Anda di halaman 1dari 44

MICRO DAN MACRO

MAKALAH, RPP, SAP, JOB SHEET, DAFTAR TILIK, LEAFLET,


SILABUS, POWER POINT, DOKUMENTASI

KESEHATAN REPRODUKSI
USIA < 20 TAHUN

OLEH

APRILIA ARBATIKA
NPM : 2126040176.P

Dosen Pembimbing : Waytherlis Apriani, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan
Micro dan Macro ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Tak lupa
pula, penulis kirimkan salam dan salawat kepada junjungan kita semua,
Rasullullah Muhammad SAW, keluarga dan seluruh sahabatnya.
Laporan Micro dan Macro ini membahas tentang Kesehatan Reproduksi
Usia < 20 Tahun. Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
Laporan Micro dan Macro ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan banyak
terimakasih. Penulis menyadari, bahwa Laporan Micro dan Macro ini masih jauh
dari kesempurnaan, olehnya itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca sekalian.
Besar harapan penulis, dengan hadirnya Laporan Micro dan Macro ini
dapat memberikan sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan
bangsa.

Bengkulu, April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................... 3
C. Manfaat ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi kesehatan reproduksi.................................................... 4
B. Perkembangan kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun............ 4
C. Ruang lingkup kesehatan reproduksi Usia < 20 Tahun.............. 5
D. Masalah kesehatan reproduksi Usia < 20 Tahun........................ 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................. 10
B. Saran .......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12


LAMPIRAN

3
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP, Materi, PPT


Lampiran 2. SAP, Materi, PPT
Lampiran 3. JOB SHEET
Lampiran 4. DAFTAR TILIK
Lampiran 5. LEAFLET
Lampiran 6. SILABUS
Lampiran 7. RPS

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Word Health Organization (WHO) setiap hari pada tahun
2017 sekitar 810 ibu di dunia meninggal dunia akibat persalinan. 94 % dari
semua kematian ibu terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah ke
bawah. Penyebab langsung kematian ibu terjadi saat da pasca melahirkan. 75
% kasus kematian ibu diakibatkan oleh perdarahan, infeksi, atau tekanan darah
tinggi saat kehamilan (WHO, 2019).
Tahun 2017 Indonesia merupakan Negara dengan Angka Kematian Ibu
tertinggi di ASIA yaitu nomor 3 di ASEAN dengan 177 kematian per 100.000
kelahiran. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), di Indonesia terjadi
sejak tahun 2010 sampai dengan 2017, yaitu dari 221 menjadi 177 per
100.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian ibu tahun 2018-2019 mengalami
penurunan dari 4.226 menjadi 4.221 selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas (Kemenkes RI, 2019 ).
Masa remaja juga dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri
seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan
bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami perkembangan
dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Pada masa pubertas, hormon-
hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik / tubuh juga
mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas
meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan
dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang
mulai menyukai lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik
maupun non elektronik akan sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual
individu remaja tersebut (Pertiwi, 2016).
Di Indonesia angka kejadian sectio caesarea mengalami
peningkatan pada tahun 2014 sebesar 53,2%, tahun 2015 sebesar 51,59%,
dan tahun 2016 sebesar 53,68% dan tahun 2017 belum terdapat data yang

1
signifikan. Survei Nasional pada tahun 2018, 921.000 persalinan dengan sectio
dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan.
Gambaran adanya faktor resiko ibu saat melahirkan atau di operasi caesarea
adalah 13,4 % karena ketuban pecah dini, 5,49% preeklampsiaa, 5,14 %
perdarahan, 4,40% karena jalan lahir tertutup, 2,3% karena rahim sobek
(Riskesdas, 2019).
Karakteristik lain dari aspek perkembangan psikologis yaitu fase
perubahan dalam hal persepsi diri dan ekspektasi kehidupan sosial remaja.
Risiko biologi yang meliputi perubahan fisik remaja dengan perubahan
hormonal mengaktivasi perkembangan seksual remaja baik kematangan organ
reproduksi maupun dorongan seksual terhadap lawan jenis. Remaja yang
kurang mampu beradaptasi terhadap perubahan fisik dan hormonal tersebut
akan memperlihatkan perilaku berisiko yang mengancam kesehatan, salah
satunya aktivitas seksual yang terlalu dini (Dewi, 2016).
Indonesia saat ini mulai lebih memperhatikan masalah kesehatan
reproduksi dengan serius dengan PIK KRR (Pusat Informasi dan Konseling
Kesehatan Reproduksi Remaja) yang merupakan salah satu program sub
BKKBN, pemerintah mengupayakan agar remaja tidak melewati masa
remajanya dengan hal-hal yang tidak berguna. Karena pada masa-masa
remajalah kita mengalami proses pencarian jalan hidup yang seperti apa yang
akan kita pilih. Melalui program ini, agaknya pemerintah mulai concern
melihat perkembangan zaman instant yang serba canggih ini (Kemenkes RI,
2017).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kesehatan reproduksi
2. Untuk mengetahui perkembangan kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun
3. Untuk mengetahui ruang lingkup kesehatan reproduksi Usia < 20 Tahun
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan reproduksi Usia < 20 Tahun

2
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi kesehatan reproduksi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan kesehatan Reproduksi Usia <
20 Tahun
3. Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup kesehatan reproduksi Usia <
20 Tahun
4. Mahasiswa dapat menjelaskan masalah kesehatan reproduksi Usia < 20
Tahun

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,serta fungsi dan
prosesnya.Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk
membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga
memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya
dengan masalah kehidupan reproduksi (Widyastuti, 2019).
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Permenkes RI, 2017).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya.

B. Perkembangan Kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun


Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang
remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat
mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja
sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Usia reproduksi sehat
untuk wanita adalah antara usia 20-30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya
ada bermacam-macam. Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secar fisik
kondisi organ reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara
hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada
umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Ibu muda biasanya
kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena rendahnya pengetahuan

4
dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan
(Pertiwi, 2016).
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan
masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks
bebas (free sex) masalah kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah
diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit menular seksual termasuk HIV/
AIDS. Penyebabnya remaja melakukan hubungan seks antara lain tekanan
pasangan, merasa sudah siap melakukan hubungan seks, keinginan dicintai,
keingintahuan tentang seks, keinginan menjadi popular, tidak ingin diejek
“masih perawan”, pengaruh media massa (tayangan TV dan internet) yang
menampakkan bahwa normal bagi remaja untuk melakukan hubungan seks,
serta paksaan dari orang lain untuk melakukan hubungan seks. Pergaulan seks
bebas berisiko besar mengarah pada terjadinya kehamilan tak diinginkan
(KTD) (Pertiwi, 2016).
Kehamilan tak diinginkan (KTD) terjadi karena beberapa faktor seperti
faktor sosiodemografik (kemiskinan, seksualitas aktif dan kegagalan dalam
penggunaan kontrasepsi, media massa), karakteristik keluarga yang kurang
harmonis (hubungan antar keluarga), status perkembangan (kurang pemikiran
tentang masa depan, ingin mencoba-coba, kebutuhan akan perhatian),
penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan. Selain itu kurangnya
pengetahuan yang lengkap dan benar tentang proses terjadinya kehamilan dan
metode pencegahannya, kegagalan alat kontrasepsi, serta dapat juga terjadi
akibat terjadi tindak perkosaan (Pertiwi, 2016).
KTD berdampak bukan hanya secara fisik, psikis namun juga sosial.
Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua
pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada
siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponnya dengan
sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah.
Remaja menjadi putus sekolah, kehilangan kesempatan bekerja dan berkarya
dengan menjadi orang tua tunggal dan menjalani pernikahan dini yang tidak
terencana. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal,

5
lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal
tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat
kita. Akibatnya siswa akan kesulitan beradaptasi secara psikologis, kesulitan
berperan sebagai orang tua (tidak bisa mengurus kehamilan dan bayinya),
akhirnya berujung pada stress dan konflik, aborsi illegal yang lebih lanjut
berisiko mengakibatkan kematian ibu dan bayi (Pertiwi, 2016).
1. Perubahan fisik perempuan usia < 20 Tahun
a. Khususnya pada wanita, lekuk tubuh mereka akan semakin menonjol
akibat tingkat metabolisme yang menurun.
b. Tumbuhnya jerawat akan lebih dahsyat akibat adanya perubahan
hormon yang terjadi dalam tubuh wanita saat memasuki usia 20 tahun.
c. Perubahan hormonal juga menyebabkan pertumbuhan rambut pada
tubuh seperti di ketiak, vagina, dan perut.
d. Menstruasi yang tidak teratur dan rasa yang lebih menyakitkan akan
melanda wanita di usia 20 tahun.
e. Peningkatan nafsu makan dan berat badan akan terjadi karena fluktuasi
hormon.
f. Sistem kekebalan tubuh wanita di usia 20 tahun akan lebih kuat dan
kebal dibandingkan wanita usia 40 tahun.
g. Vulva cenderung menipis ke bawah atau terlihat lebih kecil, hal ini
karena proses hormonal dalam tubuh (Widyastuti, 2019).
2. Perubahan fisik laki-laki usia < 20 Tahun
b. Mengukur tinggi badan, berat badan, kemampuan penglihatan,
kesehatan kulit, tekanan darah, dan kadar kolesterol harus diperiksakan
setiap lima tahun sekali sampai Anda mencapai umur 40 tahun.
c. Pria di usia ini juga harus melakukan pemeriksaan tingkat Depresi dan
kemampuan fokusnya. Sebab, Dr. Jamin Brahmbhatt, urolog dari
Orlando Health mengatakan, pria usia muda rentan mengalami
gangguan kesehatan mental akibat stigma budaya dalam kehidupan
mereka.

6
d. Vaksinasi flu dan tes HIV setahun sekali juga harus dilakukan pria di
usia ini. Terutama usia ini adalah usia produktif pria melakukan
hubungan seksual.
e. Pemeriksaan organ intim yaitu penis dan kulit. Sebab, kanker kulit
rentan terjadi pada pria di bawah usia 35 (Widyastuti, 2019).

C. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun


Menurut Maryanti (2019), program masalah kesehatan reproduksi
ditinjau dari pendekatan keluarga meliputi :
1. Praktik tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti:
mutilasi genital, diskriminasi nilai anak).
2. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak
masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan
remaja, kekerasan/ pelecehan seksual dan tindakan seksual tidak aman).
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber KB, biasanya terkait dengan isu aborsi
tidak aman.
4. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama
kehamilan, persalinan, dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi
anemia, bayi berat lahir rendah.
5. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), yang berkaitan dengan Penyakit
Menular Seksual (PMS).
6. Kemandulan yang berkaitan dengan ISR / PMS.
7. Sindrom pre dan post menopause (andropause), dan peningkatan resiko
kanker organ reproduksi.
8. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah usia
lanjut lainnya.
Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan
persiapan strategi intervensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai
anak perempuan dan anak laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan
bagaimana perlakuan yang mereka terima merupakan faktor penting yang

7
turut menentukan kesehatan reproduksi mereka dimasa mendatang (Maryanti,
2019).

D. Masalah Kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun


Menurut Imron (2016), Masalah kesehatan seksual dan reproduksi
adalah isu-isu seksual remaja, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi tidak aman, penyakit menular melalui seks, dan HIV/ AIDS, dilakukan
pendekatan melalui promosi perilaku seksual yang bertanggung jawab dan
reproduksi yang sehat, termasuk disiplin pribadi yang mandiri serta dukungan
pelayanan yang layak dan konseling yang sesuai secara spesifik untuk umur
mereka. Penekanan kehamilan remaja secara umum juga diharapkan. Hal-hal
yang ada seputar kesehatan reproduksi remaja antara lain:
1. Kesehatan Alat-alat Reproduksi
Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan alat-alat
reproduksi ini menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki.
Masalah-masalah yang dihadapi remaja perempuan antara lain adalah
payudara mengeluarkan cairan, benjolan pada payudara, masalah seputar
haid (nyeri haid yang tidak teratur), keputihan, dan infeksi saluran
reproduksi. Selain itu juga diajukan pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus
haid, waktu terjadinya masa subur, masalah keperawanan dan masalah
jerawat. Masalah-masalah yang berkenaan dengan kesehatan alat-alat
reproduksi yang dihadapi oleh remaja laki-laki antara lain adalah masalah
bentuk dan ukuran penis, jumlah testis tidak lengkap dan hernia scrotalis.
2. Hubungan dengan Pacar
Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar adalah
masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan seksual,
pacar cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi pacar
yang pemarah. Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai tindak
kekerasan dalam percintaan bila salah satu pihak merasa terpaksa,
tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah di lakukan pasangannya

8
3. Masturbasi
Masturbasi atau masturbasi adalah salah satu cara yang dilakukan jika
seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan seksual yang
dirasakannya. Jika dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual,
maka masturbasi dapat dikatakan mengandung resiko yang lebih kecil bagi
pelakunya untuk menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki dan
penularan penyakit menular seksual. Bahaya masturbasi adalah apabila
dilakukan dengan cara tidak sehat misalnya menggunakan alat yang bisa
menyebabkan luka atau infeksi. Masturbasi juga bisa menimbulkan
masalah bila terjadi ketergantungan/ ketagihan, bisa juga menimbulkan
perasaan bersalah.
Dampak utama yang timbul dari kebiasaan masturbasi adalah masalah
psikis. Pasien biasanya memiliki pikiran yang timbul terus-menerus untuk
melakukan masturbasi. Akibatnya, pasien dapat mengalami stress, depresi,
kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan tidur. Faktor-faktor
psikologis ini berisiko menimbulkan gangguan fungsi ereksi. Secara fisik,
kebiasaan ini dapat mengakiatkan luka pada alat kelamin sehingga
meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
Efek samping masturbasi
a. Menyebabkan iritasi dan infeksi di kulit kelamin
b. Menyebabkan kram otot sekitar kelamin, perut bawah, atau
selangkangan
c. Menyebabkan kecanduan, hingga membuat bosan untuk melakukan
hubungan seks yang sesungguhnya sebab terbiasa bermasturbasi
d. Menyebabkan penyusutan otak depan, hingga membuat perilaku
cenderung impulsif, sulit konsentrasi
e. Menyebabkan gangguan ereksi dan kemandulan
f. Diduga, bisa juga meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat pada
pria usia tertentu

9
4. Hubungan Seksual Sebelum Nikah
Cara para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan
ciuman bibir, raba-raba daerah sensitif, saling menggesekkan alat kelamin
(petting) sampai ada pula yang melakukan senggama. Perkembangan
zaman juga mmpengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja.
Hal ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan remaja pada beberapa
tahun yang lalu seperti berciuman dan bercumbu, kini sudah dianggap
biasa. Bahkan, ada sebagian kecil dari mereka setuju dengan free sex.
Perubahan dalam nilai ini, misalnya terjadi dengan pandangan mereka
terhadap hubungan seksual sebelum menikah.
5. Penyakit Menular Seksual
Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena penyakit
menular seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herps sampai
terinfeksi HIV.
Efek samping penyakit menular seksual
a. Peradangan pada mata
b. Radang sendi
c. Nyeri panggul
d. Radang panggul
e. Infertilitas
f. Penyakit jantung
g. Kanker serviks
h. Kanker anus
i. Abses anus
Macam-macam penyakit menular seksual
a. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang juga
dikenal dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada alat
kelamin atau mulut. Melalui luka inilah penularan akan terjadi.

10
b. Gonore
Gonore, yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini menyebabkan keluarnya
cairan dari penis atau vagina dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
Bakteri penyebab gonore juga dapat menimbulkan infeksi di bagian
tubuh lain, jika terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina.
c. Human papillomavirus (HPV)
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang
sama, yaitu HPV. Virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga
kanker serviks pada perempuan. Gejala kanker serviks stadium
awal sering kali tidak khas bahkan tak bergejala. Penularan HPV terjadi
melalui kontak langsung atau melakukan hubungan seksual dengan
penderita.
d. Infeksi HIV
Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi
melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik,
transfusi darah, atau saat persalinan.
e. Chlamydia
Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia
trachomatis. Pada wanita, chlamydia menyerang leher rahim.
Sedangkan pada pria, menyerang saluran keluar urine di penis.
Penularan dapat terjadi dari luka pada area kelamin.
6. Aborsi
Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak di inginkan adalah
dengan melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan yang
ilegal di Indonesia. Upaya sendiri untuk melakukan aborsi banyak
dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dan lain-lain.

11
Efek samping aborsi :
a. Perdarahan vagina berat
Perdarahan hebat sebagai efek aborsi serius umumnya disertai dengan
demam tinggi dan gumpalan jaringan janin dari rahim. Perdarahan berat
dilaporkan terjadi pada 1 dari 1000 kejadian aborsi.
Perdarahan hebat bisa berarti:
1) Adanya gumpalan darah/jaringan yang lebih besar dari bola golf
2) Berlangsung selama 2 jam atau lebih
3) Aliran darah yang deras sehingga membutuhkan Anda mengganti
pembalut lebih dari 2 kali dalam satu jam, selama 2 jam berturut-
turut
4) Perdarahan berat selama 12 jam berturut-turut
5) Baik aborsi spontan, medis, maupun ilegal (dengan obat aborsi yang
didapat secara ilegal atau cara “alternatif” lainnya) sama-sama bisa
menyebabkan perdarahan hebat. Perdarahan vagina yang sangat
hebat bisa berujung pada kematian, terutama jika aborsi dilakukan
secara ilegal dengan metode yang seadanya.
b. Infeksi
Infeksi adalah efek aborsi yang terjadi pada 1 dari setiap 10 kasus.
Dalam studi meta-analisis terbitan jurnal Lancet yang mengamati 1.182
kasus aborsi medis di bawah pengawasan ketat tim dokter rumah sakit,
27 persen pasien mengalami infeksi yang berlangsung selama 3 hari
atau lebih sebagai efek aborsi.
Infeksi terjadi karena leher rahim akan melebar selama proses
aborsi yang diinduksi obat aborsi (baik resep dokter maupun yang
didapat dari pasar gelap). Ini kemudian menyebabkan bakteri dari luar
masuk dengan mudah ke dalam tubuh, memicu timbulnya infeksi parah
di rahim, saluran tuba, dan panggul.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang
menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja. Berbagai
permasalahan kesehatan reproduksi remaja antara lain: kehamilan tidak
dikehendaki, kehamilan dan persalinan usia muda, ketergantungan napza
meningkatkan resiko penyakit menular seksual (termasuk infeksi HIV/AIDS),
dan resiko terkena penyakit menular seksual.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja, pertumbuhan adalah perubahan
yang menyangkut segi kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam
ukuraan fisik dan dapat diukur sedangkan perkembangan adalah perubahan
yang menyangkut aspek kualitatif dan kuantitatif. Rangkaian perubahan dapat
bersifat progresif, teratur, berkesinambungan, serta akumulatif.
Masa remaja ialah periode waktu individual beralih dari fase anak ke fase
dewasa. Tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari: menerima keadaan
dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara efektif, belajar
berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau perempuan),
mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
sejenis maupun lawan jenis, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang
bertanggung jawab, mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang
tua dan orang dewasa lainnya, mempersiapkan karir dan kemandirian secara
ekonomi, menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan
dan kehidupan keluarga, mengembangkan kemampuan dan keterampilan
intelektual untuk hidup bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang
pendidikan atau pekerjaan), mencapai nilai-nilai kedewasaan.

B. Saran

13
Saran yang ingin kami sampaikan kepada para pembaca bahwa hal
yang paling penting bagi remaja yaitu memelihara kesehatan organ reproduksi
remaja mengingat pentingnya kesehatan. Di samping itu kita perlu mengingat
pergaulan remaja saat ini yang tidak terbatas sehingga pengetahuan tentang
alat reproduksi remaja sangat bermanfaat untuk mencegah dan menghindari
terjadi hal-hal yang merugikan remaja, mahasiswa diharapkan dapat
melaksanakan program yang mengajarkan perilaku sehat kepada para remaja.
Pembaca diharapkan bisa memahami pembahasan tentang kesehatan
reproduksi remaja.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aryani. 2016. Kesehatan Reproduksi Problem dan Solusinya. Salemba Medika :


Jakarta

Hanim, 2013. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi.


Modul Field Lab Edisi Revisi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Universitas Sebelas Maret

Imron, Ali. 2016, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Ar Ruzz Media:


Yogyakarta.

Kemkes.go.id. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.


Www.Kemkes.Go.Id. http://kemkes.go.id

Manuaba. (2018). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC.

Maryanti dkk. 2019. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori Dan Praktikum.
Nuha Medika: Yogyakarta

Permenkes. 2017. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun


2017 Tentang Kesehatan Reproduksi.

Widyastuti, Y. dkk. 2019. Kesehatan Reproduksi. Penerbit Fitramaya : Yogyakarta

Riskesdas. (2019). Strategi Penurunan AKI dan Neonatal. Www.Kesmas.Go.Id.


http://kesmas.go.id

Who.Com. (2019). Maternal Mortality. Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-


Sheets/Detail/Maternal-Mortality. Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-
Sheets/Detail/Maternal-Mortality

15
L
A
M
P
I
R
A
N
(RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

A. Identitas Mata Kuliah


Program studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi
Kode MK : Bd. 302
Jumlah SKS : 5 SKS (T-2, P-3)
Saasaran : Mahasiswa DIII kebidanan
Pokok Bahasan : Kesehatan Reproduksi
Sub Pokok Bahasan : Kesehatan Reproduksi Usia < 20 tahun
Waktu Pertemuan : 2 x 50 Menit
Dosen pengajar :

B. Standar Kompetensi :
Program pembelajaran yang dapat diterapkan di dunia pendidikan dan
merencanakan asuhan kebidanan baik dikelas maupun praktik pada akhir
pembelajaran.

C. Indikator
Setelah menyelesaikan perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan definisi kesehatan reproduksi
2. Menjelaskan perkembangan kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun
3. Menjelaskan ruang lingkup kesehatan reproduksi Usia < 20 Tahun
4. Menjelaskan masalah kesehatan reproduksi Usia < 20 Tahun

D. Kegiatan Belajar Mengajar


Tahap Kegiatan Meto
Kegiatan Dosen Alat
kegiatan mahasiswa de
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab - Ceram
( 15 Menit ) 2. Memperkenalkan diri salam
ah
3. Menjelaskan tujuan yang 2. Mendengar
akan dicapai dalam kan
pembelajaran kesehatan Tanya
reproduksi Usia < 20 Tahun
jawab
4. Pretest
Penyampaian Menjelaskan materi tentang 1. Mendengar LCD Ceram
materi kan dan ah
Laptop
(75Menit) 1. Menjelaskan definisi memperhatikan Tanya
kesehatan reproduksi dosen dengan Papan jawab
2. Menjelaskan perkembangan seksama tulis
kesehatan Reproduksi Usia 2. Mahasiswa Spidol
< 20 Tahun menanyakan
3. Menjelaskan ruang lingkup hal-hal yang
kesehatan reproduksi Usia < belum jelas di
20 Tahun sela-sela
4. Masalah kesehatan penyajian
reproduksi Usia < 20 Tahun materi
5. Menjawab pertanyaan 3. Memperhat
mahasiswa ikan penjelasan
dosen
4. Mahasiswa
mencatat
materi
penjelasan
dosen
Penutup 1. Menyimpulkan materi yang 1. Mendengarkan, - Ceram
( 15 Menit ) telah disampaikan memperhatikan ah
2. Memberikan motivasi dan memahami Tanya
kepada mahasiswa untuk 2. Menjawab jawab
rajin belajar pertanyaan
3. Mengevaluasi materi yang diajukan
dengan memberikan 3. Mendengarkan
pertanyaan. 4. Menjawab
4. Penutup salam

F. Evaluasi
1. Prosedur
a. Pre test                   : Ada pada kegiatan awal perkuliahan (apersepsi)
b. Embeded test         : Ada dalam proses perkuliahan
c. Post test                 : Ada pada akhir perkuliahan (tes formatif)
2. Jenis                            : Tes lisan dan tertulis
3. Bentuk                        : Tes subjektif
4. Alat                             : Tes buatan dosen
5. Soal dan kunci            : Terlampir

G. Referensi
Aryani. 2016. Kesehatan Reproduksi Problem dan Solusinya. Salemba
Medika : Jakarta

Hanim, 2013. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi.


Modul Field Lab Edisi Revisi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Universitas Sebelas Maret

Imron, Ali. 2016, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Ar Ruzz


Media: Yogyakarta.

Maryanti dkk. 2019. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori Dan Praktikum.
Nuha Medika: Yogyakarta

Permenkes. 2017. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61


Tahun 2017 Tentang Kesehatan Reproduksi.

Widyastuti, Y. dkk. 2019. Kesehatan Reproduksi. Penerbit Fitramaya :


Yogyakarta
MATERI
KESEHATAN REPRODUKSI
USIA < 20 TAHUN

A. Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi,serta fungsi dan
prosesnya.Tujuan dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk
membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga
memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya
dengan masalah kehidupan reproduksi (Widyastuti, 2019).
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi (Permenkes RI, 2017).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan
prosesnya.

B. Perkembangan Kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun


Sebagai akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang
remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat
mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja
sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Usia reproduksi sehat
untuk wanita adalah antara 20 – 30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada
bermacam-macam. Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secar fisik
kondisi organ reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara
hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada
umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Ibu muda biasanya
kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena rendahnya pengetahuan
dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan
(Pertiwi, 2016).
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan
masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks
bebas (free sex) masalah kehamilan yang terjadi pada remaja usia sekolah
diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS. Penyebabnya remaja melakukan hubungan seks antara lain
tekanan pasangan, merasa sudah siap melakukan hubungan seks, keinginan
dicintai, keingintahuan tentang seks, keinginan menjadi popular, tidak ingin
diejek “masih perawan”, pengaruh media massa (tayangan TV dan internet)
yang menampakkan bahwa normal bagi remaja untuk melakukan hubungan
seks, serta paksaan dari orang lain untuk melakukan hubungan seks. Pergaulan
seks bebas berisiko besar mengarah pada terjadinya kehamilan tak diinginkan
(KTD) (Pertiwi, 2016).
Kehamilan tak diinginkan (KTD) terjadi karena beberapa faktor seperti
faktor sosiodemografik (kemiskinan, seksualitas aktif dan kegagalan dalam
penggunaan kontrasepsi, media massa), karakteristik keluarga yang kurang
harmonis (hubungan antar keluarga), status perkembangan (kurang pemikiran
tentang masa depan, ingin mencoba-coba, kebutuhan akan perhatian),
penggunaan dan penyalahgunaan obat-obatan. Selain itu kurangnya
pengetahuan yang lengkap dan benar tentang proses terjadinya kehamilan dan
metode pencegahannya, kegagalan alat kontrasepsi, serta dapat juga terjadi
akibat terjadi tindak perkosaan (Pertiwi, 2016).
KTD berdampak bukan hanya secara fisik, psikis namun juga sosial.
Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua
pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada
siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponnya dengan
sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah.
Remaja menjadi putus sekolah, kehilangan kesempatan bekerja dan berkarya
dengan menjadi orang tua tunggal dan menjalani pernikahan dini yang tidak
terencana. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut tinggal,
lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut. Hal
tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat
kita. Akibatnya siswa akan kesulitan beradaptasi secara psikologis, kesulitan
berperan sebagai orang tua (tidak bisa mengurus kehamilan dan bayinya),
akhirnya berujung pada stress dan konflik, aborsi illegal yang lebih lanjut
berisiko mengakibatkan kematian ibu dan bayi (Pertiwi, 2016).
1. Perubahan fisik perempuan usia < 20 Tahun
a. Khususnya pada wanita, lekuk tubuh mereka akan semakin menonjol
akibat tingkat metabolisme yang menurun.
b. Tumbuhnya jerawat akan lebih dahsyat akibat adanya perubahan
hormon yang terjadi dalam tubuh wanita saat memasuki usia 20 tahun.
c. Perubahan hormonal juga menyebabkan pertumbuhan rambut pada
tubuh seperti di ketiak, vagina, dan perut.
d. Menstruasi yang tidak teratur dan rasa yang lebih menyakitkan akan
melanda wanita di usia 20 tahun.
e. Peningkatan nafsu makan dan berat badan akan terjadi karena fluktuasi
hormon.
f. Sistem kekebalan tubuh wanita di usia 20 tahun akan lebih kuat dan
kebal dibandingkan wanita usia 40 tahun.
g. Vulva cenderung menipis ke bawah atau terlihat lebih kecil, hal ini
karena proses hormonal dalam tubuh (Widyastuti, 2019).
2. Perubahan fisik laki-laki usia < 20 Tahun
a. Mengukur tinggi badan, berat badan, kemampuan penglihatan,
kesehatan kulit, tekanan darah, dan kadar kolesterol harus diperiksakan
setiap lima tahun sekali sampai Anda mencapai umur 40 tahun.
b. Pria di usia ini juga harus melakukan pemeriksaan tingkat Depresi dan
kemampuan fokusnya. Sebab, Dr. Jamin Brahmbhatt, urolog dari
Orlando Health mengatakan, pria usia muda rentan mengalami
gangguan kesehatan mental akibat stigma budaya dalam kehidupan
mereka.
c. Vaksinasi flu dan tes HIV setahun sekali juga harus dilakukan pria di
usia ini. Terutama usia ini adalah usia produktif pria melakukan
hubungan seksual.
d. Pemeriksaan organ intim yaitu penis dan kulit. Sebab, kanker kulit
rentan terjadi pada pria di bawah usia 35 (Widyastuti, 2019).

C. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun


Menurut Maryanti (2019), program masalah kesehatan reproduksi
ditinjau dari pendekatan keluarga meliputi :
1. Praktik tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti :
mutilasi genital, diskriminasi nilai anak).
2. Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai sejak
masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan
remaja, kekerasan/ pelecehan seksual dan tindakan seksual tidak aman).
3. Tidak terpenuhinya kebutuhan ber KB, biasanya terkait dengan isu aborsi
tidak aman.
4. Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama
kehamilan, persalinan, dan masa nifas, yang diikuti dengan malnutrisi
anemia, bayi berat lahir rendah.
5. Infeksi Saluran Reproduksi (ISR), yang berkaitan dengan Penyakit
Menular Seksual (PMS).
6. Kemandulan yang berkaitan dengan ISR / PMS.
7. Sindrom pre dan post menopause (andropause), dan peningkatan resiko
kanker organ reproduksi.
8. Kekurangan hormon yang menyebabkan osteoporosis dan masalah usia
lanjut lainnya.
Masa remaja sebagai titik awal proses reproduksi menunjukkan
persiapan strategi intervensi perlu dimulai jauh sebelum masa usia subur. Nilai
anak perempuan dan anak laki-laki dalam keluarga dan masyarakat, dan
bagaimana perlakuan yang mereka terima merupakan faktor penting yang
turut menentukan kesehatan reproduksi mereka dimasa mendatang (Maryanti,
2019).

D. Masalah Kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun


Menurut Imron (2016), Masalah kesehatan seksual dan reproduksi
adalah isu-isu seksual remaja, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi tidak aman, penyakit menular melalui seks, dan HIV/ AIDS, dilakukan
pendekatan melalui promosi perilaku seksual yang bertanggung jawab dan
reproduksi yang sehat, termasuk disiplin pribadi yang mandiri serta dukungan
pelayanan yang layak dan konseling yang sesuai secara spesifik untuk umur
mereka. Penekanan kehamilan remaja secara umum juga diharapkan. Hal-hal
yang ada seputar kesehatan reproduksi remaja antara lain:
1. Kesehatan Alat-alat Reproduksi
Masalah-masalah yang berkaitan dengan kondisi kesehatan alat-
alat reproduksi ini menyentuh remaja perempuan juga remaja laki-laki.
Masalah-masalah yang dihadapi remaja perempuan antara lain adalah
payudara mengeluarkan cairan, benjolan pada payudara, masalah seputar
haid (nyeri haid yang tidak teratur), keputihan, dan infeksi saluran
reproduksi. Selain itu juga diajukan pertanyaan-pertanyaan, seputar siklus
haid, waktu terjadinya masa subur, masalah keperawanan dan masalah
jerawat. Masalah-masalah yang berkenaan dengan kesehatan alat-alat
reproduksi yang dihadapi oleh remaja laki-laki antara lain adalah masalah
bentuk dan ukuran penis, jumlah testis tidak lengkap dan hernia scrotalis.
2. Hubungan dengan Pacar
Persoalan-persoalan yang mewarnai hubungan dengan pacar adalah
masalah kekerasan oleh pacar, tekanan untuk melakukan hubungan
seksual, pacar cemburuan, pacar berselingkuh dan bagai mana menghadapi
pacar yang pemarah. Tindakan seseorang dapat digolongkan sebagai
tindak kekerasan dalam percintaan bila salah satu pihak merasa terpaksa,
tersinggung dan disakiti dengan apa yang telah di lakukan pasangannya
3. Masturbasi
Masturbasi atau masturbasi adalah salah satu cara yang dilakukan
jika seseorang tidak mampu mengendalikan dorongan seksual yang
dirasakannya. Jika dibandingkan dengan melakukan hubungan seksual,
maka masturbasi dapat dikatakan mengandung resiko yang lebih kecil bagi
pelakunya untuk menghadapi kehamilan yang tidak dikehendaki dan
penularan penyakit menular seksual. Bahaya masturbasi adalah apabila
dilakukan dengan cara tidak sehat misalnya menggunakan alat yang bisa
menyebabkan luka atau infeksi. Masturbasi juga bisa menimbulkan
masalah bila terjadi ketergantungan/ ketagihan, bisa juga menimbulkan
perasaan bersalah.
Dampak utama yang timbul dari kebiasaan masturbasi adalah
masalah psikis. Pasien biasanya memiliki pikiran yang timbul terus-
menerus untuk melakukan masturbasi. Akibatnya, pasien dapat mengalami
stress, depresi, kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan tidur.
Faktor-faktor psikologis ini berisiko menimbulkan gangguan fungsi ereksi.
Secara fisik, kebiasaan ini dapat mengakiatkan luka pada alat kelamin
sehingga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.
Efek samping masturbasi
a. Menyebabkan iritasi dan infeksi di kulit kelamin
b. Menyebabkan kram otot sekitar kelamin, perut bawah, atau
selangkangan
c. Menyebabkan kecanduan, hingga membuat bosan untuk melakukan
hubungan seks yang sesungguhnya sebab terbiasa bermasturbasi
d. Menyebabkan penyusutan otak depan, hingga membuat perilaku
cenderung impulsif, sulit konsentrasi
e. Menyebabkan gangguan ereksi dan kemandulan
f. Diduga, bisa juga meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat pada
pria usia tertentu
4. Hubungan Seksual Sebelum Nikah
Cara para remaja berpacaran dewasa ini berkisar dari melakukan
ciuman bibir, raba-raba daerah sensitif, saling menggesekkan alat kelamin
(petting) sampai ada pula yang melakukan senggama. Perkembangan
zaman juga mmpengaruhi perilaku seksual dalam berpacaran para remaja.
Hal ini dapat dilihat bahwa hal-hal yang ditabukan remaja pada beberapa
tahun yang lalu seperti berciuman dan bercumbu, kini sudah dianggap
biasa. Bahkan, ada sebagian kecil dari mereka setuju dengan free sex.
Perubahan dalam nilai ini, misalnya terjadi dengan pandangan mereka
terhadap hubungan seksual sebelum menikah.
5. Penyakit Menular Seksual
Hubungan seksual sebelum menikah juga berisiko terkena penyakit
menular seksual seperti sifilis, gonorhoe (kencing nanah), herps sampai
terinfeksi HIV.
Efek samping penyakit menular seksual
a. Peradangan pada mata
b. Radang sendi
c. Nyeri panggul
d. Radang panggul
e. Infertilitas
f. Penyakit jantung
g. Kanker serviks
h. Kanker anus
i.Abses anus
Macam-macam penyakit menular seksual
a. Sifilis
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit yang
juga dikenal dengan sebutan “raja singa” ini menimbulkan luka pada
alat kelamin atau mulut. Melalui luka inilah penularan akan terjadi.
b. Gonore
Gonore, yang dikenal juga dengan kencing nanah, disebabkan oleh
bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini menyebabkan keluarnya
cairan dari penis atau vagina dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
Bakteri penyebab gonore juga dapat menimbulkan infeksi di bagian
tubuh lain, jika terjadi kontak dengan sperma atau cairan vagina.
c. Human papillomavirus (HPV)
Infeksi menular seksual ini disebabkan oleh virus dengan nama yang
sama, yaitu HPV. Virus HPV dapat menyebabkan kutil kelamin hingga
kanker serviks pada perempuan. Gejala kanker serviks stadium
awal sering kali tidak khas bahkan tak bergejala. Penularan HPV
terjadi melalui kontak langsung atau melakukan hubungan seksual
dengan penderita.
d. Infeksi HIV
Infeksi HIV disebabkan oleh human immunodeficiency virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh. Penyebaran virus ini dapat terjadi
melalui hubungan seks tanpa kondom, berbagi penggunaan alat suntik,
transfusi darah, atau saat persalinan.
e. Chlamydia
Penyakit infeksi menular seksual ini disebabkan oleh
bakteri Chlamydia trachomatis. Pada wanita, chlamydia menyerang
leher rahim. Sedangkan pada pria, menyerang saluran keluar urine di
penis. Penularan dapat terjadi dari luka pada area kelamin.
6. Aborsi
Salah satu cara menghadapi kehamilan yang tidak di inginkan adalah
dengan melakukan tindakan aborsi. Aborsi masih merupakan tindakan
yang ilegal di Indonesia. Upaya sendiri untuk melakukan aborsi banyak
dilakukan dengan mengkonsumsi obat-obatan tertentu, jamu, dan lain-lain.
Efek samping aborsi :
a. Perdarahan vagina berat
Perdarahan hebat sebagai efek aborsi serius umumnya disertai
dengan demam tinggi dan gumpalan jaringan janin dari rahim.
Perdarahan berat dilaporkan terjadi pada 1 dari 1000 kejadian aborsi.
Perdarahan hebat bisa berarti:
1) Adanya gumpalan darah/jaringan yang lebih besar dari bola golf
2) Berlangsung selama 2 jam atau lebih
3) Aliran darah yang deras sehingga membutuhkan Anda mengganti
pembalut lebih dari 2 kali dalam satu jam, selama 2 jam berturut-
turut
4) Perdarahan berat selama 12 jam berturut-turut
5) Baik aborsi spontan, medis, maupun ilegal (dengan obat aborsi yang
didapat secara ilegal atau cara “alternatif” lainnya) sama-sama bisa
menyebabkan perdarahan hebat. Perdarahan vagina yang sangat
hebat bisa berujung pada kematian, terutama jika aborsi dilakukan
secara ilegal dengan metode yang seadanya.
b. Infeksi
Infeksi adalah efek aborsi yang terjadi pada 1 dari setiap 10 kasus.
Dalam studi meta-analisis terbitan jurnal Lancet yang mengamati 1.182
kasus aborsi medis di bawah pengawasan ketat tim dokter rumah sakit,
27 persen pasien mengalami infeksi yang berlangsung selama 3 hari
atau lebih sebagai efek aborsi.
Infeksi terjadi karena leher rahim akan melebar selama proses
aborsi yang diinduksi obat aborsi (baik resep dokter maupun yang
didapat dari pasar gelap). Ini kemudian menyebabkan bakteri dari luar
masuk dengan mudah ke dalam tubuh, memicu timbulnya infeksi parah
di rahim, saluran tuba, dan panggul.
SAP
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Identitas Mata Kuliah


Program studi : Sarjana Terapan Kebidanan
Materi : Kesehatan Reproduksi Usia < 20 tahun
Kode MK : Bd. 302
Smester : II
Jumlah SKS : 5 SKS (T-2, P-3)
Saasaran : Mahasiswa DIII kebidanan
Waktu Pertemuan : 2 x 50 Menit
Dosen pengajar :

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Mahasiswa mampu memahami materi tentang Kesehatan Reproduksi Usia <
20 tahun.

B. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti perkuliahan ini, Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi kesehatan reproduksi
2. Menjelaskan perkembangan kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun
3. Menjelaskan ruang lingkup kesehatan reproduksi Usia < 20 Tahun
4. Menjelaskan masalah kesehatan reproduksi Usia < 20 Tahun

C. Media
1. Laptop
2. Leaflet
3. LCD
D. Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi

E. Pelaksanaan Penyuluhan
WAKTU Kegiatan Penyuluh Evaluasi
Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
( 15 Menit ) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan yang
akan dicapai dalam
pembelajaran kesehatan
reproduksi Usia < 20
Tahun
Penyampaian Menjelaskan materi tentang 1. Mendengarkan dan
materi 1. Menjelaskan definisi memperhatikan dosen
(75Menit) kesehatan reproduksi dengan seksama
2. Menjelaskan 2. Mahasiswa menanyakan
perkembangan kesehatan hal-hal yang belum jelas
Reproduksi Usia < 20 di sela-sela penyajian
Tahun materi
3. Menjelaskan ruang lingkup 3. Memperhatikan
kesehatan reproduksi Usia penjelasan dosen
< 20 Tahun 4. Mahasiswa mencatat
4. Masalah kesehatan materi penjelasan dosen
reproduksi Usia < 20
Tahun
5. Menjawab pertanyaan
mahasiswa
Rangkuman dan 1. Menyimpulkan materi 1. Mendengarkan,
Evaluasi yang telah disampaikan memperhatikan dan
( 15 Menit ) 2. Memberikan motivasi memahami
kepada mahasiswa untuk 2. Menjawab pertanyaan
rajin belajar yang diajukan
3. Mengevaluasi materi 3. Mendengarkan
dengan memberikan 4. Menjawab salam
pertanyaan.
4. Mengucapkan salam

F. Penilaian
Post test soal dan kunci terlampir
G. Referensi
Aryani. 2016. Kesehatan Reproduksi Problem dan Solusinya. Salemba
Medika : Jakarta

Hanim, 2013. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi.


Modul Field Lab Edisi Revisi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Universitas Sebelas Maret

Imron, Ali. 2016, Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja. Ar Ruzz Media:


Yogyakarta.

Maryanti dkk. 2019. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Teori Dan Praktikum.
Nuha Medika: Yogyakarta

Permenkes. 2017. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61


Tahun 2017 Tentang Kesehatan Reproduksi.

Widyastuti, Y. dkk. 2019. Kesehatan Reproduksi. Penerbit Fitramaya :


Yogyakarta
LAMPIRAN
SOAL DAN KUNCI JAWABAN

1. Apakah yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi remaja?


a. Keadaan sehat fisik pada masa remaja dan terhindar dari berbagai penyakit
b. Keadaan sehat mental pada masa remaja
c. Keadaan sehat fisik, mental dan sosial yang utuh dan terbebas dari
berbagai penyakit
2. Kematangan sistem reproduksi perkembangan kesehatan reproduksi remaja
adalah?
a. Kematangan organ-organ reproduksi saja seperti produksi sperma (laki-
laki) dan produksi sel telur (pada perempuan) dan tidak terkait dengan
perubahan fisik
b. Seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi prokreasinya, artinya
sudah dapat mempunyai keturunan
c. Terjadinya perubahan postur tubuh menjadi lebih besar
3. Kapankah seseorang dikatakan sudah memasuki masa puber?
a. Pada saat umur 12 tahun
b. Pada saat mulai tertarik kepada lawan jenis
c. Pada saat mulai menstruasi (perempuan) dan mimpi basah (laki-laki)
4. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah..
a. Usia 12-15 tahun
b. Usia 16-19 tahun
c. Usia 20-30 tahun
5. Apakah fungsi utama dari sistem reproduksi?
a. Untuk memberikan kesenangan dan kenyamanan hidup sesuai dengan
kebutuhan
b. Untuk menghasilkan keturunan dan kelestarian manusia sesuai dengan
kehendak Tuhan Yang Maha Esa
c. Untuk mengeluarkan urine (air kencing)
KUNCI JAWABAN

1. C.
2. B
3. C
4. C
5. A
JOB SHEET

KESEHATAN REPRODUKSI
USIA < 20 TAHUN

Mata kuliah : Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi


Keterampilan : Konseling Kesehatan Reproduksi usia < 20 tahun
Waktu  : 100 menit
Pengawas : Yefi Marlena
Sasaran : Mahasiswa DIII Kebidanan

A. Pendahuluan
1. Menyiapkan alat dan menyiapkan ruangan
2. Mengucapkan salam dan mengenalkan diri
3. Menjelaskan tentang kesehatan reproduksi usia < 20 tahun
4. Member kesempatan untuk bertanya
5. Mengucapkan salam

B. Objektif Perilaku Siswa


Setelah membaca job sheet dan berlatih melakukan konseling posisi kesehatan
reproduksi usia < 20 tahun, setiap mahasiswa diharapkan mampu memberikan
konseling Kesehatan Reproduksi usia < 20 tahun.

C. Referensi
Aryani. 2010. Kesehatan Reproduksi Problem dan Solusinya. Salemba
Medika : Jakarta

Hanim, 2013. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi.


Modul Field Lab Edisi Revisi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Universitas Sebelas Maret
D. Dasar Teori Singkat
Konseling merupakan proses interaktif antara tenaga kesehatan dan
remaja. Selama proses tersebut, tenaga kesehatan memberikan informasi dan
memberikan dukungan yang dapat meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.
Langkah-Langkah Konseling
1. Ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengerti situasi mahasiswa dan latar
belakangnya. Lakukan klarifikasi bila diperlukan dan jangan menghakimi.
2. Identifikasi kebutuhan mahasiswa, masalah mahasiswa, dan informasi
yang belum diketahui mahasiswa. Pelajari setiap masalah yang ada serta
dampaknya terhadap berbagai pihak (mahasiswa, suami, keluarga,
komunitas, tenaga kesehata, dan sebagainya).
3. Tanyakan pendapat mahasiswa mengenai solusi alternatif apa yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi.
4. Identifikasi kebutuhan mahasiswa terhadap informasi, sumber daya, atau
dukungan lain untuk memecahkan masalahnya.
5. Susun prioritas solusi dengan membahas keuntungan dan kerugian dari
berbagai alternatif pemecahan masalah bersama mahasiswa.
6. Minta mahasiswa untuk menentukan solusi apa yang paling
memungkinkan untuk mengatasi masalahnya.
7. Buatlah rencana tindak lanjut bersama.
8. Evaluasi pelaksanaan rencana tindak lanjut tersebut pada pertemuan
konseling berikutnya.

E. Petunjuk
1. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik.
2. Ikuti petunjuk yang ada pada job sheet.
3. Lakukan konseling dengan baik.
4. Tanyakan pada dosen bila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti atau
dipahami.
5. Laporkan hasil kerja setelah selesai melakukan latihan.
F. Keselamatan Kerja
1. Patuhi prosedur pekerjaan.
2. Bertindak lembut dan ramah kepada mahasiswa.
3. Perhatikan keadaan umum pasien selama melakukan prosedur.
G. Peralatan & Perlengkapan
Peralatan :
1. Buku/ catatan
2. Pena
Persiapan Lingkungan :
1. Penerangan dan cahaya cukup
2. Meja
3. Kursi
H. Prosedur Kerja

N LANGKAH KERJA KEY POIN GAMBAR


O
1 Memperkenalkan diri Sapa klien dengan
ramah buat klien
merasa nyaman dan
gunakan teknik
SOLLER

2 Tanyakan Kabar dan Perhatikan usia


Keluhan Mahasiswa mahasiswa,
Menyapa dengan
sikap yang ramah

3 Berikan salam dan Gunakan bahasa


beritahu mahasiswa yang mudah
tentang tindakan yang dimengerti oleh
akan dilakukan. mahasiswa
.
4 Menjelaskan definisi Gunakan bahasa
kesehatan reproduksi yang mudah
dimengerti oleh
mahasiswa

5 Menjelaskan Gunakan bahasa


perkembangan yang mudah
kesehatan Reproduksi dimengerti oleh
Usia < 20 Tahun mahasiswa

6 Menjelaskan ruang Gunakan bahasa


lingkup kesehatan yang mudah
reproduksi Usia < 20 dimengerti oleh
Tahun mahasiswa
.
7 Masalah kesehatan Gunakan bahasa
reproduksi Usia < 20 yang mudah
Tahun. dimengerti oleh
mahasiswa

9 Memberikan apresiasi Memberikan pujian


kepada mahasiswa kepada mahasiswa
setelah mengikuti
penyuluhan dengan
baik

I. Evaluasi

1. Setiap mahasiswa melakukan konseling pada mahasiswa dengan berpedoman pada


job sheet
2. Setiap langkah pekerjaan dilakukan secara urut, sesuai job sheet
3. Pembimbing menguji dan mengamati cara kerja mahasiswa dengan menggunakan
daftar tilik
DAFTAR TILIK KONSELING
KESEHATAN REPRODUKSI USIA < 20 TAHUN

Nama Praktikan  :
Mata Kuliah   : Askeb I Kehamilan
Topik/ pokok bahasan : Konseling Kesehatan Reproduksi Usia < 20 Tahun
Waktu  : 20 Menit
Hari/ tanggal :
Observer :
Nilai setiap kinerja langkah yang diamati dengan member tanda bulatan (0) pada
skala dengan criteria sbb :
0.    Perlu perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan
atau tidak dikerjakan
1.    Mampu
Langkah atau tugas dikerjakan dengan benar dan berurutan , tetapi peserta
secara efektif ada kemajuan dari langkah ke langkah
2.    Mahir
Langkah atau tugas dikerjakan dengan benar sesuai dengan urutan tanpa ragu-
ragu dan tanpa perlu bantuan.

CHECKLIST/FORMAT PENILAIAN
KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI USIA < 20 TAHUN

NO BUTIR YANG DINILAI NILAI DARI


PRESEPTOR

A SIKAP 0 1 2
1 Teruji menyapa klien dengan ramah dan sopan
2 Teruji memperkenalkan diri kepada klien
3 Teruji menjaga privacy klien
4 Teruji percaya diri
5 Teruji menjelaskan maksud dan tujuan
SCORE
B CONTENT
6 Teruji menjelaskan definisi kesehatan reproduksi
7 Teruji menjelaskan perkembangan kesehatan
Reproduksi Usia < 20 Tahun
8 Teruji menjelaskan ruang lingkup kesehatan
reproduksi Usia < 20 Tahun
9 Teruji menjelaskan masalah kesehatan reproduksi
Usia < 20 Tahun
10 Teruji melakukan evaluasi

Score
C Tehnik
11 Teruji melakukan prosedur secara sistematis
12 Teruji menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
13 Penggunaan media dengan baik
14 Teruji memberi kesempatan untuk bertanya,
memberikan umpan balik
15 Teruji mendokumentasikan hasil tindakan dengan
baik
Score
Total Score

Nilai = Jumlah nilai setiap aspek yang dikerjakan x 100 %


Jumlah aspek yang dinilai
Petunjuk :
1) Berikan penilaian atau Check list pada tindakan yang dilakukan.
2) Nilai minimum adalah nilai B, jika nilai dibawah nilai minimum akan
dilakukan pengulangan.
3) Kriteria skor penilaian adalah :
A : 80 - 100
B : 68 - 79
C : 56 - 67
D : 45 - 55
E : 0 – 40

Bengkulu, April 2022


Pembimbing Akademik

………………………………….
BERITA ACARA BIMBINGAN
LAPORAN MICRO DAN MACRO

Nama : Aprilia Arbatika


NPM : 2126040176.P
Jurusan : Sarjana Terapan Kebidanan

Paraf
No Tanggal Materi Keterangan
Pembimbing
1

Bengkulu, April 2022


Pembimbing Praktik

(Waytherlis Apriani, SST, M.Kes)

Anda mungkin juga menyukai