Anda di halaman 1dari 40

REFARAT

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG ANAK SELAMA PANDEMI COVID-19

Oleh:
Isriani
Pembimbing:

Dr. dr. Ririe Fachrina Malisie Sp.A(K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK


RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Selama Pandemi COVID-19”, sebagai
salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen


pembimbing yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan
saran dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik
dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 6 Oktober 2021

Penulis,

Isriani

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Tujuan Refarat..................................................................................................3

1.3 Manfaat Refarat................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................4

2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak..............................................4

2.2 Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak....................................................................4

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak.........................5

2.4 Aspek Perkembangan yang Dipantau..............................................................10

2.5 Tahapan dalam Pertumbuhan dan Perkembangan...........................................10

2.6 Pemantauan Pertumbuhan Anak......................................................................15

2.7 Pemantauan Perkembangan Anak....................................................................19

2.8 Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Selama Pandemi COVID-19...............26

BAB III KESIMPULAN.........................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34

ii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Alat Pemantauan Pertumbuhan Anak..................................................15

Tabel 2.2 Penentuan Status Gizi Anak.................................................................16

Tabel 2.3 Pelaksana dan Alat Perkembangan Anak............................................19

iii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Teknik Pengukuran Panjang Badan Anak Usia 0 – 24 Bulan.............18

Gambar 2.2 Teknik Pengukuran Tinggi Badan Anak Usia 24 - 72 Bulan..............18

Gambar 2.3 Teknik Pengukuran Lingkar Kepala Anak..........................................19

Gambar 2.4 Cara Melakukan Tes Daya Lihat.........................................................23

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak-anak Indonesia adalah aset bangsa yang paling berharga, merekalah penentu
masa depan. Pilihan kebijakan dan investasi untuk anak yang diambil pada hari ini akan
berdampak besar terhadap masa depan Indonesia. Melalui keputusan yang tepat,
Indonesia akan terus berjalan menuju masyarakat adil dan makmur dengan tingkat
kesejahteraan yang merata. Sepertiga populasi Indonesia terdiri dari anak-anak, total
terdapat sekitar 80 juta anak di Indonesia, populasi anak terbesar keempat di dunia.
Sebagai anak yang tinggal di kota-kota besar, kemiskinan dan polusi adalah tantangan
yang mereka hadapi, bagi anak di pedesaan terpencil, akses layanan dasar sangatlah
sulit. Di negara lain terdapat populasi dan tenaga kerja yang menua, berbeda dengan
Indonesia dua per tiga populasi Indonesia justru berada dalam rentang usia produktif
(15–64 tahun). Populasi usia produktif yang berjumlah besar ini dapat menjadi mesin
pembangunan yang luar biasa, suatu bonus yang dapat diinvestasikan untuk masa depan
bangsa. Namun, untuk dapat memanfaatkan bonus demografi ini, Indonesia harus
berinvestasi sekarang juga untuk generasi muda, yaitu di bidang kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan, dan bidang lain yang akan menentukan kemampuan mereka
sebagai suatu generasi untuk mencapai potensi mereka secara penuh. Jika Indonesia
tidak berinvestasi pada anak dan generasi mudanya, jika mereka tidak tumbuh sebagai
generasi sehat, Indonesia akan tertinggal.11
Masa depan itu salah satunya bergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tahun-tahun pertama kehidupan,
terutama periode sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun merupakan
periode yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Periode ini
merupakan kesempatan emas sekaligus masa-masa yang rentan terhadap pengaruh
negatif. Nutrisi yang baik dan cukup, status kesehatan yang baik, pengasuhan yang
benar, dan stimulasi yang tepat pada periode ini akan membantu anak untuk tumbuh
sehat dan mampu mencapai kemampuan optimalnya sehingga dapat berkontribusi lebih
baik dalam masyarakat.6

Namun Indonesia adalah merupakan contoh negara dengan beban keadaan


malnutrisi jauh sebelum adanya pandemi COVID-19 yang awalnya masuk pada
tanggal 2 Maret 2020 sebagai kasus pertama.

1
2

Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak terhadap sosio-ekonomi anak-anak di


Indonesia. Dampak tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu,
dampak terhadap ekonomi, krisis kemiskinan, krisis pembelajaran, krisis gizi, serta
krisis pengasuhan dan keamanan anak.

Pandemi COVID-19 menghasilkan potensi risiko pada pertumbuhan dan


perkembangan anak karena risiko penyakit, isolasi sosial, dan peningkatan tingkat stres
orang tua. Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan pandemi tersebut juga telah
menimbulkan dampak signifikan di sektor ekonomi, kegiatan sehari-hari, dan seluruh
aspek kehidupan anak.10 Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak diperkirakan akan
meningkat, tidak hanya secara langsung dari penyakit terkait COVID-19, tetapi juga
karena sumber daya yang dialihkan dari perawatan primer untuk merespon pandemi,
lebih dari sepertiga orang tua dari anak-anak di bawah usia 6 tahun dilaporkan menunda
kunjungan perawatan kesehatan, adanya gangguan jadwal vaksinasi pada anak usia dini
yang dapat memiliki konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang bagi kesehatan
anak. Hal ini juga diperparah oleh stres yang dialami oleh orangtua, anak-anak
kehilangan stimulasi sosial dan kognitif di luar rumah mereka.12

Organisasi Kesehatan di seluruh dunia menganjurkan pemantauan pertumbuhan anak


dengan tujuan utama mengidentifikasi dan mencegah malnutrisi dan obesitas.
Pemantauan harus menjadi bagian dari setiap konsultasi perawatan kesehatan untuk
anak. Namun, selama masa pandemi kesempatan untuk memantau tumbuh kembang
anak berkurang. Untuk itu, pemantauan pertumbuhan yang tepat memungkinkan
penyedia layanan kesehatan untuk mendeteksi secara tepat terkait adanya keadaan yang
abnormal. Faktor orang tua adalah pendorong penting pertumbuhan dan perkembangan
anak yang sehat sejak dini dan dengan demikian menjadi faktor utama dalam
menentukan tingkat keparahan dampak pandemi, tenaga kesehatan seperti dokter yang
harus terbiasa dengan keadaan pandemi sekarang dalam melakukan metode
pengukuran, menggunakan grafik pertumbuhan yang tepat dan interpretasi hasil. Upaya
yang dapat dilakukan agar tumbuh kembang anak berlangsung secara optimal dengan
mendukung keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak, yaitu dengan konsep 3A
(Asuh, Asih, dan Asah). Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara
berkala merupakan upaya agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal.9
3

1.2 TUJUAN REFARAT


Tujuan dari pembuatan referat ini adalah :
1. Dapat memahami tentang tumbuh kembang anak dengan lebih mendalam.
2. Dapat memahami dan memberikan edukasi tentang pemantauan tumbuh
kembang anak selama pandemi COVID-19.

3. Penulisan dan penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi


persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D) di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.

1.3 MANFAAT REFARAT


Refarat ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama orang tua dan yang terlibat dalam bidang medis serta dapat
memberikan wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan
memahami tentang tumbuh kembang anak dan pemantauan tumbuh kembang
anak terutama pada masa pandemi COVID-19.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Perubahan terus-menerus adalah inti dari kehidupan. Perubahan cepat dalam


ukuran yang disebut pertumbuhan dan perubahan cepat dalam bentuk fungsi dan
perilaku yang disebut perkembangan.1 Pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan
ukuran konstan yang tidak dapat diubah dan perkembangan didefinisikan sebagai
pertumbuhan kapasitas psikomotorik. Kedua proses tersebut sangat bergantung pada
faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan. Evaluasi, pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan merupakan elemen penting.2

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan


interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Pertumbuhan
bersifat kuantitatif dan diukur dengan satuan berat badan (g, Kg), satuan panjang
badan (cm, m).

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih


kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan
hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya,
misalnya perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi.6
2.2 Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
1. Perkembangan Menimbulkan Perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan
disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada
seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf5.
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Tahap Awal Menentukan Perkembangan
Selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa
berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak
5

terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya5.
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Mempunyai Kecepatan yang Berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak5.
4. Perkembangan dan Pertumbuhan saling Berkorelasi
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya5.

5. Perkembangan Memiliki Pola yang Tetap


a. Perkembangan terjadi dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)5.
b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal)5.
6. Perkembangan Memiliki Tahap yang Berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan.
Tahap- tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu
mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya5.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi secara positif oleh berbagai faktor,
seperti kesehatan orang tua dan komposisi genetik, bahkan sebelum pembuahan.
1. Faktor Genetik
Faktor genetik memainkan peran utama dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Faktor genetik yang mempengaruhi tinggi badan sangat penting
pada fase remaja. Sebuah studi kohort longitudinal besar dari 7755 pasangan
kembar Belanda telah menyarankan bahwa faktor genetik aditif sebagian besar
menjelaskan korelasi fenotipik di seluruh usia untuk tinggi badan dan indeks massa
tubuh.
2. Kesehatan Janin
6

Kesehatan janin memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam mencapai


pertumbuhan dan perkembangan. Setiap stimulus atau gangguan selama
perkembangan janin menyebabkan adaptasi perkembangan yang menghasilkan
perubahan permanen di bagian akhir kehidupan. Setelah lahir, faktor lingkungan
dapat memberikan efek menguntungkan atau merugikan pada pertumbuhan.
3. Faktor Sosial Ekonomi
Anak-anak dari tingkat sosial ekonomi atas lebih tinggi pertumbuhannya
daripada anak-anak pada usia yang sama dan jenis kelamin dalam kelompok sosial
ekonomi yang lebih rendah. Urbanisasi memiliki pengaruh positif terhadap
pertumbuhan. Tren sekuler diamati dalam pertumbuhan di mana anak-anak tumbuh
lebih tinggi dan dewasa lebih cepat daripada generasi sebelumnya. Tren sekuler ini
diamati secara signifikan di negara-negara maju seperti Amerika Utara.
4. Karakteristik Keluarga
Tingkat pendidikan keluarga yang lebih tinggi memiliki dampak positif pada
pertumbuhan. Dukungan emosional yang tidak memadai dan stimulus
perkembangan yang tidak memadai, termasuk pelatihan bahasa, dapat
menyebabkan kemunduran pertumbuhan dan perkembangan.
5. Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia.
Studi tertentu yang sedang berlangsung telah membuktikan hubungan polutan
dalam pematangan seksual, obesitas, dan fungsi tiroid. Paparan timbal berlebih
secara antenatal secara signifikan berhubungan dengan berat badan lahir rendah.
Polusi udara transportasi juga memiliki hubungan dengan penurunan pertumbuhan
prenatal.
6. Nutrisi
Defisiensi trace mineral dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Kekurangan zat besi biasanya mempengaruhi perkembangan psikomotor dan tidak
mempengaruhi pertumbuhan. Kekurangan seng dapat menyebabkan
keterbelakangan pertumbuhan dan keterlambatan perkembangan. Selenium,
yodium, mangan, dan tembaga juga memainkan peran penting.
Pertumbuhan yang goyah atau kenaikan berat badan yang cepat pada anak usia
dini mempengaruhi kesehatan di bagian akhir kehidupan. Diet pada anak usia dini
memiliki hubungan yang kuat dengan kemungkinan obesitas di kemudian hari.
'Hipotesis Protein Awal' menunjukkan bahwa menurunkan suplai protein selama
7

masa bayi membantu mencapai pertumbuhan normal dan mengurangi obesitas


pada anak usia dini. Konsep hipotesis protein awal ini membantu dalam
meningkatkan produk makanan untuk anak-anak.
7. Peran Pengalaman Selama Anak Usia Dini
Paparan pengalaman buruk pada anak usia dini dapat menghambat
perkembangan. Pengabaian yang mendalam selama masa kanak-kanak dapat
mengganggu perkembangan. Anak-anak yang diadopsi sebelum usia enam bulan
memiliki perkembangan yang sama jika dibandingkan dengan saudara kandung
non-adopsi mereka. Jika anak yang diadopsi setelah enam bulan memiliki risiko
tinggi mengalami defisit kognisi, masalah perilaku, autisme, dan hiperaktif.
Intervensi dini untuk anak-anak dengan pengalaman buruk adalah pilar dalam
perkembangan yang sehat.5
Tumbuh Kembang Anak juga dipengaruhi oleh hasil interaksi banyak faktor
yang terdiri dari Faktor Internal dan Faktor Eksternal.
2.3.1 Faktor Internal

a. Jenis Kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki
laki, namun setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki pula akan
lebih cepat.
b. Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal yaitu, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
c. Keluarga
Kecenderungan keluarga yang memiliki karakteristik yang sama seperti postur
tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus.
d. Ras/etnik
Anak yang dilahirkan di Indonesia akan memiliki faktor herediter ras/bangsa
Indonesia.
e. Genetik
Genetik adalah bawaan anak yang berpotensi akan menjadi ciri khasnya.
Kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil,
kelainan kromosom dan sebagainya.5
8

2.3.2 Faktor Eksternal


a. Faktor Prenatal
1. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan aka mempengaruhi
pertumbuhan janin.
2. Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti
club foot.
3. Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti palatoskisis.
4. Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia
adrenal.

5. Radiasi

Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin
seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung.
6. Infeksi
lnfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali, retardasi mental dan kelainan
jantung kongenital.
7. Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin,
kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan Kem icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
8. Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan
pertumbuhan terganggu.
9. Psikologi ibu
9

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu


hamil dan lain-lain.
b. Faktor Perinatal.
1. Komplikasi persalinan pada bayi
Trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

c. Faktor Pascanatal.
1. Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

2. Penyakit kronis/ kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi


pertumbuhan jasmani.
3. Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup
yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,
paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dll)
mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
pertumbuhan dan perkembangannya akan terhambat.

5. Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

6. Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat
pertumbuhan anak.
7. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
10

8. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

9. Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan,
demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.5

2.4 Aspek Perkembangan yang Dipantau

1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya5.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot- otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya5.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya5.
4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya, dan sebagainya5.
2.5 Tahapan dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

1. Tahap janin
Masalah kesehatan janin dapat memiliki efek merugikan pada pertumbuhan pasca
kelahiran. Sepertiga neonatus dengan retardasi pertumbuhan intrauterin mungkin telah
membatasi pertumbuhan pascanatal. Perawatan perinatal yang baik merupakan faktor
penting dalam meningkatkan kesehatan janin dan pertumbuhan pasca kelahiran secara
tidak langsung.
2. Tahap pasca kelahiran
11

Proses pertumbuhan dan perkembangan pasca kelahiran terjadi bersamaan tetapi


dengan kecepatan yang berbeda. Ada lima fase penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia.
a. Masa bayi (bayi baru lahir dan hingga usia satu tahun).
b. Balita (usia satu sampai lima tahun).
c. Masa kanak-kanak (tiga hingga sebelas tahun) anak usia dini adalah dari tiga
hingga delapan tahun, dan masa kanak-kanak tengah adalah dari sembilan
hingga sebelas tahun.
d. Remaja atau remaja (dari 12 hingga 18 tahun).
e. Masa dewasa2.
Tahapan tumbuh kembang berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan yang terdiri dari masa Prenatal dan Postnatal. Masa Prenatal
adalah waktu sebelum kelahairan (embrio atau fetus) yang terdiri dari masa embrio
dan masa fetus. Masa Postnatal adalah waktu setelah bayi lahir sampai usia remaja.
Masa Postnatal terdiri dari beberapa fase waktu yaitu, masa neonatal, masa bayi,
masa prasekolah, masa sekolah/pubertas dan masa remaja/adolesensi.
a. Masa Prenatal / Intra Uterin.

1. Masa zigot = saat konsepsi sampai umur kehamilan 2 minggu.


2. Masa embrio = sejak umur kehamilan 2 minggu sampai 8/12 minggu.
3. Masa janin / fetus = sejak umur kehamilan 9/12 minggu sampai akhir
kehamilan (39 – 42 minggu).
b. Masa Post Natal.

1. Masa bayi (infancy) = umur 0 - 11 bulan.

2. Masa anak balita = dibawah usia 5 tahun (12 bulan – 59 bulan).

3. Masa anak pra sekolah = usia 60 bulan – 72 bulan.

Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur5

1. Umur 0 – 3 Bulan
 Mengangkat kepala setinggi 45 derajat.
 Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah.
 Melihat dan menatap wajah anda.
 Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.
 Suka tertawa keras.
12

 Beraksi terkejut terhadap suara keras.


 Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
 Mengenal ibu dengan penglihatanm penciuman, pendengaran, kontak.
2. Umur 3 – 6 Bulan
 Berbalik dari telungkup ke terlentang.
 Mengangkat kepala setinggi 90 derajat.
 Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil.
 Menggenggam pensil.
 Meraih benda yang ada dalam jangkauannya.
 Memegang tangannya sendiri.
 Berusaha memperluas pandangan.
 Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
 Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik.
 Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain
sendiri.
3. Umur 6 – 9 Bulan

 Duduk (sikap tripoid - sendiri).


 Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan.
 Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang.
 Memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain.
 Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup.
 Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata.
 Mencari mainan/benda yang dijatuhkan.
 Bermain tepuk tangan/ciluk baa.
 Bergembira dengan melempar benda.
 Makan kue sendiri.
4. Umur 9 – 12 Bulan
 Mengangkat benda ke posisi berdiri.
 Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi.
 Dapat berjalan dengan dituntun.
 Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan.
 Mengenggam erat pensil.
 Memasukkan benda ke mulut.
13

 Mengulang menirukan bunyi yang didengarkan.


 Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti.
 Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja.
 Beraksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan.
 Senang diajak bermain “CILUK BAA”.
 Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali.
5. Umur 12 – 18 Bulan
 Berdiri sendiri tanpa berpegangan.
 Membungkung memungut mainan kemudian berdiri kembali.
 Berjalan mundur 5 langkah.
 Memanggil ayah dengan kata “papa”. Memanggil ibu dengan kata “mama”.
 Menumpuk 2 kubus.
 Memasukkan kubus di kotak.
 Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkannatau menarik tangan ibu.
 Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing.
6. Umur 18 – 24 Bulan
 Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik.
 Berjalan tanpa terhuyung-huyung.
 Bertepuk tangan, melambai-lambai.
 Menumpuk 4 buah kubus.
 Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
 Menggelindingkan bola kearah sasaran.
 Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
 Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga.
 Memegang cangkir sendiri, belajar makan - minum sendiri.
7. Umur 24 – 36 Bulan

 Jalan naik tangga sendiri.


 Dapat bermain dengan sendal kecil.
 Mencoret-coret pensil pada kertas.
 Bicara dengan baik menggunakan 2 kata.
 Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta.
14

 Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih.
 Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring
jika diminta.
 Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah.
 Melepas pakaiannya sendiri.
8. Umur 36 – 48 Bulan
 Berdiri 1 kaki 2 detik.
 Melompat kedua kaki diangkat.
 Mengayuh sepeda roda tiga.
 Menggambar garis lurus.
 Menumpuk 8 buah kubus.
 Mengenal 2-4 warnah.
 Menyebut nama, umur, tempat.
 Mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan.
 Mendengarkan cerita.
 Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri.
 Mengenakan celana panjang, kemeja baju.
9.Umur 48 – 60 Bulan

 Berdiri 1 kaki 6 detik.


 Melompat-lompat 1 kaki.
 Menari.
 Menggambar tanda silang.
 Menggambarlingkaran.
 Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh.
 Mengancing baju atau pakian boneka.
 Menyebut nama lengkap tanpa di bantu.
 Senang menyebut kata-kata baru.
 Senang bertanya tentang sesuatu.
 Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar.
 Bicara mudah dimengerti.
 Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya.
 Menyebut angka, menghitung jari.
15

 Menyebut nama-nama hari.


 Berpakaian sendiri tanpa di bantu.
 Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.
10.Umur 60 – 72 Bulan

 Berjalan lurus.
 Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik.
 Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap.
 Menangkap bola kecil dengan kedua tangan.
 Menggambar segi empat.
 Mengerti arti lawan kata.
 Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih.
 Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya.
 Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10.
 Mengenal warna-warni.
 Mengungkapkan simpati.
2.6 Pemantauan Pertumbuhan Anak
2.6.1 Pelaksana dan Alat Pemantauan Pertumbuhan Anak

Tabel 2.1. Alat Pemantauan Pertumbuhan Anak5.

2.6.2 Penentuan Status Gizi Anak5


1. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan (BB / TB)

2. Pengukuran Panjang Badan terhadap umur / Tinggi Badan terhadap umur (PB /
U atau TB / U).
16

3. Pengukuran Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT / U).

Tabel 2.2. Penentuan status gizi Anak5.


Pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan BB / U dilaksanakan secara
rutin di posyandu setiap bulan. Apabila ditemukan anak dengan berat badan tidak naik
2x berturut-turut atau anak dengan berat badan di bawah garis merah, kader kesehatan
akan merujuk ke petugas kesehatan untuk dilakukan konfirmasi dengan menggunakan
indikator BB / PB atau BB / TB5.
Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh
kembang balita. Pengukuran dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan atau non kesehatan
terlatih. Untuk penilaian BB/TB hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan. Penentuan
umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir5.
 Umur dihitung dalam bulan penuh.
Penggunaan Tabel BB/TB (Kepmenkes No: 1195/Menkes/SK/XII/2010) dengan
cara ukur TB / PB dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas. Lihat kolom
Tinggi / Panjang Badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran. Pilih kolom Berat
Badan untuk laki-laki (kiri) atau perempuan (kanan) sesuai jenis kelamin anak dan cari
angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak. Dari angka berat badan
tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka Standar Deviasi (SD) 5.
2.6.3 Berat Badan (BB)
2.6.3.1 Menggunakan timbangan bayi5.

 Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau
selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
 Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
17

 Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.


 Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
 Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.

2.6.3.2 Menggunakan timbangan injak / digital5.

 Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.


 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.

 Lihat jarum timbangan sampai berhenti.


 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
 Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
2.6.4 Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)
2.6.4.1 Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan5
a. Cara mengukur dengan posisi berbaring
 Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
 Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
 Kepala bayi menempel pada pembatas angka
 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala).
 Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
 Petugas 2 membaca angka di tepi diluar pengukur.
 Jika Anak umur 0 - 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.
18

Gambar 2.1. Teknik Pengukuran Panjang Badan Anak Usia 0 – 24 Bulan5.

2.6.4.2 Pengukuran Tinggi Badan untuk anak 24 - 72 Bulan5.


a. Cara mengukur dengan posisi berdiri.
 Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
 Berdiri tegak menghadap kedepan.
 Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
 Baca angka pada batas tersebut.
 Jika anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

Gambar 2.2. Teknik Pengukuran Tinggi Badan Anak Usia 24 - 72 Bulan

2.6.5 Pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) 5


Tujuan untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau
diluar batas normal. Pengukuran dan penilaian lingkar kepala anak dilakukan oleh
tenaga kesehatan terlatih. Jadwal pengukuran disesuaikan dengan umur anak5.
 Umur 0 - 11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan
 Umur 12–72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan.
19

a. Mengukur lingkaran kepala


 Alat pengukur dilingkaran pada kepala anak melewati dahi, diatas alis mata, diatas
kedua telinga dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang.
 Baca angka pada pertemuan dengan angka.
 Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
 Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
 Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
 Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka lingkaran
kepala anak normal.
 Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di luar “jalur hijau” maka lngkaran
kepala anak tidak normal (Makrosefali / Mikrosefali).
 Makrosefal bila berada diatas “jalur hijau” – Rujuk ke RS.
 Mikrosefal bila berada dibawah “jalur hijau” – Rujuk ke RS.

Gambar 2.3. Teknik Pengukuran Lingkar Kepala Anak5.


20

2.7 Pemantuan Perkembangan Anak5.

2.7.1 Kuesioner Pra Perkembangan (KPSP).


Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak apakah normal atau terdapat
penyimpangan. Skrining / pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK
dan petugas PAUD yang terlatih. Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP rutin adalah
seperti berikut ;
 Setiap 3 bulan : pada anak < 24 bulan
 Setiap 6 bulan : pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,
36, 42,48, 54, 60, 66 dan 72 bulan).
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining yang lebih muda dan dianjurkan untuk
kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan umurnya.
a. Alat / Instrumen yang digunakan.
 Formulir KPSP menurut umur.
 Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang
telah dicapai anak.
 Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
 Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
21

kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biskuit kecil berukuran 0,5 cm - 1 cm.
b. Cara menggunakan KPSP.
1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir.
 Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi
umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Contoh : bayi umur 3
bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
4. KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan ;
 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu / pengasuh anak : Contoh: “ Dapatkah
bayi makan kue sendiri ? ”
 Perintah kepada ibu / pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP : Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi
pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk''.
5. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu / pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak.
7. Catat jawaban tersebut pada formulir.
8. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
9. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
a. Interpretasi hasil KPSP.

1. Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.


2. Jawaban Ya = bila ibu/pengasuh menjawab anak bisa / pernah / sering /
kadang- kadang melakukannya.
 Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10 = perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
 Jumlah jawaban 'Ya' = 7 atau 8 = perkembangan anak meragukan (M).
 Jumlah jawaban 'Ya' = 6 atau kurang = kemungkinan ada penyimpangan (P).
3. Hitunglah berapa jumlah jawaban Tidak.
4. Jawaban Tidak = bila ibu/pengasuh menjawab anak belum pernah
22

melakukan / tidak pernah / tidak tahu.


 Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak' menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).

2.7.2 Tes Daya Dengar (TDD)


Tujuan tes daya dengar (TDD) adalah untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini supaya segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Tes ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK,
tenaga PAUD dan petugas terlatih lainnya. Tenaga kesehatan mempunyai
kewajiban memvalidasi hasil pemeriksaan tenaga lainnya. Jadwal TDD adalah
seperti berikut ;
 setiap 3 bulan = bayi umur kurang dari 12 bulan.
 setiap 6 bulan = anak umur 12 bulan keatas.

a. Alat / sarana yang diperlukan.


 lnstrumen TDD menurut umur anak.

b. Cara melakukan TDD


 Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam
buIan.
 Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
 Pada anak umur kurang dari 24 bulan ;
 Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
Katakan pada Ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut
menjawab, karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
 Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu,
berurutan.
 Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.
 Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat
melakukannya dalam satu bulan terakhir.
 Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah,
tidak tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.

 Pada anak umur 24 bulan atau lebih ;


 Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh
untuk dikerjakan oleh anak.
23

 Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah


orangtua/pengasuh.
 Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.
 Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan
perintah orangtua/pengasuh.
c. lnterpretasi.
 Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
 Catat dalam Buku KIA atau register SDIDTK, atau status/catatan medik
anak.

2.7.3 Tes Daya Lihat (TDL)


Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Tes ini dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan. Jadwal tes daya lihat adalah seperti berikut ;
 Setiap 6 bulan = anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan.

a. Alat / sarana yang diperlukan.


 Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik.
 Dua buah kursi (1 untuk anak dan 1 untuk pemeriksa).
 Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak.
 Alat Penunjuk
b. Cara melakukan daya lihat.

 Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik.
 Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk.
 Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster “
E”.
 Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
 Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak.
 Latih anak dalam mengarahkan kartu "E" menghadap atas, bawah, kiri dan
kanan sesuai yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa.
 Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan kartu "E" dengan benar.
 Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
 Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu, mulai baris
24

pertama sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil yang masih dapat di
lihat.
 Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang dipegangnya
dengan huruf "E" pada poster.
 Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada kertas yang telah di
sediakan ( Mata kanan : ............. Mata kiri........).

Gambar 2.4. Cara Melakukan Tes Daya Lihat (TDL)5.

c. lnterpretasi.
 Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai baris
ketiga pada poster "E". Namun, jika tidak dapat melihat baris ketiga poster
E atau tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang dipegangnya dengan
arah "E" pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak
mengalami gangguan daya lihat.
2.7.4 Perkembangan Perilaku Emosional
Deteksi dini penyimpangan perilaku emosional adalah kegiatan /
pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah perilaku emosional,
autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak supaya
dapat segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan perilaku emoslonal
terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi yang dilakukan adalah dengan
metode berikut ;
 Kuesioner Masalah Perilaku Emosional (KMPE) = anak umur 36 bulan - 72
bulan.
 Modified Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT) = anak umur 18 bulan - 36
bulan.
 Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
(GPPH) menggunakan Abreviated Conner Rating Scale = anak umur 36 bulan
ke atas.
25

2.7.4.1 Deteksi Dini Masalah Perilaku Emosional (KMPE)


Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah
perilaku emosional pada anak pra sekolah. Alat yang digunakan adalah Kuesioner
Masalah Perilaku Emosional (KMPE) yang terdiri dari 14 pertanyaan untuk
mengenali problem perilaku emosional.
 Setiap 6 bulan = anak umur 36 bulan - 72 bulan.
a. Cara melakukan.
 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMPE kepada orang tua/pengasuh anak.
 Catat jawaban YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
b. lnterpretasi.
 Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah perilaku
emosional.

2.7.4.2 Deteksi Dini Autis pada Anak Prasekolah


Tujuannya adalah mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan
sampai 36 bulan. Alat yang digunakan adalah M-CHAT (Modified-Checklist for
Autism in Toddlers). Dilaksanakan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, petugas
PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah
satu atau lebih keadaan di bawah ini ;
 Keterlambatan berbicara.
 Gangguan komunikasi / interaksi sosial.
 Perilaku yang berulang-ulang.
a. Cara menggunakan M-CHAT.
 Ada 23 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/pengasuh anak.
 Pertanyaan diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orangtua
untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
 Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tetulis pada M-CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak.
 Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada Modified-
Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT).
 Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah
dijawab.
26

b. Interpretasi.
 Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan penting
(crirical item) jika dijawab TIDAK berarti pasien mempunyai risiko ringgi
autism.
 Jawaban tidak pada dua atau lebih (critical item) atau tiga pertanyaan lain yang
dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya, orang tua menjawab
tidak) maka anak tersebut mempunyai risiko autism.
 Jika perilaku itu jarang dikerjakan (misal anda melihat satu atau 2 kali), mohon
dijawab anak tersebut TIDAK melakukannya.
2.7.4.3 Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas (GPPH).

Tujuannya adalah mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan


Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas. Alat yang
digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas / GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale). Dilaksanakan atas
indikasi bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK.

a. Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH.


 Formulir ini terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh
anak/guru TK dan pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.
 Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada
orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
 Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH.
 Keadaan yang ditanyakan / diamati ada pada anak dimanapun anak berada,
misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, setiap saat dan ketika anak dengan
siapa saja.
 Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan.
 Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

b. lnterpretasi.
 Nilai 0 = jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
 Nilai 1 = jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
 Nilai 2 = jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
27

 Nilai 3 = jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.


Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

2.8 Pemantauan Tumbuh Kembang Anak Selama Masa Pandemi COVID-19


Masa Pandemi COVID-19 membuat pelayanan kesehatan dan kegiatan
pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak menjadi terbatas. Peran
orangtua atau pengasuh sangat besar pada praktik pemantauan dan stimulasi tumbuh
kembang pada anak. Pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang pada anak dapat
dilakukan secara mandiri oleh orangtua di rumah menggunakan Buku KIA. Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan pedoman orangtua dalam melakukan
pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang. Penggunaan Buku KIA dapat
memberikan kontribusi yang baik untuk meningkatkan pengetahuan dan praktik
orangtua dalam perawatan anak.7 Selain itu, di bidang pendidikan juga berdampak,
pemerintah membuat kebijakan belajar dari rumah, termasuk pendidikan anak usia
dini dan taman kanak-kanak. Tanggung jawab terbesar yang harus dilakukan orang
tua yakni memastikan anak-anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai
dengan tahap- tahap perkembangannya. Selain itu, kebahagiaan anak menjadi faktor
utama baiknya perkembangan anak, baik itu ketika berada di dalam rumah maupun di
luar rumah. Oleh karena itu, orang tua harus bisa menciptakan lingkungan yang aman,
nyaman, harmonis dan kasih sayang dalam keluarga untuk mempererat emosional
orang tua dengan anak, terlebih lagi selama masa pandemi COVID-19 yang
mengharuskan anak dan orang tua harus terus menerus berada di rumah. 8 Upaya yang
dilakukan agar tumbuh kembang anak terpantau dengan baik yaitu seperti Tenaga
Kesehatan mengkoordinasikan kepada Kader Kesehatan untuk membantu
memperluas sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan umpan balik jika
ditemukan anak yang perlu mendapat pemantauan lebih lanjut. Tenaga kesehatan
memberikan nomor teleponnya atau nomor fasilitas kesehatan yang dapat dihubungi
untuk tele konsultasi atau janji temu jika anak memerlukan pemantauan atau
pelayanan lebih lanjut. Memberikan edukasi kepada orang tua agar anak tetap
mendapatkan stimulus pertumbuhan dan perkembangan dari orangtua maupun
keluarga selama menjalankan proses belajar dari rumah.3
1. Balita yang belum mendapatkan Buku KIA, bisa mengunduh di (http://
kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/BUKU%20KIA%202019.pdf)
28

2. Pemenuhan asupan gizi seimbang sesuai umur anak mengacu informasi pada
Buku KIA.
3. Konseling menyusui, dukungan psikosial dasar dan dukungan praktek
pemberian makan harus diberikan kepada semua ibu yang mempunyai anak,
termasuk Ibu sebagai OTG, ODP, atau PDP.
 Inisiasi Menyusu Dini/ IMD. Inisiasi menyusu dini (IMD) diupayakan tetap
dilakukan, sambil melakukan upaya pencegahan penularan infeksi.
Sebaiknya tetap berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Namun, ibu dengan
status PDP tidak dianjurkan IMD atau menyusui langsung.
 Bayi baru lahir sampai dengan berumur 6 bulan diberikan Air Susu Ibu saja
(ASI Eksklusif)

 Bayi umur 6 bulan sampai 2 tahun lanjutkan pemberian ASI ditambah


Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sesuai anjuran pemberian makan bayi
dan anak (PMBA) yang baik dan benar
 Anak umur 2 tahun keatas diberikan makanan keluarga yang memenuhi gizi
seimbang
 Bayi yang lahir dari ibu ODP bisa menyusu langsung dari ibu, dengan
melaksanakan prosedur perlindungan saluran napas dengan baik, antara lain
menggunakan masker bedah, mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir sebelum dan sesudah kontak bayi, dan rutin membersihkan area
permukaan dimana ibu melakukan kontak. Dalam keadaan tidak bisa
menjamin prosedur perlindungan saluran napas dan pencegahan transmisi
melalui kontak, maka bayi diberikan ASI perah.
 Bayi yang lahir dari ibu PDP atau terkonfirmasi COVID-19, diberikan ASI
perah. Pompa ASI hanya digunakan oleh ibu tersebut dan dilakukan
pembersihan pompa setelah digunakan, kebersihan peralatan untuk
memberikan ASI perah harus diperhatikan. Bayi dimonitor ketat dan perlu
di follow up hingga pulang.
Stimulasi perkembangan dilakukan keluarga setiap saat dalam suasana
menyenangkan, dan pemantauan (deteksi) perkembangan dilakukan keluarga
setiap bulan sesuai umur anak, mengacu informasi pada Buku KIA. Tools
pemantauan perkembangan dalam Buku KIA tersedia dalam rentang umur 0-3
29

bulan, 3-6 bulan, 6-12 bulan, 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-5 tahun dan 5-6 tahun.
Tindaklanjut hasil pemantauan (deteksi) perkembangan:

 Hasil deteksi perkembangan sesuai umur anak (pemantauan perkembangan


dengan Buku KIA didapatkan hasil semua ceklist perkembangan terisi): lanjutkan
stimulasi sesuai umur anak.
 Hasil deteksi perkembangan belum sesuai umur anak (pemantauan
perkembangan dengan Buku KIA didapatkan hasil salah satu atau lebih ceklist
perkembangan belum terisi): maka orang tua harus dengan sabar melakukan
stimulasi beberapa kali dalam sehari selama 2 minggu namun tidak boleh ada
paksaan. Jika anak tetap tidak bisa melakukan maka segera lakukan tele
konsultasi ke tenaga kesehatan baik dokter bidan atau perawat melalui HP
(handphone) ikuti nasehatnya. Jika sangat diperlukan, maka buat janji dengan
salah satu dari mereka untuk melihat kondisi anak.
a. Mengenali tanda bahaya/tanda balita sakit, mengacu informasi pada Buku
KIA selama masa tanggap darurat pandemik COVID-19, tunda membawa
anak ke fasilitas kesehatan, kecuali keadaan gawat darurat.

Saat berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan, lakukan tindakan berikut:


 Usahakan membuat janji temu dengan pemberi pelayanan agar tidak menunggu
terlalu lama.
 Menggunakan masker baik ibu maupun anak, sejak dari rumah. Masker bedah
lebih baik
 Upayakan tidak menggunakan transportasi umum
 Langsung cuci tangan dengan sabun dan air mengalir begitu sampai di fasilitas
pelayanan kesehatan.
 Jaga jarak minimal 1,5 m dengan orang sekitar dan upayakan tidak menyentuh
apapun jika tidak diperlukan.
 Selesai pelayanan segera kembali ke rumah, ikuti protokol tatacara masuk
rumah setelah berpergian (segera mandi dan ganti baju).
b. Pelayanan rutin Balita sehat mengikuti kebijakan Pemerintah yang berlaku
di wilayah kerja dan mempertimbangkan transmisi lokal virus Corona.
Kebijakan PSBB (+) atau Kebijakan PSBB (–) atau
Jenis Pelayanan Kasus COVID-19 (+) Kasus COVID-19 (-)
30

Pemantauan pertum-  Menunda pelayanan balita di Pemerintah Daerah


buhan (BB, PB/TB, Posyandu menentukan bisa/ tidaknya
LK)  Pemantauan pertumbuhan dan pelayanan Posyandu
Pemantauan perkem-
perkembangan dilakukan  Jika bisa maka diterapkan
bangan (Buku KIA/
mandiri di rumah dengan Buku persyaratan ketat,
KPSP/ instrumen baku
KIA pencegahan infeksi dan
lainnya)
 Pemantauan balita berisiko physical distancing
Imunisasi dasar
dengan tele konsultasi/ janji  Jika tidak bisa maka
lengkap dan lanjutan
temu/ kunjungan rumah pelayanan balita seperti
Vitamin A
 Pelayanan imunisasi, pada wilayah yang
Triple Eliminasi
vitamin A di fasilitas menerapkan kebijakan
(HIV, Hepatitis,
kesehatan dengan janji PSBB
Sifilis)
temu.
Obat Pencegahan
Masal Cacingan  Pemeriksaan khusus (EID/
Viral Load/ HBsAg)
terintegrasi dengan janji temu
pelayanan imunisasi.
 Pelaksanaan Pemberian Obat
Pencegahan Massal (POPM)
Cacingan ditunda
c. Pelayanan Kesehatan Luar Gedung
Pelayanan kesehatan rutin Balita Sehat di luar gedung diselenggarakan sesuai
kebijakan Pemerintah Daerah dengan mematuhi prinsip pencegahan infeksi dan
physical distancing pada wilayah kerja sebagai berikut:
 Belum memberlakukan Kebijakan PSBB; dan
 Belum ada transmisi lokal virus corona; dan
Yang dimaksud dengan pelayanan balita di Posyandu mematuhi persyaratan ketat,
sebagai berikut:

 Ketentuan pemerintah daerah setempat (kepala desa/ lurah)


 Mensyaratkan tenaga kesehatan, kader dan anak serta orang tua/pengasuh dalam
keadaan sehat dan tidak menunjukkan gejala batuk, pilek, demam. Kader
membantu memastikan hal tersebut dengan menskrining suhu tubuh yang
diperkenankan ≤ 37,5°C. Semua yang terlibat dalam pelaksanaan Posyandu
31

menggunakan masker.
 Membuat pemberitahuan bagi masyarakat sasaran pelayanan yang berisi:
 sasaran anak dan pengantar dalam keadaan sehat
 jadwal pelayanan dengan membagi sasaran balita dan jam pelayanan, serta
memastikan jadwal diterima masyarakat sebelum hari pelayanan. (Contoh
jadwal: sasaran balita RT A jam 09.00 – 10.00, RT B jam 10.00 – 11.00, dst).
 Pemakaian masker bagi anak dan pengantar (minimal masker kain) . Tempat
pelayanan berupa ruangan cukup besar dengan sirkulasi udara keluar masuk
yang baik.
 Memastikan area tempat pelayanan dibersihkan sebelum dan sesudah
pelayanan sesuai dengan prinsip pencegahan penularan infeksi
 Menyediakan fasilitas CTPS, handsanitizer atau cairan desinfektan bagi tenaga
kesehatan, kader dan sasaran anak serta pengantar di pintu masuk dan di area
pelayanan.
 Mengatur jarak meja pelayanan:
 jaga jarak 1-2 meter antar petugas
 jaga jarak 1-2 meter antar petugas dan sasaran
 jaga jarak 1-2 meter antar sasaran
 Membatasi jenis pelayanan kesehatan yang diberikan yaitu vitamin A, imunisasi
dasar lengkap dan lanjutan.
d. Wilayah kerja terdapat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau terdapat
positif COVID-19, untuk menunda pelayanan kesehatan balita di Posyandu, sebagai
berikut:
 Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan dilakukan mandiri di rumah dengan
Buku KIA
 Pemantauan balita berisiko, pelayanan imunisasi, vitamin A, dilakukan dengan janji
temu/ tele konsultasi/ kunjungan rumah:
 Tenaga kesehatan memakai masker medis. Kader dan keluarga memakai masker
kain
 Anak yang berisiko berat badan kurang (BB/U dibawah -2SD) dan anak yang berat
badannya tidak naik lakukan konfirmasi dengan melihat status gizinya (BB/TB)
serta perlu dipantau pertumbuhannya oleh tenaga kesehatan/ kader. Anak dengan
BB/PB atau BB/TB dibawah -2 SD pastikan mendapat makanan tambahan (MT)
32

program. Pastikan pemenuhan asupan gizi seimbang dan pemantauan status gizi di
rumah sesuai anjuran petugas kesehatan. Petugas kesehatan dibantu kader
menjadwalkan kunjungan rumah untuk melakukan pemantauan maupun
penanganan selanjutnya.
 Anak gizi buruk (BB/PB atau BB/TB dibawah -3 SD), harus tetap diberikan
pelayanan sesuai tata laksana gizi buruk dengan memperhatikan beberapa
pembatasan pertemuan/ kontak (periode pertemuan/ kontrol) dan physical
distancing) serta harus menggunakan alat perlindungan diri (APD) untuk
mencegah penularan COVID-19.
 Distribusi makanan tambahan dapat terus dilakukan sesuai dengan kebutuhan balita
melalui petugas kesehatan dibantu oleh kader sebagai suplementasi untuk
mempertahankan kecukupan gizi balita (tetap memperhatikan pembatasan kontak/
physical distancing).
 Anak dengan gangguan perkembangan yang telah dilakukan stimulasi di rumah
selama 2 minggu, namun tetap belum bisa melakukan tahapan perkembangan sesuai
umurnya.
 Pada masa pandemi COVID-19, vitamin A merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan imunitas tubuh, namun dalam pemberiannya harus tetap
memperhatikan prinsip physical distancing untuk mencegah penyebaran yang lebih
luas lagi. Pada kondisi tidak normal seperti masa pandemi COVID-19, Vitamin A
harus dipastikan tetap diberikan dan dikonsumsi balita 2 kali dalam setahun di
bulan Vitamin A (Pebruari dan Agustus).Balita yang tidak hadir pada saat
pemberian vitamin A. Vitamin A harus dipastikan tetap diberikan dan dikonsumsi
balita 2 kali dalam setahun di bulan Vitamin A (Pebruari dan Agustus)
 Jika anak mengalami penurunan nafsu makan, mengalami penurunan berat badan,
edema bilateral yang bersifat pitting minimal pada kedua punggung kaki; bayi < 6
bulan yang mengalami kesulitan menyusu baik disebabkan karena faktor bayi
maupun faktor ibu atau mengalami gangguan kesehatan lainnya seperti diare, batuk,
pilek, demam segera menghubungi kader atau mendatangi fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat.
 Anak dengan gangguan perkembangan yang telah dilakukan stimulasi di rumah
selama 2 minggu, namun tetap belum bisa melakukan tahapan perkembangan sesuai
umurnya juga segera menghubungi kader atau mendatangi fasilitas kesehatan
33

terdekat dengan syarat tetap mematuhi protokol kesehatan.4


BAB III
KESIMPULAN
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak terhadap sosio-ekonomi anak- anak di
Indonesia. Dampak tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu
dampak terhadap ekonomi, krisis kemiskinan, krisis pembelajaran, krisis gizi, serta
tumbuh kembang anak.

Selama masa pandemi kesempatan untuk memantau tumbuh kembang anak berkurang.
Perlu pemantauan pertumbuhan yang tepat untuk mendeteksi terkait adanya keadaan
yang abnormal. Faktor orang tua adalah pendorong penting pertumbuhan dan
perkembangan anak yang sehat sejak dini dan dengan demikian menjadi faktor utama
dalam menentukan tingkat keparahan dampak pandemi. Upaya yang dapat dilakukan
mendukung keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar anak, yaitu dengan konsep 3A
(Asuh, Asih, dan Asah), memberikan edukasi kepada orang tua agar anak tetap diberikan
stimulus pertumbuhan dan perkembangan secara berkala agar seorang anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal.

34
DAFTAR PUSTAKA
1. Albert Rauber. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory
Examinations. 3rd edition. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK335/
2. Balasundaram, P., & Avulakunta, I. D. [Diperbarui 2021 Juni 10]. Di:
StatPearls[Internet]. Treasure Island (FL): Penerbitan StatPearls; 2021. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK567767/

3. Kementrian Kesehatan RI. Panduan pada Masa Tanggap Darurat COVID-19. Jakarta:
Depkes. 2020.

4. Kementrian Kesehatan RI. Panduan Pelayanan Kesehatan Balita pada Masa Pandemi
COVID-19. Jakarta: Depkes. 2020.

5. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes. 2016.
6. Kementrian Kesehatan RI. Pelatihan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes. 2012.

7. Lulianthy, L. 2021. Pemantapan Penggunaan Buku KIA Untuk Pemantauan dan Stimulasi
Tumbuh Kembang Anak Selama Pandemi Covid-19. JURNAL PENGABDI - ISSN: 2620-
4665 (p) / ISSN: 2620-4673. Volume 4 Nomor 1. Tersedia dari:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JPLP2KM
8. Sari, D. F., Muthia, G., Syofiah, P.N., Primasari, E. P., 2020. Optimalisasi Peran
Keluarga Dalam Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah Pada Masa
Pandemi Covid–19. Journal of Community Engagement in Health. Tersedia dari:
https://doi.org/10.30994/jceh.v4i1.125

9. Tanuwijaya S, 2013 : “Konsep Umum Tumbuh Kembang”. Jakarta : EGC.


10. United Nations Children’s Fund(2020). COVID-19 dan Anak-Anak di Indonesia.
Agenda Tindakan Untuk Mengatasi Sosial Ekonomi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
11. United Nations Children’s Fund (2020). Situasi Anak di Indonesia-Tren, Peluang, dan
Tantangan Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
12. Yoshikawa, H., et.al. (2020). Effect of the Global Coronavirus Disease-19 Pandemic on
Early Childhood Development: Short and Long Term Risk and Mitigating Program and
Policy Actions: Elsevier Public Health Emergency Collection. Tersedia dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7234941/

35

Anda mungkin juga menyukai