D DENGAN
GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI : KATARAK
DI WILAYAH MARELAN
Disusun Oleh :
Helpianus Siswanto Hondro, S.Kep
19.02.02.067
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn. D dengan Gangguan Sistem Penglihatan
Katarak di Wilayah Marelan Tahun 2020”.
Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi maupun cara penulisannya.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan laporan ini.
Selesainya pembuatan laporan ini tidak langsung terlepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis.Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih semoga ilmu
yang penulisdapatkan bermanfaat untuk kita semua.
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati.
Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang
serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research
Group (2014) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan
kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan,
penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur
diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata.
WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia,
khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di
Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS
Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat.
“karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan
kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam
keadaan normal jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita
mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda.
Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia
(Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak
dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.
Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi
karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan,
dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak (Irawan, 2012).
2.1 Katarak
2.1.1 Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya (Ilyas, 2012). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul
lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina.Katarak
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap
(Istiqomah, 2013).
Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar
bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan
mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan
untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk
menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea
masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat
otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah,
2013).
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah
sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2011).
2.1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan
uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2013).
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth,
2011).
2.1.9 Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur
laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan
pengisapan keluar melalui kanula.
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka
penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari,
aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk
menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan
pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan
dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat
mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk
mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau
katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan
terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2011).
2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada
diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam,2001).
Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah :
Diagnosa
No Intervensi
Keperawatan
1 Risiko tinggi terhadap - Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi
cedera tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata.
- Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi,
atau mirng ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
- Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala
tiba-tiba, menggaruk mata , membongkok.
- Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar
mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
- Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan
paru.
- Anjurkan menggunakan teknik manajemen
stres contoh, bimbingan imajinasi,
visualisasi, nafas dalam dan latihan
relaksasi.
- Pertahankan perlindungan mata sesuai
indikasi.
- Minta pasien untuk membedakan antara
ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-
tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi,
gangguan balutan. Observasi hifema
(perdarahan pada mata) pada mata dengan
senter sesuai indikasi.
- Observasi pembengkakan luka, bilik
anterior kempes, pupil berbentuk buah pir.
Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi:
- Antiemetik, contoh proklorperazin
(Compazine)
- Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin
(Diamox).
- Sikloplegis.
- Analgesik, contoh Empirin dengan kodein,
asetaminofen (Tyenol).
2 Resiko tinggi terhadap - Diskusikan pentingnya mencuci tangan
infeksi sebelum menyentuh/mengobati mata.
- Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk
membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap
usap, ganti balutan , dan masukan lensa
kontak bila menggunakan.
- Tekankan pentingnya tidak menyentuh
/menggaruk mata yang dioperasi.
- Observasi /diskusikan tanda terjadinya
infeksi contoh kemerahan , kelopak
bengkak, drainase purulen. Indentifikasi
tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.
Kolaborasi:
- Beri obat sesuai indikasi:
- Antibiotik (topikal, parenteral, atau
subkonjungtival).
- Streoid.
3 Gangguan sensori - Tentukan ketajaman penglihatan, catat
perseptual : apakah satu atau keduanya terlibat.
penglihatan - Orientasikan pasien terhadap lingkungan,
staf, orang lain diareanya.
- Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala
disorientasi ; pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar-benar sembuh dari anestesia.
- Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi,
bicara dan menyentuh sering; dorong orang
terdekat tinggal dengan pasien.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.
- Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata
katarak yang tujuannya memperbesar kurang
lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan
buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel
pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang
tak dioperasi.
4 Kurang Pengetahuan - Kaji informasi tentang kondisi individu,
prognosis tipe prosedur/lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan
rutin, beritahu untuk melaporkan
penglihatan berawan.
- Informasikan pasien untuk menghindari tetes
mata yang dijual bebas.
- Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi
antara obat mata dan masalah medis pasien,
contoh peningkatan hipertensi,PPOM,
diabetes. Ajarkan metode yang tepat
memasukkan obat tetes untuk
meminimalkan efek sistemik.
- Anjurkan pasien menghindari membaca,
berkedip; mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul,
meniup hidung; penggunaan sprei, bedak
bubuk, merokok (sendiri/orang lain).
- Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar
radio, berbincang-bincang, menonton
televisi.
- Anjurkan pasien memeriksa ke dokter
tentang aktivitas seksual.
- Tekankan kebutuhan untuk menggunakan
kaca pelindung selama hari pembedahan /
penutup pada malam.
- Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur
intensitas lampu dan menggunakan
kacamata gelap bila keluar / dalam ruangan
terang, keramas dengan kepala belakang
(bukan kedepan), batuk dengan mulut/mata
terbuk.
- Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga
mereka terbuka atau tertutup penuh;
pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.
- Dorong pemasukan cairan adekuat, makan
berserat/kasar; gunakan pelunak feses yanbg
dijual bebas, bila diindikasikan.
- Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya
evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-tiba,
penurunan penglihatan, kelopak bengkak,
drainase purulen, kemerahan, mata berair,
fotofobia.
2.2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2010).
Diagnosa Keperawatan 1
- Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
risiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Diagnosa Keperawatan 2
- Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,
eritema, dan demam.
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan 3
- Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Diagnosa Keperawatan 4
- Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.
- Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan
1) Nama : Ny. F
2) Umur : 61 Tahun
3) Pekerjaan : IRT
4) Alamat : Marelan
5) Hidup/Mati : Mati (Meninggal)
6) Kesehatan :-
b. Anak
1) Nama : Tn. R
2) Alamat : Marelan
3) Hidup/Mati : Hidup
Tn.D merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.D telah
meninggal dunia pada umur 50 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi.
Dan ayah dari Tn.D sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.D 23
tahun. Sedangkan ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.D
35 tahun.
Genogram :
3. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.D tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.D bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.D pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.D tidak lagi
sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.
4. Riwayat Lingkungan
Tn.D tinggal lingkungan yang cukup bersih dalam komple perumahan taspen marelan.
5. Riwayat Rekreasi
Tn.D jarang keluar rumah saat ini di karenakan kurang bisa melihat pandangan kabur.
Kesimpulan :
Berdasarkan kasus diatas pengkajian fungsional pada Tn.D dengan KATZ Indeks
adalah skore B dengan kriteria Kemandirian dalam semua aktifitas hidup
sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.
Keterangan:
A. 130 : Mandiri
B. 65-125 : Ketergantungan sebagian
C. 60 : Ketergantungan Total
Kesimpulan :
Berdasarkan kasus diatas pengkajian fungsional pada Tn.D dengan Modifikasi
dari Barthel indeks adalah total nilai sebanyak 105 dengan keterangan :
Ketergantugan Sebagian.
Total Skor 4
Interprestasi hasil :
A. Skor 0-3 : Fungsi intelektual
B. Salah 4-5 : Kerusakan Intelektual ringan
C. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
D. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
Kesimpulan :
Pada kasus di atas bahwa Indentifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan
menggunakan short portable Mental Status Quisioner (SPMSQ) pada Tn.D tidak
mampu menjawab 4 (empat) pertanyaan dengan interpretasi hasil total adalah
Salah 4 (Kerusakan Intelektual Ringan).
Nilai Nilai
No Aspek Kgnitif Kriteria
Maks Klien
3 Pengelihatan 5 2 Minta klien untuk memulai dari
dan kalkulasi angka 100 kemudian di kurangi
7 sampai 5/ tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
Hanya mampu dua kali
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek no 2 (registrasi)
tadi. Bila benar 1 poin untuk
masing-masing objek.
Interprestasi hasil :
24- 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 - 23 : Ganguan kognitif sedang
0 - 17 : Gangguan kognitif berat
Kesimpulan :
Pada kasus diatas bahwa Indentifikasi aspek kognitif dan fungsi mental
dengan menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE) pada Tn.D
mengalami Gangguan Kognitif Sedang dengan total nilai MMSE
sebanyak 20 Poin.
d. APGAR Keluarga
APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
Saya puas bahwa saya dapat kembali 1
pada keluarga (teman-teman) saya
1. Adaptasi
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga 2
(teman-teman) saya membicarakan
2. Hubungan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan
saya
Saya puas bahwa keluarga (teman- 1
teman) saya menerima dan
3. Pertumbuhan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga 1
(teman-teman) saya mengekspresikan
4. Afeksi efek dan berespons terhadap emosi
emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
Saya puas dengan cara teman-teman 1
5. Pemecahan saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama
Total 6
3.2 Analisa Data
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Penurunan Tujuan : Kriteria Hasil : 1. Kaji ketajaman penglihatan klien
persepsi Setelah dilakukan - Klien dapat2. Identifikasikan alternatif untuk optimalisasi
sensori : intervensi berorientasi sumber rangsangan
Penglihatan keperawatan dengan lingkungan 3. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi
lansia dapat - Terhindar dari penglihatan
berorientasi resiko terjatuh 4. Orientasikan klien terhadap ruangan
dengan 5. Letakkan alat yang sering digunakan di dekat
lingkungan. klien atau pada sisi mata yang lebih sehat
6. Berikan pencahayaan cukup
7. Letakkan alat ditempat yang tetap
8. Hindari cahaya yang menyilaukan
9. Anjurkan penggunaan alternatif rangsang
lingkungan yang dapat diterima : auditorik,
taktil.
2. Ansietas Tujuan : Kriteria Hasil : 1. Kaji adanya tanda dan gejala ansietas.
Setelah dilakukan - Nadi normal 2. Gunakan suatu sistem pendekatan yang
intervensi - TD normal tenang dan meyakinkan klien.
keperawatan - Wajah tampak 3. Jelaskan mengenai penyakit yang dialami
ansietas teratasi lebih ceria oleh klien, dan berikan klien dukungan untuk
- Klien dapat membangkitkan semangat hidupnya.
menerima 4. Jawab pertanyaan yang diajukan klien secara
keadaannya jujur dan berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
5. Ingatkan pasien untuk minum obat tepat
waktu.
6. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi nafas
3. Gangguan Tujuan : Kriteria Hasil : 1. Terangkan pentingnya perawatan dan
perawatan diri Setelah dilakukan - Kondisi tubuh kebersihan diri pada klien
intervensi klien rapi 2. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan
keperawatan - Klien dapat perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan
gangguan memenuhi berhias setelah mandi.
perawatan diri kebutuhan sendiri 3. Secara bertahap libatkan klien dalam
teratasi memenuhi kebutuhan diri.
Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis jumpai
antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada Tn.D
Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di wilayah marelan tahun 2020.
Selanjutnya penulis akan memaparkan hambatan dan dukungan dalam melakukan
asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam
mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun
data lain tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis
mendapat bantuan penuh dari pasien, perawat yang merawat pasien atau tim
terkait.
4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang
teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di
tetapkan sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah
merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di
yang dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tindakan ini.
Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -
orang disekitar klien.
4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh perawat
untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah
pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat
oleh perawat.
Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi
aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan penulis
juga melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien
selanjutnya.
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan
dalam menggunakan proses keperawatan dalam pelaksanaan tindakan. Dalam
tahap ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat
dilihat dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat
berhasil dengan baik.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan
pada Tn.D dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak di Wilayah Marelan
Tahun 2020, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan
hambatan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh
penulis.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang
masalah kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam
tinjauan teoritis penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan
dalam tinjauan kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.
Karena selama tahap pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan
antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak
dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh penulis.
3. Intervensi
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang
sesuai dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam
melakukan perencanaan ini penulis tidak menemukan hambatan dan
kesulitan dikarenakan semua rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan
keadaan dan kondisi pasien.
4. Implementasi
Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis
melanjutkan kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
disesuaikan dengan perencanaan yang berarti. Karena rencana tindakan yang
dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana
dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang
terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh
sarana dan prasarana yang ada di Wilayah Marelan Tahun 2020.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap
ini penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat
respon dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan
keperawatan yang di berikan. Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi
namun asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak membantu dalam
mengatasi masalah pasien.
5.2 Saran
1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya.
Dan kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura
disarankan untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya,
pola istirahatnya, dan sebagainya.
2. Kepada perawat yang ada di Wilayah Marelan Tahun 2020. Disarankan untuk
lebih teliti dan lebih memperhatikan kondisi pasien. Serta selalu memantau
kondisi pasien. Terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan
adanya kecermatan dan ketelitian terhadap tindakan yang akan dilakukan.
3. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.
DAFTAR PUSTAKA