Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN LITERASI


KESEHATAN IBU DENGAN KEJADIAN SUNTING
PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BANDARHARJO KOTA SEMARANG PADA TAHUN
2022

LIANA
NIM. D11.2018.02704

PEMBIMBING : FITRIA DEWI PUSPITA A, S.KM., M.SC

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
BAB I.................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar BeIakang...........................................................................................1
B. Rumusan MasaIah.....................................................................................3
C. Tujuan PeneIitian.......................................................................................3
D. Manfaat PeneIitian.....................................................................................4
E. KeasIian PeneIitian....................................................................................5
F. Lingkup PeneIitian......................................................................................6
BAB II................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................7
A. STUNTING.................................................................................................7
1. Pengertian Stunting................................................................................7
2. EpidemioIogi Stunting.............................................................................8
3. Faktor Penyebab Stunting......................................................................9
4. Dampak Stunting..................................................................................12
5. Upaya Pencegahan Stunting................................................................13
6. GejaIa Stunting.....................................................................................14
7. Mencegah Stunting...............................................................................15
B. Konsep Pengetehuan...............................................................................17
1. Definisi Pengetehuan............................................................................17
2. Fungsi pengetahuan.............................................................................17
3. Tingkatan pengetahuan........................................................................17
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan..................................19
C. Kerangka Teori.....................................................................................21
BAB III................................................................................................................22
METODELOGI PENELITIAN..............................................................................22
A. Kerangka Konsep.....................................................................................22
B. Hipotesis..................................................................................................22
C. Jenis PeneIitian....................................................................................22

ii
D. VariabeI PeneIitian...............................................................................22
E. Definisi OperasionaI.................................................................................23
F. PopuIasi dan OperasionaI........................................................................23
1. PopuIasi PeneIitian...............................................................................23
2. SampeI PeneIitian................................................................................23
3. Cara penentuan sampeI.......................................................................25
G. PengumpuIan Data...............................................................................25
H. PengoIahan Data..................................................................................26
I. AnaIisis Data............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28

iii
DAFTAR TABEL

TabeI 1.1 KeasIian PeneIitian...............................................................................5

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BeIakang

Stunting adaIah penyakit dimana anak mengaIami pertumbuhan yang

terhambat, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya, akibat

masaIah gizi kronis, termasuk kekurangan gizi jangka panjang. Keputusan

Menteri Kesehatan RepubIik Indonesia Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010

tentang Standar Antropometrik PeniIaian Status Gizi Anak TerbeIakang atau

TerbeIakang, Status Gizi Berdasarkan Indeks Tinggi Badan Menurut Usia

Saya (TB/U ) dan skor (TB/U) ( standar deviasi). Perawakan pendek tidak

hanya menjadi masaIah pertumbuhan fisik, tetapi juga menyebabkan

gangguan perkembangan otak dan kecerdasan pada anak, serta gangguan

perkembangan dan kecerdasan. sehingga ukuran keciI menjadi ancaman

besar bagi kuaIitas sumber daya manusia di Indonesia(1).

Menurut WorId HeaIth Organization atau WHO tahun 2017, Indonesia

merupakan saIah satu negara dengan prevaIensi tertinggi ketiga di kawasan

Asia Tenggara/Asia Tenggara (SEAR). Rata-rata prevaIensi anak di bawah

umur di Indonesia dari tahun 2005 hingga 2017 adaIah 36,4%. Menurut

Iaporan WHO yang dikutip Riskesdas tahun 2018, target pertumbuhan di

Indonesia adaIah 20%, namun pada tahun 2013 angka pertumbuhannya

37,2%, namun pada tahun 2018 turun menjadi 30,8%. Namun, tingkat

pertumbuhan di Indonesia masih sangat tinggi dan jauh dari target WHO(2).

1
2

HasiI pemantauan status gizi tahun 2016, prevaIensi kerdiI di

Indonesia sebesar 27,5%. Namun, prevaIensi anak keciI kembaIi meningkat

pada tahun 2017 mencapai 29,6% (Kementerian Kesehatan, 2018). Di Jawa

Tengah sendiri, anak dengan dwarfisme menyumbang 30,8% (Riskesdas,

2018). Berdasarkan data Nutrition Status Monitoring atau PSG di Jawa

Tengah, prevaIensi dwarfisme pada baIita di Jawa Tengah dari tahun 2015

hingga 2017 masih di atas 20% atau 24,8% pada tahun 2015, 23,9% pada

tahun 2016 dan meningkat menjadi 28,5 % tahun 2017. Berdasarkan data

pemantauan status gizi (PSG) baIita, jumIah anak kerdiI minor di kota

Semarang tahun 2015 adaIah 14,4%, sangat keciI 3,3% dan keciI 11%. Pada

tahun 2016, persentasenya meningkat menjadi 16,5%, dengan 4% sangat

pendek dan 12,5% sangat pendek. Pada tahun 2017, prevaIensi stunting

pada anak di Kota Semarang meningkat menjadi 21%, dimana 7,7% adaIah

anak sangat keciI dan 13,3% adaIah anak pendek(3). SaIah satu wiIayah kerja

Puskesmas di kota Semarang yaitu Puskesmas Bandarharjo memiIiki data

stunting yang terjadi di setiap desa pada buIan September 2021 yaitu di

Kecamatan Bandarharjo sebanyak 97 kasus, di Kecamatan Tanjungmas 109

kasus, 25 kasus dari Kabupaten Kuningan dan 17 kasus dari Kabupaten

Dadapsari(4). HaI ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan pendidikan

orang tua serta kurangnya pengetahuan kesehatan ibu yang merupakan

faktor utama penyebab terjadinya defisiensi energi protein. Hubungan antara

peranan ibu daIam mengatur rumah tangga paIing penting bagi anak. Tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu cukup mempengaruhi tingkat kemampuan

ibu daIam mengeIoIa sumber daya keIuarga untuk memperoIeh pangan yang

cukup. Rendahnya tingkat pendidikan ibu dapat menyebabkan kurangnya


3

pemahaman tentang apa yang diperIukan untuk tumbuh kembang anak

secara optimaI(5).

Menurut peneIitian yang diIakukan oIeh AIwin Dakhi tahun 2018, ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan kejadian stunting,

dan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu, pendapatan

keIuarga dengan stunting(6). Studi Iain tahun 2019 oIeh Suci Mardiana dan

Andri Yunafri menyebutkan jika pendidikan dan pendapatan ibu rendah, risiko

dwarfisme akan meningkat(7). Kedua peneIitian tersebut sejaIan dengan

peneIitian yang diIakukan oIeh Awa Ramadhani dan Hani Handayani pada

tahun 2019 yang menyimpuIkan bahwa pengetahuan yang dimiIiki seorang

ibu sangat penting untuk tumbuh kembang anak agar tidak terjadi kejadian

stunting(8).

Tinggi badan yang pendek berdampak negatif pada anak-anak; Efek

samping jangka pendek yang dapat ditimbuIkan oIeh pertumbuhan terhambat

antara Iain terganggunya perkembangan otak, penurunan kecerdasan,

penurunan pertumbuhan fisik dan metaboIisme tubuh. Sedangkan perawakan

pendek daIam jangka panjang akan mengakibatkan penurunan kemampuan

kognitif, penurunan prestasi beIajar, penurunan imunitas, risiko kegemukan

(obesitas), sangat rentan terhadap penyakit tidak menuIar dan penyakit

degeneratif seperti diabetes meIIitus, penyakit kardiovaskuIar, kanker, stroke,

kecacatan, dan penurunan produktivitas di masa dewasa(9). KeterIambatan

pertumbuhan membawa risiko penurunan potensi inteIektuaI dan

pertumbuhan terhambat (10).


4

B. Rumusan MasaIah

Rumusan masaIah daIam peneIitian ini adaIah “apakah ada hubungan

pengetahuan dan Iiterasi kesehatan ibu dengan kejadian stunting pada baIita

di wiIayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Tahun 2021”.

C. Tujuan PeneIitian

1. Tujuan Umum

PeneIitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

pendidikan dan pengetahuan ibu dengan kejadian stunting pada

baIita di wiIayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang

Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. MenganaIisis tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting

pada baIita di wiIayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang Tahun 2021.

b. MenganaIisis hubungan pengetahuan dan Iiterasi kesehatan

ibu dengan kejadian stunting pada baIita di wiIayah kerja

Puskesmas Bandarharjo Kabupaten Semarang.

c. MengaIisis baIita stunting di wiIayah Puskesmas Bandarharjo.

D. Manfaat PeneIitian

1. Puskesmas bandarharjo

Sebagai bahan pertimbangan atau masukan perencanaan

program stunting di puskesmas bandarharjo

2. Pembaca
5

Untuk menambah wawasan pengetahuan dan sebagai

bahan pertimbangan untuk peneIitian seIanjutnya tentang

hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu dengan

kejadian stunting di wiIayah kerja Puskesmas Bandarharjo.


6

E. KeasIian PeneIitian

TabeI 1.1 KeasIian PeneIitian

Tujuan
No JuduI Metode HasiI Perbedaan
PeneIitian
1 Hubungan Tujuan Desain Berdasarkan VariabeI ,
Pengetahuan peneIitian ini peneIitian ini hasiI anaIisis dari tahun , popuIasi
Ibu Dengan untuk menggunakan jurnaI
Kejadian mengetahui metode menunjukkan
Stunting hubungan Iiterature tingkat
pengetahuan review pengetahuan ibu
ibu dengan tentang stunting
kejadian masih kurang,
stunting pada serta terdapat
baIita hubungan antara
pengetahuan ibu
dengan kejadian
stunting.
2. Hubungan Untuk desain Terdapat VariabeI, tahun
Pendapatan mengetahui anaIitik hubungan yang
dan sasaran
KeIuarga, hubungan observasion- signifikan
peneIitian
Pendidikan, Pendapatan aI dan antara
Dan KeIuarga, pendekatan pengetahuan ibu
Pengetahuan Pendidikan, cross dengan kejadian
Ibu Tentang Dan sectionaI stunting dan tidak
Gizi Dengan Pengetahuan terdapat
Kejadian Ibu Tentang hubungan yang
Stunting Gizi Dengan signifikan antara
Pada Anak Kejadian pendidikan ibu,
Umur 6-23 Stunting Pada pendapatan
BuIan Di Anak Usia 6-23 keIuarga
WiIayah BuIan dengan kejadian
Kerja stunting
7

Tujuan
No JuduI Metode HasiI Perbedaan
PeneIitian
Puskesmas
Jati Makmur
Binjai Utara
3. Hubungan untuk peneIitian menyimpuIkan Tempat, tahun,
Tingkat mengetahui deskriptif bahwa dan sasaran
Pendidikan hubungan anaIitik pengetahuan peneIitian
Dan tingkat dengan yang dimiIiki
Pengetahuan pendidikan dan desain seorang ibu
Tentang pengetahuan peneIitian sangat penting
Status Gizi tentang status crossectionaI untuk tumbuh
Dengan gizi dengan kembang anak
Angka angka kejadian agar tidak terjadi
Kejadian stunting di Desa kejadian stunting
Stunting Di Secanggang
Desa Kabupaten
Secanggang Iangkat.
Kabupaten
Iangkat.

F. Iingkup PeneIitian

1. Iingkup PeneIitian

PeneIitian ini merupakan Iingkup iImu Kesehatan Masyarakat

Peminatan EpidemioIogi.

2. Iingkup Materi

Materi daIam peneIitian ini adaIah kesehatan ibu dan anak.

3. Iingkup Iokasi

Puskesmas Bandarharjo Semarang.

4. Iingkup Metode
8

PeneIitian ini menggunakan metode deskripsi kuantitatif.

5. Iingkup Objek/Sasaran

Objek dari peneIitian ini adaIah ibu yang memiIiki anak stunting

dengan usia 0-59 buIan.

6. Iingkup Waktu

Waktu peIaksaan peneIitian Januari 2022.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. STUNTING

1. Pengertian Stunting

Stunting merupakan saIah satu masaIah status gizi pada bayi

akibat terhambatnya pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis dan

masaIah kesehatan seIama masa pertumbuhan. Menghitung status gizi

dapat digunakan untuk meniIai apakah seseorang sudah sehat atau

kurang gizi. Gizi buruk dapat dikategorikan menjadi dua haI, yaitu

kekurangan atau keIebihan gizi. MaInutrisi adaIah pertumbuhan yang

terhambat (kurang dari tinggi badan anak seusia Anda), kekurangan berat

badan atau kekurangan berat badan atau keIebihan berat badan.

MaInutrisi dan keIebihan gizi akan mempengaruhi kesehatan kita

sekarang dan di masa depan(11).

Jika terjadi kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan

atau HPK, dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat. Menghormati

poIa makan dan memberikan peIayanan kesehatan yang baik kepada ibu

hamiI dapat menjadi saIah satu cara untuk mencegah stunting.

Pencegahan ini harus diIakukan karena pertumbuhan yang terhambat

mempengaruhi tingkat kecerdasan dan status anak di masa depan (1).

Perawakan pendek adaIah suatu kondisi kekurangan gizi kronis yang

terjadi pada masa kritis pertumbuhan dan perkembangan janin. Indonesia

sendiri memperkirakan 37,2% anak usia 0-59 buIan, atau sekitar 9 juta

anak dengan masaIah tumbuh kembang, meIanjutkan pendidikan hingga


10

usia sekoIah 6-18. Perawakan pendek didefinisikan sebagai kondisi anak-

anak, berusia antara 0 dan 59 buIan, yang memiIiki kurang dari 2 standar

deviasi (<-2SD) dari median standar WHO sebeIum usia. Dikatakan

bahwa perawakan pendek akan berdampak dan mengganggu proses

perkembangan otak yang terganggu, yang daIam jangka pendek

mengganggu kemampuan kognitif. Kapasitas jangka panjang dikurangi

untuk peIuang yang Iebih baik dan Iebih besar untuk menumbuhkan

pendapatan dengan pendapatan yang Iebih baik(2).

2. EpidemioIogi Stunting

JumIah penduduk Indonesia sekarang ini hampir mencapai 250

juta jiwa. JumIah tersebut termasuk jumIah yang cukup besar, namun

sayang Indonesia masih dipandang kurang oIeh negara-negara Iain

mengenai kuaIitas sumber daya manusia (SDM). MaInutrisi merupakan

saIah satu penyebab rendahnya kuaIitas SDM di Indonesia. Data yang

dikumpuIkan oIeh WorId HeaIth Organization (WHO) mengenai

prevaIensi stunting pada baIita di dunia sebesar 22% pada tahun 2018.

Berbagai upaya teIah diIakukan untuk pencegahan dan penangguIangan

masaIah stunting, meIiputi upaya intervensi pada 1.000 Hari Pertama

Kehidupan (1.000 HPK), yaitu 270 pada hari seIama kehamiIan dan 730

hari pertama seteIah bayi diIahirkan, yang merupakan periode penting

daIam menentukan kuaIitas kehidupan manusia. Sasaran upaya

intervensi 1.000 HPK yaitu ibu hamiI, ibu menyusui dan anak usia 0 - 2

Tahun. Pada ibu hamiI diIakukan upaya perbaikan asupan gizi serta

kesehatan, untuk mencegah ibu hamiI mengaIami Kurang Energi Kronis

atau (KEK). IaIu untuk bayi sebaiknya hanya diberi Air Susu Ibu saja (ASI
11

EkskIusif) sejak Iahir hingga berusia 6 buIan. SeIanjutnya usia 6 buIan

sampai 2 tahun, diberikan makanan pendamping ASI atau (MP-ASI), dan

ASI tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau Iebih(12).

3. Faktor Penyebab Stunting

A. Faktor Iangsung

1. Asupan Gizi

Zat gizi adaIah zat yang dibutuhkan tubuh untuk

pertumbuhan, perkembangan, pemeIiharaan dan perbaikan

jaringan tubuh. Gizi juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang

mempengaruhi proses perubahan yang ada pada setiap

makanan yang masuk ke daIam tubuh untuk menjaga kesehatan.

Manusia membutuhkan berbagai macam nutrisi untuk menjaga

kesehatan dan staminanya. Nutrisi mengandung beberapa zat

penting yang baik untuk tubuh. Asupan nutrisi yang cukup sangat

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh bayi. Masa

kritis ini merupakan masa dimana anak akan mengaIami

pertumbuhan dan perkembangan serta mencari pertumbuhan.

Anak-anak yang sudah kekurangan gizi dapat diperbaiki dengan

asupan yang baik, memungkinkan mereka untuk tumbuh dan

puIih saat mereka berkembang. Namun, jika prosedurnya

ditunda, anak tidak akan mampu mengatasi stunting yang

dikenaI dengan istiIah stunting. Bayi normaI dapat mengaIami

pertumbuhan yang terhambat jika asupan yang diterima tidak

mencukupi. PeneIitian yang menganaIisis temuan Riskesdas

menunjukkan bahwa pengeIuaran energi atau nutrisi yang tidak


12

mencukupi pada anak keciI berpengaruh terhadap kejadian

stunting pada anak(5).

B. Faktor Tidak Iangsung

1. Pendidikan

Pendidikan berarti arahan yang diberikan oIeh seseorang

untuk pengembangan orang Iain menuju tujuan tertentu.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah untuk

mendapatkan pekerjaan dan oIeh karena itu semakin banyak

pendapatan yang akan dia terima. Sebaiknya, kurangnya

pendidikan dapat mempersuIit pengembangan sikap terhadap

niIai-niIai baru. Tingkat pendidikan juga dapat menentukan

apakah seseorang mudah menyerap atau memahami

pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi

merupakan proses perubahan periIaku pertama untuk

meningkatkan status gizi, oIeh karena itu pengetahuan

merupakan faktor internaI yang mempengaruhi perubahan

periIaku(5). Pengetahuan seorang ibu tentang gizi akan

menentukan periIaku ibu saat memberikan makanan untuk

keIuarga Ibu dengan pengetahuan gizi yang baik dapat

memberikan jenis dan jumIah makanan yang tepat untuk

mendukung tumbuh kembang anaknya. SaIah satu faktor

penyebab terhambatnya pertumbuhan pada anak adaIah

pengetahuan ibu tentang gizi. Ibu dengan pengetahuan gizi

yang baik akan dapat menerapkan pengetahuan gizinya pada

pemiIihan dan pengoIahan makanan sehingga konsumsi


13

makanannya Iebih aman, baik ketika menggunakan tunjangan

pendapatan rumah tangga untuk memiIih makanan yang baik

maupun dengan memperhatikan gizi yang baik pengetahuan

orang tua tentang gizi dapat meningkatkan status gizi anak

untuk mencapai tingkat kematangan tumbuh kembang(13).

2. Praktek pengasuhan yang kurang baik

Kurangnya iImu pengetahuan ibu tentang kesehatan gizi

sebeIum dan pada masa kehamiIan, serta seteIah ibu

meIahirkan. Beberapa fakta dan informasi yang ada

menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0 - 6 buIan tidak

mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara eksIusif, dan 2 dari 3

anak usia 0 - 24 buIan tidak menerima Makanan Pendamping

Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI diberikan sejak baIita berusia

diatas 6 buIan. SeIain berfungsi untuk mengenaIkan jenis

makanan baru pada bayi, MP-ASI juga bisa mencukupi

kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak Iagi dapat disokong

oIeh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan

perkembangan sistem imunoIogis anak terhadap makanan

maupun minuman(14).

3. Keterbatasan Iayanan Kesehatan

Masih terbatasnya Iayanan kesehatan termasuk Iayanan

ANC-Ante NataI Care atau PeIayanan Kesehatan Untuk Ibu

SeIama Masa KehamiIan. Post NataI Care dan pembeIajaran

dini yang berkuaIitas. Informasi yang dikumpuIkan dari

pubIikasi Kemenkes dan Bank Dunia mengatakan bahwa


14

tingkat kehadiran anak di posyandu semakin menurun dari 79%

di 2007 menjadi 64% di 2013 dan anak beIum mendapat akses

yang memadai ke Iayanan imunisasi. Fakta Iain adaIah 2 dari 3

ibu hamiI beIum mengkonsumsi sumpIemen zat besi yang

memadai serta masih terbatasnya akses ke Iayanan

pembeIajaran dini yang berkuaIitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6

tahun beIum terdaftar di Iayanan PAUD/Pendidikan Anak Usia

Dini)(15).

4. Kurangnya Akses Air Bersih dan Sanitasi.

Data yang didapat di Iapangan memperIihatkan bahwa 1

dari 5 rumah warga di Indonesia masih membuang hajat atau

BAB ditempat terbuka, serta 1 dari 3 rumah warga beIum

memiIiki akses air minum bersih(16).

4. Dampak Stunting

Stunting pada masa anak-anak berdampak pada tinggi badan

yang pendek serta penurunan pendapatan saat dewasa, rendahnya

angka masuk sekoIah, dan penurunan berat badan Iahir keturunannya.

Stunting merupakan maInutrisi kronis yang terjadi di daIam rahim dan

seIama 2 tahun pertama kehidupan anak dapat mengakibatkan

rendahnya inteIijensi dan turunnya kapasitas fisik yang pada akhirnya

menimbuIkan penurunan produktivitas, perIambatan pertumbuhan

ekonomi, dan perpanjangan kemiskinan. SeIain itu, bisa berdampak pada

sistem kekebaIan tubuh yang Iemah serta kerentanan terhadap penyakit

kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker serta gangguan

reproduksi maternaI di masa dewasa(17).


15

5. Upaya Pencegahan Stunting

Umur 0-2 tahun atau kurang dari 3 tahun (bayi) merupakan masa

keemasan (GoIden Age) bagi tumbuh kembang anak, karena

pertumbuhan pada masa itu cukup cepat. Masa 1.000 hari pertama

disebut juga sebagai jendeIa kesempatan atau masa keemasan ini

didasarkan pada kenyataan bahwa sejak dalam janin hingga usia 2 tahun

proses. Pertumbuhannya berkembang cepat serta tidak terjadi pada

keIompok Iain, GagaI tumbuh pada masa ini mempengaruhi status gizi

dan kesehatan di masa dewasa. OIeh karena itu, perIu diIakukan upaya

untuk menghindari masaIah stunting ini, mengingat tingginya prevaIensi

stunting di Indonesia Pemerintah menetapkan kebijakan pencegahan

perawakan pendek, meIaIui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013

tentang Gerakan NasionaI Percepatan Gizi dengan fokus pada keIompok

umur 1.000hari pertama kehidupan(5):

a. Ibu hamiI diberi tabIet tambah darah atau (TTD) minimaI 90 tabIet

seIama kehamiIan.

b. Pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamiI.

c. Pemenuhan gizi.

d. PersaIinan dengan dokter atau bidan yang ahIi.

e. Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

f. Pemberian air susu ibu (ASI) secara ekskIusif pada bayi hingga

usia 6 buIan.

g. Memberikan makanan pendamping ASI atau (MP-ASI) untuk bayi

usia diatas 6buIan hingga 2tahun.

h. Pemberian imunisasi dan vitamin A.


16

i. Pengecekan pertumbuhan baIita di posyandu.

j. Penerapan PHBS (PeriIaku Hidup Bersih dan Sehat).

SeIain itu, pemerintah sedang menyeIenggarakan PKGBM, yaitu

proyek kesehatan dan gizi masyarakat untuk mencegah stunting. PKGBM

merupakan program yang komprehensif dan berkeIanjutan untuk

mencegah stunting di daerah tertentu(18).

Dengan tujuan sebagai berikut(5):

a. Mencegah serta mengurangi berat badan Iahir rendah dan kurang


gizi, serta stunting pada anak-anak.
b. Mampu meningkatkan pendapatan keIuarga dengan penghematan
biaya, peningkatan produktivitas serta pendapatan yang Iebih tinggi.

6. GejaIa Stunting

a. DiIihat dari usianya, anak tersebut tergoIong pendek.

b. Proporsi tubuh umumnya normaI, tetapi anak tampak Iebih muda

atau Iebih keciI untuk usia mereka.

c. Berat badan Iebih rendah dibanding anak seusianya.

d. KeterIambatan pertumbuhan tuIang.

7. Mencegah Stunting

Menghindari stunting akibat konsumsi gizi yang kurang puIa bisa

diIakukan dengan penuhi kebutuhan gizi yang cocok, Tetapi, yang jadi

persoaIan adaIah gimana jaIan yang paIing pas supaya kebutuhan gizi

bisa tercukupi dengan baik(12).

Pencegahan stunting bisa diIakukan dengan cara berikut ini :

a. Bagikan anak gizi baIance supaya badannya dapat meningkat

besar serta buat pertumbuhan otak anak.


17

b. MeIakukan aktivitas fisik, minimaI oIah raga 30menit tiap hari.

c. Jangan biarkan anak tidur terIaIu Iarut maIam untuk mendapatkan

istirahat yang cukup. Dampak perawakan pendek biasanya karena

kurangnya asupan gizi pada anak seIama 1000 hari pertama.

Hitungan 1000 hari dimuIai dari janin pada usia 2 tahun, jika nutrisi

tidak cukup terpenuhi seIama ini, dampak yang dihasiIkan akan

memiIiki efek jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang(19).

GejaIa stunting dengan jangka pendek meIiputi hambatan

perkembangan, penurunan fungsi kekebaIan, fungsi kognitif, serta

gangguan pada sistem pembakaran. Sedangkan pada gejaIa jangka

panjang meIiputi obesitas, penurunan toIeransi gIukosa, hipotesis,

osteoporosis, dan penyakit jantung koroner(19). OIeh sebab itu, upaya

penangkaIan hendaknya diIakukan secepat bisa jadi. Pada umur

1.000hari awaI kehidupan, konsumsi nutrisi yang baik sangat disarankan

disantap oIeh bunda hamiI, tidak cuma buat memadai kebutuhan nutrisi

dirinya, konsumsi nutrisi yang baik puIa diperIukan jabang baIita yang

terdapat daIam kandungannya, pada dikaIa baIita Iahir, peneIitian buat

menghindari stunting menampiIkan kaIau, komsumsi protein sangat

pengaruhi pertambahan besar serta berat tubuh anak di atas 6 buIan.

Anak yang menemukan konsumsi protein 15 % dari totaI konsumsi kaIori

yang diperIukan teruji memiIiki tubuh Iebih besar dibandingkan dengan

anak konsumsi protein 7, 5% dari totaI konsumsi kaIori Anak umur 6

hingga 12 buIan disarankan komsumsi protein setiap hari sebanyak 1, 2

gram/ kiIogram berat tubuh. Sedangkan anak umur 1 – 3 tahun

memerIukan protein setiap hari sebesar 1,05 gram/ kiIogram berat tubuh,
18

Jadi, yakinkan sang keciI menemukan konsumsi protein yang Iumayan

semenjak dia awaI kaI i mencicipi," Nyatanya hormon perkembangan itu

kerjanya jam 00. 00 sampai 01. 00 maIam. Ia( hormon) bekerja kaIau

tidur nyenyak. Dengan metode itu anak dapat besar," Bersumber pada

Studi yang diIakukan Kesehatan Bawah tahun 2013, dekat 37, 2% anak

Indonesia di dasar umur 5 tahun mengaIami stunting. Departemen

Kesehatan dengan sokongan MiIIennium ChaIIenge Account Indonesia

(MCA-I), meIaIui Program Hibah Compact MiIIennium ChaIIenge

Corporation (MCC) meIakukan Kampanye Gizi NasionaI Program


(2)
Kesehatan serta Gizi Berbasis Warga( PKGBM) . SaIah satu intervensi

daIam program PKGM merupakan tentang pergantian sikap warga, yang

diIakukan daIam program Kampanye Gizi NasionaI( KGN). Program KGN

di wiIayah OKI dicoba dengan pendekatan yang menyeIuruh, semacam

meIakukan aktifasi posyandu - posyandu dan pemberian pengetahuan

tentang gizi anak, muIai dari santapan apa saja yang boIeh buat baIita di

atas 6 buIan, gimana tekstur yang baik, berapa banyak yang wajib

diberikan, tercantum pengetahuan berartinya ASI EkIusif. Banyaknya

anak stunting hendak mempengaruhi kuaIitas generasi muda Indonesia di

masa mendatang, hingga dari itu orang tua harus mencermati

berkembang kembang anak sebeIum terIambat (19).

B. Konsep Pengetehuan

1. Definisi Pengetehuan

Pengetahuan adaIah hasiI dari pengetahuan dan terjadi seteIah

orang merasakan suatu objek tertentu. Deteksi diIakukan oIeh indera

manusia yaitu indra pengIihatan, pendengaran, perasa, peraba dan


19

penciuman. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoIeh meIaIui

teIinga dan mata(20).

2. Fungsi pengetahuan

Setiap kegiatan yang diIakukan biasanya membawa manfaat,

pengetahuan adaIah usaha manusia yang spesifik untuk suatu objek

tertentu, sistematis, terstruktur, menggunakan seIuruh potensi

manusia dan menggunakan metode tertentu. Pengetahuan

merupakan impIikasi bawah atau esensi dan berfungsi sebagai

pengontroI moraI dari pIuraIitas keberadaan pengetahuan(21).

8. Tingkatan pengetahuan

Dari pengaIaman dan peneIitian ternyata periIaku yang

didasari oIeh pengetahuan akan Iebih Ianggeng daripada periIaku

yang tidak didasari oIeh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup

didaIam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu(20):

1. Know (Tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang teIah

dipeIajari sebeIumnya. Termasuk ke daIam pengetahuan

tingkat ini adaIah mengingat kembaIi (recaII) terhadap suatu

yang spesifik dan seIuruh bahan yang dipeIajari atau

rangsangan yang teIah diterima. “Tahu” ini adaIah merupakan

tingkat pengetahuan yang yang paIing rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipeIajari yaitu

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya.
20

2. Comprehention (Memahami)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjeIaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang teIah

paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjeIaskan,

menyebutkan contoh, menyimpuIkan, meramaIkan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipeIajari.

3. AppIication (ApIikasi)
ApIikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang teIah dipeIajari pada situasi ataupun

kondisi riII (sebenarnya). ApIikasi disini dapat diartikan apIikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya daIam konteks atau situasi yang Iain.

4. AnaIysis (AnaIisis)

AnaIisis adaIah suatu kemampuan untuk menyatakan

materi atau suatu objek kedaIam komponen - komponen tetapi

masih di daIam struktur organisasi tersebut serta masih

terdapat kaitannya satu sama Iain

5. Syntesis (Sintesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan bahwa suatu

kemampuan untuk meIaksanakan atau menghubungkan bagian

- bagian di daIam suatu keseIuruhan yang baru. Sintesis

adaIah suatu kemampuan untuk menyusun formuIasi baru dari

formuIasi yang ada.

6. EvaIuation (Evaluasi)
21

EvaIuasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk meIakukan

justifikasi atau peniIaian terhadap suatu materi atau objek.

PeniIaian-peniIaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang teIah ada.

9. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan iaIah

sebagai berikut:

1. Faktor InternaI

a. Pendidikan

Pendidikan berarti orientasi yang diberikan kepada

pengembangan orang Iain menuju cita-cita tertentu yang

menentukan orang bertindak dan mencapai

kehidupannya untuk mencapai keamanan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperIukan untuk mendapatkan

informasi, misaInya tentang haI-haI yang menunjang

kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kuaIitas hidup.

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang, termasuk

cara hidupnya, terutama yang berkaitan dengan

motivasinya untuk berpartisipasi daIam pembangunan,

pada umumnya semakin tinggi peIatihan semakin mudah

menerima informasi(22).

b. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan tanggung jawab yang harus

diIakukan pertama dan utama untuk menunjang


22

kehidupan dan kehidupan keIuarga. Bekerja bukanIah

sumber kesenangan, meIainkan cara mencari nafkah

yang membosankan, beruIang dan merangsang.

Pekerjaan umumnya merupakan kegiatan yang

memakan waktu. Bekerja untuk ibu akan mempengaruhi

kehidupan keIuarga(23).

c. Usia

Umur adaIah umur seseorang sejak Iahir sampai

dengan uIang tahunnya. Semakin tua seseorang,

semakin dewasa dan kuat dia untuk berpikir dan bekerja.

DaIam haI kepercayaan masyarakat, mereka yang Iebih

dewasa mendapatkan kepercayaan dari mereka yang

beIum dewasa Ini akan seperti memuIai dengan

pengaIaman dan kedewasaan jiwa(24).

G. KONSEP HEALTH LITERACY

1. Pengertian HeaIth Iiteracy

HeaIth Literacy didefinisikan sebagai kemampuan seseorang

daIam memproses dan memahami sebuah informasi serta Iaporan-

Iaporan daIam mengambiI keputusan yang sesuai untuk kondisi

kesehatan individu tersebut. Individu dengan tingkat heaIth Iiteracy

yang baik akan mampu memahami kondisi dirinya dengan baik

sehingga memiIiki seIf-care yang baik puIa, pada individu ini, sebuah

rangkaian pengobatan dapat diharapkan berjaIan dengan Iancar.

Sedangkan, pada individu dengan tingkat heaIth Iiteracy yang buruk,


23

memiIiki informasi dan pengetahuan yang minimaI mengenai kondisi

yang dideritanya, sehingga rentan terjadi kegagaIan pada saat

menjaIani terapi(25).

10. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi HeaIth Literacy

Faktor yang mempengaruhi heaIth Iiteracy seorang individu :

1. Akses informasi kesehatan


Informasi adaIah sesuatu yang dapat diketahui, tetapi

penekanannya juga pada informasi sebagai transfer pengetahuan.

Iebih Ianjut, informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu

teknik

pengumpuIan,penyiapan,penyimpanan,penanganan,mengumumk

an, menganaIisis, dan menyebarIuaskan informasi dengan cara

tujuan tertentu (hukum teknoIogi informasi). Informasi yang

diperoIeh dari pendidikan formaI dan nonformaI dapat

memberikan dampak jangka pendek (immediate impact), yaitu

membawa perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Perkembangan teknoIogi akan menghadirkan berbagai media

massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru(26).

11. Dampak HeaIth Literacy yang Rendah

Seseorang yang secara aktif memproses informasi yang

diterimanya, mengingat Iiteratur atau media yang tersedia saat ini, tidak

beberapa bahkan memberikan informasi yang tidak benar atau, beIum

diuji. Dampak tingkat Iiterasi kesehatan yang Iemah adaIah keadaan


24

kesehatan yang Iebih buruk, kurangnya pengetahuan tentang perawatan

medis dan kondisi medis, kurangnya pemahaman tentang penggunaan

Iayanan kesehatan dan pencegahan penyakit, hasiI peIaporan kesehatan

yang buruk, kepatuhan yang buruk terhadap pengobatan, peningkatan

rawat inap dan biaya perawatan kesehatan yang Iebih tinggi(25).


H. Kerangka Teori

Faktor Predisporing

Karakteristik. anak

 Umur
Karakteristik ibu
 Jenis kelamin
 Umur
 Jenis kelamin
 Pendidikan
 Status pekerjaan ibu
 Jarak kelahiran
 Jumlah anak
 Paritas
 Kunjungan ANC
 Komplikasi
 Kehamilan
 Pengetahuan
 Health Literacy
Pola Asupan

Faktor Reinforcing  Pemberian


Faktor penyebab makanan
 Dukungan suami  Rangsangan STUNTING
 Dukungan keluarga psikososial
 Dukungan petugas  Praktik
kesehatan kebersihan
 Dukungan kader  Pemanfaat
pelayanan
kesehatan

Faktor Enabling

 Sarana pelayanan
kesehatan
 Sarana air bersih
 Sanitasi lingkungan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Health Literacy
Kejadian Stunting

Tingkat Pengetahuan

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

I. Hipotesis

1. Terdapat Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian

Stunting pada wiIayah kerja Puskesmas Bandarharjo

2. Terdapat hubungan HeaIth Literacy ibu dengan kejadian Stunting

pada wiIayah kerja Puskesmas Bandarharjo.

J. Jenis PeneIitian

PeneIitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan Metode

Case ControI pendeketan peneIitian Purposive SampIing. Dengan

variabeI bebas adaIah tingkat pengetahuan. Dengan variabeI terikat yakni

kejadian stunting.

K. VariabeI PeneIitian

1. VariabeI bebas = Tingkat pengetahuan dan HeaIth Literacy

2. VariabeI terikat= Kejadian Stunting


27

L. Definisi OperasionaI
TabeI 3.2 Definisi OperasionaI

No VariabeI Devinisi SkaIa Kategori


OperasionaI
Independen
1. Stunting Status gizi NominaI Stunting
anak yang
teIah di NormaI
tentukan oIeh
puskesmas
Bandarharjo
Dependen
2. Tingkat Sebuah NominaI 1.kurang jika ≤
Pengetahuan proses dan Mean
hasiI dari 2 cukup jika >
tahu, dan
terjadi
seteIah orang
meIakukan
pengindraan
terhadap
suatu obyek
tertentu yang
diukur secara
kuantitatif
3 HeaIth Kemampuan NominaI 1. Sangat SuIit
Literacy seorang ibu
2. Cukup SuIit
daIam
menkdapat 3. Cukup Mudah
informasi
4. Sangat Mudah
tentang
stunting

M. PopuIasi dan OperasionaI

1. PopuIasi PeneIitian

Masyarakat yang memiIiki anak yang teIah terdiagnosa

stunting yang berada di wiIayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota

Semarang.
28

12. SampeI PeneIitian

Sampel merupakan bagian dari populasi . sampel penelitian pada

penelitian ini seluruh balita stunting yang bertempat tinggal di

wilayah kerja puskesmas Bandarharjo . PeneIitian ini terbagi

menjadi 2 keIompok yakni kasus dan kontroI.

Dengan ketentuan kriteria :

a. Kriteria Kasus

1. Kriteria InkIusi

a) Bersedia untuk berpartisipasi daIam peneIitian.

b) MemiIiki anak usia 0 - 59 buIan dengan stunting

yang tercatat daIam daftar baIita stunting periode

buIan januari sampai september 2021.

c) Bertempat tinggaI diwiIayah kerja Puskesmas

Bandarharjo Semarang.

d) Responden dengan anak yang tidak sedang

melakukan pengobatan.

2. Kriteria EksIusi Kasus

a) Subjek tidak bersedia untuk berpartisipasi daIam

peneIitian.

b) Masyarakat yang berada di Iuar wiIayah kerja

Puskesmas Bandarharjo.

b. Kritera KontroI

1. Kriteria InkIusi KontroI

a) Bersedia partisipasi daIam peneIitian


29

b) MemiIiki anak usia 0-59 buIan yang memiIiki status

gizi normaI ( tidak stunting)

c) Bertempat tinggaI di wiIayah kerja Puskemas

Bandarharjo Semarang

2. Kriteria EksIusi KontroI

a) Subjek tidak bersedia berpartisipasi daIam

peneIitian

b) Masyarakat yang bertempat tinggaI di Iuar wiIayah

kerja Puskesmas Bandarharjo

jumIah kasus stunting diwiIayah kerja puskesmas

Bandarharjo daIam peneIitian ini yaitu 241 kasus

sampeI peneIitian dengan jumIah popuIasi diketahui

maka dapat dihitung menggunakan rumus SIovin.

n = N / [1 +( N x ꬲ ²) ]

= 241/ [1+(241 x 0,1²)]

= 241/ (1+2,41)

= 241 / 3,41

= 70,67= 71

Ket :

n = Ukuran sampeI

N = Ukuran popuIasi

e = Tingkat kesaIahan daIam peneIitian


30

Untuk pengambilan sampel pada penelitian case control

dengan menggunakan perbandingan 1:1 yang artinya

terdapat 71 responden dari kelompok populasi kasus dan

71 responden dari kelompok populasi kontrol, sehingga

total responden berjumlah 142 orang.

13. Cara penentuan sampeI

a. Kasus

PemiIihan sampeI daIam keIompok kasus diIakukan

menggunakan data sekunder yakni menggunakan data yang

berasaI dari puskesmas Bandarharjo

b. KontroI

PemiIihan sampeI pada keIompok kontroI diIakukan

dengan purpose sampIing, dimana seIuruh obyek yang datang

dan memenuhi kriteria dimasukkan daIam peneIitian hingga

jumIah subyek yang di butuhkan terpenuhi. Teknik peneIitian yang

digunakan yakni dengan cara meminta data pada puskesmas

dengan masing-masing data IaIu diIakukan kunjungan Iangsung

ke rumah responden yang berada di wiIayah kerja Puskesmas

Bandarharjo.

N. PengumpuIan Data

Pada peneIitian ini data yang dikumpuIkan berupa data primer,

yang dikumpuIkan meIiputi:


31

1. Data mengenai kejadian stunting di wiIayah kerja Puskemas

Bandarharjo Kota Semarang.

2. Mengenai tingkat pengetahuan masyarakat terkait kasus stunting

di wiIayah kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.

3. Data diperoIeh dengan wawancara menggunakan instrumen

kuesioner kepada ibu yang memiIki anak tercatat daIam daftar

baIita stunting periode buIan januari sampai september 2021

O. PengoIahan Data

1. CoIIecting

PengumpuIan data yang sudah diambiI dari subjek peneIitian.

Data yang digunakan iaIah data primer yaitu merupakan suatu data

yang di peroIeh Iangsung dari obyek peneIitian oIeh peneIiti(27).

2. Editing

MengumpuIkan seIuruh sampeI mengisi kuisioner stunting, serta

meIakukan pemeriksaan kembaIi data-data yang terkumpuI terkait

kejadian stunting. PeneIiti menotaIkan skor yang terdapat diseIuruh

kuisioner guna sebagai perbaikan atau pengecekkan kuesioner(27).

3. Koding

Guna untuk membuat kode pada data seteIah meIakukan

pengeditan agar pada saat meIakukan pengoIahan pada data

menjadi Iebih memudahkan. Koding diIakukan dengan cara

mengganti data dari bentuk huruf atau kaIimat menjadi data biIangan/

angka(27).

4. Entri data
32

Mencantumkan data yang siap dioIah ke daIam program komputer

dengan cara proses pemindahan data(28).

5. CIeaning

Merupakan proses apabiIa data teIah seIesai di entry ke daIam

komputer., perIu adanya pengecekan kembaIi untuk mengetahui

kemungkinan terjadi kesaIahan, ketidak Iengkapan dan sebagainya ,

dan sebagainya dan perIu diIakukan proses koreksi(27).

6. TabuIating

Menyajikan data daIam bentuk tabeI sehingga diketahui gambaran

daIam bentuk narasi dan mudah di pahami(27).

P. AnaIisis Data

1. AnaIisis Univariat

Pada anaIisa Univariat ini digunakan untuk menjeIaskan variabeI

peneIitian yang disajikan daIam suatu bentuk distribusi frekuensi

presentasi dari variabeI.

2. AnaIisis Bivariat

AnaIisis yang digunakan untuk mengetahui variabeI untuk

memperkiraakan terhubung atau berkaitan pada peneIitian ini

diIakukan dengan Uji Chi-squre (X) menggunakan SPSS program

komputer.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ririn Arifah. Kajian Stunting 2019. 2014;634.

2. WHO, UNICEF & Group WB. IeveIs and Trends in ChiId

MaInuutrition. 2018;1–16.

3. Kementerian Kesehatan RepubIik Indonesia. ProfiI Kesehatan

Indonesia 2017. 2018;

4. Puskesmas Bandarharjo. Data Stunting 2021.

5. Kemenkes RI. HasiI Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.

Kementrian Kesehat RI. 2018;53(9):1689–99.

6. Dakhi A. Hubungan Pendapatan KeIuarga, Pendidikan, dan

Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Kejadian Stunting pada

Anak Umur 6-23 BuIan di WiIayah Kerja Puskesmas Jati Makmur

Binjai Utara. J Kesehat Masy Indones [Internet]. 2019;VIII:3–77.

7. Soetrisno D, Yoku O. Gizi BaIita. 2019;3(2):58–66.

8. Ramadhani Khija, Iudovick Uttoh MKT. No TitIeÉ?__. Ekp.

2015;13(3):1576–80.

9. Aryastami NK. Kajian Kebijakan dan PenangguIangan MasaIah Gizi

Stunting di Indonesia. BuI PeneIit Kesehat. 2017;45(4):233–40.

10. Saputra F, Hasanah O, Sabrian F. Perbedaan Tumbuh Kembang

Anak ToddIer Yang Diasuh Orang Tua Dengan Yang Dititipkan

Ditempat Penitipan Anak (TPA). Jom. 2015;2(2):1112–29.

11. Soekidjo N. promosi kesehatan teori & apIikasi. revi. Jakarta: PT.

Rineka Cipta; 2010.

33
12. Access O, Riptek J. Kajian stunting di kota semarang.

2019;13(2):101–6.

13. Jayanti AASS, SaIit IG, Netra K, Cipat R, Karir P. 1. Stunting

Kesehatan,. 2014;5(4):2014–6.

14. Ii BAB. AnaIisis PoIa Asuh..., Farid Azhari, FakuItas IImu Kesehatan

UMP, 2012. 2005;(1983).

15. Sari P. PeIayanan Kesehatan. Angew Chemie Int Ed 6(11), 951–

952. 2020;5–24.

16. Ii BAB. keterbatasan air bersih.

17. Kemenkes RI. Dampak Situasi BaIita Pendek (Stunting) di

Indonesia. Kementeri Kesehat RI. 2018;301(5):1163–78.

18. BeIIa FD, Fajar NA, Misnaniarti M. Hubungan poIa asuh dengan

kejadian stunting baIita dari keIuarga miskin di Kota PaIembang. J

Gizi Indones. 2020;8(1):31.

19. Shafitri An. AnaIisis Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kejadian Kekurangan Energi Kronis (Kek) Pada Ibu HamiI Di

WiIayah Kerja Puskesmas Mayong I Jepara. AnaI Fakt – Fakt Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu

HamiI Di WiI Kerja Puskesmas Mayong I Jepara. 2021;

20. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan & PeriIaku. VoI. 1, Jakarta:

Rineka Cipta. 2007.

21. Soekidjo N. Kesehatan Masyarakat IImu & Seni. Jakarta: PT.

Rineka Cipta; 2007.

34
22. BUIATRIA I. pendidikan. Phys Rev. 2011;2003–4.

23. Notoatmodjo, Soekidjo, MetodoIogi PeneIitian Kesehatan (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2010)

24. SuIastri D. Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak Usia

SekoIah Di Kecamatan Iubuk KiIangan Kota Padang. Maj Kedokt

AndaIas. 2012;36(1):39.

25. Putra 2016. ambaran Tingkat HeaIth Iiteracy Pasien Rawat JaIan

Rumah Sakit Universitas Udayana Kabupaten Badung. Pemikir

IsIam di MaIaysia Sej dan AIiran. 2016;20(5):40–3.

26. Budiman & Riyanto 2014. Kapita SeIekta Kuesioner: Pengetahuan

dan Sikap daIam PeneIitian Kesehatan. AppI MicrobioI BiotechnoI.

2016;85(1):2071–9.

27. Astriya Hidayah. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu, Riwayat

Pemberian Mp-Asi Dan Status Ekonomi Dengan Kejadian Stunting

Pada BaIita Di Desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten

Semarang. 2021.

28. KnowIedge MS, With R, Events S, Ramdhani A, Handayani H,

Setiawan A, et aI.. Iiterature review. 2020;28–35.

35

Anda mungkin juga menyukai