta telah
mengatakan tidak atau mengindikasikan ketidaktertarikannya
 Memberikan hadiah atau meininggalkan barang-barang yang merujuk
pada seks
 Secara berulang menunjukkan perilaku yang mengarah pada hasrat
seksual
 Membuat atau mengirimkan gambar-gambar, kartun, atau material
lainnya yang terkait dengan seks dan dirasa melanggar etika/batas
 Di luar jam kerja memaksakan diri mengajak pada suatu hal yang
terkait dengan seks yang berpengaruh pada lingkungan kerja
Pencegahan
Secara umum sebaiknya hindari berpergian sendiri pada malam hari. Juga
dianjurkan untuk memastikan bahwa keberadaan diri diketahui oleh orang lain.
Walaupun tidak ada jaminan bahwa berpakaian tertutup akan aman dari perilaku
18

pelecehan seksual, namun berpakaianlah yang pantas dan sopan untuk


mengurangi risiko terjadinya pelecehan seksual.

5. Pernikahan Usia Dini


Norma Perkawinan menurut UU Perwakinan No.1/1974 adalah ikatan
batin antara seorang pria dan perempuan sebagai istri dengan tujuan membentuk
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
dengan Batasan manusia untuk perempuan 16 tahun dan laki-laki 19 tahun.
Dari sudut pandang kesehatan reproduksi usia tersebut masih dianggap
belum matang terkait organ reproduksi. Sehingga sampai saat ini masih terjadi
proses pro-kontra di masyarakat terkait hal ini. Namun demikian idealnya jika
seseorang memutuskan menikah dan berkeluarga berarti sudah harus
mempersiapkan kematangan fisik, jiwa, dan sosial ekonomi.

2.5 Solusi Permasalahan Kesehatan Reproduksi Remaja


Adapun solusi dan strategi yang ditawarkan dan kedepannya bisa diterapkan untuk
permasalahan kesehatan reproduksi remaja adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan kebijakan yang melibatkan remaja baik sebagai partisipan aktif maupun
pasif. Tahap awal penentuan kebijakan dalam penanggulangan kesehatan reproduksi
remaja adalah mengerti dunia remaja itu sendiri. Pemerintah seharusnya mengadakan
survei dan penelitian tentang kondisi kesehatan reproduksi remaja di Indonesia.
Penelitian sebaiknya dilakukan menyeluruh di semua wilayah Indonesia dan tidak boleh
hanya memilih beberapa daerah sebagai cluster sampling. Setiap daerah memiliki pola
hidup dan kebudayaan yang berbeda serta tingkat perkembangan yang berbeda sehingga
secara tidak langsung pengaruh globalisasi dan arus informasi terhadap kesehatan
reproduksi berbeda pula. Sebagai contoh kota Jakarta mungkin masih lebih baik
dibandingkan kota Malang karena informasi yang diterima berbeda.
2. Menyusun suatu Undang-undang dan peraturan pemerintah yang didalamnya membahas
kesehatan reproduksi. Isi kebijakan sebaiknya tidak hanya hukuman atau denda bagi
pelanggar kesehatan reproduksi tetapi akan lebih baik bila didalamnya ditekankan pada
strategi promotif dan preventif terhadap masalah kesehatan reproduksi yang ada.
19

3. Pelayanan-pelayanan kesehatan bagi remaja sebaiknya tidak hanya mengenai aspek


medis kesehatan reproduksi, tetapi hendaknya juga menyangkut hubungan personal dan
menyangkut nilai-nilai moral melalui Pendidik sebaya (Peer Educator).
4. Menggalang kerja sama dengan semua stakeholder baik pemerintah, swasta, LSM,
organisasi profesi serta organisasi kemasyarakatan berdasarkan prinsip kemitraan dalam
penyelenggaraan program dan pembinaan remaja.
5. Sebaiknya pemerintah tidak fokus pada pemberian pendidikan seks saja namun lebih
kepada pemberian pendidikan kesehatan reproduksi. Pendidikan seks merupakan bagian
dari pendidikan kesehatan reproduksi sehingga lingkup pendidikan kesehatan reproduksi
lebih luas. Pendidikan kesehatan reproduksi mencakup seluruh proses yang berkaitan
dengan sistem reproduksi dan aspek-aspek yang mempengaruhinya, mulai dari aspek
tumbuh kembang hingga hak-hak reproduksi. Sedangkan pendidikan seks lebih
difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks.
6. Melakukan kampanye Kesehatan Reproduksi Remaja dengan Film Film/Video
Komunitas. Strategi ini kedepannya perlu ditingkatkan mengingat hasil yang didapatkan
cukup efektif karena remaja cenderung akan lebih merespon dan tertarik untuk belajar
tentang kesehatan reproduksi nya melalui media film dan video.
7. Pemberian pengetahuan dasar kesehatan reproduksi kepada remaja agar mereka
mempunyai kesehatan reproduksi yang baik. Pengetahuan yang diberikan antara lain
terkait:
 Tumbuh kembang remaja: perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur,
anemi dan kesehatan reproduksi
 Kehamilan dan melahirkan: usia ideal untuk hamil, bahaya hamil pada usia
muda, berbagai aspek kehamilan tak diinginkan (KTD) dan abortus
 Pendidikan seks bagi remaja: pengertian seks, perilaku seksual, akibat
pendidikan seks dan keragaman seks
 Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
 Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
 Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
 Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
 Hak-hak reproduksi dan jender.
20

1. Memperbaiki komunikasi antar orangtua dan anak. Empowering keluarga


untuk meningkatkan ketahanan non fisik menghadapi arus globalisasi
dengan cara memperkuat sistem agama, nilai dan norma di dalam keluarga
merupakan alternatif utama. Keluarga bertugas mempertebal iman remaja
dan pemuda dengan meningkatkan pemahaman nilai-nilai agama, norma,
budi pekerti dan sopan santun
2. Dari pihak pemerintah juga diharapkan adanya kegiatan berwawasan
nasional misalnya memperketat sensor arus informasi dan budaya asing,
menunjang pembentukan sarana bagi pengembangan remaja dan lain-lain.

2.6 Kesehatan Reproduksi Remaja


1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu
keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman. Pengertian lain
kesehatan reproduksi dalam Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan,
yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh
dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata
berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta
sosial kultural (Fauzi., 2008).

2.7 Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja pada umumnya didefenisikan sebagai orang-orang yang mengalami masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Sementara
dalam terminologi lain PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yang
21

berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda
(young people) yang mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN
disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Menurut
Hurlock (1993), masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan, taraf
mencari identitas diri dan merupakan periode yang paling berat. Menurut Bisri (1995),
remaja adalah Universitas Sumatera Utara mereka yang telah meningalkan masa kanak-
kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung
jawab.

2. Perubahan yang terjadi pada masa remaja


Perubahan-perubahan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara
lain dapat dilihat dari 3 dimensi yaitu dimensi biologis, dimensi kognitif dan dimensi
sosial.
a. Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada saat memasuki
masa pubertas, anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda
bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik
seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai membesar, timbul jerawat
dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki mulai memperlihatkan
perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat kelamin menjadi lebih
besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan fisik lainnya. Bentuk
fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa
mereka pada dunia remaja.

b. Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007)
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada
22

periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir
para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan
akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja Universitas Sumatera Utara tidak lagi menerima informasi apa
adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya
dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan
pengalaman lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi,
prediksi, dan rencana untuk masa depan.

c. Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana,
dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja
mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan
lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak
melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang
selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.

2.8 Anatomi dan Fungsi Organ Reproduksi


1. Wanita
Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan organ
reproduksi bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
23

1) Vulva, yaitu daerah organ kelamin luar pada wanita yang meliputi labia majora,
labia minora, mons pubis, bulbus vestibuli, vestibulum vaginae, glandula
vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.
2) Labia majora, yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak yang ditutupi
kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari mons pubis.
3) Mons pubis, yaitu bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior
simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan ditutupi oleh rambut ikal
yang membentuk pola tertentu.
4) Payudara / kelenjar mamae yaitu organ yang berguna untuk menyusui.

Organ reproduksi bagian dalam:

1) Labia minora, yaitu merupakan labia sebelah dalam dari labia majora, dan
berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa perkembangan
janin yang kemudian mengalami atrofi. Di bagian tengah klitoris terdapat lubang
uretra untuk keluarnya air kemih saja.
2) Hymen, yaitu merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya berlubang
teratur di tengah, sebagai pemisah dunia luar dengan organ dalam. Hymen akan
sobek dan hilang setelah wanita berhubungan seksual (coitus) atau setelah
melahirkan.
3) Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot melingkar
yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini) menghasilkan cairan sebagai
pelumas waktu melakukan aktifitas seksual.
4) Uterus (rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer, bagian bawahnya
mengecil dan berakhir sebagai leher rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan
otot tebal sebagai tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah
dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.
5) Tuba uterina (fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus, sebagai
tempat melintasnya sel telur/ovum.
6) Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan menghasilkan hormon
esterogen dan progesteron. Organ ini berjumlah 2 buah. Fungsi organ: Organ-
organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama kali pada usia
24

10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai
berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen
dan progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah
dalam dan terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi
dengan dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba
uterina. Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa

Fungsi organ: Organ-organ reproduksi tersebut mulai berfungsi saat menstruasi pertama
kali pada usia 10-14 tahun dan sangat bervariasi. Pada saat itu, kelenjar hipofisa mulai
berpengaruh kemudian ovarium mulai bekerja menghasilkan hormon esterogen dan
progesteron. Hormon ini akan mempengaruhi uterus pada dinding sebelah dalam dan
terjadilah menstruasi. Setiap bulan pada masa subur, terjadi ovulasi dengan
dihasilkannya sel telur / ovum untuk dilepaskan menuju uterus lewat tuba uterina.
Produksi hormon ini hanya berlangsung hingga masa menopause, kemudian tidak
berproduksi lagi. Kelenjar payudara juga dipengaruhi oleh hormon ini sehingga payudara akan
membesar.

2. Pria
Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan alat kelamin
pria bagian dalam.
Organ reproduksi bagian luar:
1) Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah ukurannya
pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi pembuluh darah, otot dan
serabut saraf. Pada bagian tengahnya terdapat saluran air kemih dan juga sebagai
cairan sperma yang di sebut uretra.
2) Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat, terdapat 2 buah kiri
dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan ditumbuhi rambut pubis.

Organ reproduksi bagian dalam:

1) Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari saluran kecil-
kecil membentuk anyaman, sebagai tempat pembentukan sel spermatozoa.
25

2) Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel spermatozoa,


berjumlah 2 buah.
3) Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang menghasilkan cairan
kental yang memberi makan sel-sel spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.
4) Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan untuk
kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan tersebut menyatu dengan
spermatozoa menjadi produk yang disebut semen, yang dikeluarkan setiap kali
pria ejakulasi.

Fungsi organ: Organ-organ tersebut mulai berfungsi sebagai sistem reproduksi dimulai
saat pubertas sekitar usia 11 -14 tahun. Aktifitas yang diatur oleh organ-organ tersebut
antara lain:
 Keluarnya semen atau cairan mani yang pertama kali. Hal ini berlangsung selama
kehidupannya.
 Organ testis yang menghasilkan sel spermatozoa akan bekerja setelah mendapat
pengaruh hormon testosteron yang dihasilkan oleh sel-sel interstisial Leydig
dalam testis.

2.9 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: kebersihan alat-alat
genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan seksual pranikah, penyakit menular
seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya.

1. Kebersihan organ-organ genital


Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam
merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan
basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur.
Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan
alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus.
26

2. Akses terhadap pendidikan kesehatan


Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi
sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan hal-hal yang
seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar
tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang
terpercaya.
Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja
hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang
diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup
tentang tumbuh kembang remaja, organorgan reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit
Menular Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan, Dengan
mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari
dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi
remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah
dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi,
kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan
yang suram dari remaja tersebut.

3. Hubungan seksual pranikah


Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun. Remaja
putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko kematian
dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama dan
macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang berhubungan dengan
kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil misalnya, hipertensi dan
anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya secara umum.
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi.
Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir
60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak
diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja seringkali berisiko lebih
besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi yang
27

telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering terjadi akibat
komplikasi aborsi yang tidak aman.
Komplikasi dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan
dalam buku Facts of Life yaitu:
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation)
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita)
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer)
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer) 10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa)
yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada
saat kehamilan berikutnya
j. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy)
k. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
l. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu
adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti
berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan perilaku
pencobaan bunuh diri.

4. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja,
morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman
28

yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko terhadap
kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap
meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan
risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang
dipakai secara bergantian. Universi

5. Pengaruh media massa


Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup
berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan
reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa,
remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga
kesehatan reproduksinya.

6. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi


Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif dan
tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit,
klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses yang
mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang
kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar
tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan pengobatan
apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalah-masalah yang berhubungan
dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular seksual.

7. Hubungan harmonis dengan keluarga


Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan
perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah
keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini
bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga
dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku
yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga,
remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang
29

tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi
seorang remaja.

8. Penyakit Menular Seksual


Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genitalgenital saja,
tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul
akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga
pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan
cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, termometer
dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada
bayinya ketika di dalam kandungan.
Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore,
vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium,
ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired immune deficiency syndrom (AIDS).

2.10 Pengetahuan
Sebelum seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), sebelum seseorang berperilaku
baru (mengadopsi perilaku), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
antara lain :
1. Kesadaran (Awareness), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation, yakni orang tersebut menimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya
4. Trial, orang tersebut mulai mencoba perilaku baru
30

5. Adoption, yakni subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus.

Pengukuran pengetahuan dapat diukur deng Pengukuran pengetahuan dapat diukur dengan
wawancara atau dengan menggunakan alat ukur berupa angket atau kuesioner yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoadmojo, 2007).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Masalah kesehatan remaja mencakup aspek fisik biologis dan mental, sosial.
Perubahan fisik yang pesat dan perubahan endokrin/ hormonal yang sangat dramatik
merupakan pemicu masalah kesehatan. Tingkat pengetahuan remaja di Indonesia tentang
kesehatan reproduksi masih rendah, khususnya dalam hal cara-cara melindungi diri
terhadap risiko kesehatan reproduksi, seperti pencegahan KTD, IMS, dan HIV dan
AIDS. Permasalahan remaja seringkali berakar dari kurangnya informasi dan pemahaman
serta kesadaran untuk mencapai sehat secara reproduksi. Di sisi lain, remaja sendiri
mengalami perubahan fisik yang cepat.
Peran pemerintah, orangtua, Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), institusi
pendidikan serta masyarakat sangat diperlukan dalam memahami, mencegah serta cara
mengatasi masalah seksualitas dan seputar kasus reproduksi remaja. Karena kompleksnya
permasalahan kesehatan reproduksi remaja itu sendiri, sangatlah urgen bagi pemerintah
untuk segera bertindak. Sehingga harapannya, permasalahan kesehatan reproduksi remaja
tidak berlarut-larut dan segera terpenuhi sehingga tercipta generasi penerus bangsa yang
unggul baik dari segi fisik maupun mental.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja


Masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia kurang mendapat perhatian dari
semua pihak, hal ini disebabkan karena banyak kalangan yang berpendapat bahwa
masalah kesehatan reproduksi seperti juga masalah kesehatan lainnya, semata-mata
menjadi urusan kalangan medis, sementara pemahaman terhadap kesehatan reproduksi
remaja dikalangan medis sendiri juga masih minim, banyak yang beranggapan bahwa
masalah kesehatan reproduksi hanyalah sebatas proses kehamilan dan melahirkan
sehingga masalah reproduksi remaja bukan dianggap sebagai masalah.

31
32

3.2 Saran
1. Bagi Remaja
a. Setiap remaja di Indonesia harus mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja
agar pemerintah juga lebih mudah dalam mengatasi permasalahan yang ada.
b. Sebagai mahasiswa perlu membantu pemerintah dalam melakukan sosialisasi
mengenai kesehatan reproduksi remaja.
c. Bagi remaja dan orang tua sebaiknya lebih selektif lagi dalam mengadopsi
informasi dan dalam mencari teman agar tidak terpengaruh serta terjerumus pada
pergaulan bebas yang tidak bertanggung jawab, lebih dekat dengan anak-anak,
tidak menganggap tabu membicarakan masalah seksual dan memiliki
pengetahuan yang benar perihal kesehatan reproduksi sehingga akan lebih mudah
dalam memberikan pendidikan serta pemahaman mengenai masalah seksual

2. Bagi Pemerintah
a. Mengevaluasi kebijakan yang sekiranya kurang tepat dalam mengatasi
permasalahan kesehatan reproduksi remaja agar dapat segera dibuat kebijakan
baru yang sesuai.
b. Adanya sosialisasi yang terkonsep berbeda agar para remaja lebih tertarik untuk
mendengarkan penjelasan yang dalam hal ini mengenai kesehatan mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Bania, dkk. 2019. Modul Pelatihan Pendidik Sebaya Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:
MDMC.
BKKBN. 2001. Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN.
Mappiare, A. 1992. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
Soeroso, Santoso. 2001. Masalah Kesehatan Remaja. Sari Pediatri, Vol. 3, No. 3, hlm. 190 –
198.
Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru

33

Anda mungkin juga menyukai