Anda di halaman 1dari 17

“ UPAYA PENANGGULANGAN KASUS

STUNTING DALAM UPAYA


PENINGKATAN CAKUPAN TIMBANG
BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS
ALALAK SELATAN

Dipresentasikan Oleh: dr. Rahmadi


Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader kesehatan
yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan
Posyandu mempunyai peran penting sebagai salah satu kegiatan sosial bagi ibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang anak
terutama pada masa bayi dan Masa bayi dan merupakan masa 1000 hari pertumbuhan anak yang memiliki peranan penting.
Periode 1000 hari pertama sering disebut periode emas (golden age) yaitu masa sejak anak dalam kandungan sampai anak
berusia dua tahun.

Pelayanan posyandu Bertujuan untuk deteksi dini tumbuh


kembang
Titik kritis yang harus diperhatikan selama periode 1000 hari pertama kehidupan yaitu,
periode dalam kandungan 280 hari, usia 0-6 bulan 180 hari, usia 6-8 bulan 60 hari, usia 8-12
bulan 120 hari, dan usia 12-24 bulan 360 hari. Pada periode ini terjadi pertumbuhan otak
yang sangat pesat, yang mendukung seluruh

 proses pertumbuhan anak dengan sempurna. Periode ini penting karena kurang gizi pada
periode emas tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya
 Pemantauan pertumbuhan anak dapat melalui penimbangan bayi dan yang dilakukan secara berkala pada setiap
bulannya akan dicatat pada sistem Kartu Menuju Sehat (KMS).
 Pemantauan berat badan balita akan berhasil dengan baik apabila ada partisipasi aktif dari masyarakat yang
ditandai dengan tingkat kehadiran ibu menimbangkan anaknya di posyandu.
 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi:
 1) umur balita dapat mempengaruhi partisipasi, hal ini disebabkan ibu bayi dan merasa bahwa anaknya sudah
berumur 9 bulan yang sudah mendapatkan imunisasi lengkap tidak perlu lagi datang ke posyandu,
 2) jumlah anak, semakin banyak anggota keluarga, seorang ibu akan sulit mengatur waktu untuk hadir di
posyandu, karena waktu akan habis untuk memberi perhatian dan kasih sayang untuk mengurus anak-anaknya
dirumah,
 3) tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya untuk menyerap dan memahami pengetahuan gizi,
pendidikan dalam keluarga sangat diperlukan, hal ini terkait dengan informasi tentang kunjungan ibu balita ke
posyandu dan rendahnya tingkat pendidikan erat kaitannya dengan perilaku ibu dalam memanfaatkan sarana
kesehatan
 4) pengetahuan ibu, pengetahuan yang dimiliki seseorang akan membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu
perilaku dalam kehidupan sehari-hari seperti hadir di posyandu.
 5) pandemi covid 19, ibu jadi takut untuk membawa anak ke puskesmas
Status gizi adalah keadaan kesehatan
individu-individu atau kelompok-
kelompok yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi
yang diperoleh dari pangan dan makanan
yang dampak fisiknya diukur secara
antropometri Status gizi merupakan
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat gizi
“ Empat masalah gizi kurang yang mendominasi
di Indonesia,

1. Kurang Energi Protein (KEP)


2. Anemia Defisiensi Besi
3. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

4. Kurang Vitamin A (KVA)
Klasifikasi KEP menurut
Gomes
Berdasarkan penilaian Z-skor adalah sebagai berikut :
Kategori derajat BB/U (%)  
KEP
0 = normal > 90 BB/ U ( Berat bada menurut Umur berdasarkan Z-Score )

1 = ringan 89 – 75
 
Gizi buruk ; <- 3 SD
2 = sedang 74 – 60
 
3 = berat < 60
Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD

   
a. Menurut Depkes RI pada tahun 2005 Paremeter BB/TB Gizi baik : -2 SD sampai +2 SD
 
berdasarkan Z- Score diklasifikasikan menjadi :3
Gizi lebih ; > +3 SD
1) Gizi Buruk (Sangat Kurus) ; <-3 SD
 
 
TB/ U ( Tinggi badan menurut Umur berdasarkan Z-Score)
2) Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD
   
Normal : > -2 SD
3) Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD
   
Rendah : <-2 SD
4) Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD
Hubungan Penimbangan Berat Badan dengan Status Gizi

 Pada hasil penelitian Zahraini juga menunjukkan ada hubungan bermakna antara keteraturan
menimbang berat badan balita dengan status gizi berdasarkan indikator BB/U. Terlihat bahwa ibu
yang menimbang berat badan balitanya secara teratur memiliki (76,9%) balita dengan status gizi
normal berdasarkan indikator BB/TB. Namun terdapat (21,5%) balita dengan status gizi kurus
berdasarkan indikator BB/TB, (13,8%) balita dengan status gizi kurang berdasarkan indikator
BB/U dan (18,5%) balita dengan status gizi pendek berdasarkan indikator TB/U, meskipun sudah
menimbang berat badan secara teratur. Hasil ini menunjukkan tidak adanya kecendrungan positif
maupun negatif, artinya ibu yang menimbang berat badan balitanya secara teratur masih memiliki
balita dengan gizi normal dan kurus. Hal ini dapat disebabkan karena perubahan konsumsi
makanan atau karena gangguan kesehatan serta kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat
penimbangan bila dilihat dari masih terdapatnya ibu dengan pendidikan rendah
Tabel 2.2 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Puskesmas Alalak
Selatan Tahun 2019

No. UKM PENGEMBANGAN SATUAN SASARAN TARGET CAPAIAN

  UPAYA PERBAIKAN     T % H %
GIZI
MASYARAKAT
1. Cakupan balita di Balita 1964 1591 80% 1528 77,80%
Timbang
2. Cakupan balita yang Balita 1964 1964 100% 1817 92.52%
mempunyai KMS
3 Cakupan balita yang            
ditimbang NAIK berat Balita 1453 1221 80% 1258 86.58%
badannya (N/D)
4 Cakupan balita ditimbang yang            
tidak Balita 1453 122 8% 157 10.81%
naik berat badannya
5 Cakupan balita ditimbang            
yang tidak naik berat
Balita 1453 32 2% 57 3.92%
badannya 2
Kali

6 Cakupan Balita Balita 393 159 8% 34 8.65%


Stunting
Tabel 2.3 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Puskesmas
Alalak Selatan Tahun 2020
No. UKM PENGEMBANGAN SATUAN SASARAN TARGET Jan Feb Mar Apr Mei Jun CAPAIAN

  UPAYA     T %             H %
KESEHATAN
JIWA

  Cakupan balita di Balita 1964 1591 80% 1505 1821 1409 1104 1166 1166 1362 69%
timbang
  Cakupan balita yang Balita 1964 1989 100% 1828 1822 1837 1854 1839 1839 1837 94%
mempunyai KMS
  Cakupan balita yang                        
ditimbang NAIK
Balita 1453 1221 80% 1232 1396 1160 834 990 990 1100 76%
berat badannya (N/D)

  Cakupan balita                        
ditimbang yang tidak
Balita 1453 122 8% 273 425 677 270 54 176 313 22%
naik berat
badannya

  Cakupan balita                        
ditimbang yang tidak
Balita 1453 32 2% 34 31 26 29 13 7 23 2%
naik berat
badannya 2 kali

  Cakupan Balita Balita 393 159 8% 59 39 59 38 3 4 59 15%


Stunting
Tujuan Umum dan Tujuan Khusus
 

Tujuan Umum Tujuan Khusus

 Tujuan dibuat inovasi ini untuk  Melakukan deteksi dini atau pencegahan stunting
melakukan penimbangan ke rumah untuk terhadap bayi dan agar tidak terjatuh ke dalam gizi
bayi dan yang tidak melakukan kurang apalagi gizi buruk
penimbangan ke posyandu ataupun  Memberikan edukasi mengenai stunting bagi bayi
fasilitas kesehatan lainnya yang ada di dan kepada ibunya
daerah dekat rumah masing-masing setiap  Meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya
bulannya dalam upaya deteksi dini penimbangan berat badan
stunting  Melakukan pendeketan kepada ibu bayi dan agar
selalu memperhatikan makanan si buah hati
 Mengontrol pertumbuhan anak dengan
penimbangan setiap bulannya 
 Mengajak RW, RT dan kader berperan serta dalam
kunjungan rumah pada ibu bayi dan yang tidak
melakukan penimbangan berat badan
Perencanaan & Intervensi
No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan
1. Sosialisasi kepada staf Puskesmas tentang Memperkenalkan kepada staf Puskesmas tentang inovasi
kegiatan INOVASI BANTU DETEKSI DINI ANAK STUNTING DENGAN
AJAK KADER LAKUKAN UPAYA TIMBANG KE
RUMAH
PUSKESMAS ALALAK SELATAN dan
meminta kerjasama staf untuk mensukseskan
kegiatan ini.

2. Pemilihan diambil wilayah posyandu yang Target yang diambil pada ibu yang memiliki bayi dan
memiliki sasaran tinggi tetapi capaian baduta yang berusia 0-24 bulan yang tidak mengikuti
targetnya rendah yang akan didampingi penimbangan berat badan pada bulan itu.
untuk memantau
pertumbuhan bayi dan baduta.

3. Pembentukan tim Memilih staf Puskesmas yang akan masuk ke dalam


pendamping. pendamping ibu yang memiliki bayi dan baduta yang
tidak mengikuti penimbangan berat badan dalam
kegiatan. 1 posyandu akan didampingi oleh satu tim. Satu
tim terdiri dari 2 orang staf Puskesmas, RW, RT setempat
dan 5 kader yang telah ditunjuk dari masyarakat oleh
masyarakat untuk masyarakat.
4. Sosialisasi kegiatan Melakukan sosialisasi di wilayah kerja 6. Pendampingan pada ibu yang Pendampingan kepada 5 orang pasien akan
puskesmas marabahan dengan mempunya bayi dan baduta. dilakukan setiap bulan. Setiap tim
mengunjungi RW, RT beserta kader- akan mengatur hari kunjungan dengan
kader setempat dan dilakukan
pembinaan serta group whatsApp
untuk memantau kinerja yang telah     pasiennya. Saat kunjungan anggota tim
dilakukan karena bagaimana pun orang masing-masing bertugas sebagai, penyuluh
yang paling dekat dengan warganya kesehatan, pengaturan nutrisi makanan
adalah RW/RT pada bayi dan baduta, penimbangan berat
bahkan kadernya sendiri. badan dan
pemeriksaan status gizi bayi dan baduta.

5. Pelatihan singkat tentang Penggagas terbentuknya kegiatan


cara melaksanakan kegiatan. INOVASI ini memberikan pelatihan 7. Pembuatan grup whatsapp Pembuatan grup ini dilaksanakan untuk
singkat kepada tim. Pada kesempatan baik antara menjangkau atau tetap memantau
ini staff puskesmas dan kader masing- 1. Pemegang program dan pertumbuhan bayi dan baduta diwilayah
masing posyandu akan diberikan kader kader kerja masing-masing sehingga terbuatlah
pengarahan. 2. Kader-kader, RW dan RT kerjasama yang efektif dan komunikasi
serta warganya yang lancar
PEMBAHASAN  
Monitoring dan
Pelaksanaan
Evaluasi

Jadwal sesuai kesiapan Monitoring pelaksanaan dan evaluasi perencanaan dapat


Puskesmas Alalak Selatan dilakukan tiap akhir tahun, Dilakukan rencana tindak
dan terkendalinya pandemi lanjut jika ditemui masalah dalam pelaksanaan kegiatan.
Covid-19 Laporan pelaksanaan pemberdayaan kelompok
masyarakat terkait program kesehatan perbaikan gizi
masyarakat direkap untuk penghitungan penilaian kinerja
puskesmas serta dianalisa, ditulis hambatan yang terjadi
dan di tindak lanjuti. Kemudian di rekap bila tidak
tercapai diidentifikasi
Kesimpulan
 Posyandu merupakan salah satu upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat, yang dilaksanakan
oleh kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Posyandu mempunyai peran
penting sebagai salah satu kegiatan sosial bagi ibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang anak terutama
pada masa bayi. Jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup; penimbangan
berat badan dan pengukuran panjang badan/tinggi badan, penentuan status pertumbuhan. Penimbangan
berat badan bayi tersebut biasanya dilakukan di posyandu dengan bantuan petugas kesehatan maupun
kader-kader setempat yang mana hasil dari penimbangan ini akan dicatat didalam Kartu Menuju Sehat
(KMS) balita. Jika anak kurang gizi, maka anak tidak cerdas karena pertumbuhan otak terhambat, anak
berpotensi menjadi pendek (stunting) karena pertumbuhan jasmani terhambat, anak akan menjadi lemah
dan mudah sakit, dan anak akan sulit mengikuti pelajaran saat bersekolah. Masa ini sering juga disebut
sebagai fase “Golden Age”, yaitu suatu masa yang sangat penting terutama untuk pertumbuhan fisik.
Pada masa ini 90% sel-sel otak individu tumbuh dan berkembang.

Anda mungkin juga menyukai