Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN REMAJA

Oleh:

Kelompok 5
1. Ferro Sisca Sindy Rosalia ( 20191660115 )
2. Bambang Eko Purjoko Thebe ( 20191660148 )
3. Safrida Arianti ( 20191660133 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SURABAYA
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata΄ala, karena
berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan tugas “Asuhan Keperawatan Keluarga
Dengan Remaja”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan keluarga.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Surabaya, 02 Desember 2020

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. .......................................................................................................................... L

atar Belakang ........................................................................................................... 4

1.2. .......................................................................................................................... R

umusan Masalah ...................................................................................................... 5

1.3. .......................................................................................................................... T

ujuan Penulisan ........................................................................................................ 5

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1. .......................................................................................................................... D

efinisi Remaja .......................................................................................................... 6

2.2. .......................................................................................................................... T
ahap Perkembangan Remaja .................................................................................... 6
2.3. .......................................................................................................................... K
arakteristik Perkembangan Remaja ........................................................................ 7
2.4. .......................................................................................................................... T
ugas Perkembangan Pada Masa Remaja .............................................................. 11
2.5. .......................................................................................................................... D
efinisi Keluarga ..................................................................................................... 13
2.6. .......................................................................................................................... T
ugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja ................................... 13
2.7. .......................................................................................................................... M
asalah-Masalah yang Terjadi ................................................................................ 13
2.8. .......................................................................................................................... P
eran Perawat ......................................................................................................... 16

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. .......................................................................................................................... P

engkajian ................................................................................................................ 17

3
3.2. .......................................................................................................................... A

nalisa Data ............................................................................................................. 28

3.3. .......................................................................................................................... D

iagnosa Keperawatan ............................................................................................. 29

3.4. .......................................................................................................................... In

tervensi dan Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 32

BAB 4 PENUTUP

4.1. .......................................................................................................................... K

esimpulan ............................................................................................................... 35

4.2. .......................................................................................................................... S

aran ........................................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 36

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keluarga dengan anak usia remaja dimulai saat anak berusia 13 tahun dan
berakhir sampai usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan orang
tuanya(Harmoko, 2012). Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan
manusia yang memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap
perkembangan lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari
masa anak-anak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis
identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang
berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada
diri remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran
diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun
emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami perubahan emosi ke
arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-
perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor

4
eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan gangguan mental
pada orang tua diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalah-masalah remaja
(Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Masalah yang sering terjadi pada keluarga dengan anak usia remaja
diantaranya kurangnya pengetahuan tentang kesehatan repdoduksi ,kehamilan tidak
diinginkan, aborsi, perkawinan dan kehamilan dini, dan penyakit menular seksual
(Mukhatib, 2010). Masalah yang terjadi di indonesia salah satunya seks bebas,
kawin di usia muda, melakukan hubungan seksual pra nikah, serta terinfeksi HIV
dan AIDS. Menurut data hasil penelitian Depkes di 14 kota besar (Medan, Jakarta
Pusat, Bandung dan Surabaya) 39,9 remaja mengaku pernah melakukan hubungan
seksual (BKKBN, 2012).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, penduduk pada tahun 2015 menunjukkan
bahwa jumlah remaja (usia 10-24 tahun) di Indonesia mencapai lebih dari 66 juta
jiwa atau 25% dari jumlah penduduk Indonesia 225 juta. Artinya 1 dari setiap 4
orang penduduk Indonesia adalah remaja (Badan Pusat Statistik, 2018). Hasil sensus
Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2016 jumlah penduduk berumur 10-24
tahun sebesr 8.276.016 jiwa dari 34.019.095 jiwa menurut kelompok umur. Sekitar
25% dari jumlah penduduk di Jawa Tengah adalah penduduk berumur 10-24 tahun.
Sedangkan sensus dari Badan Pusat Statistik tahun 2015 penduduk umur 15- 14
tahun sebesar 54.397 jiwa dari 466.405 jiwa atau sekitar 11,5% penduduk (Badan
Pusat Statistik, 2018).
Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi remaja?
2. Bagaimana tugas perkembangan remaja?
3. Bagaimana tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja?
4. Bagiamana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan
masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak remaja.
1.3.2. Tujuan Khusus

5
Mahasiswa mampu :
a) Menyebutkan definisi keluarga dengan anak remaja.
b) Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
c) Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Remaja


Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata
bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum,
yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-
tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2006).

2.2 Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja Awal (Early Adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran–heran
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-

6
dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang
secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah
berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan
berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal
sulit dimengerti orang dewasa.
b. Remaja Madya (Middle Adolescence)
Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan
kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada
kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-
teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia
berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang
mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis,
idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri
dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-
kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis.

c. Remaja Akhir (Late Adolescence)


Tahap ini (16-19 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa
dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).

2.3 Karakteristik Perkembangan Remaja


Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan
menjadi :
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan
berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika

7
hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas
kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran.
Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan
identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah
tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab
pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan
masyarakat.
1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal
yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan
kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan
cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti
penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan
ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan
bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka
sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi
individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan
dari kelompok.

2) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa
lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di
masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan
proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan,
depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia
merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja.
Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada
tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari
kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak mampu
memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan
identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran
seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai

8
mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap hubungan
heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja
dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang
yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini
berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok
sosioekonomis.

4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja
akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan
walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan
mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir.
Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat
mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan
emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat
diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi,
dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan
tidak aman, ketegangan, dan kebimbangan.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan
terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian
pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa
yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan
bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti
hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya
dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari
dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat
mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam
membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau
inkonsistensi logis dalam sekelompok pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau
serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan
individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka
memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang

9
lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan
hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah
dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan
peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari
observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa
tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut.

d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain,
beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka.
Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai
elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan
konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah
yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam
kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap
konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain
dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi
pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri
dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik
dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari
kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami
tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari
menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali
melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun
remaja berajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya
sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali
merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk
menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk
mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali menciptakan
ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan
konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya

10
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian
besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih
berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak.
Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan
kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka
berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki
evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan
kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total
dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera musik,
dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan
diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang
berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini
lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada masa
kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang
sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba
kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling
memberikan dukungan satu sama lain.

2.4 Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja


Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001) antara lain:
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam
sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak
perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut selama
awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan
harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan
dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa
jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan
itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan
dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan

11
yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang
menganggu para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak
kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan
diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep
ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga
lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai
banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal
masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-
anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat,
sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin dewasa yang diakui
masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok
yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya
pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa
kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan
jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis
dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan
hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak
mudah.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa


lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri
secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas
perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan
kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan
membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang
tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya
dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan
yang akrab dengan anggota kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan
untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi

12
dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama
beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja.
Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur
mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual,
tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya
persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak
terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku
mengembangkan ideology
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang
sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini.
Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja
harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang
menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh
teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh
orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.

2.5 Definisi Keluarga


Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga
pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan
bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval,
1972 dalam Setiadi 2008), yaitu :
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.

13
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.

2.6 Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan
adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang
tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

2.7 Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan


Anak Usia Remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh
adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga, terus menerus mengritik atau
buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota
keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan
keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia,
terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat
tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa
aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam
menguasai tugas perkembangan masa remaja. Jika hubungan-hubungan keluarga
ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan
remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang
dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat
mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun
semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-
kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan
orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat
penyesuaian sosial yang baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan

14
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa
ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak,
tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat
mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung
dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya
mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena memulai
mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan
orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting
dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan
gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya
sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka
akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti
geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan
tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan
dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara individual. Masalah lain
yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ
reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang
menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan
dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal
untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan
dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi,
dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia
remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan,
membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku ini sebenarnya tetap
melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-
sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapi,
cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara bertahap terhadap
anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap sampai
akhirnya dewasa.

MASALAH-MASALAH KESEHATAN
Pada tahap ini kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik. Tapi promosi
kesehatan tetap menjadi hal yang penting. Faktor-faktor resiko harus diidentifikasi dan
dibicarakan dengan keluarga, seperti pentingnya gaya hidup keluarga yang sehat mulai
dari usia 35 tahun, resiko penyakit jantung koroner meningkat dikalangan pria dan

15
pada usia ini anggota keluarga yang dewasa mulai merasa lebih rentan terhadap
penyakit sebagai bagian dari perubahan-perubahan perkembangan dan biasanya
mereka ini lebih menerima strategi promosi kesehatan. Sedangkan pada remaja,
kecelakaan terutama kecelakaan mobil merupakan bahaya yang amat besar, dan patah
tulang dan cedera karena atletik juga umum terjadi .
Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, keluarga berencana, kehamilan yang
tidak dikehendaki, dan pendidikan dan konseling seks merupakan bidang perhatian
yang relevan. Dalam mendiskusikan topik ini dengan keluarga, perawat dapat terjebak
dalam perselisihan atau masalah antara orang tua dan kaum muda, remaja biasanya
mencari pelayanan kesehatan mencakup uji kehamilan, menggunakan obat-obatan, uji
AIDS, keluarga berencana, dan aborsi, diagnosis dan perawatan penyakit kelamin.
Agaknya telah menjadi trend yang sah bagi remaja untuk menerima perawatan
kesehatan tanpa ijin orang tua. Bila orang tua diikutsertakan maka dilakukan
wawancara terpisah sebelum mereka dikumpulkan .
Kebutuhan kesehatan yantg lain adalah dalam bidang hubungan dan bantuan
untuk memperkokoh hubungan perkawinan dan hubungan remaja dengan orang tua.
Konseling langsung yang bersifat menunjang atau mulai rujukan ke sumber-sumber
dalam komunitas untuk konseling, dan juga pendidikan yang bersifat rekreasional, dan
pelayanan lainnya mungkin diperlukan, pendidikan promosi kesehatan umum juga
diindikasikan.

2.8. Peran Perawat


Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada
peningkatan dan pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler
pada usia lanjut, penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut,
penyuluhan tentang obat-obatan terlarang, minuman keras, seks, pencegahan
kecelakaan pada remaja, serta membantu terciptanya komunikasi yang lebih efektif
antara orang tua dengan anak remajanya ( Mubarak, 2009, hal 90).
Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada
tahap keluarga dengan anak remaja menurut Stanhope (1998, Hal 52):
a. Guru tentang faktor-faktor kesehatan
b. Guru dalam isu-isu pemecahan masalah mengenai aklohol dan merokok, diet
dan ferak badan
c. Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama orang
tua.

16
d. Penolong langsung, konsultan atau pihak yang merujuk ke sumber-sumber
kesehatan mental
e. Konsultan keluarga berencana
f. Pihak yang merujuk ke bagian penyakit yang ditularkan melalui seksual
g. Peserta dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian penyakit.

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
Jln. Sutorejo No. 59 Surabaya

A. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS UMUM KELUARGA
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. A Pendidikan : SMA
Umur : 40 Tahun Pekerjaan : Buruh Pabrik
Agama : Islam Alamat : Surabaya

17
Suku : Jawa Nomor Tlp : 081xxxx
2. Komposisi Keluarga
No. Nama L/P Umur Hub. Klg Pekerjaan Pendidikan
1. Ny. N P 39 th Istri Wiraswasta SMA
2. An. K L 16 th Anak Pelajar SMA
3. An. L P 12 th Anak Pelajar SMP
4. Nenek T P 60 th Ibu Tidak Bekerja SMP

3. Genogram

Keterangan :
: Anggota keluarga laki-laki yang sudah meninggal
: Anggota keluarga perempuan yang sudah meninggal
: Anggota keluarga laki-laki
: anggota keluarga perempuan
: Klien

4. Type Keluarga
a) Jenis type keluarga
Keluarga Tn. A merupakan type keluarga extended family. Keluarga Tn. A (40
tahun) terdiri dari Tn. A, Ny. N, An. K, An. L, dan Ibu dari Tn. A yaitu Nenek
T.
b) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut
Anggota kelurga kurang mengetahui tentang peran dan tangung jawabnya.

5. Suku Bangsa
a) Asal suku bangsa :
Tn. A dan Ny. N berasal dari Surabaya (Jawa). Bahasa dominan yang mereka
gunakan sehari-hari di rumah adalah bahasa Indonesia dan Jawa. Saat berada
di luar rumah, mereka menggunakan dalam bahasa Indonesia dan Jawa dalam

18
percakapan. Ny. N mengatakan kelurganya tidak memiliki kebiasaan khusus
yang mempengaruhi status kesehatan keluarga yang diajarkan turun-temurun.
b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan :
Tidak ada
6. Agama dan Kepercayaan yang mempengaruhi keluarga :
Seluruh keluarga Tn. A beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan keluarga
TN. A yaitu sholat lima waktu dan puasa dilakukan. Menurut Tn. A, agama
berperan sangat penting dalam kehidupan mereka, bahkan dalam hal kesehatan.
Ketika ada anggota keluarga yang sedang sakit, keluarga juga selalu mendoakan
untuk kesembuhan anggota keluarga yang sakit tersebut.
7. Status sosial ekonomi keluarga :
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah :
Di keluarga Tn. A, pencari nafkah utama di keluarga adalah Tn. A yang
bekerja sebagai buruh dan pembawa acara nikahan
b) Penghasilan :
Penghasilan Tn. A + 3.000.000 setiap bulan.
c) Upaya lain :
Tn. A juga masih aktif sebagai pembawa acara di acara-acara pernikahan,
maka dari itu Tn.A terlihat jarang berada dirumah. Selain itu upaya lain yang
dilakukan yaitu Ibu. N sehari-hari membuka warung yang menjual kebutuhan
sehari-hari dan makanan ringan di rumahnya dengan penghasilan perhari
menurut Ibu. N adalah 50.000-an.
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Sepeda motor (1 buah) dan perabot rumah tangga.

e) Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan :


Keperluan keluarga sehari – hari adalah untuk makan dan jajan An. K dan An.
L.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Tn. A tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga, hanya sesekali
anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan biasanya disesuaikan dengan jadwal
libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi sekarang jarang dilakukan, hanya jika
ada waktu saja keluarga pergi rekreasi. Ny. N juga mengatakan biasanya dirinya
berkunjung ke rumah kerabat yang letak rumahnya berdekatan dengan rumah
keluarga Tn. A. Di rumah, Ny. N mengatakan keluarganya dapat menikmati
hiburan melalui TV dan radio yang tersedia di rumahnya. An. K mengatakan jika
banyak kegiatan dan membuat dirinya stress maka dia akan main keluar dengan
teman-temannya, biasanya nongkrong sambil mengobrol tidak jelas, main ke

19
warnet atau rental PS dan menonton balapan motor. An. K juga mengatakan
sering main dengan teman-temannya hingga malam hari.

II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua) :
Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga dengan anak
remaja.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya :
Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak. Ny. N mengatakan bahwa An.
K adalah anak yang pendiam dan jarang berbicara jika tidak ditanya. Terutama
saat memasuki usia remaja, An. K sudah mulai jarang berkumpul dengan
keluarga, jika berada di rumah An. K banyak menghabiskan waktunya di dalam
kamarnya. An. K mengatakan jarang berbicara dengan Tn. A karena menurut An.
K bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu, misalkan belajar, Tn. A sering
marah-marah sehingga An. K malas untuk menanggapinya. Ny. N mengatakan
sebenarnya Tn. A baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya.
Ny. N juga mengatakan bahwa An. K sulit untuk diatur semenjak memasuki
SMA. An. K mengatakan tidak mengetahui tugas perkembangan maupun
tanggung jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan
informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai
remaja.

3. Riwayat kesehatan kelurga inti :


a) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Keluarga Tn. A tidak ada yang menderita penyakit berat. Namun terkadang
sakit batuk, pilek, panas, sakit kepala namun setelah beli obat di warung
keluhan sudah hilang.
b) Riwayat penyakit turunan :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit, keluarga Tn. A
pergi ke puskesmas. Tidak ada pola makan atau jenis makanan yang dibatasi.
c) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
Imunisasi Tindakan
N Keadaan Masalah
Nama Umur BB (BCG/Polio/DP yang telah
o kesehatan kesehatan
T/HB/Campak) dilakukan
1. Tn. A 40 th 68 kg - Lengkap Tidak ada -
2. Ny. N 39 th 48 kg - Lengkap Tidak ada -

20
3. An. K 16 th 55 kg - Lengkap Tidak ada -
4. An. L 12 th 48 kg - Lengkap Tidak ada -
5. Nenek T 60 th 52 kg - Tidak lengkap Tidak ada -

d) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan


Keluarga jika berobat ke puskesmas atau ke Rumah Sakit

4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :


Keluarga Tn. A tidak memilki riwayat penyakit kronik atau penyakit menular.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


1. Karakteristik rumah
a) Luas rumah
Rumah yang ditinggali Tn. A berukuran 70 m.
b) Type rumah
Type rumah permanen
c) Kepemilikan
Rumah yang ditinggali Tn. A sekeluarga adalah rumah peninggalan dari orang
tua Tn. A.
d) Jumlah dan ratio kamar/ruangan
Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah
ruang tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan yang paling belakang adalah dapur dan
kamar mandi. Kamar tidur 1 digunakan oleh Tn. A dan Ny. N, sedangkan 2
kamar tidur lainnya digunakan oleh anak-anak dan Nenek. T yang tinggal
bersama.
e) Ventilasi/cendela
Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter di depan
samping pintu masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka ini jarang
dibersihkan.
f) Pemanfaatan ruangan
Kondisi rumah, tampak rapi dan bersih dan terdapat beberapa perabot rumah
yang sesuai.
g) Septic tank :
Ada, Letak di belakang rumah berjarak 1,5 m
h) Sumber air minum
Sumber air minum dengan air galon yang dibeli di toko penyedia minuman isi
ulang dekat rumah.
i) Kamar mandi/WC

21
Kamar mandi terdapat satu yang jadi satu dengan WC dengan kloset jongkok.
j) Sampah :
Terdapat tong sampah di depan rumah
k) limbah RT
limbah RT terdapat di TPS sejauh 1 km.
l) Kebersihan lingkungan
Kebersihan lingkungan selalu terjaga karena masyarakat rutin melakukan
kerja bakti tiap 1 bulan sekali.
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
a) Kebiasaan :
Setiap bulan terdapat kegiatan kerja bakti, pengajian dan arisan. Tn. A jarang
mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan karena kesibukannya, namun Ny.
N aktif dengan kegiatan yang ada di lingkungan tempat tinggal.
b) Aturan/kespakatan :
Apabila ada tamu yang menginap harus lapor RT/ RW.
c) Budaya :
Budaya lingkungan melakukan gotong royong dalam melakukan kerja bakti.
3. Mobilitas Geografis
Saat ini, keluarga Tn. A sudah tinggal menetap di rumah yang sekarang selama 15
tahun dan tidak berniat untuk pindah. Tn. A sendiri sudah tinggal dirumah
tersebut sejak Tn. A lahir, karena Tn. A adalah anak tunggal dari kedua orang
tuanya yang telah bercerai. maka dirumah tersebut ditinggali keluarga Tn. A dan
ibunya. Rumah Tn. A dibangun di atas tanah milik orang tuanya, kepemilikan
tanah masih milik ibunya Tn. A.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. A selalu menekankan pada Ny. N supaya mengikuti acara yang diadakan oleh
RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya. Apabila ada waktu
luang Ny. N mengajak anaknya bermain ke tetangga. Hubungan anggota keluarga
terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu dengan yang lain (terlihat harmonis).
Anak-anak Ny. N tidak ada yang aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di
daerah setempat RW 02. An. K mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam
mengikuti pengajian. Tn. A sendiri sering diminta untuk menjadi pembawa acara/
MC di acara-acara pernikahan ataupun acara yang diadakan RT/ RW. Ny. N juga
bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan rumahnya. Saudara Ny. N
tinggal tidak jauh dari rumah Ny. N, setiap hari selalu bertemu. An. K berteman
dengan beberapa teman seusianya, sering nongkrong di pos hansip dekat
rumahnya, bermain ke warnet dan rental PS dan jalan-jalan dengan menggunakan
motor.

22
5. Sistem Pendukung Keluarga
Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga lebih senang menyelesaikan dengan
anggota keluarga. Kadang juga melibatkan orang tua, karena dengan orang tua
tinggal bersama dan berdekatan. Hal yang dirasakan sebagai pendukung keluarga
adalah keluarga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang memperhatikan bila ada
anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang hidup saling menghormati serta
menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana kesehatan dari tempat kerja Ny.
N untuk anggota keluarga yang sakit menurut Ny. N sangat membantu keluarga.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola/cara Komunikasi keluarga :
Ny. N mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan
keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ny. N mendiskusikan bersama Tn.
A, terkadang meminta bantuan nasihat dari orang tua. Waktu yang biasanya
digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu malam hari dan waktu makan
bersama dengan anggota keluarga. Namun An. K mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang
tua atau pun keluarganya yang lain. Tn. A sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara kepada anaknya.
2. Struktur kekuatan keluarga :
Pemegang keputusan di keluarga adalah Tn. A sebagai kepala keluarga, tetapi
tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ny. N punya pendapat sendiri dan
membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan rumah tangga
dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ny. N juga berinisiatif
sendiri untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan
tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung
3. Struktur peran (peran masing/masing anggota keluarga)
- Tn. A Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah
untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.
- Ny. N sebagai ibu rumah tangga mengatakan urusan anaknya lebih banyak
diserahkan kepada ibunya. Sebagai istri Tn. A, sebagai ibu rumah tangga dan
juga membuka usaha warung di rumahnya.
- An. K sebagai anak dan pelajar mengatakan malas belajar dan jarang
mengerjakan tugas sekolahnya. Ny. N mengatakan bahwa anaknya jarang
belajar dan nilainya pas-pasan. Ny. N mengatakan tidak pernah memantau
aktivitas belajar anaknya di rumah.
- An. L Sebagai anak ke dua Tn. A dan Ny. N yang pada tahun ini memasuki
SMP. An. L juga berperan sebagai adik dari An. K.

23
- Nenek. T Sebagai Ibu dari Tn. A dan nenek dari kedua cucunya yaitu An. K
dan An. L

4. Nilai dan norma keluarga


Nilai dan norma yang dipegang oleh Tn. A adalah sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam dan tidak terpengaruh oleh norma budaya. Penerimaan keluarga terhadap
perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan menerima kehadiran
perawat.

V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Ny. N mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling
terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. K termasuk anak yang
pendiam dan jarang menyampaikan pendapatnya.
2. Fungsi sosialisasi
a) Kerukunan hidup dalam keluarga :
Kehidupan antar anggota keluarga Tn. A baik tidak ada masalah
b) Interaksi dan hubungan dalam keluarga :
Tn. A jarang berinteraksi dengan anak-anak karena kesibukannya bekerja.
c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan :
Anggota keluarga yang dominan mengambil keputusan adalah Tn. A.

d) Kegiatan keluarga waktu senggang :


Keluarga mengunjungi sanak-saudara bila waktu senggang.
e) Partisipasi dalam kegiatan social :
Ny. N aktif dalam kegiatan yang ada dilingkungannya namun Tn. A karena
kesibukannya bekerja jarang mengikuti kegiatan yang ada di lingkungannya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a) Pengetahuan dan persepsi keluarga tentang penyakit/masalah kesehatan
keluarganya:
Menurut Ny. N masalah kesehatan muncul dikarenakan pola hidup yang tidak
sehat.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Bila ada anggota kelurga yang sakit, keluarga membeli obat yang ada di toko
namun bila masih belum teratasi keluarga membawa ke fasilitas kesehatan.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada bila tidak
mampu mengatasi masalah kesehatan anggota keluarga.

24
d) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat
Setiap hari anggota keluarga membersihkan rumah dan lingkungan rumah,
serta memperhatikan ventilasi udara yang masuk dalam rumah.
e) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat
Keluarga menggunakan fasilitas kesehatan puskesmas yang ada di sekitar
rumahnya.
4. Fungsi reproduksi
a) Perencanaan jumlah anak :
Keluarga Tn. A merancakan memilki 2 anak cukup.
b) Akseptor :
Ya, yang digunakan IUD lamanya 5 tahun.
5. Fungsi ekonomi
a) Upaya pemenuhan sandang pangan
Tn. A sebagai kepala keluarga dan bekerja sebagai buruh serta pembawa acara
pernikahan
b) Pemanfaatan sumber di masyarakat
Jika ada keluarga yang sakit tidak parah biasanya Tn. A membelikan obat di
warung, tetapi kalau anggota keluarga yang sakit sudah tidak bisa ditangani
dengan obat warung biasanya dibawa ke puskesmas.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek :
Keluarga Tn. A mencemaskan pergaulan An. K yang sudah memasuki masa
remaja. An. K sudah mulai ditawari untuk mencoba merokok oleh teman-
temannya, baik teman di sekolah maupun teman di lingkungan rumahnya. An. K
juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di sekitar
rumahnya tersebut. An. K juga mengatakan pernah ikut-ikutan tawuran dengan
teman-teman sekolahnya.
2. Stressor jangka panjang :
Ny. N mengeluhkan biaya sekolah kedua anaknya yang semakin mahal
3. Respon keluarga terhadap stressor :
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari masalah
tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap masalah ada
jalan keluarnya, misalnya dengan minta bantuan dari orang tua dan tetangga yang
terdekat..

25
4. Strategi koping : Ny. N mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang
terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang
ada
5. Strategi adaptasi disfungsional :
Jika terdapat masalah, keluarga menggunakan koping adaptasi yang positif. Selalu
melakukan musyawarah dengan keluarga untuk mencari solusi.

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


Pemenuhan gizi :
Keluarga Tn. A selalu makan 3 kali sehari dengan menu yang seadanya. Biasanya Ny.
N memasak lauk dan sayur. Ny. N selalu mengusahakan untuk menyediakan sayur
untuk keluarganya karena menganggap sayur penting untuk kesehatan keluarganya.
Untuk lauk biasanya Ny. N menyediakan ayam, ikan, tempe, tahu atau telur. Keluarga
Tn. A jarang mengkonsumsi daging merah.
Upaya lain :
Ny. N berusaha memberikan buah-buahan untuk keluarganya walaupun jarang.
Kadang seminggu sekali Ny.N membeli buah untuk menjaga kesehatan keluarganya
karena merasa tidak mampu membelikan vitamin bagi anak-anaknya.

26
VIII. PEMERIKSAAN FISIK (untuk semua anggota keluarga)
No Pemeriksaan Identitas
Fisik Tn. A Ny. N An. K An. L Nenek T
1. Tanda-tanda Td : 120/90mmHg Td : 110/70mmHg Td : 120/80mmHg Td : 110/90mmHg Td : 140/90mmHg
Vital Nadi : 80x/menit Nadi : 84x/menit Nadi : 84x/menit Nadi : 92x/menit Nadi : 96x/menit
RR : 20x/menit RR : 20x/menit RR : 20x/menit RR : 20x/menit RR : 22x/menit
Suhu : 36 oC Suhu : 36 oC Suhu : 36 oC Suhu : 36 oC Suhu : 36 oC
BB : 68 kg BB : 48 kg BB : 55 kg BB : 48 kg BB : 52 kg
TB : 172 cm TB : 154 cm TB : 156 cm TB : 139 cm TB : 155 cm

2. Sistem Tidak terdapat tonjolan dan Tidak terdapat tonjolan dan Tidak terdapat tonjolan dan Tidak terdapat tonjolan dan Tidak terdapat tonjolan dan
Cardiovaskul massa pada dada, tidak ada massa pada dada, tidak ada massa pada dada, tidak ada massa pada dada, tidak ada massa pada dada, tidak ada
er retraksi intercostae, retraksi intercostae, terdengar retraksi intercostae, terdengar retraksi intercostae, terdengar retraksi intercostae, terdengar
terdengar dullness pada dullness pada perkusi batas dullness pada perkusi batas dullness pada perkusi batas dullness pada perkusi batas
perkusi batas jantung, BJ 1 jantung, BJ 1 dan BJ 2 jantung, BJ 1 dan BJ 2 jantung, BJ 1 dan BJ 2 jantung, BJ 1 dan BJ 2
dan BJ 2 terauskultasi terauskultasi normal, serta terauskultasi normal, serta terauskultasi normal, serta terauskultasi normal, serta
normal, serta tidak terdapat tidak terdapat mur-mur dan tidak terdapat mur-mur dan tidak terdapat mur-mur dan tidak terdapat mur-mur dan
mur-mur dan gallop. gallop. gallop. gallop. gallop.

3. Ssistem Paru-paru: Pengembangan Paru-paru: Pengembangan Paru-paru: Pengembangan Paru-paru: Pengembangan Paru-paru: Pengembangan
Respirasi simetris, warna dada sama simetris, warna dada sama simetris, warna dada sama simetris, warna dada sama simetris, warna dada sama
dengan kulit lainnya (tidak dengan kulit lainnya (tidak dengan kulit lainnya (tidak dengan kulit lainnya (tidak dengan kulit lainnya (tidak
terdapat lebam, kebiruan), terdapat lebam, kebiruan), terdapat lebam, kebiruan), terdapat lebam, kebiruan), terdapat lebam, kebiruan),
tidak terdapat tonjolan tidak terdapat tonjolan tidak terdapat tonjolan tidak terdapat tonjolan tidak terdapat tonjolan
abnormal, pernafasan 21 abnormal, pernafasan 21 abnormal, pernafasan 21 abnormal, pernafasan 21 abnormal, pernafasan 21
x/menit, tactil fremitus x/menit, tactil fremitus sama x/menit, tactil fremitus sama x/menit, tactil fremitus sama x/menit, tactil fremitus sama
sama kiri dan kanan, bunyi kiri dan kanan, bunyi nafas kiri dan kanan, bunyi nafas kiri dan kanan, bunyi nafas kiri dan kanan, bunyi nafas
nafas terauskultasi terauskultasi vesikuler, dan terauskultasi vesikuler, dan terauskultasi vesikuler, dan terauskultasi vesikuler, dan
vesikuler, dan tidak tidak terdapat suara tambahan tidak terdapat suara tambahan tidak terdapat suara tidak terdapat suara
terdapat suara tambahan tambahan tambahan

4. Sistem Perut terlihat datar dan Perut terlihat datar dan Perut terlihat datar dan Perut terlihat datar dan Perut terlihat datar dan
Gastrointesti warnanya sama dengan warnanya sama dengan kulit warnanya sama dengan kulit warnanya sama dengan kulit warnanya sama dengan kulit
nal kulit lainnya (tidak ada lainnya (tidak ada lebam, lainnya (tidak ada lebam, lainnya (tidak ada lebam, lainnya (tidak ada lebam,

27
lebam, kemerahan), perut kemerahan), perut teraba kemerahan), perut teraba kemerahan), perut teraba kemerahan), perut teraba
teraba lemas, tidak terdapat lemas, tidak terdapat nyeri lemas, tidak terdapat nyeri lemas, tidak terdapat nyeri lemas, tidak terdapat nyeri
nyeri tekan, tidak teraba tekan, tidak teraba massa, tekan, tidak teraba massa, tekan, tidak teraba massa, tekan, tidak teraba massa,
massa, hepar tidak teraba, hepar tidak teraba, bising usus hepar tidak teraba, bising usus hepar tidak teraba, bising hepar tidak teraba, bising
bising usus terdengar terdengar 10x/menit terdengar 10x/menit usus terdengar 10x/menit usus terdengar 10x/menit
10x/menit

5. Sistem Kesadaran Composmentis, Kesadaran Composmentis, Kesadaran Composmentis, Kesadaran Composmentis, Kesadaran Composmentis,
Persyarafan GCS : 456 GCS : 456 GCS : 456 GCS : 456 GCS : 456, penurunan jarak
pandang.

6. Sistem Terlihat bahu simetris, Terlihat bahu simetris, warna Terlihat bahu simetris, warna Terlihat bahu simetris, warna Terlihat bahu simetris, warna
Muskoluskel warna sama dengan kulit, sama dengan kulit, tidak sama dengan kulit, tidak sama dengan kulit, tidak sama dengan kulit, tidak
etal tidak terdapat tonjolan, terdapat tonjolan, dapat terdapat tonjolan, dapat terdapat tonjolan, dapat terdapat tonjolan, dapat
dapat mengangkat dan mengangkat dan menahan mengangkat dan menahan mengangkat dan menahan mengangkat dan menahan
menahan beban dengan beban dengan baik, refleks beban dengan baik, refleks beban dengan baik, refleks beban dengan baik, refleks
baik, refleks brachioradialis brachioradialis nor brachioradialis nor brachioradialis nor brachioradialis nor
nor

7. Sistem Genetalia bersih, tidak ada Genetalia bersih, tidak ada Genetalia bersih, tidak ada Genetalia bersih, tidak ada Genetalia bersih, tidak ada
Genetalia oedem, tidak ada benjolan oedem, tidak ada benjolan oedem, tidak ada benjolan oedem, tidak ada benjolan oedem, tidak ada benjolan,
menopouse (+).

28
IX. HARAPAN KELUARGA
1. Terhadap masalah kesehatannya: Keluarga berharap semua keluarga nya sehat
dan tidak ada yang sakit.
2. Terhadap petugas kesehatan yang ada : Dengan adanya petugas kesehatan
keluarga berharap perawat dapat mengatasi masalah da lam keluarganya terutama
mendidik anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik.

B. ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah Keperawatan
1 Data Subjektif: Ketidakmampuan Penampilan Peran
mempertahankan atau Tidak Efektif pada An.
- Ny. N mengatakan bahwa An. K
menciptakan suasana K
sulit untuk diatur semenjak
rumah tangga yang
memasuki SMA dan lebih suka
sehat
menghabiskan waktunya di
dalam kamar daripada
berkumpul dengan keluarga
- Ny. N mengatakan An. K
merupakan seorang anak yang
pendiam dan jarang berbicara
jika tidak ditanya
- Ny. N mengatakan di rumahnya
tidak ada peraturan yang jelas
tentang apa saja tugas setiap
anggota keluarga
- An. K mengatakan ayahnya
hanya sibuk bekerja
- An. K mengatakan tidak
mengetahui tugas perkembangan
maupun tanggung jawabnya
- An. K mengatakan pernah ikut-
ikutan tawuran dengan teman-
teman sekolahnya
Data Obyektif :
- Tn. A terlihat jarang berada
dirumah
- An. K merupakan anak pertama
dalam keluarga
- An. K berusia 16 tahun,
- Di rumahnya tidak ada yang bisa
mengajarkan peran dan tanggung
jawab kepada remaja
- An. K merupakan anak yang
pendiam dan tertutup

29
2. Data Subjektif: Ketidakmampuan Ketidakmampuan
mengidentifikasi
- Ny. N mengatakan urusan melakukan
masalah yang muncul
anaknya lebih banyak komunikasi terbuka
antara anak dan pada masing-masingg
diserahkan kepada ibunya
orang tua anggota keluarga
- Ny. N mengatakan An. K
merupakan seorang anak yang
tertutup dan lebih suka
menghabiskan waktunya di
dalam kamar daripada
berkumpul dengan keluarga
- Ny. N mengatakan tn. A
memang agak keras untuk
mendidik anaknya
- An. K mengaku tidak pernah
menceritakan masalah yang
dihadapinya pada orang tua
- An. K mengatakan lebih suka
menceritakan masalahnya
kepada teman-temannya
dibandingkan kepada orang tua
atau pun keluarganya yang lain
- Ny. N mengatakan tidak pernah
memantau aktivitas belajar
anaknya di rumah, selain itu
memiliki nilai yang pas-pasan
- An. K mengatakan malas
belajar dan jarang mengerjakan
tugas sekolahnya

Data Obyektif :
- Tn. A sibuk bekerja dan jarang
menyempatkan berbicara
kepada anaknya
- An. K merupakan anak yang
pendiam dan tertutup selain itu
sering nongkrong dan tidak
terlihat belajar.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Skoring
1) Penampilan Peran Tidak Efektif pada An. K b/d Ketidakmampuan mempertahankan
atau menciptakan suasana rumah tangga yang sehat
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat Masalah : 2/3 x 1 = 2/3 Diperlukan support system
Ancaman Kesehatan keluarga dalam mengubah pola
perilaku anggota keluarga yang
tidak sesuai harapan
2 Kemungkinan Masalah 2/2x 2 = 2 Di keluarga tidak ada yang
dapat diubah : mengajarkan tentang tanggung
Mudah jawab dan peran remaja
3 Potensial Masalah dapat 3/3 x 1 = 1 Potensial masalah dapat dicegah
dicegah : tinggi dengan memberikan edukasi
Tinggi tentang tanggung jawab dan peran
remaja
4 Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 = 1 Masalah yang terjadi pada An. K
Mslh +, tp t/ perlu hendaknya segera ditangani.
ditangani
Total 4 2/3

30
2) Ketidakmampuan mengidentifikasi masalah yang muncul pada masing-masingg
anggota keluarga b/d Ketidakmampuan melakukan komunikasi terbuka antara
anak dan orang tua
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat Masalah : 2/3 x 1 = 2/3 An. K mengatakan lebih suka
Ancaman menceritakan masalahnya kepada
teman-temannya dibandingkan
kepada orang tua atau pun
keluarganya yang lain
2 Kemungkinan Masalah 1/2 x 2 = 1 Kehadiran dan peran orang tua yang
dapat diubah : kurang dalam menghadapi anak
Sebagian remaja
3 Potensial Masalah dapat 3/3 x 1 = 1 Anggota keluarga dalam rumah dapat
dicegah : saling terbuka dalam menyampaikan
Tinggi pendapat walaupun An. K termasuk
anak yang pendiam dan jarang
menyampaikan pendapatnya
4 Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 = 1 An. K yang sudah memasuki masa
Mslh berat, hrs remaja dengan lingkungan yang
ditangani memiliki pola perilaku yang tidak
baik
Total 3 2/3

2. Prioritas Diagnosa
1) Ketidakmampuan mengidentifikasi masalah yang muncul pada masing-masing
anggota keluarga b/d ketidakmampuan melakukan komunikasi terbuka antara
anak dan orang tua.
2) Penampilan Peran Tidak Efektif pada An. K b/d ketidakmampuan
mempertahankan atau menciptakan suasana rumah tangga yang sehat

31
D. INTERVENSI DAN EVALUASI
NO DIAGNOSA TUJUAN EVALUASI INTERVENSI
KEPERAWATAN UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR
KELUARGA
1. Ketidakmampuan Setelah dilakukan Selama 1x 60 menit Respon kognitif Antar anggota keluarga - Identifikasi respon emosional
mengidentifikasi kunjungan rumah kunjungan, keluarga mengungkapan masing-masing terhadap kondisi saat ini
masalah yang muncul sebanyak 3 kali, mampu: perasaan, harapan dan - Dengarkan masalah, perasaan dan
pada masing-masing keluarga mampu masalahnya pertanyaan keluarga
mengidentifikasi Mendiskusikan - Fasilitasi pengungkapan perasaan
anggota keluarga b/d
masalah masalah yang antara pasien dan keluarga atau
ketidakmampuan dihadapi keluarga antar keluarga
melakukan - Identifikasi kesesuaian antara
komunikasi terbuka harapan klien, keluarga dan
antara anak dan orang tenaga kesehatan
tua
Mengidentifikasi Respon kognitif Klien dan keluarga mampu - Identifikasi kegiatan jangka
masalah-masalah menilai dan merespon stressor panjang dan pendek masing-
yang dimiliki dan kemampuan menggunakan masing anggota keluarga
keluarga sumber-sumber yang ada - Identifikasi kemampuan yang
dimiliki
- Identifikasi dampak situasi
terhadap peran dan hubungan
- Identifikasi kebutuhan dan
keinginan terhadap dukungan
social
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsinya

32
Mendiskusikan Respon kognitif Klien dan keluarga dapat - Fasilitasi dalam memperoleh
tindakan atau koping dan afektif menentukan tindakan atau informasi yang dibutuhkan
yang dilakukan koping yang dilakukan untuk - Diskusikan untuk mengklarifikasi
keluarga untuk mengatasi masalah kesalahpahaman dan
mengatasi masalah mengevaluasi perilaku sendiri
- Motivasi terlibat dalam kegiatan
sosial
- Dukung penggunaan mekanisme
pertahan yang tepat
- Anjurkan keluarga terlibat
- Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
Mengevaluasi Respon kognitif Klien dan keluarga dapat - Kaji apakah tindakan atau koping
kemampuan keluarga menggunakan koping efektif efektif sudah berjalan pad
menggunakan koping pada permasalahan yang ada keluarga Tn. A
efektif

2. Penampilan Peran Setelah dilakukan Selama 1x 60 menit Respon verbal Klien dan keluarga mampu - Identifikasi peran yang ada dalam
Tidak Efektif pada kunjungan rumah kunjungan, Klien dan mengungkapkan perannya keluarga
An. K b/d sebanyak 3 kali, keluarga mampu : masing-masing dalam keluarga - Identifikasi adanya peran yang
ketidakmampuan penampilan peran tidak terpenuhi
An.K kembali Mengungkapkan - Anjurkan mengungkapkan
mempertahankan atau
efektif peran dalam keluarga masalah yang dialami
menciptakan suasana
rumah tangga yang
sehat

33
Klien dan keluarga Respon kognitif Klien dan keluarga dapat - Identifikasi kesiapan dan
memahami tahap menyebutkan tentang tugas kemampuan orangtua menerima
perkembangan anak dan sasaran perkembangan infirmasi
remaja anak remaja, cara - Sediakan materi dan media
berkomunikasi pada anak pendidikan kesehatan mengenai
remaja, dan sikap-sikap remaja
mengahdapi perilaku remaja. - Jelaskan tugas atau sasaran
perkembangan masa remaja
- Jelaskan pola hubungan antara
orang tua dan remaja
- Jelaskan mekanisme koping yang
digunakan oleh remaja ( misalnya
penyangkalan)
- Ajarkan cara berkomunikasi
dengan remaja
- Ajarkan mengenai sikap-sikap
menghadapi perilaku remaja
- Ajarkan mengidentifikasi adanya
stress keluarga
Klien dan keluarga Respon kognitif - Fasilitasi adaptasi peran keluarga
dapat memenuhi terhadap perubahan peran yang
perilaku dan peran tidak diinginkan
masing-masing. - Fasilitasi diskusi tentang peran
orang tua
- Fasilitasi diskusi tentang adaptasi
peran saat anak meninggalkan
rumah
- Fasilitasi diskusi harapan dengan
keluarga dalam peran timbale
balik
- Diskusikan strategi positif untuk
mengelola perubahn peran
- Ajarkan perilaku baru yang
dibutuhkan oleh klien dan orang
tua untuk memenuhi peran

34
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada
sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota
keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau
kurun waktu tertentu.Pada setiap tahapan mempunyai tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya,
karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke
dewasa. Masalah yang terjadi pada keluarga dengan anak usia remaja pada keluarga
Tn. A adalah ketidakmampuan koping keluarga dan penampilan peran tidak efektif
pada An. K. Peran perawat dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak
usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan
dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas
perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan
kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.

4.2. Saran
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan keluarga melalui
penyuluhan mengenai peran anggota keluarga dan perkembangan keluarga sesuai
jenjang merupakan langkah yang tepat dilakukan guna mencapai kebutuhan
kesehatan keluarga yang optimal.Upaya ini perlu dikembangkan dan ditingkatkan,
untuk itu perlu dukungan oleh pihak-pihak yang peduli terhadap kesehatan
keluarga.

35
DAFTAR PUSTAKA

Nurjanah, Niken Siti, Siti Mardiayah. (2019). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tahap
Perkembangan Keluarga Dengan Anak Usia Remaja. STIKes Kusuma Husada
Surakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) RepublikIndonesia ,(2018). Kependudukan.bps.

Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga edisi pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

36

Anda mungkin juga menyukai