DISUSUN OLEH:
KADEK NONI ANGRAENI 18150007
A15.1
D3 KEBIDANAN
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji Tuhan, terima kasih Saya ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah mempermudah
dalam pembuatan makalah ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat waktu. Tanpa bantuan
dari Tuhan, Saya bukanlah siapa-siapa. Selain itu, Saya juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada orang tua, keluarga, serta pasangan yang sudah mendukung hingga titik
terakhir ini.
Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai “stunting”. Dalam hal
ini, Saya ingin membahas mengenai proses terjadinya stunting dan indikator stunting.
Saya menyadari jika mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti
menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca
lain. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah.
Tidak ada manusia yang sempurna kecuali Tuhan.
Demikian Saya ucapkan terima kasih atas waktu Anda telah membaca makalah saya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1. Latar belakang.............................................................................................................................4
1.2. Rumusan masalah........................................................................................................................5
1.3. Tujuan masalah............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1. Proses terjadinya stunting............................................................................................................9
2.2. Indikator stunting.......................................................................................................................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................15
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................15
3.2. Saran..........................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
Dampak stunting tidak hanya pada segi kesehatan tetapi juga mempengaruhi
tingkat kecerdasan anak. Anak merupakan aset bangsa di masa depan. Bisa
dibayangkan, bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia di masa
yang akan datang jika saat ini banyak anak Indonesia yang menderita stunting.
Dapat dipastikan bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain
dalam menghadapi tantangan global. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah
mencanangkan program intervensi pencegahan stunting terintegrasi yang
melibatkan lintas kementerian dan lembaga. Pada tahun 2018, ditetapkan 100
kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi prioritas penurunan stunting. Jumlah
ini akan bertambah sebanyak 60 kabupaten pada tahun berikutnya. Dengan
adanya kerjasama lintas sektor ini diharapkan dapat menekan angka stunting di
Indonesia sehingga dapat tercapai target Sustainable Development Goals
(SDGs) pada tahun 2025 yaitu penurunan angka stunting hingga 40%.
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah
satu masalah gizi yang dialami oleh balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017
22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting. Namun
angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka
stunting pada tahun 2000 yaitu 32,6%. Pada tahun 2017, lebih dari setengah
balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari
sepertiganya (39%) tinggal di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia,
proporsi terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling
sedikit di Asia Tengah (0,9%). Data prevalensi balita stunting yang
dikumpulkan World Health Organization (WHO), Indonesia termasuk ke
dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia
Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita
stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.
PEMBAHASAN
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir, kondisi stunting baru terlihat setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting menurut
Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2010 adalah status gizi yang didasarkan pada
indeks panjang badan menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U)
dalam standar penilaian status gizi anak, dengan hasil pengukuran yang berada pada
nilai standar atau z-score< -2 SD sampai dengan -3 SD untuk pendek (stunted) dan < -3
SD untuk sangat pendek (severely stunted).
Stunting dapat menimbulkan dampak yang buruk, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Dalam jangka pendek stunting dapat menyebabkan gagal tumbuh,
hambatan perkembangan kognitif & motorik sehingga berpengaruh pada perkembangan
otak dan keberhasilan pendidikan, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta
gangguan metabolisme. Stunting merupakan wujud dari adanya gangguan pertumbuhan
pada tubuh, bila ini terjadi, maka salah satu organ tubuh yang cepat mengalami risiko
adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel saraf yang sangat berkaitan dengan respon anak
termasuk dalam melihat, mendengar, dan berpikir selama proses belajar.
Stunting dipengaruhi oleh banyak faktor dan faktor tersebut saling terkait antara satu
dengan yang lainnya. UNICEF (1998) menggambarkan faktor yang berhubungan
dengan status gizi termasuk stunting. Pertama, penyebab langsung dari stunting adalah
asupan gizi dan penyakit infeksi. Asupan gizi yang tidak seimbang, tidak memenuhi
jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang seperti makanan
yang beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan aman, misalnya bayi tidak memeperoleh
ASI eksklusif. Kedua, penyebab tidak langsung, yaitu ketersediaan pangan tingkat
rumah tangga, perilaku atau asuhan ibu dan anak, dan pelayanan kesehatan dan
lingkungan. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga khususnya pangan untuk bayi 0-
6 bulan yaitu ASI eksklusif dan bayi usia 6-23 bulan yaitu MP-ASI, dan pangan yang
bergizi seimbang khususnya bagi ibu hamil. Semuanya itu terkait pada kualitas pola
asuh anak. Ketersediaan pangan tingkat rumah tangga, perilaku atau asuhan ibu dan
anak, dan pelayanan kesehatan dan lingkungan dipengaruhi oleh masalah utama berupa
kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan, dan kesempatan kerja.
Keseluruhan dari penyebab masalah gizi di atas dipengaruhi oleh masalah dasar, yaitu
krisis politik dan ekonomi.
Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak. Pendidikan orang tua yang baik dapat memudahkan dalam menerima segala
informasi dari luar terutama mengenai cara pengasuhan anak yang baik, cara menjaga
kesehatan anak, dan lain sebagainya. Di negara-negara berkembang, faktor lingkungan
menjadi faktor terpenting dalam proses terjadinya stunting dibandingkan faktor etnik
maupun faktor genetik. Buta aksara pada perempuan, hygine yang jelek, lingkungan
pemukiman yang kumuh, banyaknya penyakit infeksi, makanan yang terkontaminasi
atau tidak mencukupi, semuanya berinteraksi dalam suatu lingkungan yang miskin.
Kondisi-kondisi di atas disertai dengan ibu hamil yang pada umumnya juga
pendek (< 150 cm) yang proporsinya 31,3%, berdampak pada bayi yang
dilahirkan mengalami kurang gizi, dengan berat badan lahir rendah < 2.500
gram dan juga panjang badan yang kurang dari 48 cm . Jika digabung anak
yang lahir dengan berat badan < 2.500 gram dan panjang badan < 48 cm,
untuk Indonesia ada sekitar 4,3% , bervariasi dari 0,8% di Maluku dan 7,6% di
Papua. Setelah bayi lahir dengan kondisi tersebut, dilanjutkan dengan kondisi
rendahnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang memicu rendahnya menyusui
eksklusif sampai dengan 6 bulan, dan tidak memadainya pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI). Dari berbagai survei nasional (Riskesdas 2013,
Sirkesnas 2016, SDKI 2012 – 2017) bayi yang menyusui eksklusif belum
sampai 50%. Lebih lanjut, berdasarkan kajian dari SDKI 2012 dan mengikuti
ketentuan dari pedoman pemberian makan pada anak yang dikeluarkan oleh
WHO, ternyata anak Indonesia yang terkategori dalam minimum acceptable
diet hanya 36,6% .
Data SKMI 2014 juga menunjukkan asupan anak > 6 bulan cenderung
mengonsumsi 95% dari kelompok serealia (karbohidrat), sangat kurang dari
kelompok protein, buah, dan sayur. Dari uraian di atas, tidak heran jika angka
stunting di Indonesia tidak berubah dan cenderung meningkat. Terjadi gagal
tumbuh (growth faltering) mulai bayi berusia 2 bulan, dampak dari calon ibu
hamil (remaja putri) yang sudah bermasalah, dilanjutkan dengan ibu hamil
yang juga bermasalah. Hal ini sangat terkait oleh banyak faktor, utamanya
secara kronis karena asupan gizi yang tidak memadai dan kemungkinan rentan
terhadap infeksi, sehingga sering sakit. Secara kumulatif, menunjukan kejadian
gagal tumbuh anak Indonesia pada tahun 2013 dan jika dibandingkan antara
anak stunting dan anak normal, ada perbedaan tinggi badan yang cukup
mencolok.
Proses terjadinya stunting dilalui dengan proses yang panjang, diawali dengan
gagal tumbuh baik yang terjadi selama kehamilan maupun setelah lahir dua
sampai tiga tahun pertama kehidupan. Gagal tumbuh tersebut berakibat
terjadinya penurunan proporsi pada pertumbuhan tulang maupun jaringan
lunak dalam tubuh . Stunting yang terjadi dalam periode kritis yaitu sejak
dalam kandungan sampai dengan usia dua tahun, bila tidak dimanfaatkan
dengan baik maka akan berdampak permanen terhadap perkembangan. Balita
yang mengalami stunting akan berdampak pada perkembangan motorik,
seperti terjadi gangguan keterlambatan berjalan.
Faktor penyebab stunting menurut WHO (2013) secara komprehensif
diuraikan menjadi faktor langsung dan tidak langsung . Chirande et al. (2015)
menguraikan penyebab stunting menjadi beberapa faktor baik dari faktor orang
tua, faktor anak, dan faktor lingkungan rumah tangga. Orang tua memiliki
peranan yang sangat penting dalam memperhatikan perkembangan anak dan
mendukung upaya mengatasi masalah gizi pada anak. Mencegah kekurangan
gizi pada anak dimulai dengan ibu. Kesehatan ibu sangat penting untuk masa
depan kesehatan anaknya. Perkembangan seorang anak dalam rahim
dipengaruhi jika ibu mereka kekurangan gizi
Indeks yang digunakan dalam penilaian stunting yaitu PB/U atau TB/U.
Indikator status gizi berdasarkan indeks PB/U atau TB/U memberikan indikasi
masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama. Misalnya: kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, dan pola
asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang
mengakibatkan anak menjadi pendek. Indikator yang umum digunakan di
Indonesia adalah berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), meski ada juga
indicator lain seperti tinggi badan menurut usia (TB/U), dan berat badan
menurut usia (BB/U).Indikator BB/TB menentukan status gizi anak dengan
membandingkan berat dengan berat ideal menurut tinggi badannya, kemudian
dapat diinterpretasikan sebagai obesitas, gizi lebih, gizi baik, gizi kurang, dan
gizi buruk. Indikator TB/U membandingkan tinggi badan seorang anak dengan
anak yang sama jenis kelamin seusianya. Interpretasinya adalah tinggi, normal,
perawakan pendek, dan perawakan sangat pendek. Adapun indicator BB/U
membagi anak menjadi berat badan normal, berat badan kurang, dan berat
badan berlebih. Indicator ini membandingkan berat badan seorang anak
dengan anak seusianya.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Stunting adalah masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan
tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya
2. Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi ketika seorang remaja menjadi ibu
yang kurang gizi dan anemia
3. Proses terjadinya stunting dilalui dengan proses yang panjang, diawali
dengan gagal tumbuh baik yang terjadi selama kehamilan maupun setelah
lahir dua sampai tiga tahun pertama kehidupan. Gagal tumbuh tersebut
berakibat terjadinya penurunan proporsi pada pertumbuhan tulang maupun
jaringan lunak dalam tubuh . Stunting yang terjadi dalam periode kritis
yaitu sejak dalam kandungan sampai dengan usia dua tahun, bila tidak
dimanfaatkan dengan baik maka akan berdampak permanen terhadap
perkembangan. Balita yang mengalami stunting akan berdampak pada
perkembangan motorik, seperti terjadi gangguan keterlambatan berjalan.
4. Mencegah kekurangan gizi pada anak dimulai dengan ibu. Kesehatan ibu
sangat penting untuk masa depan kesehatan anaknya. Perkembangan
seorang anak dalam rahim dipengaruhi jika ibu mereka kekurangan gizi
5. Antropometri merupakan indikator yang umum digunakan untuk
pengukuran gizi.
6. Antropometri Parameter yang digunakan pada penilaian status gizi dengan
menggunakan antropometri adalah umur, berat badan, tinggi badan,
lingkar lengan atas, lingkar kepala, dan lingkar dada (Supariasa, 2005).
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur (BB/ U), tinggi badan menurut umur
(TB/ U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan dalam
kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
https://rsudmangusada.badungkab.go.id/promosi/read/102/stunting
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1341/4/BAB%202.pdf
digilib.unisayogya.ac.id/2381/1/Naskah Publikasi.pdf ·
repository.unimus.ac.id/1976/3/BAB II.pdf
https://mediaindonesia.com/read/detail/339205-aksi-cegah-stunting-di-kabupaten-
kupang-dimulai-dari-remaja