Disusun oleh :
dr.Maya Budiasih
Pembimbing Internsip :
dr. Akhmad Fuadi
Disusun oleh :
dr. Maya Budiasih
Dokter Pembimbing,
1
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
A. Latar Belakang........................................................................................ 4
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Daftar Masalah ....................................................................................... 7
D. Prioritas Masalah .................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 9
A. Definisi stunting ..................................................................................... 9
B. Epidemiologi stunting............................................................................. 9
C. Penilaian stunting ................................................................................. 11
D. Faktor risiko stunting ........................................................................... 12
E. Dampak stunting ................................................................................... 15
F. Kerangka intervensi stunting di Indonesia............................................. 17
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...................................................... 20
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 20
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 20
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 20
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 21
E. Instrumen Penelitian ............................................................................. 21
F. Variabel Penelitian ................................................................................ 21
G. Definisi Operasional ............................................................................. 21
H. Prosedur Penelitian ............................................................................... 22
I. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 31
2
LAMPIRAN .................................................................................................. 34
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Stunting atau anak pendek merupakan salah satu permasalahan gizi
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 menunjukkan 151 juta
anak balita mengalami stunting, 51 juta balita mengalami gizi kurang, dan 38 juta
pada tahun 2016 terdapat 22,9 persen, atau hampir satu dari empat anak berusia di
bawah lima tahun (balita) mengalami stunting. Lebih dari setengah balita yang
mengalami stunting tersebut tinggal di Benua Asia dan lebih dari sepertiga tinggal
dari 36,8% pada tahun 2010 menjadi 37,2% pada tahun 2013. Selama 20 tahun
Sedangkan menurut hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2015, sebesar 29%
tertinggi angka kejadiannya, yaitu Nusa Tenggara Timur (41,2%), Sulawesi Barat
4
Kalimantan Selatan kasus stunting sempat menurun menjadi 31,1% dan
Tambarangan kasus stunting sebanyak 298 kasus dengan desa Rumintin dan Suato
Suato Tatakan dengan kasus terbanyak yaitu 53 kasus, Desa Suato Tatakan
tentang standar antropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan
dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 Standar Deviasi (SD) sampai
-2 SD. Sangat pendek (severe stunting) adalah keadaan dimana hasil pengukuran
diuraikan menjadi faktor langsung dan tidak langsung. 6Chirande et al. (2015)
menguraikan penyebab stunting menjadi beberapa faktor baik dari faktor orang
tua, faktor anak, dan faktor lingkungan rumah tangga. Orang tua memiliki
mendukung upaya mengatasi masalah gizi pada anak. Mencegah kekurangan gizi
pada anak dimulai dengan ibu. Kesehatan ibu sangat penting untuk masa depan
kesehatan anaknya. Perkembangan seorang anak dalam rahim dipengaruhi jika ibu
5
Banyak faktor yang mempengaruhi stunting¸ di antaranya kurang darah
(anemia) saat kehamilan. Anemia pada ibu hamil, yaitu kadar hemoglobin kurang
dari 11,0 g/dl. Ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi akan berisiko
sembilan kali lebih besar untuk melahirkan BBLR. Anak yang lahir dengan BBLR
akan cenderung mempunyai status gizi kurang yang salah satunya, yaitu status
kembang anak balita yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
Faktor prenatal berasal dari faktor ibu selama hamil (ibu anemia, ibu KEK, gizi
ibu). Faktor perinatal berasal dari faktor anak. Faktor lingkungan pascanatal
meliputi faktor biologi (ras/suku budaya, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
politik).11
sehingga kami mengambil topik ini menjadi topik miniproject kami untuk
membahas lebih jauh mengenai faktor risiko yang menjadi penyebab stunting di
B. Perumusan Masalah
Bagaimana gambaran faktor risiko kesehatan lingkungan pada kejadian
6
C. Daftar Masalah
Berdasarkan data dari Bagian Program Gizi Puskesmas alalak selatan pada
Tahun 2019 didapatkan total kasus stunting 298 kasus dengan alalak selatan dan
pangeran dengan kasus terbanyak yaitu 53 kasus, Desa Suato Tatakan sebanyak
Tambarangan.
D. Prioritas Masalah
Masih banyak kejadian balita stunting di Puskesmas Tambarangan
menunjukkan adanya berbagai penyebab atau fakor risiko yang harus di temukan
dan diselesaikan.
E. Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran faktor risiko kesehatan lingkungan pada kejadian
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Tapin Selatan.
7
2. Bagi Masyarakat
pada kejadian balita stunting dengan tujuan dapat mencegah faktor risiko
tersebut.
3. Bagi Peneliti
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi stunting
Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering)
tentang standar antropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan
dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 Standar Deviasi (SD) sampai
B. Epidemiologi stunting
Stunting merupakan masalah gizi utama yang terjadi pada negara-negara
kelima yang memiliki prevalensi anak stunting tertinggi setelah India, China,
Nigeria dan Pakistan. Saat ini, prevalensi anak stunting di bawah 5 tahun di Asia
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah
satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017
22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun angka
ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting pada
9
tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada tahun 2017, lebih dari setengah balita stunting di
dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya (39%) tinggal di
Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi terbanyak berasal dari Asia
Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data
dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga
10
tahun terakhir, pendek memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan dengan
masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk. Prevalensi balita
pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada
tahun 2017.12
C. Penilaian stunting
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan, dan tebal lemak di bawah kulit. Indeks Antropometri adalah
berdasarkan panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur
(TB/U):5
11
b. Pendek : ambang batas (z score = -3 SD sampai <-2 SD)
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
beberapa kondisi yakni keadaan ibu/wanita usia subur, keadaan bayi, dan
a. Ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) dan menderita anemia,
12
Gambar 4 Bagan Faktor Risiko yang mempengaruhi kejadian stunting14
banyak faktor yaitu faktor lingkungan,faktor keluarga dan anak. Secara garis besar
dapat disimpulkan faktor risiko stunting terdiri dari faktor kehamilan ibu, faktor
Faktor kehamilan ibu adalah faktor risiko stunting fase pertama terjadi pada
saat masa prenatal. Faktor prenatal yang mempengaruhi kejadian stunting meliputi
status gizi ibu yang diukur melalui LILA, penambahan berat badan trimester III,
kadar HB selama kehamilan, serta tinggi badan ibu yang pendek. Kondisi
kesehatan dan status KEK ibu saat hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin selama dikandungan, ibu dengan asupan energy yang rendah
saat hamil, dapat diikuti pula dengan supan yang di terima janin. Status KEK yang
diukur dengan LILA ini perlu di perhatikan dan dicermati pada masa sebelum
kehamilan dan usia subur agar proses kehamilan aman dan tidak beresiko.
13
Penambahan berat badan saat hamil merupakan faktor penting dalam
perkembangan fisik janin, karna hal tersebut berhubungan dengan jumlah asupan
makanan yang diterima janin. Penelitian yang dilakukan oleh Y.Jiang, (2014)
dimana usia diatas 35 tahun saat hamil memiliki resiko melahirkan anak stunting
2,74 kali dibanding ibu yang melahirkan pada usia 25-35 tahun. Kehamilan
dengan umur kehamilan 20-35 tahun merupakan masa aman karena kematangan
Faktor anak meliputi kondisi pada bayi yang lahir dengan BBLR, sejak
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dari bayi yang dilahirkan
normal dan sering gagal menyusul tingkat pertumbuhan yang seharusnya dicapai
pada usianya setelah lahir. Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting
menderita hipotermia. Tumbuh kembang anak yang mium ASI lebih baik, karena
penghasilan yang berkaitan dengan kejadianm stunting, maka perbaikan gizi akan
yang lebih tinggi dan ayah akan lebih mendapat perhatian gizi anak. Ibu yang
14
anak. Pekerjaan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas dan
demikian terdapat asosiasi antara pendapatan dengan gizi. Pola makan pada balita
sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita, karena dalam
makanan banyak mengandung gizi. Jumlah anak pada keluarga yang mampu atau
diterima anak terlebih lagi jika jarak terlalu dekat. Asuhan anak atau interaksi ibu
dan anak terlihat erat sebagai indikator kualitas dan kuantitas peranan ibu dalam
mengasuh anak. Peran ibu dalam keluarga mempunyai peranan besar dalam
menanamkan kebiasaan makan anak. Pola asuh pada anak merupakan salah satu
dalam menimbulkan penyakit. Akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi
yang buruk dapat meningkatkan kejadian penyakit infeksi yang dapat membuat
infeksi. Penelitian Van der Hoek, (2002), yang menyatakan bahwa anak-anak
yang berasal dari keluarga yang mempunyai fasilitas air bersih memiliki
prevalensi diare dan stunting lebih rendah dari pada anak-anak dari keluarga yang
E. Dampak stunting
15
kesehatan pada anak. Studi terkini menunjukkan anak yang mengalami stunting
berkaitan dengan prestasi di sekolah yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah
dan pendapatan yang rendah saat dewasa. Anak yang mengalami stunting
memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak
sehat dan miskin. Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan
Tidak Menular (PTM) serta peningkatan risiko overweight dan obesitas. Keadaan
yang pada masa balitanya mengalami stunting memiliki tingkat kognitif rendah,
panjang terhadap mutu sumberdaya (Brinkman et al. 2010; Martorell et al. 2010).
(Martorell et al. 2010). Penelitian lain menunjukkan anak (9-24 bulan) yang
stunting selain memiliki tingkat intelegensi lebih rendah, juga memiliki penilaian
16
F. Kerangka intervensi stunting di Indonesia
(SUN) diluncurkan dengan prinsip dasar bahwa semua penduduk berhak untuk
memperoleh akses ke makanan yang cukup dan bergizi. Pada 2012, Pemerintah
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Intervensi Gizi
Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka pertama adalah Intervensi Gizi
Spesifik. Ini merupakan intervensi yang ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari
kesehatan. Intervensi ini juga bersifat jangka pendek dimana hasilnya dapat
dicatat dalam waktu relatif pendek. Kegiatan yang idealnya dilakukan untuk
utama yang dimulai dari masa kehamilan ibu hingga melahirkan balita:20
I. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Hamil. Intervensi ini meliputi
kecacingan pada ibu hamil serta melindungi ibu hamil dari Malaria.
II. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 0-6
17
inisiasi menyusui dini/IMD terutama melalui pemberian ASI
III. Intervensi Gizi Spesifik dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 7-
kedua adalah Intervensi Gizi Sensitif. Kerangka ini idealnya dilakukan melalui
70% Intervensi Stunting. Sasaran dari intervensi gizi spesifik adalah masyarakat
secara umum dan tidak khusus ibu hamil dan balita pada 1.000 Hari Pertama
melalui beberapa kegiatan yang umumnya makro dan dilakukan secara lintas
18
7) Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada
remaja.
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia sebagai bagian dari upaya nasional untuk
BAB III
METODE PENELITIAN
19
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan rancangan
Masa, Timbaan, Cempaka, Tandui dan Desa Hatiwin. Waktu Penelitian ini
1. Populasi
penilaian status gizi anak hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U)
atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 Standar Deviasi
(SD) sampai -2 SD. Sangat pendek (severe stunting) adalah keadaan dimana
2. Sampel
Sampel penelitian ini diambil dari populasi dengan besar sampel minimal 30
orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini diambil secara Purposive
Sampling, sehingga sampel pada penelitian ini ialah balita penderita stunting.
20
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan individu dengan
kejadian stunting. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah hasil kuesioner yang
F. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
lingkungan.
2. Variabel terikat
G. Definisi Operasional
21
2. Higiene perorangan adalah tingkat kebersihan individu/responden dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Pengukuran dilakukan dengan sistem
skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 7 buah. Jawaban A diberi
nilai 3, jawaban B diberi nilai 2 dan jawaban C diberi nilai 1. Berdasarkan
jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 21 dan skor terendah adalah 7.
Berdasarkan skoring maka sanitasi lingkungan dikategorikan menjadi : 1.
Buruk : jika responden mendapat nilai ≤13; 2. Baik : jika responden mendapat
nilai >13.
3. Penyediaan air bersih adalah keadaan penggunaan dan pengolahan air bersih
untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Pengukuran dilakukan dengan sistem
skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 7 buah. Jawaban A diberi
nilai 2 dan jawaban B diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka
skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 7. Berdasarkan scoring
maka sanitasi lingkungan dikategorikan menjadi : 1. Buruk : jika responden
mendapat nilai ≤10; 2. Baik : jika responden mendapat nilai >10.
4. Ketersediaan Jamban adalah ada tidaknya sarana pembuangan air besar bagi
keluarga yang memenuhi syarat kesehatan. Pengukuran dilakukan dengan
sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan ada 7 buah. Jawaban A
diberi nilai 2 dan jawaban B diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan
maka skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 7. Bila keluarga
responden tidak memiliki jamban maka responden mendapat skor terendah
yaitu 7. Berdasarkan scoring maka sanitasi lingkungan dikategorikan menjadi
: 1. Buruk : jika responden mendapat nilai ≤10; 2. Baik : jika responden
mendapat nilai >10.
H. Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan data mengenai masalah apa saja yang terjadi di Puskesmas
Tambarangan.
2. Pemilihan masalah yang akan dijadikan topik pada miniproject kali ini.
22
4. Persiapan penelitian dengan pengurusan perizinan di Puskesmas
dengan kode berupa angka kemudian dimasukan dalam lembaran tabel kerja
5. Cleaning, yaitu memeriksa kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak, atau membuang data yang sudah tidak dipakai.
23
BAB IV
Lingkungan pada Kejadian Balita Stunting di Desa Suato Tatakan pada Bulan
dalam penelitian ini dengan analisis univariat. Analisis univariat digunakan untuk
24
B. Faktor Risiko Higiene Perorangan
hiegene perorangan yang buruk sebanyak 0% dan hiegene perorangan yang baik
sebanyak 100%. Hal ini menunjukan bahwa faktor hiegene perorangan di Desa
penyediaan air bersih yang buruk sebanyak 56,2% dan penyediaan air bersih yang
baik sebanyak 43,8%. Untuk mencegah terjadinya penyakit maka air bersih harus
harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari
sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air
dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air
harus di masak. Pada penelitian kali ini penyediaan air bersih di desa suato tatakan
termasuk buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian Titaley et al, yang menyatakan
25
akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang buruk dapat meningkatkan
Van der Hoek, menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang
mempunyai fasilitas air bersih memiliki prevalensi stunting lebih rendah dari pada
ketersediaan jamban yang buruk sebanyak 9,4% dan ketersediaan yang baik
sebanyak 90,6%. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik pada jamban memenuhi
syarat kesehatan. Akan tetapi ketersediaan jamban di Desa Suato Tatakan masih
tergolong baik.
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Jovana Dodos dkk pada tahun 2017,
Pada penelitian di Desa Suato Tatakan faktor penyediaan air bersih yang buruk
memiliki nilai 56,2%, dan menurut jurnal tersebut pengaruh dari ketersediaan air
26
bersih sebesar 40%, sanitasi lingkunan sebesar 16,7%, higiene lingkungan sebesar
6,7%, dan untuk perilaku higiene berpengaruh sebesar 36,7%. Pengelolaan limbah
yang tidak memadai, akses air yang kurang aman, pasokan air yang tidak
memadai, dan perilaku higiene yang buruk secara konsisten diidentifikasi sebagai
salah satu penyebab utama kekurangan gizi di 12 studi yang dilakukan oleh
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lisa Cameron,
Manisha Shah dan Susan Olivia di 8 kabupaten di Jawa Timur yaitu Probolinggo,
tahun 2013 yang melakukan intervensi dengan membangun jamban sehat dan
peningkatan angka pertumbuhan berat badan dan tinggi badan anak pada
Berdasarkan jurnal Maternal & Child Nutrition pada tahun 2016 yang
ditulis oleh Oliver Cumming dan Sandy Cairncross, akses air, sanitasi lingkungan,
dan higiene yang baik memberikan pengaruh yang besar terhadap kesehatan.
lingkungan, dan higiene membawa dampak positif yang signifikan terhadap anak-
anak dengan gizi kurang. Ketersediaan air bersih, sanitasi lingkungan, dan
komprehensif.23
27
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa :
buruk di Desa Suato Tatakan sebanyak 9,4% dan sanitasi lingkungan yang
buruk di Desa Suato Tatakan sebanyak 56,2% dan penyediaan air bersih
buruk di Desa Suato Tatakan sebanyak 9,4% dan ketersediaan yang baik
sebanyak 90,6%.
B. Saran
1. Peneliti
28
b. Lebih sering berinteraksi dengan masyarakat untuk menindak lanjuti
2. Puskesmas
29
DAFTAR PUSTAKA
4. Bloem MW, Pee SD, Hop LT, Khan NC, Laillou A. et al. Key
strategies to further reduce stunting in Southeast Asia: Lessons from the
ASEAN countries workshop. Food and utrition Bulletin: 2013:34:2.
10. Sutan, Rosnah. Mazlina M. Mahat AN. Tamil AM. Determinant of Low
Birth Weight Infants: A Matched Case Control Study. Open Journal of
Preventive Medicine. 2014; 4: 91-9.
11. UNICEF. 2014. The State of the World‟s Children 2014 in Numbers.
Everychild Counts: Revealing Disparities, Advancing Children‟s Rights.
New York. USA www.unicef.org/publications. Diakses 2 Februari 2020.
30
12. Kementerian Kesehatan. Buletin Jendela Data dan informasi kesehatan
Situasi Balita pendek (stunting) di Indonesia. Pusat Data dan Informasi.
2018.
15. Apriningtyas VN, Kristini TD. Faktor Prenatal yang Berhubungan dengan
Kejadian Stunting Anak Usia 6-24 Bulan. Jurnal Kesehatan MAsyrakat
Indonesia. 2019; 14(2): 13-17.
17. Putri TA. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Usia 25-59 Bulan
Di Wilayah Puskesmas Kotagede I Kota Yogyakarta Tahun 2018[skripsi].
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta. 2018.
31
21. Dodos J, Blanche M, Jean L, Mathias A, Myriam A. Relationship between
water, sanitation, hygiene and nutrition: what do NCA links say nutrition
causal analysis?. Waterlines, Vol. 36 (4). 2017; 286-287.
23. Cumming O, Sandy C. Can Water, Sanitation, and Hygene help eliminate
stunting? Current Evidence and Policy Implications. Maternal & Child
Nutrition, Vol. 12 (1), 2016; 91-105.
32
LAMPIRAN
Sanitasi Lingkungan
1. Dimanakah Ibu dan keluarga A. Tong sampah/lobang sampah
membuang sampah? B. sembarang tempat
2. Apakah rumah Ibu memiliki A. Ya
saluran air limbah? B. Tidak
33
15. Darimanakah ibu memperoleh air A. Air PAM/sumur pompa
untuk keperluan masak? B. Sumur gali
16. Apakah sumber air tersebut juga A. Tidak
dipergunakan oleh keluarga lain? B. Ya
17. Apakah air yang dikonsumsi A. Tidak (jernih)
berwarna? B. Ya (agak keruh)
18. Apakah air yang dikonsumsi A. Tidak (tawar)
berasa? B. Ya
19. Apakah air yang dikonsumsi A. Tidak
berbau? B. Ya
34
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan
35
36