Anda di halaman 1dari 10

Tugas Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak

“Analisis Kejadian Stunting dan Dampak Yang Ditimbulkan”

DISUSUN OLEH
Annisa Wahyuni (1920322011)

Dosen Pembimbing
Dr. Asrawati Nurdin, SpA, M.Biomed

PROGRAM STUDI MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang mana telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Maka dalam kesempatan
ini penulis menguturkan rasa hormat dan terimakasih kepada bapak Kamal Kasra,
SKM, MQIH yang telah memberikan ilmu terkait dalam pembuatan makalah ini.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dengan judul “Analisis Perubahan
Perilaku Orang Tua Terhadap Pembatasan Pemberian Gadget Pada Anak” guna
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosio Antropologi Perilaku dan Kesehatan.
Dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima saran, kritik, dan masukan yang membangun guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Padang, Desember 2019

Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2

1.1 Latar Belakang..........................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................6

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................6

1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8

2.1 xxxx................................................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................9

3.1 xxxx................................................................................................................9

BAB IV PENUTUP..............................................................................................10

4.1 KESIMPULAN.......................................................................................10

4.2 SARAN...................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Prevalensi stunting di Indonesia menempati peringkat kelima terbesar di


dunia.1 Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
prevalensi stunting dalam lingkup nasional sebesar 37,2 persen, terdiri dari
prevalensi pendek sebesar 18,0 persen dan sangat pendek sebesar 19,2 persen. Hal
ini menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi stunting dibandingkan tahun 2010
(35,6 persen) dan tahun 2007 (36,8 persen). Prevalensi stunting di Provinsi
Sumatera Barat menurut data Riskesdas tahun 2013 sebesar 39,2 persen, terdiri
dari prevalensi pendek sebesar 20,8 persen dan sangat pendek sebesar 18,4 persen.
Prevalensi stunting tersebut menunjukkan terjadi peningkatan yang signifikan
dibandingkan tahun 2010 (32,7 persen) dan tahun 2007 (26,5 persen). Prevalensi
stunting di Provinsi Sumatera Barat berada di atas prevalensi stunting nasional.2,3
Masalah kurang gizi dan stunting merupakan dua masalah yang saling
berhubungan. Stunting pada anak merupakan dampak dari defisiensi nutrient
selama seribu hari pertama kehidupan. Hal ini menimbulkan gangguan
perkembangan fisik anak yang irreversible, sehingga menyebabkan penurunan
kemampuan kognitif dan motorik serta penurunan performa kerja.
Anak stunting memiliki rerata skor Intelligence Quotient (IQ) sebelas poin
lebih rendah dibandingkan rerata skor IQ pada anak normal. Gangguan tumbuh
kembang pada anak akibat kekurangan gizi bila tidak mendapatkan intervensi
sejak dini akan berlanjut hingga dewasa.3,4 Stunting pada balita perlu
mendapatkan perhatian khusus karena dapat menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan status kesehatan pada anak. Studi
terkini menunjukkan anak yang mengalami stunting berkaitan dengan prestasi di
sekolah yang buruk, tingkat pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah
saat dewasa. Anak yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar
tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat dan miskin.
Stunting pada anak juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan
anak terhadap penyakit, baik penyakit menular maupun Penyakit Tidak Menular

2
(PTM) serta peningkatan risiko overweight dan obesitas. Keadaan overweight dan
obesitas jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit degeneratif. Kasus
stunting pada anak dapat dijadikan predictor rendahnya kualitas sumber daya
manusia suatu negara. Keadaan stunting menyebabkan buruknya kemampuan
kognitif, rendahnya produktivitas, serta meningkatnya risiko penyakit
mengakibatkan kerugian jangka panjang bagi ekonomi Indonesia.4, 5
Keadaan pendek (stunting) menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar
antropometri penilaian status gizi anak adalah suatu keadaan dimana hasil
pengukuran Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) berada di antara -3 Standar Deviasi (SD) sampai -2 SD. Sangat
pendek (severe stunting) adalah keadaan dimana hasil pengukuran PB/U atau
TB/U di bawah -3 SD.6
Penelitian Ramli, et al. (2009) menunjukkan prevalensi stunting dan
severe stunting lebih tinggi pada anak usia 24-59 bulan, yaitu sebesar 50 persen
(stunting) dan 24 persen (severe stunting).7 Beberapa program pemerintah dalam
menyelesaikan masalah kurang gizi dan stunting. Perbaikan gizi dan penurunan
angka prevalensi stunting pada anak bawah dua tahun (baduta) dari 32,9 persen
pada tahun 2013 menjadi 28,0 persen pada tahun 2019 menjadi salah satu prioritas
pembangunan nasional seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.8 Penurunan prevalensi
kejadian balita pendek (stunting) juga merupakan salah satu prioritas
pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019.9
Berdasarkan data Riskesdas 2013, Kota Padang merupakan salah satu kota
di Provinsi Sumatera Barat yang tengah menghadapi masalah kesehatan
masyarakat yang berat dalam kasus balita stunting. Hal ini disebabkan prevalensi
stunting di Kota Padang berada pada rentang 30-39 persen, yaitu sebesar 33,7
persen.2 Hal ini menjadi catatan dan tugas berbagai lapisan dan sektoral guna
memperbaiki setidaknya mengurangi kejadian stunting pada anak, terutama
pentingnya peran dari tenaga kesehatan dan akademisi di bidang kesehatan untuk
menemukan penyebab masalah dan melakukan analisa solusi perbaikan. Sehingga
kami dari kelompok tiga tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai

3
permasalah stunting yang terjadi serta dampak yang ditimbulkan guna
menemukan solusi dan rekomendasi penyelesaian masalah dari sisi ilmu
kesehatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis menetapkan rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini yaitu Analisis kejadian stunting beserta
dampak yang ditimbulkan ?

1.3 Tujuan Penulisan disesuaikan dengan pembhsan dan tinjauan


pstaka
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penulisan makalah
ini adalah:
1. Mengetahui gambaran kasus atau kejadian stunting
2. Mengetahui dampak serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan
terhadap kejadian stunting

1.4 Manfaat Penulisan


Pembahasan dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dan manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada
kajian ilmu manajemen kesehatan ibu dan anak, serta menjadi bahan referensi
terkait dengan pentingnya mengetahui persoalan stunting beserta dampak yang
ditimbulkan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 xxxx

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 xxxx

6
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.2 SARAN

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNPPK). 100 kabupaten/ kota


prioritas untuk intervensi anak kerdil (stunting). Jakarta:TNPPK; 2017.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset


kesehatan dasar (Riskesdas). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI; 2013.

3. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 39


tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaran program Indonesia sehat. Jakarta:
Kemenkes RI; 2016.

4. Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et al. Pendek (stunting)
di Indonesia, masalah dan solusinya. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes;2015.

5. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Perencanaan Pembangunan


Nasional.Rencana aksi nasional pangan dan gizi 2006-2010. Jakarta; 2007.

Anda mungkin juga menyukai