Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Di indonesia kuliner sudah menjadi hal yang umum kita jumpai di berbagai tempat.
Mulai dari restoran, cafe, sampai pedagang kaki lima sudah menjamur di setiap tempat.
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan. Masakan tersebut berupa lauk-pauk,
makanan (penganan), dan minuman. Setiap daerah di indonesia memiliki cita rasa dan ciri
khas tersendiri, oleh sebab itu kuliner khas indonesia sangat beragam. Kuliner merupakan
sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan. Karena setiap orang memerlukan makanan
yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan
yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan pengolahan yang serba enak.

Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting didalam kehidupan manusia, dimana
makanan berfungsi memberikan tenaga atau energi panas pada tubuh, membangun jaringan-
jaringan tubuh yang baru, pengatur dan pelindung tubuh terhadap penyakit, serta sebagai
sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia. Makanan yang menarik, nikmat
dan tinggi gizinya, tidak akan berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi
(Anwar,1990)

Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan, maka
perlu diadakan pegawasan terhadap hygiene dan sanitasi makanan dan minuman utamanya
adalah usaha diperuntukkan untuk umum seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang
kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam
penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004).

Agar masyarakat terhindar dari makanan dan minuman yang dapat membahayakan
kesehatan, maka pemerintah menetapkan standar dan persyaratan agar makanan dan
minuman layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat hal ini dinyatakan dalam undang-
undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan pasal 21 ayat 1 yaitu : “pengamanan makanan
dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman
yang tidak memenuhi standar atau persyaratan kesehatan”, (Depkes RI, 1992).
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pedangang kaki lima adalah salah satu penjaja
kuliner yang banyak tersebar diberbagai tempat. Pedagang Kaki Lima menurut Kamus
Bahasa Indonesia Kontemporer (1991), adalah pedagang yang menjual barang dagangannya
di pinggir jalan atau di dalam usahanya menggunakan sarana dan perlengkapan yang mudah
dibongkar pasang atau dipindahkan serta memempergunakan bagian jalan atau trotoar,
tempat-tempat yang tidak diperuntukkan bagi tempat untuk berusaha atau tempat lain yang
bukan miliknya. Pedagang kaki lima kuliner adalah pedagang kaki lima yang menjual produk
berupa makanan, cemilan, dan minuman.

Pedagang kaki lima kuliner merupakan tempat untuk membantu masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak dapat terpisahkan, disamping memberikan
pelayanan yang praktis dan cepat adalah salah satu alasan masyarakat suka mengkonsumsi
makanan yang siap saji yang disediakan oleh pedagang makanan kaki lima. Keterbatasan
waktu untuk mengolah makanan karena padatnya aktivitas sehari-hari adalah alasan lain
mengapa masyarakat lebih suka memilih untuk membeli makanan ditempat pedagang
makanan terutama pedagang kaki lima (Depkes RI, 2003).

Akan tetapi pedagang makanan misalkan pedagang kaki lima yang menyediakan
bermacam-macam makanan tidak menjadi jaminan kualitas makanan itu baik. Kontaminasi
dapat terjadi setiap saat, salah satunya dari peralatan makan yang digunakan tidak memenuhi
syarat kesehatan. Di indonesia peraturan telah dibuat dalam bentuk permenkes RI no.
715/Menkes/SK/V/2003, bahwa untuk persyaratan peralatan makan tidak boleh bakteri lebih
dari 100 koloni/cm2 permukaan alat dan tidak mengandung E.coli (Depkes RI, 2003).

Peran peralatan makan dalam pedagang kaki lima merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari prinsip-prinsip penyehatan makanan (food hygiene). Menurut Djajadiningrat
(1989) “Setiap peralatan makan (piring, gelas, sendok) yang kelihatan bersih belum
merupakan jaminan telah memenuhi persyaratan tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan
alat makan (piring, gelas, sendok) tersebut tidak memenuhi kesehatan. Untuk itu pencucian
peralatan sangat penting diketahui secara mendasar, dengan pencucian secara baik akan
menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula. Dengan menjaga kebersihan peralatan
makan (piring, gelas, sendok), berarti telah membantu mencegah pencemaran atau
kontaminasi makan yang dikonsumsi”.

Dari berbagai pedagang kaki lima, pedagang bakso adalah salah satu pedagang kaki lima
yang sering ditemukan di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak ataupun kendaraan.
Pedagang bakso sangat populer di kalangan masyarakat indonesia dan dapat ditemukan di
seluruh indonesia. Menurut Sumaryoto salah satu pedagang bakso dan sebagai ketua umum
paguyuban pedagang mie dan bakso indonesia, “pedagang mie dan bakso yang tersebar di
seluruh indonesia mencapai sekitar 10 juta orang, berdasarkan data dari badan pusat statistik
(BPS) jumlah pedagang secara keseluruhan di tanah air mencapai 43,3 juta orang, sedangkan
pedagang mie dan bakso seperempat dari jumlah itu atau sekitar 10 juta orang” (ANTARA
News : 2007).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pedagang bakso yang sering ditemukan di
pinggir jalan menggunakan gerobak atau kendaraan sebagai sarana penjualan. Pedagang
bakso yang menggunakan gerobak lebih banyak ditemukan di pinggir jalan. Pedagang bakso
gerobak yang berjualan dipinggir jalan dibagi menjadi dua jenis, pedagang bakso gerobak
keliling dan pedagang bakso gerobak semi permanen. Pedagang bakso gerobak semi
permanen menggunakan gerobak sebagai sarana tempat berjualan, dan berdiam disuatu
trotoar / pinggiran jalan, dan memasang tenda dari atas gerobak sebagai atap dan pelindung
dari sinar matahari dan hujan. Pedagang bakso gerobak semi permanen membawa peralatan
duduk konsumen seperti meja, dan bangku atau kursi. Peralatan duduk ini dufungsikan bagi
konsumen yang makan bakso ditempat dan bagi konsumen yang menunggu penyajian bakso
yang diperuntukan untuk dibawa pulang.

Bakso atau “baso” adalah jenis bola daging yang lazim ditemukan pada makanan khas
indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan
tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya,
bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun,
toge, sawi terkadang siomay, ditaburi bawang goreng dan seledri. Pedagang bakso kaki lima
biasanya menyediakan peralatan makan untuk makan ditempat selain untuk dibawa pulang.
Pedagang bakso menyediakan peralatan makan seperti mangkok, gelas dan sendok.

Peralatan makan yang sudah kotor oleh sisa makanan bakso kemudian dicuci dengan air
yang telah disediakan oleh pedagang bakso. Air yang digunakan biasanya bersumber dari air
sumur/tanah dan juga air PAM. Peralatan cuci para pedagang kaki lima cukup sederhana,
hanya menyediakan beberapa ember untuk proses penyabunan dan untuk proses bilas.
Biasanya proses penyabunan menggunakan sabun cuci piring dan sponge/kantung plastik
(Gambar 1.1.). Setelah dicuci kemudian dilap menggunakan kain lap yang tersedia. Kegiatan
tersebut berlangsung selama berjualan. Sering kali dijumpai di beberapa pedagang yang
jarang sekali mencuci dan mengganti lap yang sering dipakai untuk mengelap peralatan
makan yang basah setelah dicuci. Dari lap yang jarang diganti tersebut akan timbul kuman
dan bakteri sehingga mencemari peralatan makan dan dapat menyebabkan masalah seperti
keracunan.

Gambar 1.1. Peralatan cuci dan Kegiatan setelah mencuci


(sumber: Dokumentasi pribadi)

Air yang dipakai untuk mencuci biasanya dipakai sampai benar-benar kotor (Gambar
1.2.). Maksud kotor disini yaitu, berubah warna, rasa, dan bau. Karena selama penjualan
biasanya para pedagang jarang sekali mengganti air cucinya. Kebiasaan mencuci ini masih
dianggap masalah yang sangat sepele oleh pedagang umumnya. Padahal tidak semua orang
bisa tahan dengan kebiasaan seperti ini. Perut masing-masing konsumen berbeda-beda.

Gambar 1.2. Air cucian yang telah kotor


(sumber: Dokumentasi Pribadi)

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih
dalam lagi mengenai masalah pencucian peralatan makan pada pedagang bakso kaki lima.
Bukan hanya itu diperlukan berbagai keilmuan seperti, kesehatan, ekonomi, bisnis, psikologi,
dan lain-lain untuk mendukung data-data dalam melakukan penelitian dan perancangan. Oleh
sebab itu peneliti mengambil judul “ perancangan sarana pencucian alat makan pada
pedagang kaki lima”. Dengan study kasus pedagang bakso jalanan atau yang membuka lapak
di trotoar atau bahu jalan.

1.2.Permasalahan

Berikut ini adalah identifikasi masalah dan rumusan masalah pada latar belakang yang
telah dijabarkan di atas.

1.2.1. Identifikasi Masalah


 Air yang digunakan berkali-kali untuk mencuci menjadi kotor oleh sisa makanan yang
ada di peralatan makan.
 Air yang digunakan jarang sekali diganti karena persediaan air yang terbatas dan suber
air yang jauh dari tempat penjualan.
 Lapak yang digunakan berulang kali menyebabkan penumpukan kotoran yang
mengandung kuman dan bakteri.
 Sering kali dijumpai lap yang digunakan jarang dicuci oleh si penjual.
 Dari air dan lap yang kotor tadi bisa menimbulkan kuman dan bakteri yang bisa
menyebabkan keracunan makanan.
 Makanan yang disajikan tidak higienis karena telah terkontaminasi kuman dan bakteri.

1.2.2. Perumusan Masalah

Bagaimana merancang sarana untuk keperluan cuci alat makan pada pedagang bakso
kaki lima?

1.3.Ruang Lingkup

Berikut ini adalah ruang lingkup yang membatasi permasalahan yang akan dikaji dan
dijadikan perancangan.

1.3.1. Batasan Masalah


 Permasalahan yang dikaji berupa sarana dan prasarana pencucian alat makan pada
pedagang bakso kaki lima, karena fokus penelitian terpaku pada sistem pencucian/
kebiasaan mencuci pada pedagang bakso kaki lima dinilai kurang baik.
 Sumber air untuk mencuci, karena keterbatasan air menjadi sumber masalah pada sistem
pencucian.
 Pedagang bakso, karena bakso bisa kita jumpai di seluruh tempat di indonesia.
1.4.Tujuan Perancangan

Memberikan solusi berupa perancangan sarana untuk keperluan cuci alat makan pada
pedagang kaki lima.

1.5.Manfaat Perancangan

Berikut ini beberapa manfaat yang akan didapat setelah perancangan ini dilakukan,
diantaranya:

 Manfaat untuk penulis

Manfaat yang akan didapat oleh penulis diantaranya, penulis dapat mengetahui
permasalahan yang dibahas dan diharapkan untuk menemukan solusinya. Selain itu
penulis mengharapkan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas para pedagang kaki lima dan menghilangkan kebiasaan yang kurang baik ketika
mencuci peralatan makan.

 Manfaat untuk keilmuan

Manfaat yang akan didapat untuk keilmuan diantaranya, secara umum diharapkan
menghasilkan keilmuan-keilmuan yang bermanfaat bagi masyarakat dalam
mengembangkan kuliner di indonesia. Secara khusus dalam keilmuan desain
produk diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas yang bersinergi
antara produk kuliner dan produk barang.

 Manfaat untuk masyarakat

Manfaat yang akan didapat untuk masyarakat diantaraya, diharapkan


dapat meningkatkan mutu produk kuliner dalam negeri. Diharapkan juga dapat
mengembangkan produk-produk indonesia berupa produk barang dan kuliner.

Anda mungkin juga menyukai