Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn.

D DENGAN
GANGGUAN SISTEM NEUROLOGI : KATARAK
DI WILAYAH MARELAN

Disusun Oleh :
Helpianus Siswanto Hondro, S.Kep
19.02.02.067

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA MEDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn. D dengan Gangguan Sistem Penglihatan
Katarak di Wilayah Marelan Tahun 2020”.

Dalam pembuatan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini
masih jauh dari kesempurnaan baik di lihat dari segi isi maupun cara penulisannya.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan laporan ini.   

Selesainya pembuatan laporan ini tidak langsung terlepas dari bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis.Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih semoga ilmu
yang penulisdapatkan bermanfaat untuk kita semua.

Binjai,  Maret 2020

                                                                                       Helpianus S. Hondro, S.Kep


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2  Tujuan Penulisan................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................. 2
1.3  Manfaat Penulisan................................................................................. 3

BAB II LANDASAN TEORITIS........................................................................... 4 


2.1 Katarak.................................................................................................. 4
2.1.1 Defenisi ....................................................................................... 4
2.1.2 Anatomi Fisiologi........................................................................ 4
2.1.3 Etiologi........................................................................................ 5
2.1.4  Klasifikasi.................................................................................... 6
2.1.5  Manifestasi Klinis........................................................................ 7
2.1.6 Komplikasi.................................................................................. 8
2.1.7  Pemeriksaan Diagnostik.............................................................. 8
2.1.8 Penatalaksanaan........................................................................... 8
2.2 Asuhan Keperawatan............................................................................ 9
2.2.1 Pengkajian................................................................................... 9
2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................10
2.2.3 Perencanaan.................................................................................11
2.2.4 Evaluasi.......................................................................................17

BAB III STUDI KASUS.........................................................................................19


3.1 Pengkajian..........................................................................................19
3.1.1 Riwayat Klien............................................................................19
3.1.2 Riwayat Keluarga......................................................................19
3.1.3 Riwayat Pekerjaan.....................................................................20
3.1.4 Sistem Pendukung yang digunakan...........................................20 
3.1.5 Kebiasaan Tidur.........................................................................20
3.1.6 Status Kesehatan Saat Ini..........................................................20
3.1.7 Status Kesehatan Masa Lalu......................................................20
3.1.8 Pemeriksaan Fisik......................................................................21
3.2 Analisa Data.......................................................................................24
3.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................................24
3.4 Intervensi Keperawatan......................................................................25
3.5 Implementasi Keperawatan................................................................26
3.5 Catatan Perkembangan.......................................................................27

BAB IV   PEMBAHASAN.......................................................................................31


4.1 Pengkajian...........................................................................................31
4.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................31
4.3 Intervensi.............................................................................................32
4.4 Implementasi.......................................................................................33
4.5 Evaluasi...............................................................................................33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................34    


5.1 Kesimpulan..........................................................................................34
5.2 Saran....................................................................................................35

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini
menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan -
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun
menyerang lensa mata.

Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat
dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati.
Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang
serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence Research
Group (2014) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan
kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan,
penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur
diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata.
WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia,
khususnya dinegara berkembang.

Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di
negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di
Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS
Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat.
“karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan
kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam
keadaan normal jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak banyak diderita
mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini sering diremehkan kaum muda.
Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonsia
(Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak
dan rata - rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.

Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi
karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan,
dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya penglihatannya
berkurang akibat katarak (Irawan, 2012).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1.  Tujuan Umum
Untukmemberikan gambaran yang nyata tentang asuhan keperawatan gerontik
pada Tn. D dengan gangguan sistem penglihatan katarak di Wilayah Marelan
Tahun 2020.

1.2.2.  Tujuan Khusus


1. Untuk melakukan pengkajian Pada Tn. D dengan Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak di di Wilayah Marelan Tahun 2020.
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. D dengan Gangguan
Sistem Penglihatan Katarak di di Wilayah Marelan Tahun 2020.
3. Untuk menyusun rencana tindakan pada Tn. D dengan Gangguan Sistem
Penglihatan Katarak di di Wilayah Marelan Tahun 2020.
4. Untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan pada Tn. D dengan
Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di di Wilayah Marelan Tahun 2020.
5. Untuk mengevaluasi hasiltindakan keperawatan pada Tn. D dengan
Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di di Wilayah Marelan Tahun 2020.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1  Katarak
2.1.1   Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya (Ilyas, 2012). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul
lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina.Katarak
merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap
(Istiqomah, 2013).

Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau


bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan
yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin,
2012).

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang
terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan.
Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan mempertahankan
bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap bangunan - bangunan
halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1.  Lapisan luar, yang terdiri dari :
- Sclera
-  Kornea
2.  Lapisan tengah, yang terdiri dari :
- Koroid
-  Badan (korpus) siliare
- Iris
3. Lapisan dalam, yang terdiri dari :
-  Retina
-  Fundus optic,lensa dan badan vitreus

Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat memutar
bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi pergerakan
mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang adekuat diperlukan
untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing - masing mata untuk
menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran berfokus dari fovea
masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic darikorteks serebri, tempat
otak menginterpretasikan dua gambaran sebagai suatu gambaran (Istiqomah,
2013).

2.1.3 Etiologi Katarak


Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :
1. Fisik
2. Kimia
3.  Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia (Tamsuri, 2012)

2.1.4   Klasifikasi Katarak


Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1
tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :


1. Katarak traumatika
    Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul
maupun tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata
(katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar -
X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika
    Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia
tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat
seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.
3. Katarak komplikata
    Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai
itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes
mellitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis,
glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :


1. Katarak insipient
Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk
bercak – bercak kekeruhan yang tidak teratur.
2. Katarak imatur
Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung,
menyebabkan terjadinya myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik
mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi
kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur
Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa
dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa
(Tamsuri, 2021).

2.1.5 Manifestasi Klinis Katarak


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya pasien
mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.

Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya
adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan
dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah
sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2011).

2.1.6 Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami
penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan
uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.
2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga
mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2013).
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth,
2011).

2.1.9 Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser.Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur
laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan
pengisapan keluar melalui kanula.

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai
ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka
penanganan biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari - hari,
aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk
menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk
lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan
pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi dilakukan
dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat
mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk
mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak :
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau
katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan
terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2011).

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,
2010).
Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:
a. Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak
jelas),sinar terang menyebabkan silau  dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer, kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di
ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,
fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan atau
putih susu pada pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata keras
dengan kornea berawan (glaukoma darurat),danPeningkatan air mata.
d. Nyeri/Kenyamanan : Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair
(glaukoma kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan
sekitar mata, sakit kepala  (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma,
diabetes, gangguan sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan
vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), dan ketidakseimbangan
endokrin, diabetes (glaukoma).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau
kelompok. Dimana perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberi intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan,membatasi,  mencegah dan merubah (Nursalam, 2010)
Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien
dengan  penyakit katarak adalah:
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler,
kehilangan vitreous.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah pengangkatan
katarak).
3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d
menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons
biasanya terhadap rangsang
4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis,
pengobatan b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.

2.2.3 Perencanaan
Perencanaan adalah meliputi perkembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diindetifikasi pada
diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam,2001).
Menurut Doengoes Intervensi yang dilakukan pada pasien katarak adalah :
Diagnosa
No Intervensi
Keperawatan
1 Risiko tinggi terhadap - Diskusi apa yang terjadi pada pascaoperasi
cedera tentang nyeri, pembatasan aktivitas,
penampilan, balutan mata.
- Beri pasien posis bersandar, kepala tinggi,
atau mirng ke sisi yang tak sakit sesuai
keinginan.
- Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala
tiba-tiba, menggaruk mata , membongkok.
- Ambulasi dengan bantuan; berikan kamar
mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
- Dorong nafas dalam, batuk untuk bersihan
paru.
- Anjurkan menggunakan teknik manajemen
stres contoh, bimbingan imajinasi,
visualisasi, nafas dalam dan latihan
relaksasi.
- Pertahankan perlindungan mata sesuai
indikasi.
- Minta pasien untuk membedakan antara
ketidaknyamanan dan nyeri mata tajam tiba-
tiba. Selidiki kegelisahan, disorientasi,
gangguan balutan. Observasi hifema
(perdarahan pada mata) pada mata dengan
senter sesuai indikasi.
- Observasi pembengkakan luka, bilik
anterior  kempes, pupil berbentuk buah pir.

Kolaborasi:
Berikan obat sesuai indikasi:
- Antiemetik, contoh proklorperazin
(Compazine)
- Beri obat sesuai indikasi: Asetazolamin
(Diamox).
- Sikloplegis.
- Analgesik, contoh Empirin dengan kodein,
asetaminofen (Tyenol).
2 Resiko tinggi terhadap - Diskusikan pentingnya mencuci tangan
infeksi sebelum menyentuh/mengobati mata.
- Gunakan /tunjukan teknik yang tepat untuk
membersihkan mata dari dalam keluar
dengan tisu basah/ bola kapas untuk tiap
usap, ganti balutan , dan masukan lensa
kontak bila menggunakan.
- Tekankan pentingnya tidak menyentuh
/menggaruk mata yang dioperasi.
- Observasi /diskusikan tanda terjadinya
infeksi contoh kemerahan , kelopak
bengkak, drainase purulen. Indentifikasi
tindakan kewaspadaan bila terjadi ISK.

Kolaborasi:
- Beri obat sesuai indikasi:
- Antibiotik (topikal, parenteral, atau
subkonjungtival).
- Streoid.
3 Gangguan sensori - Tentukan ketajaman penglihatan, catat
perseptual : apakah satu atau keduanya terlibat.
penglihatan - Orientasikan pasien terhadap lingkungan,
staf, orang lain diareanya.
- Observasi tanda-tanda dan gejala –gajala
disorientasi ; pertahankan pagar tempat tidur
sampai benar-benar sembuh dari anestesia.
- Pendengkatan dari sisi yang tak dioperasi,
bicara dan menyentuh sering; dorong orang
terdekat tinggal dengan pasien.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bila menggunakan tetes mata.
- Ingatkan pasien bila menggunakan kacamata
katarak yang tujuannya memperbesar kurang
lebih 25%, penglihatan perifer hilang , dan
buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan /posisi bel
pemanggil dalam jangkauan pada sisi yang
tak dioperasi.
4 Kurang Pengetahuan - Kaji informasi tentang kondisi individu,
prognosis tipe prosedur/lensa.
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan
rutin, beritahu untuk melaporkan
penglihatan berawan.
- Informasikan pasien untuk menghindari tetes
mata yang dijual bebas.
- Diskusikan kemungkinan efek/ interaksi
antara obat mata dan masalah medis pasien,
contoh  peningkatan hipertensi,PPOM,
diabetes. Ajarkan metode yang tepat
memasukkan obat tetes untuk
meminimalkan efek sistemik.
- Anjurkan pasien menghindari membaca,
berkedip; mengangkat berat, mengejan saat
defekasi, membongkok pada panggul,
meniup hidung; penggunaan sprei, bedak
bubuk, merokok (sendiri/orang lain).
- Dorong aktivitas pengalih seperti mendengar
radio, berbincang-bincang, menonton
televisi.
- Anjurkan pasien memeriksa ke dokter
tentang aktivitas seksual.
- Tekankan kebutuhan untuk menggunakan
kaca pelindung selama hari pembedahan /
penutup pada malam.
- Anjurkan pasien tidur telentang, mengatur
intensitas lampu dan menggunakan
kacamata gelap bila keluar / dalam ruangan
terang, keramas dengan kepala belakang
(bukan kedepan), batuk dengan mulut/mata
terbuk.
- Anjurkan mengatur posisi pintu sehingga
mereka terbuka atau tertutup penuh;
pindahkan perabot dari lalu lalang jalan.
- Dorong pemasukan cairan adekuat, makan
berserat/kasar; gunakan pelunak feses yanbg
dijual bebas, bila diindikasikan.
- Identifikasi tanda/ gejala memerlukan upaya
evaluasi medis, contoh nyeri tajam tiba-tiba,
penurunan penglihatan, kelopak bengkak,
drainase purulen, kemerahan, mata berair,
fotofobia.

2.2.4 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2010).
Diagnosa Keperawatan 1
- Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
risiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
Diagnosa Keperawatan 2
- Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen,
eritema, dan demam.
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /menurunkan risiko infeksi.
Diagnosa Keperawatan 3
- Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu.
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Diagnosa Keperawatan 4
- Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan.
- Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK


PENGKAJIAN PADA LANSIA

1. Identitas /Data Biografis Pasien


a. Nama : Tn. D
b. Umur : 66 Tahun
c. Pendidikan terakhir : SMP
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan : Duda
f. Alamat : Marelan
g. Telepon :-
h. Jenis kelamin : Laki-laki
i. Orang yang paling dekat dihubungi : Anak Kandung
j. Hubungan dengan usila : Ayah
k. Alamat : Marelan
l. Jenis kelamin keluarga : Laki-laki

2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan
1) Nama : Ny. F
2) Umur : 61 Tahun
3) Pekerjaan : IRT
4) Alamat : Marelan
5) Hidup/Mati : Mati (Meninggal)
6) Kesehatan :-
b. Anak
1) Nama : Tn. R
2) Alamat : Marelan
3) Hidup/Mati : Hidup
Tn.D merupakan anak pertama dari dua bersaudara, tetapi adik Tn.D telah
meninggal dunia pada umur 50 tahun dikarenakan penyakit darah tinggi.
Dan ayah dari Tn.D sendiri telah meninggal dunia sewaktu usia Tn.D 23
tahun. Sedangkan ibunya meninggal karna kelumpuhan di waktu usia Tn.D
35 tahun.
Genogram :

3. Riwayat Pekerjaan
Saat ini Tn.D tidak bekerja, sebelum tinggal di panti sosial Tn.D bekerja
sebagai petani dan kadang - kadang Tn.D pun berjualan tape untuk memenuhi
kebutuhannya sehari - hari. Dan setelah tinggal di panti, Tn.D tidak lagi
sanggup untuk bekerja dikarenakan semakin meningkatnya usia.

4. Riwayat Lingkungan
Tn.D tinggal lingkungan yang cukup bersih dalam komple perumahan taspen marelan.

5. Riwayat Rekreasi
Tn.D jarang keluar rumah saat ini di karenakan kurang bisa melihat pandangan kabur.

6. Sumber/Sistem Pendukung Yang Digunakan


Bila Tn.D sakit, Tn.D berobat ke klinik yang tidak jauh dari rumahnya.

7. Kebiaasan Ritual (Beribadah)


Tn.D sering beribadah di mesjid bersama anaknya.
8. Status Kesehatan Saaat Ini
a. Obat-Obatan :
Biasanya Tn.D mengonsumsi captopril 12, 5 mg 2x1 dan kalau sakit
dadanya kumat Tn.D mengkonsumsi neo napacin tablet 1x dalam sehari.
b. Status Imunisasai :
Tn. D tidak ada imunisasi pada hari tuanya.
c. Alergi :
Tn.D tidak ada alergi makanan
d. Penyakit Yang Diderita :
Sejak satu tahun lalu Tn.D mengeluh nyeri di daerah kepala dan dada. Tn.
D mengalami sakit ini sudah satu tahun ini, dulunya Tn.D tidak tahu
kenapa dia terus mengalami pusing dan dadanya terasa sesak, tapi setelah
Tn.D berobat di klinik baru Tn.D tahu kalau Tn.D sakit hipertensi.
e. Nutrisi
Tn.D tidak mengalami gangguan nutrisi

9. Status kesehatan masa lalu


Tn.D tidak mempunyai penyakit pada masa anak - anak, dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit. Tetapi Tn.D mengatakan kalau Tn.D pernah mengalami
trauma yang mana waktu usia 18 tahun mata Tn.D terkena batang padi,
sehingga menyebabkan Tn.D tidak bisa melihat sampai sekarang. Dan Tn.D
juga mengatakan sewaktu terjadinya kejadian itu, Tn.D tidak langsung berobat,
karena pada waktu itu menurut keterangan Tn.D belum ada layanan kesehatan,
jadi mata Tn.D hanya di obati dengan obat kampung saja.

10. Tinjauan Sistem


a. Keadaan umum :
- Kesadaran : Compos Mentis
b. Vital sign
    TD : 140/90 Mmhg
   RR :    24 x/i
   HR :   84 x/i
    Temp :    360C
c. Pemeriksaan lain
 Kepala
Bentuk kepala Tn. D bulat, kulit kepala tidak terlalu bersih, rambut acak
- acakan dengan warna rambut putih, dikepala terdapat ketombe dan bau
yang khas. Dan Tn.D juga mengaku sering mengalami sakit dan gatal
pada kulit kepala.
 Mata
Tn.mengalami perubahan penglihatan, dikarenakan usia lanjut. Dan
mata Tn.D hanya satu yang bisa melihat.Hal itu dikarenakan adanya
trauma yang terjadi pada Tn.D sehingga mengakibatkan mata kanannya
tidak lagi berfungsi.Tn.D tidak menggunakan kacamata, sehingga
dengan begitu Tn.D tidak terlalu bisa melihat dengan baik.
Fungsi penglihatan :
Terganggu karena adanya kekeruhan lensa pada mata sebelah kanan dan
mata sebelah kirinya tidak bisa melihat dengan baik dikarenakan usia
lanjut.
 Telinga
Pendengaran Tn.D tidak lagi berfungsi dengan baik, Tn.D tidak bisa
mendengar detak jarum jam, serumen ada dalam batas normal.Di dalam
telinga Tn.D tidak ada keluar cairan maupun peradangan. Dan Tn.D
juga tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Fungsi pendengaran :
Tidak terlalu baik, karna Tn.D tidak lagi bisa mendengar dengan baik
dikarenakan usia Tn.D yang semakin bertambah.
 Hidung
Tn.D dapat mencium dengan baik. Didalam hidung tidak terdapat polip
dan tidak ada obstruksi didalam hidung. Dan didalam hidung Tn.D juga
tidak ditemukan adanya pendarahan maupun peradangan.
Fungsi Penciuman :
Baik, karna Tn.D masih bisa mencium dengan baik.
 Mulut
Rongga mulut terlihat kotor kering dan pucat.Gigi Tn.D hanya tinggal 3
batang itu pun tinggal separuh karena habis keropos, lidah terlihat agak
kotor dan pucat.Tn.D mengalami perubahan suara.Suara sesak, dan
Tn.D mengalami kesulitan menelan.
Fungsi pengecapan :
Terganggu karna Tn.D sulit untuk mengunyah dikarenakan gigi yang
semakin lama semakin habis keropos dan adanya karies pada gigi Tn.D.
 Leher
Pada leher Tn.D tidak dijumpai pembengkakan pada kelenjar tyroid.
Nyeri tidak ada, dan pada leher Tn.D juga tidak ditemukan benjolan.
 Pernapasan
Inspeksi : simetris kedua lapangan paru
Perkusi  : sonor kedua lapangan paru
Palpasi : strem premitus kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler kedua lapangan paru
 Kardiovaskuler
Tn.D sering mengalami nyeri dan ketidaknyaman pada dada, Tn.D
sering mengalami sesak nafas, dan jika sesak nafasnya kumat Tn.D
meminum neo napacin 1x dalam sehari. Sedangkan didaerah kaki, Tn.D
tidak lagi dapat berjalan dengan baik, Tn.D berjalan bungkuk dan
terdapat perubahan warna kaki pada Tn.D
 Gastrointestinal
Tn.D mengalami disfagia dan perubahan kebiasaan pada defekasi.dan
Tn.D juga mengatakan kalau dia sering mengalami nyeri pada ulu hati.
Tetapi walaupun Tn.D mengalami disfagia tetapi Tn.D masih dapat
mencerna makanan dengan baik, walaupun sedikit demi sedikit.
 Musculoskeletal
Tn.D mengalami kelemahan otot, tetapi walaupun demikian Tn.D tidak
mempunyai masalah dengan cara berjalan. Tn.D masih bisa berjalan
sendiri tanpa menggunakan alat bantu seperti tongkat.
 Sistem saraf pusat
Tn.D mengaku sering mengalami sakit kepala, tetapi Tn.D mengatakan
kalau dirinya belum pernah mengalami kejang dan serangan jantung.
Karena semakin meningkatnya usia maka Tn.D mengalami masalah
pada memorinya, sehingga Tn.D tidak mampu mengingat semua masa
lalunya.
 Sistem endokrin
Tn.D mengalami perubahan pada tekstur kulit, turgor kulit lambat
kembali jika diberi respon, dan Tn.D juga menagalami perubahan pada
rambut, rambut Tn.D  putih dengan uban.
 Integument
Tn.D mengaku sering mengalami gatal - gatal pada kulitnya, itu
dikarenakan karena Tn.D tidak sepenuhnya bisa menjaga kebersihan
dirinya, sehingga kulitnya sering mengalami gatal - gatal.
 Psikososial
Tn.D mengatakan cemas akan setiap hari - hari yang dilaluinya, Tn.D
juga mengaku kalau dia sering menangis jika mengingat akan jalan
hidupnya. Dan Tn.D juga mengatakan kalau dia sering mengalami
kesulitan dalam berkonsentrasi.

12. Pengkajian Fugsional Klien


a. KATZ Indeks :
INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
A
kamar kecil, berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
B
kecuali satu dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
C
kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari,
D
kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari- hari,
E kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi
tambahan
Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari- hari,
F kecuali mandi, berpakaian, berpindah, dan satu fungsi
tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat
Lain-Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G

Kesimpulan :
Berdasarkan kasus diatas pengkajian fungsional pada Tn.D dengan KATZ Indeks
adalah skore B dengan kriteria Kemandirian dalam semua aktifitas hidup
sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.

b. Modifikasi dari Barthel indeks


Dengan
No. Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1. Makan 5 10 Frekuensi : 3 kali
Jumlah : ± 1500 cc
Jenis : Nasi, Sayur, Ikan
2. Minum 5 10 Frekuensi : ± 5-6 kali
Jumlah : ± 1000 ml
Jenis : air putih dan teh
3. Berpindah dari 5-10 : 15 Berpidah dibantu karena
kursi roda ke 5 pandangan kabur takut
tempat tidur, jatuh.
sebaliknya
4. Personal toilet 0 5 Frekuensi : ± 3-4 kali/
(cuci muka, hari
menyisir rambut,
gosok gigi)
5. Keluar masuk 5 10 Mandi mandiri
toilet (mencuci
pakaian, menyeka
tubuh, menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi : ± 2 kali/hari
7. Jalan 0 5
dipermukaan
datar
8. Naik turun tangga 5 10 Dibantu karena takut jatuh
(pandangan kabur)
9. Mengenakan 5 10 Mandiri
pakaian
10. Kontrol bowel 5 10 Frekuensi : ± 5-6 kali
(BAB) Konsistensi : Padat
11. Kontrol bladder 5 10 Frekuensi : ±7-8 kali
(BAK) Warna : Kuning keruh
12. Olahraga/ Latihan 5 10 Frekueensi : ± 1 kali
Jenis : Senam Lansia
13. Rekreasi/ 5 10 Frekueensi : ± 1 kali
pemanfaatan
waktu luang Jenis : Jalan-jalan
Total 105 Ketergantungan Sebagian

Keterangan:
A. 130 : Mandiri
B. 65-125 : Ketergantungan sebagian
C. 60 : Ketergantungan Total

Kesimpulan :
Berdasarkan kasus diatas pengkajian fungsional pada Tn.D dengan Modifikasi
dari Barthel indeks adalah total nilai sebanyak 105 dengan keterangan :
Ketergantugan Sebagian.

13. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Indentifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan
short portable Mental Status Quisioner (SPMSQ)
Instruksi : Anjurkan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua
jawaban.
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
No. Pertanyaan Salah Benar
1. Tanggal berapa hari ini? 
2. Hari apa sekarang ini? 
3. Apa nama tempat ini? 
4. Dimana alamat anda? 
5. Berapa umur anda? 
6. Kapan Anda lahir? (Minimal tahun 
lahir)
7. Siapa presiden Indonesia Sekarang? 
8. Siapa presiden Indonesia 
sebelumnya?
9. Siapa nama Ibu anda? 
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap 
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun.

Total Skor 4

Interprestasi hasil :
A. Skor 0-3 : Fungsi intelektual
B. Salah 4-5 : Kerusakan Intelektual ringan
C. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
D. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat

Kesimpulan :
Pada kasus di atas bahwa Indentifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan
menggunakan short portable Mental Status Quisioner (SPMSQ) pada Tn.D tidak
mampu menjawab 4 (empat) pertanyaan dengan interpretasi hasil total adalah
Salah 4 (Kerusakan Intelektual Ringan).

b. Indentifikasi aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan


Mini Mental Status Exam (MMSE)
Nilai Nilai
No Aspek Kgnitif Kriteria
Maks Klien
1 Orientasi 5 3 Menyebutkan dengan benar
Tahun : 2020
Tanggal : tidak tahu
Hari : Rabu
Bulan : Maret
5 4 Dimana kita sekarang berada?
Negara Indonesia
Provinsi. : Sumatera Utara
Kota : Medan
Panti Werda : Ya
2 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama objek (oleh
pemeriksaan) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
objek, kemudian tanyakan
kepada klien ketiga objek tadi
untuk di sebutkan :
a. Objek : Mesjid
b. Objek : Taman
c. Objek : jalan-jalan

Nilai Nilai
No Aspek Kgnitif Kriteria
Maks Klien
3 Pengelihatan 5 2 Minta klien untuk memulai dari
dan kalkulasi angka 100 kemudian di kurangi
7 sampai 5/ tingkat
a. 93
b. 86
c. 79
d. 72
e. 65
Hanya mampu dua kali
4 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi
ketiga objek no 2 (registrasi)
tadi. Bila benar 1 poin untuk
masing-masing objek.

5 Bahasa 9 5 Tunjukan pada klien suatu


menyalin benda dan tanyakan namanya
gambar Tunjukan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien
a. Misal : jam tangan
b. Misal : pensil
Minta klien untuk mengulangi
kata berikut "tak ada, jika, dan
atau, tetapi" bila benar, nilai 1
poin
Pertanyaan benar 2 buah : tak
ada, tetapi minta klien untuk
mengikuti perintah berikut yang
terduri dari 3 langkah :
a. Ambil kertas di tangan
anda, lipat dua buah dan
taruh di lantai
b. Ambil kertas ditangan
anda
c. Lipat dua
d. Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk
hal berikuut (bila aktivitas
sesuai perintah beri 1 point)
a. Tutup mata anda
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat dan
menyalin gambar
a. Tulis satu kalimat
b. Menyalin gambar
Pengkajian :
Pada fase pengertian verbal,
pasien mampu mengulang kata-
kata yang diucapkan petugas.
Pada fase pengertian verbal,
pasien mampu melakukan
perintah yang ditulis petugas.
Pada fase perintah tertulis,
pasien tidak mampu melakukan
perintah yang ditulis petugas.
Pada fase menulis kalimat,
pasien tidak mampu menulis
satu kalimat yang bermakna.
Pada fase menggambar
kontruksi, pasien tidak
menirukan gambar yang
diberikan petugas.
Total Nilai 30 20 Ganguan kognitif sedang

Interprestasi hasil :
24- 30 : Tidak ada gangguan kognitif
18 - 23 : Ganguan kognitif sedang
0 - 17 : Gangguan kognitif berat

Kesimpulan :
Pada kasus diatas bahwa Indentifikasi aspek kognitif dan fungsi mental
dengan menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE) pada Tn.D
mengalami Gangguan Kognitif Sedang dengan total nilai MMSE
sebanyak 20 Poin.

c. Inventaris Depresi Beck


Inventaris Depresi Beck
Skore Uraian
A. Kesedihan
Saya sangat sedih atau tidak bahagia dimana saya tak
3
dapat menghadapinya
Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak
2
dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
Saya merasa bahwa masa depan saya adalah sia-sia dan
3
sesuatu tidak dapat membaik
Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang
2
ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa
0
depan
C. Rasa Kegagalan
Saya merasa bahwa saya benar-benar gagal sebagai
3
seseorang
Seperti melihat kebelakang hidup saya, semua yang dapat
2
saya lihat hanya kegagalan
Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
1
umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tak
3
berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
Saya merasa buruk atau tak berharga sebagai bagian dari
1
waktu yang baik
Saya tidak merasa benar benar bersalah
0
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya
3
mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
Saya tidak mempunyai pikiran pikiran mengenai
0
membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
3
dan tidak perduli pada mereka semua
Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain
2
dan mempunyai sedikit perasaan pada mereka
Saya kurang berminat pada orang lain dari pada
1
sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
2
keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
2 permanen dalam penampilan saya dan ini membuat saya
tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari
0
pada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
2
melakukan sesuatu
Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai
1
melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya
M.Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
19 Total Score

d. APGAR Keluarga
APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
Saya puas bahwa saya dapat kembali 1
pada keluarga (teman-teman) saya
1. Adaptasi
untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
Saya puas dengan cara keluarga 2
(teman-teman) saya membicarakan
2. Hubungan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan
saya
Saya puas bahwa keluarga (teman- 1
teman) saya menerima dan
3. Pertumbuhan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
Saya puas dengan cara keluarga 1
(teman-teman) saya mengekspresikan
4. Afeksi efek dan berespons terhadap emosi
emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
Saya puas dengan cara teman-teman 1
5. Pemecahan saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama
Total 6
3.2 Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1.  Ds : Klien mengatakan Penurunan tajam Penurunan
pandangan tidak jelas, penglihatan persepsi sensori :
pandangan berkabut. Penglihatan
 Do : Visus berkurang,
penurunan ketajaman
penglihatan, dan terdapat
kekeruhan pada lensa mata.
2.  Ds : Pasien mengatakan Kurang pengetahuan Ansietas
cemas dan takut. tentang proses penyakit
 Do : Nadi meningkat,
tekanan darah meningkat,
wajah tampak gelisah,
wajah murung dan sering
melamun.
3.  Ds : Klien mengatakan Penurunan fungsi Gangguan
tidak bisa melihat dengan penglihatan perawatan diri
jelas, pandangan kabur.
 Do : Klien tidak dapat
banyak bergerak, kondisi
tubuh tidakrapidan tampak
acak - acakan.

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan
2. Ansietas.
3. Gangguan perawatan diri
3.4 Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Penurunan Tujuan : Kriteria Hasil : 1. Kaji ketajaman penglihatan klien
persepsi Setelah dilakukan - Klien dapat2. Identifikasikan alternatif untuk optimalisasi
sensori : intervensi berorientasi sumber rangsangan
Penglihatan keperawatan dengan lingkungan 3. Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi
lansia dapat - Terhindar dari penglihatan
berorientasi resiko terjatuh 4. Orientasikan klien terhadap ruangan
dengan 5. Letakkan alat yang sering digunakan di dekat
lingkungan. klien atau pada sisi mata yang lebih sehat
6. Berikan pencahayaan cukup
7. Letakkan alat ditempat yang tetap
8. Hindari cahaya yang menyilaukan
9. Anjurkan penggunaan alternatif rangsang
lingkungan yang dapat diterima : auditorik,
taktil.
2. Ansietas Tujuan : Kriteria Hasil : 1. Kaji adanya tanda dan gejala ansietas.
Setelah dilakukan - Nadi normal 2. Gunakan suatu sistem pendekatan yang
intervensi - TD normal tenang dan meyakinkan klien.
keperawatan - Wajah tampak 3. Jelaskan mengenai penyakit yang dialami
ansietas teratasi lebih ceria oleh klien, dan berikan klien dukungan untuk
- Klien dapat membangkitkan semangat hidupnya.
menerima 4. Jawab pertanyaan yang diajukan klien secara
keadaannya jujur dan berikan waktu untuk klien
mengekspresikan perasaannya.
5. Ingatkan pasien untuk minum obat tepat
waktu.
6. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik
relaksasi nafas
3. Gangguan Tujuan : Kriteria Hasil : 1. Terangkan pentingnya perawatan dan
perawatan diri Setelah dilakukan - Kondisi tubuh kebersihan diri pada klien
intervensi klien rapi 2. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan
keperawatan - Klien dapat perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan
gangguan memenuhi berhias setelah mandi.
perawatan diri kebutuhan sendiri 3. Secara bertahap libatkan klien dalam
teratasi memenuhi kebutuhan diri.

3.5 Implementasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Kep. Jam Implementasi


01-04-2020 Penurunan persepsi sensori : 08:00 1. Mengkaji ketajaman penglihatan klien
Penglihatan 08:20 2. Membantu menyesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan klien
08:35 3. Membantu klien berorientasi terhadap penataan
ruangan
08:50 4. Mendekatkan alat yang sering digunakan di dekat
klien
09:10 5. Memberikan pencahayaan cukup di ruangan tanpa
menyilauakan penglihatan klien
Ansietas 09:30 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
09:50 2. Menjelaskan mengenai penyakit yang dialami oleh
klien, dan memberikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat hidupnya.
10:30 3. Melakukan tanya jawab secara terbuka dengan klien
11:15 4. Mencontohkan teknik relaksasi dengan cara bernafas
Gangguan perawatan diri 14:00 1. Menerangkan pentingnya perawatan dan kebersihan
diri pada klien
14:25 2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah
mandi.
15:30 3. Mendorong secara bertahap libatkan klien dalam
memenuhi kebutuhan diri.
02-04-2020 Penurunan persepsi sensori : 08:00 1. Mengkaji ketajaman penglihatan klien
Penglihatan 08:20 2. Membantu menyesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan klien
08:35 3. Membantu klien berorientasi terhadap penataan
ruangan
08:50 4. Mendekatkan alat yang sering digunakan di dekat
klien
09:10 5. Memberikan pencahayaan cukup di ruangan tanpa
menyilauakan penglihatan klien
Ansietas 09:30 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
09:50 2. Menjelaskan mengenai penyakit yang dialami oleh
klien, dan memberikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat hidupnya.
10:30 3. Melakukan tanya jawab secara terbuka dengan klien
11:15 4. Mencontohkan teknik relaksasi dengan cara bernafas
Gangguan perawatan diri 14:00 1. Menerangkan pentingnya perawatan dan kebersihan
diri pada klien
14:25 2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah
mandi.
15:30 3. Mendorong secara bertahap libatkan klien dalam
memenuhi kebutuhan diri.
03-04-2020 Penurunan persepsi sensori : 08:00 1. Mengkaji ketajaman penglihatan klien
Penglihatan 08:20 2. Membantu menyesuaikan lingkungan untuk
optimalisasi penglihatan klien
08:35 3. Membantu klien berorientasi terhadap penataan
ruangan
08:50 4. Mendekatkan alat yang sering digunakan di dekat
klien
09:10 5. Memberikan pencahayaan cukup di ruangan tanpa
menyilauakan penglihatan klien
Ansietas 09:30 1. Mengkaji tingkat kecemasan klien
09:50 2. Menjelaskan mengenai penyakit yang dialami oleh
klien, dan memberikan klien dukungan untuk
membangkitkan semangat hidupnya.
10:30 3. Melakukan tanya jawab secara terbuka dengan klien
11:15 4. Mencontohkan teknik relaksasi dengan cara bernafas
Gangguan perawatan diri 14:00 1. Menerangkan pentingnya perawatan dan kebersihan
diri pada klien
14:25 2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
perawatan dirinya, mis : ganti baju, dan berhias setelah
mandi.
15:30 3. Mendorong secara bertahap libatkan klien dalam
memenuhi kebutuhan diri.
3.6 Catatan Perkembangan

No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan


          1 01 April Penurunan persepsi S: Pasien mengatakan pandangan
2020 sensori : Penglihatan masih tak jelas dan masih
terbatas untuk melakukan
setiap aktivitas
O : Masih terdapat penurunan
ketajaman penglihatan dan
visus berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Ansietas S : Pasien mengatakan sedikit


tenang
O : Pasien sudah  tenang
A : Masalah sedikit teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Gangguan perawatan diri S : Klien mengatakan pandangan


masih kabur
O : Klien tidak bisa bergerak
banyak
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
          2 02 April Penurunan persepsi S: Pasien mengatakan pandangan
2020 sensori : Penglihatan masih tak jelas dan masih
terbatas untuk melakukan
setiap aktivitas
O : Masih terdapat penurunan
ketajaman penglihatan dan
visus berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Ansietas S : Pasien mengatakan sedikit


tenang
O : Pasien sudah  tenang
A : Masalah sedikit teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Gangguan perawatan diri S : Klien mengatakan pandangan
masih kabur
O : Klien tidak bisa bergerak
banyak
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
          3 03 April Penurunan persepsi S : Pasien mengatakan pandangan
2020 sensori : Penglihatan masih tak jelas dan masih
terbatas untuk melakukan
setiap aktivitas
O : Masih terdapat penurunan
ketajaman penglihatan dan
visus berkurang
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Ansietas S : Pasien mengatakan sedikit


tenang
O : Pasien sudah  tenang
A : Masalah sedikit teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Gangguan perawatan diri S : Klien mengatakan pandangan


masih kabur
O : Klien tidak bisa bergerak
banyak
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan – kesenangan yang penulis jumpai
antara tinjauan teoritis dan tinjauan kasus pada Asuhan Keperawatan Pada Tn.D
Dengan Gangguan Sistem Penglihatan Katarak di wilayah marelan tahun 2020.
Selanjutnya penulis akan memaparkan hambatan dan dukungan dalam melakukan
asuhan keperawatan yang meliputi : pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Selama pengkajian penulis tidak ada mengalami kesulitan/ hambatan dalam
mengumpulkan data atau informasi, mengenai status kesehatan pasien ataupun
data lain tentang penulisan, di perlukan dalam penyusunan studi kasus ini penulis
mendapat bantuan penuh dari pasien, perawat yang merawat pasien atau tim
terkait.

4.2  Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang  jelas tentang masalah
kesehatan pasien yang dapat disertai dengan tindakan keperawatan. Berdasarkan
kepustakaan yang ada penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan pada kasus
dengan gangguan sistem penglihatan katarak ini.
Adapun diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis ini adalah :
1. Risiko tinggi terhadap cedera
2. Resiko tinggi terhadap infeksi
3. Gangguan sensori–perseptual : penglihatan
4. Kurang pengetahuan

Sedangkan diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :


1. Penurunan persepsi sensori : Penglihatan
2. Ansietas
3. Gangguan perawatan

4.3 Perencanaan
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang
teritik tolak pada perrmasalahan yang terjadi setelah msalah keperawatan di
tetapkan sesuai dengan prioritas masalah maka langkah selanjutnya adalah
merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang di
yang dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tindakan ini.

Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan orang -
orang disekitar klien.

4.4 Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh perawat
untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah
pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat
oleh perawat.

Dalam hal ini penulis bekerja sama dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi
aktif bersama pasien, selama penulis melakukan tindakan keperawatan penulis
juga melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat perkembangan pasien
selanjutnya.

4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan
dalam menggunakan proses keperawatan dalam  pelaksanaan tindakan. Dalam
tahap ini penulis tidak menemukan hambatan karna hasil yang diharapkan dapat
dilihat dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis laksanakan dapat
berhasil dengan baik.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dalam melakukan “Asuhan Keperawatan
pada Tn.D dengan Ganguan Sistem Penglihatan Katarak di Wilayah Marelan
Tahun 2020, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Selama dalam tahap pengkajian, penulis tidak mengalami kesulitan dan
hambatan dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan oleh
penulis.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan yang jelas tentang
masalah kesehatan pasien yang di sertai dengan tindakan keperawatan.dalam
tinjauan teoritis penulis menemukan 4 diagnosa keperawatan, sedangkan
dalam tinjauan kasus penulis hanya mengangkat 4 diagnosa keperawatan.
Karena selama tahap pengkajian penulis tidak menemukan semua persamaan
antara diagnosa dari tinjauan kasus dengan tinjauan teoritis.Karena itu tidak
dialami sepenuhnya oleh pasien yang di kaji oleh penulis.
3. Intervensi
Pada tahap intervensi penulis menetapkan beberapa rencana tindakan yang
sesuai dengan masalah - masalah yang dihadapi oleh pasien. Dalam
melakukan  perencanaan ini penulis  tidak  menemukan hambatan dan
kesulitan dikarenakan semua rencana tindakan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan yang telah disesuaikan. Dan perencanaan ini dibuat berdasarkan
keadaan dan kondisi pasien.
4. Implementasi
Setelah menyusun beberapa rencana keperawatan kemudian penulis
melanjutkan kepada tindakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
disesuaikan dengan perencanaan yang berarti. Karena rencana tindakan yang
dibuat dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini dapat terlaksana
dengan baik dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara perawat, orang
terdekat klien, dan tim medis lainnya. Di samping itu juga didukung oleh
sarana dan prasarana yang ada di Wilayah Marelan Tahun 2020.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Dalam tahap
ini penulis mendapatkan hasil dari pengamatan masalah pasien dan mendapat
respon dari orang - orang disekitar pasien.Pasien terhadap tindakan
keperawatan yang di berikan. Meskipun tidak semua masalah dapat teratasi
namun asuhan keperawatan yang diberikan telah banyak membantu dalam
mengatasi masalah pasien.

5.2 Saran
1. Kepada pasien dianjurkan untuk tetap mempertahankan kebersihan dirinya.
Dan kepada penanggung jawab panti jompo khususnya di wisma sakura
disarankan untuk terus memperhatikan kondisi klien baik itu pola makannya,
pola istirahatnya, dan sebagainya.
2. Kepada perawat  yang ada di Wilayah Marelan Tahun 2020. Disarankan untuk
lebih teliti dan lebih memperhatikan kondisi pasien. Serta selalu memantau
kondisi pasien. Terutama dalam pelaksanaan asuhan keperawatan diharapkan
adanya kecermatan dan ketelitian terhadap tindakan yang akan dilakukan.
3. Kepada institusi, di harapkan laporan kasus ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah referensi buku - buku terbaru tentang askep katarak.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2011.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC : Jakarta


Doengoes A Marylin, 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2012.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2013.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2014.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Salemba Medika ; Jakarta
Nursalam, 2010.Proses & Dokumentasi Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta
Ode Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta
Tamsuri, 2011.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai