Oleh:
Isriani
Pembimbing:
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Selama Pandemi COVID-19”, sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis,
Isriani
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak-anak Indonesia adalah aset bangsa yang paling berharga, merekalah penentu
masa depan. Pilihan kebijakan dan investasi untuk anak yang diambil pada hari ini akan
berdampak besar terhadap masa depan Indonesia. Melalui keputusan yang tepat,
Indonesia akan terus berjalan menuju masyarakat adil dan makmur dengan tingkat
kesejahteraan yang merata. Sepertiga populasi Indonesia terdiri dari anak-anak, total
terdapat sekitar 80 juta anak di Indonesia, populasi anak terbesar keempat di dunia.
Sebagai anak yang tinggal di kota-kota besar, kemiskinan dan polusi adalah tantangan
yang mereka hadapi, bagi anak di pedesaan terpencil, akses layanan dasar sangatlah
sulit. Di negara lain terdapat populasi dan tenaga kerja yang menua, berbeda dengan
Indonesia dua per tiga populasi Indonesia justru berada dalam rentang usia produktif
(15–64 tahun). Populasi usia produktif yang berjumlah besar ini dapat menjadi mesin
pembangunan yang luar biasa, suatu bonus yang dapat diinvestasikan untuk masa depan
bangsa. Namun, untuk dapat memanfaatkan bonus demografi ini, Indonesia harus
berinvestasi sekarang juga untuk generasi muda, yaitu di bidang kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan, dan bidang lain yang akan menentukan kemampuan mereka
sebagai suatu generasi untuk mencapai potensi mereka secara penuh. Jika Indonesia
tidak berinvestasi pada anak dan generasi mudanya, jika mereka tidak tumbuh sebagai
generasi sehat, Indonesia akan tertinggal.11
Masa depan itu salah satunya bergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tahun-tahun pertama kehidupan,
terutama periode sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun merupakan
periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Periode ini
merupakan kesempatan emas sekaligus masa-masa yang rentan terhadap pengaruh
negatif. Nutrisi yang baik dan cukup, status kesehatan yang baik, pengasuhan yang
benar, dan stimulasi yang tepat pada periode ini akan membantu anak untuk tumbuh
sehat dan mampu mencapai kemampuan optimalnya sehingga dapat berkontribusi lebih
baik dalam masyarakat.6
1
2
TINJAUAN PUSTAKA
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya5.
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Mempunyai Kecepatan yang Berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak5.
4. Perkembangan dan Pertumbuhan saling Berkorelasi
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya5.
a. Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki
laki, namun setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki pula akan
lebih cepat.
b. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal yaitu, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
c. Keluarga
Kecenderungan keluarga yang memiliki karakteristik yang sama seperti postur
tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
d. Ras/etnik
Anak yang dilahirkan di Indonesia akan memiliki faktor herediter ras/bangsa
Indonesia.
e. Genetik
Genetik adalah bawaan anak yang berpotensi akan menjadi ciri khasnya.
Kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil,
kelainan kromosom dan sebagainya.5
8
5. Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
6. Infeksi
lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali, retardasi mental dan kelainan
jantung kongenital.
7. Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan Kem icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
9. Psikologi ibu
9
c. Faktor Pascanatal.
1. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.
4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
pertumbuhan dan perkembangannya akan terhambat.
5. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
6. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
7. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
10
8. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
9. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.5
1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya5.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot- otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya5.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya5.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya5.
2.5 Tahapan dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
1. Tahap janin
Masalah kesehatan janin dapat memiliki efek merugikan pada pertumbuhan pasca
kelahiran. Sepertiga neonatus dengan retardasi pertumbuhan intrauterin mungkin telah
membatasi pertumbuhan pascanatal. Perawatan perinatal yang baik merupakan faktor
penting dalam meningkatkan kesehatan janin dan pertumbuhan pasca kelahiran secara
tidak langsung.
2. Tahap pasca kelahiran
11
1. Umur 0 – 3 Bulan
Mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
Melihat dan menatap wajah anda.
Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
Suka tertawa keras.
12
Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring
jika diminta.
Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
Melepas pakaiannya sendiri.
8. Umur 36 – 48 Bulan
Berdiri 1 kaki 2 detik.
Melompat kedua kaki diangkat.
Mengayuh sepeda roda tiga.
Menggambar garis lurus.
Menumpuk 8 buah kubus.
Mengenal 2-4 warnah.
Menyebut nama, umur, tempat.
Mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan.
Mendengarkan cerita.
Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
Mengenakan celana panjang, kemeja baju.
9.Umur 48 – 60 Bulan
Berjalan lurus.
Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap.
Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.
Menggambar segi empat.
Mengerti arti lawan kata.
Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih.
Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya.
Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10.
Mengenal warna-warni.
Mengungkapkan simpati.
2.6 Pemantauan Pertumbuhan Anak
2.6.1 Pelaksana dan Alat Pemantauan Pertumbuhan Anak
2. Pengukuran Panjang Badan terhadap umur / Tinggi Badan terhadap umur (PB /
U atau TB / U).
16
Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau
selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
17
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0,5 cm - 1 cm.
b. Cara menggunakan KPSP.
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi
umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Contoh : bayi umur 3
bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan ;
Pertanyaan yang dijawab oleh ibu / pengasuh anak : Contoh: “ Dapatkah
bayi makan kue sendiri ? ”
Perintah kepada ibu / pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP : Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi
pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''.
5. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu / pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak.
7. Catat jawaban tersebut pada formulir.
8. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
9. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
a. Interpretasi hasil KPSP.
Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik.
Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “
E”.
Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak.
Latih anak dalam mengarahkan kartu "E" menghadap atas, bawah, kiri dan
kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa.
Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu "E" dengan benar.
Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu, mulai baris
24
pertama sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil yang masih dapat di
lihat.
Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang dipegangnya
dengan huruf "E" pada poster.
Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada kertas yang telah di
sediakan ( Mata kanan : ............. Mata kiri........).
c. lnterpretasi.
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga pada poster "E". Namun, jika tidak dapat melihat baris ketiga poster
E atau tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan
arah "E" pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak
mengalami gangguan daya lihat.
2.7.4 Perkembangan Perilaku Emosional
Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah kegiatan /
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah perilaku emosional,
autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak supaya
dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku emoslonal
terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi yang dilakukan adalah dengan
metode berikut ;
Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) = anak umur 36 bulan - 72
bulan.
Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT) = anak umur 18 bulan - 36
bulan.
Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale = anak umur 36 bulan
ke atas.
25
b. Interpretasi.
Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan penting
(crirical item) jika dijawab TIDAK berarti pasien mempunyai risiko ringgi
autism.
Jawaban tidak pada dua atau lebih (critical item) atau tiga pertanyaan lain yang
dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, orang tua menjawab
tidak) maka anak tersebut mempunyai risiko autism.
Jika perilaku itu jarang dikerjakan (misal anda melihat satu atau 2 kali), mohon
dijawab anak tersebut TIDAK melakukannya.
2.7.4.3 Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH).
b. lnterpretasi.
Nilai 0 = jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
Nilai 1 = jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
Nilai 2 = jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
27
2. Pemenuhan asupan gizi seimbang sesuai umur anak mengacu informasi pada
Buku KIA.
3. Konseling menyusui, dukungan psikosial dasar dan dukungan praktek
pemberian makan harus diberikan kepada semua ibu yang mempunyai anak,
termasuk Ibu sebagai OTG, ODP, atau PDP.
Inisiasi Menyusu Dini/ IMD. Inisiasi menyusu dini (IMD) diupayakan tetap
dilakukan, sambil melakukan upaya pencegahan penularan infeksi.
Sebaiknya tetap berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Namun, ibu dengan
status PDP tidak dianjurkan IMD atau menyusui langsung.
Bayi baru lahir sampai dengan berumur 6 bulan diberikan Air Susu Ibu saja
(ASI Eksklusif)
bulan, 3-6 bulan, 6-12 bulan, 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-5 tahun dan 5-6 tahun.
Tindaklanjut hasil pemantauan (deteksi) perkembangan:
menggunakan masker.
Membuat pemberitahuan bagi masyarakat sasaran pelayanan yang berisi:
sasaran anak dan pengantar dalam keadaan sehat
jadwal pelayanan dengan membagi sasaran balita dan jam pelayanan, serta
memastikan jadwal diterima masyarakat sebelum hari pelayanan. (Contoh
jadwal: sasaran balita RT A jam 09.00 – 10.00, RT B jam 10.00 – 11.00, dst).
Pemakaian masker bagi anak dan pengantar (minimal masker kain) . Tempat
pelayanan berupa ruangan cukup besar dengan sirkulasi udara keluar masuk
yang baik.
Memastikan area tempat pelayanan dibersihkan sebelum dan sesudah
pelayanan sesuai dengan prinsip pencegahan penularan infeksi
Menyediakan fasilitas CTPS, handsanitizer atau cairan desinfektan bagi tenaga
kesehatan, kader dan sasaran anak serta pengantar di pintu masuk dan di area
pelayanan.
Mengatur jarak meja pelayanan:
jaga jarak 1-2 meter antar petugas
jaga jarak 1-2 meter antar petugas dan sasaran
jaga jarak 1-2 meter antar sasaran
Membatasi jenis pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu vitamin A, imunisasi
dasar lengkap dan lanjutan.
d. Wilayah kerja terdapat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau terdapat
positif COVID-19, untuk menunda pelayanan kesehatan balita di Posyandu, sebagai
berikut:
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan mandiri di rumah dengan
Buku KIA
Pemantauan balita berisiko, pelayanan imunisasi, vitamin A, dilakukan dengan janji
temu/ tele konsultasi/ kunjungan rumah:
Tenaga kesehatan memakai masker medis. Kader dan keluarga memakai masker
kain
Anak yang berisiko berat badan kurang (BB/U dibawah -2SD) dan anak yang berat
badannya tidak naik lakukan konfirmasi dengan melihat status gizinya (BB/TB)
serta perlu dipantau pertumbuhannya oleh tenaga kesehatan/ kader. Anak dengan
BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD pastikan mendapat makanan tambahan (MT)
32
program. Pastikan pemenuhan asupan gizi seimbang dan pemantauan status gizi di
rumah sesuai anjuran petugas kesehatan. Petugas kesehatan dibantu kader
menjadwalkan kunjungan rumah untuk melakukan pemantauan maupun
penanganan selanjutnya.
Anak gizi buruk (BB/PB atau BB/TB dibawah -3 SD), harus tetap diberikan
pelayanan sesuai tata laksana gizi buruk dengan memperhatikan beberapa
pembatasan pertemuan/ kontak (periode pertemuan/ kontrol) dan physical
distancing) serta harus menggunakan alat perlindungan diri (APD) untuk
mencegah penularan COVID-19.
Distribusi makanan tambahan dapat terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan balita
melalui petugas kesehatan dibantu oleh kader sebagai suplementasi untuk
mempertahankan kecukupan gizi balita (tetap memperhatikan pembatasan kontak/
physical distancing).
Anak dengan gangguan perkembangan yang telah dilakukan stimulasi di rumah
selama 2 minggu, namun tetap belum bisa melakukan tahapan perkembangan sesuai
umurnya.
Pada masa pandemi COVID-19, vitamin A merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan imunitas tubuh, namun dalam pemberiannya harus tetap
memperhatikan prinsip physical distancing untuk mencegah penyebaran yang lebih
luas lagi. Pada kondisi tidak normal seperti masa pandemi COVID-19, Vitamin A
harus dipastikan tetap diberikan dan dikonsumsi balita 2 kali dalam setahun di
bulan Vitamin A (Pebruari dan Agustus).Balita yang tidak hadir pada saat
pemberian vitamin A. Vitamin A harus dipastikan tetap diberikan dan dikonsumsi
balita 2 kali dalam setahun di bulan Vitamin A (Pebruari dan Agustus)
Jika anak mengalami penurunan nafsu makan, mengalami penurunan berat badan,
edema bilateral yang bersifat pitting minimal pada kedua punggung kaki; bayi < 6
bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkan karena faktor bayi
maupun faktor ibu atau mengalami gangguan kesehatan lainnya seperti diare, batuk,
pilek, demam segera menghubungi kader atau mendatangi fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat.
Anak dengan gangguan perkembangan yang telah dilakukan stimulasi di rumah
selama 2 minggu, namun tetap belum bisa melakukan tahapan perkembangan sesuai
umurnya juga segera menghubungi kader atau mendatangi fasilitas kesehatan
33
Selama masa pandemi kesempatan untuk memantau tumbuh kembang anak berkurang.
Perlu pemantauan pertumbuhan yang tepat untuk mendeteksi terkait adanya keadaan
yang abnormal. Faktor orang tua adalah pendorong penting pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sehat sejak dini dan dengan demikian menjadi faktor utama
dalam menentukan tingkat keparahan dampak pandemi. Upaya yang dapat dilakukan
mendukung keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak, yaitu dengan konsep 3A
(Asuh, Asih, dan Asah), memberikan edukasi kepada orang tua agar anak tetap diberikan
stimulus pertumbuhan dan perkembangan secara berkala agar seorang anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Albert Rauber. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory
Examinations. 3rd edition. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK335/
2. Balasundaram, P., & Avulakunta, I. D. [Diperbarui 2021 Juni 10]. Di:
StatPearls[Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; 2021. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567767/
3. Kementrian Kesehatan RI. Panduan pada Masa Tanggap Darurat COVID-19. Jakarta:
Depkes. 2020.
4. Kementrian Kesehatan RI. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi
COVID-19. Jakarta: Depkes. 2020.
7. Lulianthy, L. 2021. Pemantapan Penggunaan Buku KIA Untuk Pemantauan dan Stimulasi
Tumbuh Kembang Anak Selama Pandemi Covid-19. JURNAL PENGABDI - ISSN: 2620-
4665 (p) / ISSN: 2620-4673. Volume 4 Nomor 1. Tersedia dari:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPLP2KM
8. Sari, D. F., Muthia, G., Syofiah, P.N., Primasari, E. P., 2020. Optimalisasi Peran
Keluarga Dalam Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah Pada Masa
Pandemi Covid–19. Journal of Community Engagement in Health. Tersedia dari:
https://doi.org/10.30994/jceh.v4i1.125
35