Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN

KEBUTUHAN GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING


PADA BALITA DI DESA JIMBUNG

PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melakukan Penelitian
Di STIKES Duta Gama Klaten

Disusun Oleh :
RASINDA PRAMESTI DYAH MAHARANI
K.015.019.004

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES DUTA GAMA KLATEN
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Uji Proposal
STIKES Dutagama Klaten Tahun 2022

Disusun Oleh :
RASINDA PRAMESTI DYAH MAHARANI
K.015.019.004

Telah disetujui untuk diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji


Proposal Studi Sarjana Keperawatan STIKES Duta Gama Klaten
Telah disetujui pada tanggal..................................

Pembimbing I Pembimbing II

Akbar Amin Abdullah, S.Kep.,Ns.,M.Kep Rizal Fajri, S.Kep.,Ns

Ketua Program Studi


s
Sarjana Keperawatan

Akbar Amin Abdullah,i S.Kep.,Ns.,M.Kep


DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................vi
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................6
E. Keaslian Penelitian..............................................................................................8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................10
A. Tinjauan Teori....................................................................................................10
B. Kerangka Teori..................................................................................................31
C. Kerangka Konsep...............................................................................................32
D. Hipotesis.............................................................................................................32
BAB III
METODE PENELITIAN.............................................................................................33
A. Jenis Penelitian...................................................................................................33
B. Desain Penelitian...............................................................................................33
C. Variabel Penelitian.............................................................................................33
D. Waktu penelitian dan Tempat Penelitian........................................................34
E. Populasi Penelitian.............................................................................................34
F. Sampel dan Teknik Sampling...........................................................................35
G. Definisi Operasional..........................................................................................31
H. Instrument Penelitian.........................................................................................32
I. Uji Validitas dan Reliabilitas............................................................................33

ii
J. Teknik Pengelolaan Data..................................................................................34
K. Analisa Data.......................................................................................................35
L. Jalannya Penelitian............................................................................................36
M. Etika Penelitian..................................................................................................37
N. Jadwal Penelitian...............................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian...................................................................................9

Tabel 2.1 Indeks Antropometri..............................................................................23

Tabel 3.1 Definisi Operasional..............................................................................38

iv
DAFTAR GAMBAR

Bagan 1.1 Kerangka Teori.....................................................................................31

Bagan 2.2 Kerangka Konsep..................................................................................32

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian

Lampiran 2 Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 3 Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Balita

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut laporan World Health Organization (WHO) mengatakan

bahwa kejadian stunting secara global telah mencapai 155 juta anak

(22,9%) dan di Indonesia kejadian stunting pada balita menduduki

peringkat kedua tertinggi se-ASEAN pada tahun 2015 yang mencapai

43,8% (United Childrens Fund (UNICEF) 2017). World Health

Organization (WHO) juga mengatakan stunting merupakan pendek atau

sangat pendek berdasarkan panjang / tinggi badan menurut usia yang

kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang

terjadi dikarenakan kondisi irreversible akibat asupan nutrisi yang tidak

adekuat dan/ atau infeksi berulang / kronis yang terjadi dalam 1000 Hari

Pertama Kehidupan (HPK) (2020).

Di Indonesia, permasalahan paling banyak dalam lingkup

kesehatan gizi pada anak-anak yang masih sering terjadi yaitu malnutrisi.

Malnutrisi ini bisa kita sebut dengan stunting. Prevalensi stunting di

Indonesia mencapai posisi 115 dari 151 negara didunia. Angka stunting

Indonesia menurun yang mulanya tahun 2015 sebesar 29% menjadi

sebesar 27,6% pada tahun 2017 (LPPKM UNNES, 2022). Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan sebanyak

30,8% balita yang mengalami stunting, dan turun pada tahun 2019 menjadi

1
2

27,7% tetapi pencapaian tersebut masih dibawah target nasional sebesar

14% pada tahun 2024.

Di Indonesia, titik persebaran stunting hampir terjadi diseluruh

provinsi, Terdapat 14 provinsi yang memiliki tingkat stunting diatas

nasional (26,7%). Pada tahun 2018 provinsi dengan stunting tertinggi

adalah Sulawesi Barat dengan presentase diatas 30% dan presentase diatas

40% jika di Nusa Tenggara Timur.

Adapun daerah dengan stunting tertinggi berada di kawasan tengah

dan timur Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan

Papua. Hampir semua provinsi di pulau tersebut memiliki tingkat stunting

diatas rata-rata nasional. Angka Sulawesi Tengah sendiri berada di angka

32,3% (Kemenkes, RI).

Berdasarkan hasil SSGI (Studi Status Gizi Indonesia) 2021,

prevalensi stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% ditahun 2019

menjadi 24,4%. Namun prevalensi underweight mengalami peningkatan

dari 16,3% menjadi 17%. Data survei Status Gizi Balita Indonesia

(SSGBI) tahun 2019, Prevalensi Provinsi Jawa Tengah berada pada angka

27,68%, dan data SSGBI 2021 turun tajam menjadi 20,9%. Dengan

prevalensi tersebut, artinya 1 dari 5 balita di Jawa Tengah mengalami

stunting atau gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

Tingkat pengetahuan ibu dapat menjadi faktor terjadinya stunting

yang disebabkan oleh pengetahuan tentang makanan dan gizi yang masih

kurang sehingga berdampak pada sikap atau perilaku pada orang tua
3

terhadap anaknya sehingga menyebabkan tidak berkualitasnya asupan gizi

anak yang akan menyebabkan kejadian stunting (Murti,2018). Menurut

penelitian Hapsari, (2018) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu

tentang gizi yang rendah memiliki risiko stunting 3,8 kali lebih besar

dibanding ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang gizi yang

tinggi.

Adapun dampak yang ditimbulkan dari stunting baik dampak

jangka pendek maupun jangka panjang. Dampak jangka pendeknya yaitu

gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, tidak

optimalnya ukuran fisik tubuh serta mengalami gangguan metabolisme.

Selain itu ada dampak jangka panjangnya seperti menurunnya kapasitas

intelektual, gangguan struktur dan fungsi serta sel-sel otak permanen yang

menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah,

menurunnya produktivitas saat dewasa dan menimbulkan risiko penyakit

tidak menular seperti penyakit jantung koroner, stroke, serta diabetes

melitus (Kakietak, et al 2017 dalam Bappenas 2018).

Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2015, yang

dimaksud 1000 hari pertama kehidupan dimulai sejak 270 hari janin

didalam kandungan sampai 720 hari pertama kelahiran. Pada masa

kehamilan, pemberian nutrisi pada janin bergantung sepenuhnya pada

kecukupan gizi pada ibu hamil. Status gizi ibu hamil dapat diukur

mengunakan LILA (lingkar lengan atas) yang bertujuan untuk mengetahui


4

apakah ibu mengalami kekurangan gizi atau tidak yang khususnya adalah

kekurangan energi kronis (Ferial, 2012).

Studi pendahuluan yang sudah dilakukan di Desa Jimbung

didapatkan hasil bahwa terdapat sejumlah 20 balita mengalami stunting.

Menurut wawancara yang dilakukan pada ibu balita yang mengalami

stunting, terdapat 15 ibu mengetahui tentang stunting dan dan 5 orang ibu

tidak mengetahui tentang stunting serta terdapat 15 orang ibu mengetahui

pemenuhan gizi balita stunting dan 5 orang ibu tidak mengetahui

pemenuhan gizi balita stunting.

Oleh karena itu, diketahui pentingnya pemberian nutrisi di tiap

tumbuh kembang anak selama masa golden age karena di Indonesia masih

rendah pengetahuan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi selama masa

golden age. Hal ini dapat menjadi indikasi tingginya prevalensi balita yang

mengalami stunting.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Pemenuhan

Kebutuhan Gizi Tentang Stunting Pada Balita di Desa Jimbung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut, “Apakah Ada Hubungan Tingkat

Pengetahuan Ibu Dan Pemenuhan Kebutuhan Gizi Tentang Stunting Pada

Balita Di Desa Jimbung?”


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dan pemenuhan

kebutuhan gizi pada balita tentang tentang stunting pada balita di Desa

Jimbung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden di Desa Jimbung.

b. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan gizi tentang stunting

pada balita di Desa Jimbung.

c. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan

pemenuhan gizi dengan kejadian stunting pada balita di Desa

Jimbung.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden

Pengetahuan ibu tentang gizi pada balita meningkat dan diharapkan

gizi pada balita membaik dan angka kejadian stunting menurun.

2. Bagi Desa Jimbung

Sebagai bahan masukan untuk kader kesehatan dan tenaga kesehatan

dalam menangani kejadian stunting pada balita dengan meningkatnya

pengetahuan ibu tentang gizi.


6

3. Bagi pengembangan IPTEK

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan untuk peningkatan

pengetahuan ibu tentang gizi pada balita.

4. Bagi Peneliti selanjutnya

Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk

meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang Profesi Keperawatan

5. Bagi Peneliti

Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengalaman penulis dalam membuat karya tulis ilmiah yang dapat

dijadikan bahan untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

6. Bagi Institusi

Dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta

menambah informasi mengenai pemenuhan gizi pada balita stunting di

bidang Keperawatan anak.


7

E. Keaslian Penelitian

No Nama Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan


Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1 Irfan Faktor risiko Metode yang Hasil penelitian Perbedaan Persamaan
(2019) yang digunakan menunjukkan penelitian penelitian
berhubun-gan adalah studi bahwa stunting dengan mengguna-kan
dengan literatur dipengaruhi metode studi variabel terikat
kejadian oleh tingkat literatur dan yaitu stunting,
stunting di asupan energi, survey dan populasi
Indonesia riwayat durasi analitik, lokasi penelitian
penyakit infeksi, penelitian di semua ibu yang
berat badan Surabaya dan memiliki anak
lahir dan tingkat Desa Jimbung balita
pengetahuan
ibu.
2 Malisa Determinan Metode yang Hasil penelitian Perbedaan Persamaan
(2020) penyebab digunakan menunjukkan penelitian penelitian
kejadian adalah tinjauan faktor yang dengan mengguna-kan
stunting pada literatur dapat metode tinjuan variabel terikat
balita menyebabkan literatur dan yaitu stunting,
stunting survey dan populasi
terjadinya analitik, lokasi penelitian
stunting pada penelitian di semua ibu yang
balita yaitu Banjarmasin memiliki anak
pendidikan ibu dan Desa balita
yang rendah dan Jimbung
pengetahuan ibu
yang kurang
pemahaman
asupan nutrisi
3 Monika Hubungan Metode yang Berdasarkan Perbedaan Persamaan
(2020) Pengetahu-an digunakan literatur review penelitian penelitian
Ibu Tentang adalah literature dari 10 jurnal dengan menggunakan
Gizi Dengan review pengetahuan ibu metode studi variabel terikat
Kejadian tentang gizi literatur dan yaitu stunting,
Stunting Pada sebagian besar survey dan populasi
Balita baik, sedangkan analitik, lokasi penelitian
balita yang penelitian di semua ibu yang
mengalami Yogyakarta memiliki anak
stunting rata- dan Desa balita
rata memiliki Jimbung
ibu dengan
pengetahuan
gizi rendah.
4 Meri Faktor Metode yang Hasil penelitian Perbedaan Persamaan
Pemberian digunakan menunjukkan penelitian penelitian
(2021) Nutrisi Masa adalah faktor dengan menggunakan
Golden Age penelitian pemberian metode variabel terikat
dengan sistematik nutrisi pada sistematik yaitu stunting
Kejadian review masa golden age review dan
Stunting Pada dengan kejadian survey
Balita di stunting analitik, lokasi
Negara meliputi status penelitian di
8

Berkembang gizi ibu hamil, Bandung dan


faktor Desa Jimbung,
pemberian ASI populasi
eksklusif, dan penelitian
faktor pada ibu hamil
pemberian serta
makanan menyusui dan
pendamping ibu yang
ASI memiliki anak
balita
5 Rika Strategi Metode yang Analisa situasi Perbedaan Persamaan
(2022) Penurunan digunakan menggunakan penelitian penelitian
Stunting Di adalah metode data sebaran dengan menggunakan
Kabupaten pendekatan stunting sesuai metode variabel terikat
Sigi kualitatif cangkupan pendekatan yaitu stunting
untuk kuantitatif dan
menentukan survey
lokasi prioritas analitik, lokasi
penelitian di
Kabupaten
Sigi dan Desa
Jimbung,
populasi
penelitian 25
desa dan Desa
Jimbung

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah efek lanjutan dari keingintahuan individu

yang berkenaan dengan objek melalui indra yang dimiliki. Setiap

individu memiliki pengetahuan yang tidak sama karena

pengindraan setiap orang mengenai suatu objek berbeda-beda.

(Notoatmodjo, 2018).

Pengetahuan merupakan segenap dari hasil kegiatan mengetahui

yang berkenaan dengan sesuatu obyek. Pengetahuan yang dimiliki

oleh setiap orang tersebut kemudian dikomunikasikan melalui

bahasa maupun kegiatan. (Dila, 2021).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2018) terdapat 6 tingkatan pengetahuan,

yaitu sebagai berikut :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

9
10

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menjelaskan kembali tentang materi tersebut secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang sudah

dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja seperti dapat


11

menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2018) terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu sebagai berikut :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.


12

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Dengan

makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah

menerima informasi.

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjaan sangat berpengaruh terhadap proses seseorang

memperoleh informasi. Pekerjaan dilakukan untuk

mendapatkan status ekonomi yang baik.

2) Faktor Eksternal

a) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

d. Dampak Pengetahuan

Dampak dari pengetahuan bisa mempengaruhi seseorang

menerima informasi yang disampaikan karena semakin banyak

informasi yang diterima maka terjadi perubahan sikap dan perilaku

pada masyarakat.
13

2. Stunting

a. Pengertian Stunting

Stunting merupakan keadaan masalah kurangnya gizi dalam waktu

lama atau kronis yang diakibatkan karena kurangnya pemberian

asupan gizi dalam waktu rentan yang lama karena pemenuhan gizi

kurang tepat pada pemenuhan jumlah gizi yang dibutuhkan.

Kekurangan gizi ini dapat terlihat setelah bayi lahir sampai usia 2

tahun. Keadaan kekurangan ini diakibatkan oleh ekonomi, gizi ibu

hamil, bayi yang mengalami kesakitan, dan asupan gizi yang kurang.

Kondisi kekurangan ini dapat diukur dari panjang atau tinggi badan

dari standart World Health Organization (WHO). (Kemenkes, 2018).

Tumbuh kembang pada balita stunting akan mengalami

kekurangan dimasa depan baik dari segi fisik, motorik, dan kognitif.

Balita dengan stunting juga akan memiliki gangguan pada organ tubuh

seperti pada syaraf otak yang berkaitan dengan respon mendengar,

melihat, dan bergerak. (Widanti, 2017).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 tahun 2020

tentang Standar Antropometri Anak. Stunting adalah anak balita

dengan nilai z-scorenya lebih kecil dari -2SD/standar deviasi dan lebih

kecil dari -3SD. Penghitungan tersebut sesuai dengan standar Z-score

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang standard

antropometri penilaian status gizi anak dengan indikator Tinggi Badan

per Umur (TB/U).


14

b. Faktor Yang Mempengaruhi Stunting

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian stunting yaitu

sebagai berikut :

1) Faktor Genetik

Salah satu atau kedua orang tua yang pendek akibat kondisi

patologi (seperti defisiensi hormon pertumbuhan) memiliki gen

dalam kromosom yang membawa sifat pendek sehingga

memperbesar peluang anak mewarisi gen tersebut dan tumbuh

menjadi stunting. Akan tetapi, bila orang tua pendek akibat

kekurangan zat gizi atau penyakit, kemungkinan anak dapat

tumbuh dengan tinggi badan normal selama anak tersebut tidak

terpapar faktor resiko yang lain (Enny F 2018).

2) Faktor Riwayat Berat Badan Lahir Rendah

BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang

atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan

lingkar kepala kurang dari 33cm (Kusumawati, 2019). BBLR akan

berisiko tinggi pada morbiditas, sehingga dapat menghambat

pertumbuhan dan perkembangan kognitif, kerentanan terhadap

penyakit dikemudian hari (Putu, 2018).

3) Faktor Tingkat Pendidikan Ibu

Tingkat pendidikan ibu mempengaruhi pengetahuan dan

menjadi penyebab dari kejadian stunting yang berhubungan dengan


15

cara ibu dalam mengambil keputusan dalam pemberian makanan

yang bergizi. Ibu dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung

mempertimbangkan makanan bergizi untuk anaknya, berbeda

dengan ibu dengan tingkat pendidikan rendah yang mungkin tidak

terlalu mempertimbangkan unsur gizi dan komposisi makanan

balitanya. (Yanti, 2020)

4) Faktor Umur

Usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua pada waktu hamil

dapat menyebabkan stunting pada anak terutama karena faktor

psikologis. Usia ibu dianggap berperan dalam segi psikologis

karena ibu yang terlalu muda belum ada kesiapan dengan

kehamilannya dan tidak paham bagaimana menjaga dan merawat

kehamilannya. Sedangkan ibu yang usianya terlalu tua

staminanya sudah menurun sehingga semangat dalam merawat

kehamilannya sudah berkurang. (Candra, 2012 dalam Enny F

2018). Dan menurut penelitian yang dilakukan (Fall 2015 dalam

Enny F 2018) bahwa ibu yang berusia <19 tahun ketika hamil

berpotensi 1.46 kali meningkatkan kejadian stunting dan ibu yang

berusia >35 tahun berpotensi 0.46 kali meningkatkan kejadian

stunting.

5) Faktor Riwayat Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi yang sering menyerang pada anak-anak

adalah ISPA dan Diare. Penyakit ISPA didefinisikan sebagai salah


16

satu penyakit infeksi pada hidung, telinga, tenggorokan (faring),

trakea, bronkiolus, dan paru-paru yang kurang dari dua minggu (14

hari) dengan tanda dan gejala berupa batuk atau pilek, batuk

disertai pilek, atau sesak napas karena hidung tersumbat dengan

atau tanpa demam, dalam batasan waktu 14 hari (Adinda, 2022).

6) Faktor Status Ekonomi

Status ekonomi pada masyarakat dapat dilihat dari pendidikan,

pengetahuan, kepemilikan, dan pendapatan. Pendapatan merupakan

faktor ekonomi yang paling menentukan kualitas dan kuantitas

makanan, antara pendapatan dan gizi yang erat kaitannya dalam

pemenuhan makanan kebutuhan hidup keluarga, makin tinggi daya

beli keluarga makin banyak makanan yang dikonsumsi dan

semakin baik pula kualitas makanan yang dikonsumsi. Disini

terlihat jelas bahwa ekonomi yang rendah akan menghalangi

perbaikan gizi dan menimbulkan kekurangan gizi (Adinda 2022).

Pendapatan keluarga turut mempengaruhi kebutuhan gizi dan hal

ini disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan pokok yang

berdampak pada perubahan konsumsi makanan di msyarakat,

sehingga ketahanan pangan masyarakat turun. (Adinda 2022).

d. Dampak Stunting

Menurut Black, et al (2017) dampak stunting pada anak-anak

menyebabkan pertumbuhan menjadi kurang optimal serta dapat

menyebabkan terhambatnya perkembangan di awal kehidupan yang


17

berakibat pencapaian terhadap pendidikan lebih rendah dimasa yang

akan datang.

Dampak stunting lainnya dibagi menjadi dua yaitu dampak pendek

dan dampak panjang. Dampak pendek stunting dapat menyebabkan

gagal tumbuh, terhambat perkembangan kognitif dan motoriknya,

tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Pada

dampak jangka panjang, stunting menyebabkan menurunnya kapasitas

intelektual (Primasari dan Keliat, 2020). Anak yang mengalami

stunting pada saat dewasa kemungkinan akan mudah gemuk (obesitas),

serta memiliki peluang terkena penyakit menular (PTM) seperti

diabetes, kanker, hipertensi, dan lain-lain (Buletin Stunting, 2018).

3. Pemenuhan Kebutuhan Gizi

a. Pengertian Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,

transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang

tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan

fungsi normal dari organ-organ serta bisa menghasilkan energi

(Setyawati, 2015 dalam e-book Kebutuhan Gizi Seimbang 2021).

Menurut para ahli terdapat lima nutrisi bagi tubuh kita yaitu :

1) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh.

Dalam satu gram karbohidrat dapat menghasilkan 4 kilo kalori


18

(kkal) energi. Karbohirat yang kita konsumsi akan menghasilkan

glukosa dari hasil metabolisme tubuh. Glukosa yang dihasilkan

dapat menjadi sumber energi pada otak, untuk berfungsi secara

baik dalam hal ini otak memerlukan 130 gram karbohirat yang

merupakan jumlah minimal glukosa yang digunakan otak per

harinya.

2) Lemak

Lemak disebut juga dengan lipid yang terdiri dari atom karbon

(C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Lipid berasal dari bahasa

latin “lipos” yang artinya lemak. Didalam tubuh lemak dapat

ditemukan dalam beberapa bentuk seperti asam lemak bebas

(tidak terikat), trigliseida, fosfolipid, dan kolesterol ester. Lemak

menjadi sumber energi paling besar dimana 1 gram lemak

menghasilkan 9 kkal energi, dua kali lebih besar dari energi yang

dihasilkan karbohidrat. Karena itu makanan tinggi lemak

mengandung kalori yang lebih banyak.

Lemak dapat mengalami ketogenesis untuk diubah menjadi

keton dan menjadi sumber energi cadangan bagi tubuh saat

kelaparan atau kadar gula rendah dan dapat mengurangi

penggunaan asam amino untuk menghasilkan glukosa melalui

proses glukoneogenesis sehingga mencegah tubuh agar tidak

menggunakan protein dari otot sebagai sumber energi. Tubuh


19

memperoleh asupan makanan yang mengandung lemak seperti

dari kuning telur, daging, dan hati.

3) Protein

Protein merupakan zat pembangun dari berbagai jaringan di

tubuh, seperti otot, tulang, kulit, rambut, dan kuku. Fungsi

protein bagi tubuh bisa menjadi pembentuk dasar jaringan seperti

tulang, gigi dan kulit, protein juga berperan dalam pergerakan zat

melintasi membran sel dan sistem sirkulasi seperti dalam

transpor glukosa dan sodium di membran sel dan lipoprotein dan

hormone transport protein di dalam darah, jika pada kulit protein

dapat membantu fibrinogen dalam pembekuan darah (Guire and

Beerma, 2017).

4) Vitamin

Vitamin merupakan molekul organik yang dapat ditemukan

pada hewan dan tumbuhan. Vitamin hanya dibutuhkan tubuh

dalam jumlah kecil yaitu untuk mempertahankan fungsi dasar

tubuh. Terdapat 13 vitamin esensial yang dibagi menjadi vitamin

larut air yaitu vitamin B dan vitamin C serta vitamin yang larut

lemak yaitu vitamin A, vitamin D, vitamin E, dan vitamin K.

(Guire and Beerma, 2017).

5) Mineral

Mineral terlibat dalam proses pembangunan jaringan serta

mengaktifkan, mengatur, mentransmisikan, dan mengendalikan


20

proses metabolisme. Berdasarkan jumlahnya, mineral dibagi

menjadi dua yaitu mayor dan minor. Mineral mayor terdiri dari

kalsium, fosfat, sodium, kalium, magnesium, dan klorida.

Rekomendasi kebutuhan harian untuk mineral mayor adalah

lebih dari 100mg/hari. Dan pada mineral mayor terdiri dari besi,

tembaga, yodium, selenium, kromium, mangan, molibdenum,

dan seng. Rekomendasi untuk mineral minor adalah kurang dari

100mg/hari. (Guire and Beerma, 2017).

b. Penilaian status gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi, dimana zat gizi

sangat diperlukan oleh tubuh sebagai sumber energi, pertumbuhan

dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta pengatur proses tubuh

(Auliya, 2015 dalam e-book Kebutuhan Gizi Seimbang 2021).

Penilaian status gizi balita dapat diukur berdasarkan pengukuran

antropometri yang terdiri dari variabel umur, berat badan (BB),

dan tinggi badan (TB).

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status

gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status

gizi yang salah. Ketentuan yang digunakan dalam perhitungan

umur pada 1 tahun adalah 12 bulan dan 1 bulan adalah 30 hari,

sehingga perhitungan umur adalah dalam bulan penuh yang

artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan. Dalam menilai


21

status gizi pada anak, angka berat badan dan tinggi badan setiap

anak dikonversikan dalam bentuk nilai terstandar (Z-score).

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Berat badan sangat kurang <-3 SD


(severely underweight)
Berat Badan Menurut
Berat badan kurang -3 SD s.d. <-2 SD
Umur (BB/U) anak usia 0-
(Underweight)
60 bulan
Berat badan normal -2 SD s.d. +1 SD
Risiko berat badan lebih > +1 SD

Sangat pendek (severely <-3 SD


stunted)
Panjang Badan Atau
Tinggi Badan Menurut Pendek (stunted) -3 SD s.d. <-2 SD
Umur (BB/U atau TB/U) Normal -2 SD s.d. +3 SD
anak usia 0-60 bulan Tinggi +3 SD
Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
Gizi kurang (wasted) -3 SD s.d. <-2 SD
Gizi baik (normal) -2 SD s.d. +1 SD
Berat Badan menurut Berisiko gizi lebih (possible > +1 SD s.d. +2 SD
Panjang Badan atau Tinggi risk of wasted)
Badan (BB/PB atau Gizi lebih (overweight) > +2 SD s.d. +3 SD
BB/TB) anak usia 0-60
Obesitas (obese) > +3 SD
bulan
Gizi buruk (severely wasted) <-3 SD
Gizi kurang (wasted) -3 SD s.d. <-2 SD
Indeks Massa Tubuh
Gizi baik (normal) -2 SD s.d. +1 SD
Menurut Umur (IMT/U)
anak usia 0-60 bulan Berisiko gizi lebih (possible > +1 SD s.d. +2 SD
risk of wasted)
Gizi lebih (overweight) > +2 SD s.d. +3 SD
Obesitas (obese) > +3 SD
Indeks Massa Tubuh Gizi buruk (severely thinnes) <-3 SD
Menurut Umur (IMT/U) Gizi kurang (thinnes) -3 SD s.d. <-2 SD
anak usia 5-18 tahun Gizi baik (normal) -2 SD s.d. +1 SD
Gizi lebih (overweight) > +1 SD s.d. +2 SD
Obesitas > +2 SD

Tabel 2.1 Indeks Antropometri


22

4. Gizi seimbang

a. Definisi gizi seimbang

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman

pangan, aktifitas fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan

berat badan normal untuk mencegah masalah gizi. (Kemenkes RI,

2014).

b. Prinsip gizi seimbang

Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 pilar yang pada dasarnya

merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat

gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat

badan secara teratur (Kemenkes RI, 2014). Empat pilar tersebut

adalah sebagai berikut :

1) Mengkonsumsi makanan beragam

Yang dimaksud beranekaragam pada prinsip ini selain

keanekaragaman jenis pangan, termasuk juga proporsi

makanan yang seimbang dalam jumlah yang cukup, tidak

berlebihan dan dilakukan secara teratur. Contohnya Nasi yang

merupakan sumber utama kalori tetapi miskin vitamin dan

mineral. Pada sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya


23

akan vitamin, mineral dan serat tetapi miskin kalori dan

protein. Dan pada ikan merupakan sumber utama protein

tetapi sedikit kalori.

2) Membiasakan perilaku hidup bersih

Perilaku hidup sehat sangat terkait dengan prinsip gizi

seimbang. Dengan membiasakan perilaku hidup bersih akan

menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber

infeksi. Pada seseorang yang menderita kurang gizi akan

mempunyai risiko terkena penyakit infeksi karena pada

keadaan kurang gizi, daya tahan tubuh seseorang menurun,

sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan

berkembang. Maka penyakit infeksi merupakan salah satu

faktor penting yang mempengaruhi status gizi seseorang

secara langsung, terutama pada anak-anak. Seseorang yang

menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu

makan sehingga jumlah dan zat gizi yang masuk ke tubuh

berkurang. Dan pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat

gizi yang lebih banyak untuk memenuhi peningkatan

metabolisme pada seseorang yang menderita infeksi terutama

apabila disertai panas.

3) Melakukan aktivitas fisik

Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik

juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh


24

termasuk metabolisme zat gizi. Oleh karena itu, aktivitas fisik

berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang keluar dan

yang masuk kedalam tubuh.

Aktivitas fisik meliputi segala macam kegiatan tubuh

termasuk olahraga yang merupakan salah satu upaya untuk

menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi

utamanya sumber energi dalam tubuh.

4) Mempertahankan dan memantau berat badan (BB) normal

Indikator yang menunjukkan bahwa terjadi keseimbangan zat

gizi di dalam tubuh pada bayi dan balita adalah perkembangan

perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur.

Pemantauannya dilakukan menggunakan KMS dan berada

didalam pita hijau.

c. Pemenuhan kebutuhan gizi

Agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara normal,

maka peranan gizi sangat diperlukan dan diperhatian sedini

mungkin. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi seperti karbohidrat

sebagai sumber energi (tenaga), protein sebagai zat pembangun

dan vitamin atau mineral sebagai zat pengatur, akan membatu

mencegah terjadinya penyakit yang dapat menghambat

pertumbuhan dan perkembangan anak. Susunan gizi yang tepat

akan memacu pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan

makanan yang baik adalah makanan yang disesuaikan dengan


25

tingkat usia dan jenis aktifitasnya. Anak usia 0-60 bulan yang

disebut dengan istilah balita, pada masa ini anak mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dan tergolong pada

periode emas sekaligus periode kritis. Bayi dan anak pada masa ini

mereka membutuhkan makanan yang sesuai dengan kebutuhan

gizi sehingga tumbuh kembang anak tidak terganggu.

Zat gizi yang di butuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan sebagai berikut:

1) Bayi usia 0-1 tahun

a. Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu mengandung semua zat gizi dalam susunan

dan jumlah yang cukup untuk memenuhin kebutuhan

gizi bayi sampai berumur 3-4 bulan pertama. Air susu

ibu juga memilki kelebihan seperti:

1. Mengandung berbagai elemen humoral

imunologik yang infektif terhadap bakteri usus

halus

2. Mengandung laktoferin yang dapat mengikat zat

besi

3. Tidak memberatkan fungsi saluran pencernaan

dan ginjal
26

4. Tidak mengandung beta laktoglobium yang

tersedia setiap waktu pada suhu yang ideal dalam

keadaan segar serta bebas dari kuman.

5. Ekonomis dan praktis yang tersedia setiap waktu

pada suhu yang ideal dalam keadaan segar serta

bebas dari kuman,

b. Energi

Energi yang dibutuhkan lebih besar dari orang dewasa,

yaitu sebanyak 100-120 kilo kalori per kg berat badan

(BB) hari.

c. Protein

Protein merupakan sumber asam amino essensial sebagai

bahan utama pertumbuhan dan pembentuk jaringan,

mengganti sel yang rusak serta untuk memelihara

keseimbangan.

d. Lemak

Sebagai penghasil utama kalori berfungsi sebagai pelarut

vitamin A,D,E,K dan pemberi cita rasa sedap pada

makanan. Kebutuhan lemak untuk bayi tidak dinyatakan

dalam angka mutlak, dianjurkan 15-20% energi total

sebaiknya berasa dari asam lemak essensial (seperti:

asam linoleat, asam palmitat, asam stearat) yang sangat


27

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan untuk memelihara

kesehatan kulit.

e. Karbohidrat

Sebagai zat pati dibutuhkan 60-70% dari total kalori.

Menu makanan disesuaikan dengan daya cerna bayi

dapat berbentuk makanan lumat atau makanan lembek.

f. Vitamin dan mineral

Sebagai micronutien dibutuhkan dalam jumlah kecil.

Jenis vitamin yang dibutuhkan oleh bayi, antara lain

Vitamin A,B,C,D,E,K dan lain sebagainya, sedangkan

mineral yang dibutuhkann antara lain ada Calsium (Ca),

Besi (Fe), Phospor (P) dan lain sebagaimya.

2) Anak prasekolah (1-5 tahun)

Anak usia pra sekolah atau yang termasuk dalam usia 1-5

tahun merupakan masa yang paling berharga atau yang

sering dikenal dengan golden age, yang merupakan masa

keemasan. Nutrisi atau gizi seimbang yang harus terpenuhi

karena akan berakibat pada tumbuh kembang anak. Dalam

memberikan asupan makanan pada anak harus

memperhatikan manfaat kandungan yang ada pada makanan

sebagai berikut; karbohidrat sebagai sumber energi (tenaga),


28

protein sebagai zat pembangun dan vitamin atau mineral

sebagai zat pengatur, akan membantu mencegah terjadinya

penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Adapun gizi seimbang dapat dikelompokan berdasarkan

tiga fungsi utama yang sering kita temui dalam kehidupan

sehari-hari sebagai berikut;

1) Sumber energi, yang terdapat pada tanaman padi-padian

atau sereal seperti beras, jagung, gandum dan umbi-

umbian,

2) Sumber protein, yang dibagi menjadi dua yaitu protein

hewani dan protein nabati. Protein hewani terdapat

daging ayam, telur dan susu. Sedangkan sumber protein

nabati terdapat didalam kacang-kacangan seperti kacang

kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah,

3) Sumber zat pengatur, yang terdapat dalam sayuran dan

buah. Sayuran diutamakan yang berwarna hijau dan

jingga, seperti bayam, daun singkong, kangkung, wortel

serta sayur kacang-kacangan seperti kacang panjang dan

buncis. Sementara buah-buahan yang diutamakan ialah

yang berwarna jingga dan kaya akan serat dan berasa

asam, seperti pepaya, mangga, nanas, jambu biji, apel,

sirsat, dan jeruk. Oleh karena itu zat gizi seimbang


29

tersebut telah dijadikan patokan oleh para ahli gizi

sehingga lahirlah apa yang disebut Pedoman Umum Gizi

Seimbang (PUGS).

B. Kerangka Teori

Tingkat
Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan
1) Tahu (know)
2) Memahami
(comprehension)
3) Aplikasi
(Aplication) STUNTING Pemenuhan
4) Analisis kebutuhan gizi
(Analysis) STUNYI
5) Sintesis
(Synthesis)
6) Evaluai
Faktor Yang
(Evaluation)
Mempengaruhi Kebutuhan gizi
Stunting
1) Asi (Air Susu
1) Faktor Genetik Ibu)
2) Faktor Riwayat 2) Karbohidrat
Faktor Yang Berat Badan Lahir 3) Protein
Mempengaruhi Rendah
4) Lemak
Pengetahuan 3) Faktor Tingkat
5) Vitamin
Pendidikan Ibu
1) Pendidikan 4) Faktor Umur 6) Mineral
2) Pekerjaan 5) Faktor Riwayat
3) Lingkungan Penyakit Infeksi
4) Sosial Budaya 6) Faktor Ekonomi

Dampak
Pengetahuan Dampak Stunting
30

Bagan 2.1 Kerangka Teori


(Notoatmodjo 2012, Notoatmodjo 2017, Kemenkes RI 2018, Widanti 2017,
Rahayu 2012, Kusumawati 2019, Yanti 2020, Buletin Stunting 2018, Setyawati
2015, Guire and Beerman 2017, Auliya 2015, Kemenkes RI 2014)
C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Tingkat Pengetahuan Kejadian Stunting

Variabel pengganggu

1) Pendidikan

Bagan 1.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

pemenuhan kebutuhan gizi terhadap kejadian stunting di Desa Jimbung


31

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang pemenuhan

kebutuhan gizi terhadap kejadian stunting di Desa Jimbung


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau

sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/ statistik, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2018).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain

survey analitik. Metode survey analitik adalah metode yang digunakan

untuk mendapatkan data dari tempat tertentu secara alamiah (bukan

buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data,

misalnya dengan menggunakan kuesioner (Sugiyono, 2018).

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempunyai pengaruh atau

menjadi variabel sebab terhadap varabel terikat (Praptomo, 2017).

Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu.

32
33

2. Variabel Terikat

Variabel Terikat adalah variabel yang terpengaruh atau yang

menjadi akibat dari variabel bebas (Praptomo, 2017). Variabel terikat

pada penelitian ini adalah kejadian stunting.

3. Variabel pengganggu

Variabel pengganggu adalah variabel yang mengganggu hubungan

variabel bebas dan variabel terikat (Praptomo, 2017). Variabel

pengganggu pada penelitian ini adalah pendidikan. Cara

mengontrolnya adalah memilih pendidikan para ibu minimal SMP.

D. Waktu penelitian dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian diambil saat pengambilan data yang dilaksanakan

pada penyusunan skripsi di bulan Januari.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilaksanakan di Posyandu Desa Jimbung

E. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan yang terdiri dari subyek atau obyek

yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti (Sugiyono, 2018).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu dan balita di

Posyandu Desa Jimbung yang berjumlah 50 orang.


34

F. Sampel dan Teknik Sampling

1. Pengertian sampel

Menurut Sugiyono (2018 : 81) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil

dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau mewakili

populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah 44 orang.

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari

populasinya, maka sebelum dilakukan penelitian, pengambilan sampel

perlu ditentukan kriteria inklusi maupun eksklusi. Kriteria inklusi yaitu

kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi

yang diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi yaitu ciri-ciri

anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo,

2018). Kriteria yang ditetapkan dalam pengampilan sampel penelitian ini

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Ibu balita stunting di Posyandu Balita Stunting Desa

Jimbung

2) Ibu balita stunting yang bersedia menjadi responden

3) Ibu balita stunting dengan pendidikan minimal SMP

b. Kriteria Eksklusi

1) Balita yang tidak memiliki ibu

2) Ibu balita stunting yang tidak bersedia menjadi responden


35

2. Rumus pengambilan sampel

Terdapat beberapa cara untuk menentukan jumlah sampel dari

suatu populasi. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan rumus

pengambilan sampel. Dalam penelitian ini rumus yang dipakai adalah

rumus Slovin. Rumus slovin biasa digunakan dalam penelitian dengan

jumlah sampel yang besar dengan metode survei. Penggunaan rumus

slovin dilakukan untuk populasi yang jumlahnya sudah diketahui

secara pasti. Apabila nilai presisi atau ketepatannya adalah 95% maka

tingkat kesalahannya adalah 5% atau 0,05%.

Rumus :

N
n=
1+ N e2

keterangan :

n = sampel yang dicari

N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan

3. Penghitungan sampel

Rumus :

N
n= 2
1+ N e

diketahui :

N = 50 orang

e = 0,05
36

Jawab :

50
n=
1+ 50×(0,05)2

50
n=
1+ 50× 0,0025

50
n=
1+ 0 ,125

50
n=
1,125

n = 44, 44

dari hasil perhitungan sampel diatas, total sampel dalam penelitian ini

berjumlah 44 orang.
37

G. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Parameter Hasil Ukur Skala
1. Baik, jika Ordinal
Variabel Pola pikir nilai yang
1 Independen seorang ibu yang Kuesioner diperoleh
Tingkat berkaitan dengan Pengetahuan (76 -
pengetahuan ibu pemahamannya Ibu Tentang 100%)
tentang gizi tentang informasi Pemenuhan 2. Cukup,
gizi untuk anak Gizi Balita jika nilai
yang berisi yang
tentang diperoleh
pengertian, (56 -75%)
sumber gizi pada 3. Kurang,
makanan, fungsi jika nilai
gizi, akibat yang
kekurangan gizi diperoleh
dan pemenuhan (<56%)
gizi seimbang.
2 Variabel Dependen kondisi 1. Timbangan 1. Sangat Rasio
Stunting pada kekurangan gizi pendek,
balita kronis yang 2. Infant jika <-3
menyebabkan ruler standar
gangguan deviasi
pertumbuhan dan (SD)
perkembangan 2. Pendek,
yang lambat jika <-3
berdasarkan sampai <-
ukuran tinggi 2 standar
badan dan berat deviasi
badan. (SD)
38

H. Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data. Alat yang dipergunakan dalam

pengumpulan data penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah daftar

pertanyaan atau pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, sudah

matang, dimana responden memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda-tanda tertentu (Notoadmodjo, 2018).

Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah variabel bebas yaitu

tingkat pengetahuan ibu dan variabel terikat yaitu kejadian stunting. Pada

variabel bebas menggunakan kuesioner dari peneliti sebelumnya yaitu

kuesioner gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita (Sara

Novia 2021). Dan pada variabel terikat menggunakan alat ukur timbangan

dan infant ruler. Untuk timbangan dan infant ruler ini dilakukan kalibrasi

di PT. Indraloka (Medical Equipment Calibration / Kalibrasi Alat

Kesehatan) Sukoharjo, Jawa Tengah.


39

I. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur ini

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Peneliti

tidak melakukan uji validitas dikarenakan telah memakai kuesioner

gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dari peneliti

sebelumnya yaitu Sara Novia, 2021.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat ukur yang digunakan untuk menunjukkan

sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini

berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran berulang. Rumus yang digunakan untuk uji

reliabilitas yaitu spearman brown.

Rumus :

r 11= 2 ×r 1/¿ 1/¿2 ¿ ¿


2 ¿¿

Keterangan :
r 11 : koefisien reliabilitas internal seluruh item
r 1/¿2 1 /¿ 2 ¿ ¿: korelasi product moment antara belahan

Jika r 11 > r tabel artinya reliabel dan apabila r 11 < r tabel artinya tidak

reliabel. Dalam penentuan valid atau tidaknya pernyataan di kuesioner

menggunakan rumus spearman brown dan didapatkan hasil bahwa

pernyataan tersebut reliabel dengan hasil r = 0,936.


40

J. Teknik Pengelolaan Data

Terdapat beberapa teknik pengelolaan data menurut Notoatmodjo (2018),

yaitu sebagai berikut :

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian

formulir atau kuesioner. Apabila ada jawaban yang belum lengkap,

perlu dilakukan data ulang untuk melengkapi jawaban. Tetapi apabila

tidak memungkinkan, maka pertanyaan yang jawabannya tidak

lengkap tidak akan dimasukkan dalam pengolahan data.

2. Coding

Pengkodean atau coding yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode

ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

3. Memasukkan data (Data entry)

Memasukkan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program

atau software komputer.

4. Tabulasi

Tabulasi yaitu membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.


41

K. Analisa Data

1. Analisa Unvariat

Menurut Notoatmodjo (2018) analisis univariate bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Untuk data

numerik digunakan nilai mean dan median.

Rumus distribusi frekuensi :

f
P= × 100%
n

Keterangan :

P = presentase

f = frekuensi

n = jumlah sampel

2. Analisa bivariat

Analisa bivariate digunakan untuk menganalisis dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2018). Peneliti

akan menguji hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat

pengetahuan ibu dan variabel terikat yaitu stunting pada balita. Pada

penelitian bivariat ini menggunakan uji spearman rank yang bertujuan

mengetahui hubungan antara dua variabel. (Sugiyono, 2018).


42

Rumus:

6∑2
ρ=1– d
2
n(n −1)
Keterangan :

ρ = nilai korelasi

d2 = selisih setiap pasangam rank

n = jumlah pasangan rank

L. Jalannya Penelitian

1. Tahap Persiapan

a. Konsultasi judul

b. Persiapan surat izin pengambilan data

c. Penyusunan proposal untuk rencana penelitian

d. Seminar penelitian

e. Perbaikan hasil seminar proposal

f. Persiapan perizinan untuk melaksanakan penelitian

g. Persiapan kuesioner sebagai alat ukur serta daftar hadir sebagai

lembar pencatatan data yang telah diperoleh.

h. Melakukan uji validitas

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini dimulai dengan permohonan izin penelitian dan

dilanjutkan dengan penelitian dengan tahap sebagai berikut:


43

a. Peneliti mengurus surat izin penelitian dan diserahkan ke

Kelurahan Jimbung

b. Peneliti membuat undangan untuk mengumpulkan responden

c. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan dilakukan penelitian

kepada responden

d. Peneliti melaksanakan pengumpulan data dengan cara memberikan

kuesioner kepada responden di posyandu balita

e. Peneliti membutuhkan 4 orang untuk membantu penelitian,

diantaranya 2 kader posyandu, dan 2 asisten penelitian yang

sebelumnya telah diberi pengarahan tentang tugas yang diberikan

yaitu membagi kuesioner kepada responden dan membantu

mengukur tinggi badan serta berat badan balita.

f. Mengajarkan cara mengisi kuesioner kepada responden

g. Melakukan pengolahan dan analisa data

M. Etika Penelitian

Masalah etika dalam penelitian keperawatan itu sendiri merupakan hal

yang penting karena berhubungan langsung dengan manusia, oleh karena

itu masalah etika yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu:

1. Lembar persetujuan/Inform Consent

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Peneliti

menjelaskan tujuan dan kemungkinan dampak yang akan terjadi dari

penelitian yang akan dilakukan kepada responden. Responden dapat


44

memutuskan bersedia ataupun menolak untuk menjadi sample

penelitian.

2. Tanpa nama/Anonymity

Anonymity merupakan salah satu jaminan yang diberikan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur.

3. Kerahasiaan / Confidentially

Menurut Notoatmodjo (2012) setiap orang mempunyai hak-hak dasar

individu termasuk privasi dan kebebasan individu dalam memberikan

informasi. Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai

identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup

menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden.

N. Jadwal Penelitian

Terlampir
DAFTAR PUSTAKA

Adinda, P., Kusumastuti., dan Dyah, P. (2022). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi

Kejadian Stunting Pada Anak Balita. Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmu

Keperawatan dan Kebidanan, Vol.13, No.2.

Astutik, M. Rahfiludin, Z. & Aruben, R. (2018). Faktor Risiko Kejadian Stunting

Pada Anak Balita Usia 24-59 Bulan, Jurnal Kesehatan Masyarakat. 6 (1:12356

3346).

Anggriyani, M., Mardiah, W., Hermayanti, Y., Rakhmawati, W., Ramdhanie, G. G.,

& Mediani, H.S. (2021). Faktor Pemberian Nutrisi Masa Golden Age dengan

Kejadian Stunting Pada Balita Di Negara Berkembang. Jurnal Obsesi : Jurnal

Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1764-1776.

Bappenas dan UNICEF.2017. Laporan SDG Tentang Anak-Anak di Indonesia.

Bappenas, (2018). Rencana Aksi Nasional Dalam Rangka Penurunan Stunting,

Rembuk Stunting: Jakarta.

Black, M. M., Walker, S. P., Fernald, L. C. H., Andersen, C. T., Digirolamo, A. M.,

Lu, C., McCoy, D. C., Fink, G., Shawar, Y. R., Shiffman, J., Devercelli, A. E.,

Wodon, Q. T., Vargas-Baron, E., & Gratham McGregor, S. (2017). Early

childhood development coming age: science through the life course. The

Lancet, 389(10064), 77-90.

Candra. Aryu. (2012). Hubungan Underlying Factors Dengan Kejadian Stunting Pada

Anak 1-2 Tahun. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro Semarang.
Christina, L., Monica, P., Evi, E., Dian, F., Pande, P, A., Inge, P., Arti, I., Grace, P.,

Meilinah, H., Esteria, P., Lusiana, D. (2021). Kebutuhan Gizi Seimbang.

Zahir Publishing. Cetakan I. https://books.google.co.id/books?

hl=id&lr=&id=MmdHEAAAQBAJ&oi=fn

&pg=PA51&dq=info:aNMh2zS_b0EJ:scholar.google.com/&ots=_1y7jGfiu

&sig=q9n6kUms9UFWdsl5oqkqvfQfxzE&redir_esc=y#v=onepage&q&f=tre

Darsini, Fahrurrozi, Eko A. C. (2019). Artikel Review Pengetahuan. Jurnal

Keperawatan. Vol.12, No.1.

Enny, F. (2018). Hubungan Tinggi Badan Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita

Usia 24-59 Bulan. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah. Vol 14,

No.1.

Faal., Caroline H.D., Harshpal S. S., Clive, O. (2015). Association Between Maternal

Age At Childbirth And Child And Adult Outcomes In The Offspring:

A Prospective Study in Five Low-Income and Middle-Income Countries

(COHORTS Collaboration). Lancet Global Health 3(7): e3666-e3777.

Gita, E., Rokhaidah. (2022). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

stunting pada balita di Desa Malinan Hilir Kabupaten Malinau Kalimantan

Tahun 2021. Jurnal Media Informasi. Vol.18, No.2.

Irfan, H., Mei, L., Estri, K. (2019). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian

stunting di Indonesia. Journal of Health Science And Prevention. Vol.3, No.2.

Kemenkes RI (2018) ‘Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018’, Kementrian Kesehatan RI,

53(9), pp.1689-1699.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (2021) Mengenal Studi Status Gizi

Indonesia 2021.
Malisa, A. (2020). Determinan Penyebab Kejadian Stunting Pada Balita. Dinamika

Kesehatan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Vol. 13, No.1.

McGuire, M and Beerman, K.A. (2017). Nutritional Sciences From Fundamental to

Food, Enhanced Edition, 3rd ED. Cengage Learning.

Meri, A., Wiwi, M., Yanti, H., Windy, R., Gusgus, G. R., Henny, S. M.(2021). Faktor

Pemberian Nutrisi Masa Golden Age dengan Kejadian Stunting Pada Balita di

Negara Berkembang. Jurnal Obsesi; Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol 5

No.2. Page 1764-1776

Monika, R., & Dwi, E. (2020). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan

Kejadian Stunting Pada Balita. Jurnal Kebidanan.

Notoadmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka cipta:

Jakarta.

Primasari. Y., & Keliat, B.A. (2020). Praktik Pengasuhan Sebagai Upaya Pencegahan

Dampak Stunting Pada Perkembangan Psikososial Kanak-Kanak. Jurnal Ilmu

Keperawatan Jiwa, 3(3), 263-272.

Primastika, N., Lantin., S., dan Iis, R.(2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Stunting Dengan Deteksi Stunting Pada Balita Di Kecamatan

Sawahan. Jurnal Ilmu Keperawatan Anak. Vol. 5, No.2.

Rika, F., Nurmiati, M., dan Arman. (2022). Strategi Penurunan Stunting Di

Kabupaten Sigi. Journal Of Muslim Community Health (JMCH). Vol. 3,

No.4 (193-209)

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan RI tahun 2018. http://www.depkes.go.id/resource/download/

infoterkini/materi_rakorkop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf
Sari, N. K. Z., Mardianti, Br. Barus., Maria, P., dan Lilis N. (2021). Gambaran

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Balita Di Puskesmas Padang Bulan

Selayang II Medan tahun 2021. Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol 6, No 2.

Setyawati, V. A. V and Maryani, S. (2015). Karakter Gizi Remaja Putri Urban dan

Rural di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 11(1), pp 43-52.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Susilowati, E., & Himawati, A. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Gizi Balita Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajah I

Demak. 6(13), 21-25.

Yanti, N. D., Betriana, F. and Kartika, I. R. (2020). Faktor Penyebab Stunting pada

Anak: Tinjauan Literatur. Real in Nursing Journal, 3(1), pp. 1-10


Lampiran 3

KUESIONER PENGETAHUAN IBU TENTANG


KEBUTUHAN GIZI BALITA

Petunjuk pengisian : Berikan tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang ibu anggap benar

1. Makanan dan minuman yang mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh

tubuh yang yang berhubungan dengan kesehatan disebut ....

a. Gizi

b. Air

c. Nasi

d. Kue

2. Makanan yang bergizi adalah ...

a. Makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna

b. Makanan yang mengenyangkan

c. Makanan yang memiliki rasa enak

d. Makanan yang membuat gemuk

3. Kebutuhan nutrisi yang diperlukan balita meliputi ...

a. Protein dan vitamin

b. Karbohidrat, Protein, Vitamin, dan Mineral

c. Karbohidrat dan Protein

d. Vitamin Mineral

4. Salah satu manfaat vitamin A adalah ...

a. Membantu kesehatan mata

b. Membantu pertumbuhan

c. Mencegah sariawan
d. Menjaga kekebalan tubuh

5. Cara untuk mencegah agar balita tidak mudah sakit adalah ...

a. Mengkonsumsi buah dan sayur

b. Minum multivitamin

c. Makan nasi dan lauk

d. Benar semua

6. Zat gizi penghasil tenaga adalah ...

a. Lemak

b. Vitamin

c. Karbohidrat

d. Protein

7. Nasi merupakan contoh makanan yang mengandung ...

a. Vitamin

b. Mineral

c. Karbohidrat

d. Protein

8. Ikan merupakan contoh makanan yang yang mengandung ...

a. Vitamin

b. Mineral

c. Karbohidrat

d. Protein

9. Zat gizi yang terkandung di dalam garam dapur adalah ...

a. Vitamin

b. Mineral
c. Yodium

d. Kalsium

10. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat adalah ...

a. Nasi dan ubi

b. Agar-agar dan jelly

c. Kue kering

d. Yogurt

11. Jeruk dan jambu biji merupakan jenis makanan yang mengandung banyak vitamin ...

a. Vitamin A

b. Vitamin B

c. Vitamin C

d. Vitamin D

12. Omega 3 dan 6 berguna untuk ...

a. Pertumbuhan rambut balita

b. Penambah nafsu makan balita

c. Perkembangan otak balita

d. Penambah tinggi balita

13. Salah satu manfaat makanan bergizi bagi balita adalah untuk kekebalan tubuh yang

berfungsi ...

a. Sebagai pertahanan tubuh dari penyakit

b. Sebagai penambah berat badan

c. Sebagai penambah nafsu makan

d. Sebagai penambah tinggi badan

14. Agar balita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, makanan yang dimakan tidak

boleh hanya sekedar mengenyangkan perut saja. Makanan yang dimakan harus ...
a. Beragam jenisnya, porsinya cukup, higienis dan aman

b. Harus mahal dan bermerk

c. Harus daging sapi

d. Harus yang banyak

15. Sebaiknya anak mulai diberi makanan pendamping ASI saat ...

a. Setelah usia 2 bulan

b. Setelah usia 4 bulan

c. Setelah usia 6 bulan

d. Setelah usia 8 bulan

16. Makanan tambahan pendamping ASI yang baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan balita adalah ...

a. Nasi tim

b. Jajanan

c. Wafer

d. Rainbow cake

17. Agar anak tertarik untuk makan, maka usaha yang dilakukan adalah ...

a. Makanan disajikan dengan menarik

b. Mengajak anak makan di restoran/ diluar

c. Memberikan makan ketika anak lapar

d. Memberi pewarna buatan agar lebih menarik

18. Masa balita merupakan proses pertumbuhan yang pesat, dimana memerlukan ...

a. Kasih sayang

b. Harta melimpah

c. Baju selalu baru

d. Selalu makan enak


19. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita, ibu sebaiknya ...

a. Rutin menimbangkan balita ke posyandu setiap bulan

b. Memberikan makanan siap saji agar anak mau makan

c. Menimbang balita sendiri

d. Periksa saat ibu ingat

20. Kekurangan vitamin D pada balita dapat menyebabkan ...

a. Tulang dan gigi keropos

b. Rabun senja

c. Kulit gelap

d. Kegemukan
Lampiran 1
LAMPIRAN
no Tahun 2022 Tahun 2023
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan judul
penelitian
2 Studi Pendahuluan
3 Penyusunan dan
konsultasi proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Uji validitas dan
reliabilitas
7 Pengolahan dan
analisa data
8 Bimbingan hasil
penelitian
9 Seminar hasil
penelitian
10 Revisi hasil
penelitian
11 Pengumpulan
laporan

Anda mungkin juga menyukai