Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT STROKE PADA LANSIA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik diampu oleh

Disusun oleh:

Anggun
Dewi Citra Rohani
Imam Priono
Regita Dwi Cahyani
Nur Fitri

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

S1 KEPERAWATAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, dan juga shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta kepada umatnya yang menaati
ajaran beliau sampaiakhir zaman.

Alhamdulillah Pemulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul


“Asuhan Keperawatan Penyakit Stroke ”. Hal ini dilaksanakan dalam rangka
memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Gerotik.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Bandung, Mei 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR........................................................................................................
i
DAFTAR ISI......................................................................................................................
ii
BAB 1PENDAHULUAN...................................................................................................
1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1
1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................................
2
BAB 2TINJAUAN TEORI...............................................................................................
4
2.1 Istilah Asing..............................................................................................................
4
2.2 Definisi......................................................................................................................
5
2.3 Etiologi......................................................................................................................
5
2.4 Manifestasi Klinis.....................................................................................................
2.5 Faktor Resiko............................................................................................................
2.6 Prosedur Diagnosis...................................................................................................
2.7 Patofisiologi..............................................................................................................
7
2.8 Analisa Data Senjang................................................................................................
8
2.9 Diagnosa Keperawatan.............................................................................................
9
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................
11
3.1 Kasus.........................................................................................................................
11

2
3.2 Pengkajian.................................................................................................................
11
3.3 Riwayat Kesehatan....................................................................................................
12
3.4 Intervensi...................................................................................................................
12
BAB 4 PENUTUP..............................................................................................................
24
4.1 Simpulan...................................................................................................................
24
4.2 Saran.........................................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
25

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi masyarakat modern
saat ini. Dewasa ini, stroke semakin menjadi masalah serius yang dihadapi
hampir diseluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan serangan stroke yang

3
mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental baik pada
usia produktif maupun usia lanjut (Junaidi, 2011).
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2012, kematian akibat
stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi.
Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya
kadar glukosa darah dalam tubuh. Tingginya kadar gula darah dalam tubuh
secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang
merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang
tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark
karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik
yang merusak jaringan otak (Rico dkk, 2008).
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit stroke di
Indonesia meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang
terdiagnosis tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas (43,1%) dan terendah
pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke
berdasarkan jenis kelamin lebih banyak laki-laki (7,1%) dibandingkan dengan
perempuan (6,8%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan
lebih tinggi (8,2%) dibandingkan dengan daerah pedesaan (5,7%).
Berdasarkan data 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia tahun 2013,
prevalensi kasus stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7,0 per mill dan 12,1 per mill untuk yang terdiagnosis memiliki gejala
stroke. Prevalensi kasus stroke tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara
(10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa
Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan
hampir sama (Kemenkes, 2013).
Seseorang menderita stroke karena memiliki perilaku yang dapat
meningkatkan faktor risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat seperti
mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas
fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit stroke (Aulia
dkk, 2008). Gaya hidup sering menjadi penyebab berbagai penyakit yang
menyerang usia produktif, karena generasi muda sering menerapkan pola makan
yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan

4
kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak mengkonsumsi kolesterol, mereka
mengkonsumsi gula yang berlebihan sehingga akan menimbulkan kegemukan
yang berakibat terjadinya penumpukan energi dalam tubuh (Dourman, 2013).
Penyakit stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu,
stroke hanya terjadi pada usia tua mulai 60 tahun, namun sekarang mulai usia 40
tahun seseorang sudah memiliki risiko stroke, meningkatnya penderita stroke
usia muda lebih disebabkan pola hidup, terutama pola makan tinggi kolesterol.
Berdasarkan pengamatan di berbagai rumah sakit, justru stroke di usia produktif
sering terjadi akibat kesibukan kerja yang menyebabkan seseorang jarang
olahraga, kurang tidur, dan stres berat yang juga jadi faktor penyebab (Dourman,
2013).
Menurut hasil penelitian Bhat, et.al (2008), merokok merupakan faktor risiko
stroke pada wanita muda. Merokok berisiko 2,6 kali terhadap kejadian stroke
pada wanita muda. Merokok dapat meningkatkan kecenderungan sel-sel darah
menggumpal pada dinding arteri, menurunkan jumlah HDL (High Density
Lipoprotein), menurunkan kemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein) yang berlebihan, serta meningkatkan oksidasi
lemak yang berperan dalam perkembangan arterosklerosis.
Hasil penelitian Rico dkk (2008) menyebutkan bahwa faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian stroke pada usia muda adalah riwayat hipertensi,
riwayat keluarga dan tekanan darah sistolik. Sedangkan faktor yang tidak
memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stroke usia muda adalah
jenis kelamin, kelainan jantung, kadar gula darah sewaktu, kadar gula darah
puasa, kadar gula darah PP, total kadar kolesterol darah dan total trigliserida.
Mutmainna dkk (2013) dalam penelitiannya di Kota Makassar menyebutkan
bahwa faktor risiko kejadian stroke pada usia muda adalah perilaku merokok,
penyalahgunaan obat, riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat
hiperkolesterolemia. Variabel jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko
kejadian stroke padadewasa awal. Sedangkan hasil penelitian Handayani (2013)
menyebutkan bahwa insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan.

5
1.2 Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa dapat memahami istilah asing pada kasus


2. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami definisi dan etiologi dari kasus
3. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari penyakit pada kasus.
4. Mahasiswa dapat memahami analisa data senjang yang didapat pada kasus
5. Mahasiswa dapat mengerti dan menentukan diagnosa keperawatan pada kasus
berdasarkan data yang diperoleh
6. Mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan untuk pasien pada kasus.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Istilah Asing


No Istilah Definisi

1. Ptosis Ptosis palpebra (blefaroptosis) adalah turunnya


kelopak mata atas di bawah kedudukan normal
dan dapat menutupi aksis visual atau tidak,
terjadinya dapat unilateral atau bilateral. Posisi
kelopak mata atas yang normal adalah 2 mm di
bawah limbus atas, atau terletak antara limbus dan
pusat pupil.

2. Strabismus Strabismus atau disebut juga juling adalah suatu


keadaan dimana terjadi kegagalan kedua mata
untuk terletak lurus yang mungkin diakibatkan
karena tidak sempurnanya penglihatan kedua
mata atau terjadi gangguan saraf yang
menggerakkan otot otot mata.

3. Epistaksis Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal


dari lubang hidung, rongga hidung atau
nasofaring.

4. Pupil Isokor Pupil isokor yaitu ketika dilakukan


pemeriksaan diatas kedua pupil ukurannya
sama (normal)

5. Reflek bisep Suatu pukulan pada diatas ibu jari pemeriksa yang
ditempatkan di atas urat daging bisep.

6. Reflek trisep Pukulan pada tendon tricep tepat di atas


olecranon.

7. Reflek Babinsky Bila bagian lateral telapak di kaki digores maka

7
terjadi kontraksi jari kaki menarik bersama-sama.
Jari-jari kaki menyebar dan menjauh.

8. Brudzinsky Tes yang dilakukan untuk memeriksa ketegangan


cabang saraf motorik yang melewati meninges.

2.2 Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit
neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf
orang (Sudoyo Aru). Istilah stroke biasanya digunakan secara spesifik untuk
menjeaskan infrak serebrum.
Stroke meruakan salah satu penakit tidak menular penyebab kematian dan
kecacatan. Stroke menduduki peringkat kedua sebagai penyebab utama
kematian setelah penyakit jantung iskemtik (Douiri, Rood, dan Wolfe, 2013;
V. Feigin dan Krisna Murthi, 2014; V. L. Feigin et al., 2014; Goldstein et al,
2011; Lozano et al, 2012; dalam Muliawati, dkk. 2018)
Stroke merupakan kejadian cerebro vasculardesease yang terjadi akibat
terganggunya fungsional otak yang bersifat akut dan mendadak dengan tanda-
tanda klinis gangguan fokal yang menetap minimal 24 jam,tanpa penyebab
lain selain vaskuler. (Zorowitz, dkk. 2010; Schmid, dkk. 2012; dalam
Ningrum, DAS, dan Santini, M. 2016).

2.3 Etiologi
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke hemoragik.
a. Stroke iskemik (non hemoragik) yaitu tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik.
Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Stroke tombotik: proses terbentuknya trombhus yang membuat
penggumapalan.
2. Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

8
3. Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah keseluruh bagian
tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada dua jenis, yaitu:
1. Heoragik intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan
otak.
2. Hemoragik subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang
subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak).
Faktor-faktor yang menyebabkan stroke
1. Faktor yang tidak dapa diubah (non reversible)
Jenis kelamin: pria lebih sering ditemukan menderita stroke
dibanding wanita.
Usia: makin tinggi usia makin tinggi pula resiko terkena stroke.
Keturunan: adanya riwayat keluarga yang terkena stroke.
2. Faktor yang dapat dirubah (reversible)
- Hipertensi
- Penyakit jantung
- Kolesterol tinggi
- Obesitas
- Diabetes militus
- Polisetemia
- Stres emosional
3. Kebiasaan hidup
- Merokok
- Peminum alkohol
- Obat-obatan terlarang
- Aktivitas yang tidak sehat: kurang olahraga, makanan
berkolestrol.

9
2.4 Manifestasi Klinis
Menurut ESO Excecutive Committe dan ESO Writting Committe (2008) dan
Jauch, dkk (2013) yaitu (dalam Widhani, R.D, 2013):
1. TIA (Transient Iscemic Attack) atau serangan stroke sementara: gejala
defisit neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam. TIA
menyebabkan penurunan jangka pendek dalam aliran darah kesuatu bagian
dari otak.
2. RIND (Reversible Iscemic Neurologic Defisit): gejala defisit neurologi
yang akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam tetapi gejala
akan hilang tidak lebih dari 7 hari.
3. Strok evaluasi (progresing stroke): kelainan atau defisit neurologi yang
berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampe yang berat sehingga
makin lama makin berat.
4. Stroke komplit (complete stroke): kelainan neurologis yang sudah menetap
dan tidak berkembang lagi.

2.5 Faktor Resiko


Timbulnya strok dibagi dalam faktor resiko yang tidak dapat diubah dan
dapat diubah (dalam Widhani, R.D, 2013).
Faktor resiko yang tidak dapat diubah:
1. Usia, bertambahnya usia merupakan faktor resiko yang terpenting untuk
terjadinya faktor stroke. Stroke paling sering terjadi pada usi lebih dari
65 tahun tetapi jarang terjadi pada usia dibawah 40 tahun.
2. Jenis kelamin, diperkiraan bahwa insidensi stroke pada wanita lebih
rendah dibandingkan pria, akibat adanya esterogen yang berfungsi
sebagai proteksi pada proses pada aterosklerosis.
3. Riwayat keluarga, seorang individu yang memiliki keluarga yang
mengalami stroke memiliki resiko lebih besar untuk menderita stroke
dibanding individu yang tidak memiliki riwayat stroke dalam keluargnya.
Faktor yang dapat diubah dibagi menjadi dua yaitu:
1. Yang berhubungan dengan kondisi kesehatan

10
a. Hiperstensi adalah keadaan dimana tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg. Hipertensi merupakan resiko utama untuk stroke baik iskemik
maupun hemoragik, makin tinggi tekanan darah, makin besar resiko
untuk mengalami stroke.
b. Penyakit jantung, hal ini didasari oleh adanya aterosklerosis yang
merupakan suatu kelainan paling mendasar pada infark mikokard
maupun stroke iskemik.
c. Diabetes militus, sebagai keadaan dimana kadar gula darah puasa 126
mg/dL atau lebih besar yang diukur dalam dua kesempatan pada hari
yang berlainan.
2. Faktor yang berhubungan dengan pola hidup
a. Merokok, faktor resiko potensial strok. Merokok meningkatkan strok
melalui efek terbentuknya trhombus dan pembentukan aterosklerosis
pada pembuluh darah.
b. Kurangnya aktifitas fisik, aktifitas fisik yang kurang merupakan faktor
resiko untuk strok, DM, obesitas, hipertensi, osteoporosis, dan depresi.
c. Aktifitas seperti berjalan, berenang, aerobik, dalam waktu rata-rata 30
menit setiap hari dapat mengurangi resiko stroke.
d. Konsumsi alkohol berlebih, insiden stroke iskemik pada orang yang
mengosumsi alkohol dalam jumlah kecil (rata-rata 1-2 gelas per hari)
lebih rendah ari pada orang yang tidak mengonsumsi alkohol.
e. Obesitas, kedaan dimana indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m 2. Obesitas
merupakan faktor resiko untuk diabetes, hipertensi, serta
hiperkolesterolemia.

2.6 Prosedur diagnostik


Diagnostik stroke iskemik dapat ditegakkan melalui meperiksaan diagnostik
(dalam Widhani, R.D, 2013):
1. Anamnesis
Anamnesis merupakanlangkah awal yang sangat berguna untuk mengenali
beberapa informasi penting untuk membantu menegakkan diagnosis
dengan cara menyatakan pasien mengenai gejala awal, perkembangan

11
gejala, penyakit sebelumnya, faktor resiko yang ada, pengobatan yang
sering dijalan. berikutnya adalah melakukan pemeriksaan neurologis
lengkap untuk mengetahui letak untuk mengungkap kemungkinan lesi.
Melalui anamnesis diharapkan sudah dapat menentukan apakah
manifestasi klinik pasien merupakan tanda dan gejala dari stroke iskemik,
stroke hemoragik, atau penyakit otak lainnya.
2. Pemeriksaan
Pasien harus segera dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis staf
konsultan stroke, dan suatu keterlambatan dalam pemeriksaan akan
menghambat upaya menejemen dan bisa memperburuk outcome.
Pemeriksaan klinik harus segera dilakukan dengan assesment dan secara
stimulan melakukan tindakan pernapasan, sirkulasi darah, dan pengawasan
terhadap suhu tubuh. Pemeriksaan yang dialakukan untuk mendiagnosis
stroke terdiri atas:
a. Pemeriksaan klinis neurologis
b. Pemeriksaan gold standar

2.7 Patofisiologi

Hipertensi Ateriosklerosis Trombus/Embori Stroke non Proses metabolisme


di Cerebral Hemoragik otak ke jaringan

Suplai darah O2 ke Otak

Arteri cerebri medula Resiko ketidakefektifan


perfusi jaringan otak
Disfungsi N.XI
(acceroris)

Fungsi motorik
muskuloskeletal

Kelemahan pada ke 2
anggota gerak

12
Hemiprase kanan

Hambatan Gangguan Resiko jatuh


mobilitas keseimbangan
fisik

2.5 Analisa Data Senjang

No Data Senjang Normal Analisa (penyebab)

1. Kelemahan pada Tidak terjadi Penurunan fungsi motorik setelah


tubuh sebelah kelemahan terjatuh yang diakibatkan dari
kanan disfungsi N.XI

2. TD : 150/90 TD : 140 /90 mmhg TD meningkat dikarenakan


mm/hg penebalan pada pembuluh darah
yang mana Ny. T sudah berusia 72
th. Telah mengalami penurunan

3. RR : 24x/mnt RR : 14 – 16x/mnt Karena klien mengalami


prehipertensi dan aliran darahnya
kekurangan oksigen, akibatnya
spasme otot paru tidak masksimal
dan proses inspirasi menjadi lebih
cepat untuk mempertahankan
oksigen dalam darah agar tetap
optimal.

4. Nadi : 100x mnt Nadi : 60 – 70x/mnt Karena klien mengalami


prehipertensi dan aliran darahnya
kekurangan oksigen, akibatnya
spasme otot paru tidak masksimal
dan proses inspirasi menjadi lebih

13
cepat untuk mempertahankan
oksigen dalam darah agar tetap
optimal.

5. Pupil isokor 3-7 mm Menandakan miosis atau


2mm penyempitan pupil yang berlebihan.
Dikarenakan syaraf parasimpatis
menginervasi otot konstriktor iris

6. Babinski (-) Babinski (+) Karena klien mengalami hemiparase


pada ekstremitas bagian kanan

2.6 Diagnosa Keperawatan

Data Etiologi DiagnosaKeperawatan


Data Subjektif : Hipertensi Resiko ketidakefektifan
- Klien mengatakan perfusi jaringan otak
Ateriosklerosis
tubuhnya terasa lemas ditandai dengan
Thrombus/ emboli di cerebral
penurunan aliran darah
Data Objektif : Stroke non Hemoragik ke otak
TD : 150/90
Proses metabolisme otak ke
RR : 24x/menit jaringan
Nadi : 100x/menit
Suplai darah O2 ke otak
Suhu : 36.5
Adanya arteriosklerosis Resiko ketidak efektifan
perfusi jaringan
Adanya hipertensi

Data Subjektif : Arteri cerebri medulla Hambatan mobilitas


- Klien mengatakan tubuh fisik b.d penurunan
Disfungsi N XI (Cucceroris)
sebelah kanan pada kekuatan otot ditandai
Menurunnya fungsi motorik
tungkai dan tangan kanan dengan kelemahan
musculoskeletal
lemah
Kelemahan pada ke 2
- Klien mengatakan dapat
anggota gerak
menggerakkan tangan

14
kanan tapi perlu dibantu Hemiprase kanan
tangan kirinya
Hambatan mobilitas fisik

Data Objektif :
- Tonus otot tangan dan
kaki melemah
- Klien mampu
menggerakkan ekstremitas
kiri. Namun lemah pada
ekstremitas kanan
- Tangan dan kaki terkulai
lemah
- Babinski (-)
Data Subjektif : Arteri cerebri medulla Resiko jatuh b.d
- Klien mengatakan gangguan
Disfungsi N XI (Cucceroris)
kelemahan tubuh sebelah keseimbangan
Menurunnya fungsi motorik
kanan pada tungkai dan
musculoskeletal
tangan kanan
Kelemahan pada ke 2
- Klien mengatakan dapat anggota gerak
menggerakkan tangan
Gangguan keseimbangan
kanan tapi perlu dibantu
tangan kirinya Resiko jatuh

Data Objektif:
- Tonus otot tangan dan
kaki melemah
- Klien mampu
menggerakkan ekstremitas
kiri. Namun lemah pada
ekstremitas kanan

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Ny. T, 72 tahun, di rawat di rumah sakit karena kelemahan tubuh
sebelah kanan pada tungkai dan tangan kanan setelah klien terjatuh di
kamar mandi. Saat pengkajian Ny. J mengatakan tangan dan kaki kanan
tidak dapat digerakkan meskipun sedikit.Lemas tetapi tangan kanannya
masih terasa bila di raba atau di cubit. Apabila tangan kanan ingin
digerakkan atau dipindahkan maka ia mempergunakan tangan kiri untuk
membantu tangan kanan.. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD150/90
mm/Hg, RR 24 x/m, N 100 x/m, S 36,5o C. Klien terlihat lemah,
kesadaran composmentis, GCS 15. Tangan dan kaki kanan terkulai
lemah. Kelopak mata tidak odem. Ptosis (-) pada mata kiri. Kepala
simetris. Sklera putih, konjungtiva merah muda, pupil isokor 2mm, iris
hitam, reflek cahaya +/+, strabismus (-), tidak ada epistaksis, Tidak
terdapat oedema, klien mampu menggerakkan ekstrimitas sisi kiri dengan
baik tetapi mengalami kelemahan pada ekstrimitas sisi kanan. Pada
pemeriksaan kekuatan otot di dapatkan: tonus otot tangan dan kaki kanan
melemah. tidak ada nyeri kepla, tidak ada kaku kuduk, reflek bisep dan
trisep (+), babinsky (-), brudzinsky 1 (-)

3.2Pengkajian
1. DATA DASAR
- Identitas Pasien
1. Nama ( Inisial Klien ) : Ny. T
2. Usia : 72 tahun
3. Status Perkawinan :Menikah
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Agama :Islam
- Sumber informasi ( penanggung jawab ) :
1. Nama : Tn. A
2. Hubungan dengan klien :Anak Pertama
3.3 RIWAYAT KESEHATAN

16
a. Riwayat kesehatan masuk RS
Pasien mengatakan tubuh sebelah kanan pada tungkai dan tangan kanan
menjadi lemah setelah klien terjatuh di kamar mandi. Jadi saat akan
menggerakan tubuh sebelah kanan pada tungkai atau tangan harus
dengan bantuan tubuh sebelah kirinya.
b. Riwayat kesehatan saat pengkajian/Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD150/90 mm/Hg, RR 24 x/m, N
100 x/m, S 36,5o C. Klien terlihat lemah, kesadaran composmentis, GCS
15. Tangan dan kaki kanan terkulai lemah. Kelopak mata tidak odem.
Ptosis (-) pada mata kiri. Kepala simetris. Sklera putih, konjungtiva merah
muda, pupil isokor 2mm, iris hitam, reflek cahaya +/+, strabismus (-),
tidak ada epistaksis, Tidak terdapat oedema, klien mampu menggerakkan
ekstrimitas sisi kiri dengan baik tetapi mengalami kelemahan pada
ekstrimitas sisi kanan. Pada pemeriksaan kekuatan otot di dapatkan: tonus
otot tangan dan kaki kanan melemah. tidak ada nyeri kepla, tidak ada kaku
kuduk, reflek bisep dan trisep (+), babinsky (-), brudzinsky 1 (-)

c. Riwayat Kesehatan Lalu:


• Riwayat alergi : Tidak ada
• Riwayat kecelakaan : Tidak ada
• Riwayat perawatan di RS : Tidak ada
• Riwayat penyakit : Hipertensi
• Riwayat pengobatan : Tidak ada
• Riwayat operasi : Tidak ada

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada

3.4 Intervensi

Diagnosa
NOC/Tujuan NIC(Renc.Intervensi) Rasional
kepereawatan

1. Risiko 0406 perfusi 2540 manajemen edema


perfusi serebral

17
jaringan jaringan Definisi : keterbatasan injuri
cerebral cerebral serebral sekunder akibat
tidak dari pembengkakan jaringan
Definisi:
efektif otak.
kecukupan Aktifitas : 1. Untuk mengetahui
aliran darah otak 1. Analisis pola TIK adanya
2. Kurangi stimulus
untuk ketidaknormalan
dalam lingkungan
mempertahanka pasien pada otot, gerakan
n fungsi otak. 3. Berikan sedasi motorik dan
sesuai kebutuhan
1: defiasi berat propioception
4. Catat perubahan
dari kisaran pasien dalam tubuh pasien.
normal berespon terhadap 2. Untuk melihat
5: tidak ada stimulus adanya
5. Hindari valsava
defiasi dari manuever keabnormalan
kisaran normal pada wajah pasien.
Tekanan darah 3. Agar engetahui
sistolik : 4 tingkat
12345 sensivitas/sensorik
Tekanan darah pasien
diastolik : 3-4 4. Untuk mengetahui
12345 masih adanya
Nilai rata-rata respon sensorik
tekanan darah: pasien.
3-4 5. Untuk
12345 memberitahu
perkembangan
1: berat pasien dan
5: tidak ada berkolaborasi
Kelesuan:2- 3 dengan dokter
12345 mengenai tindakan
Refleks saraf keperawatan
terganggu: 3-4 selanjutnya.
1. Membantu pasien

18
2380 Manajemen obat untuk meregangkan
otot2nya secara
def : fasilitasi penggunaan
mandiri.
dan efektifitas resep yang
2. Mencegah
aman serta penggunaan obat
teradinya kekakuan
dewasa
pada kaki pasien.
aktifitas : 3. Untuk melatih dan
meningkatkan
1. Tentukan obat apa
kekuatan pasien.
yang ditentukan dan
kelola sesuai protokol
4. Mencegah
(ticlopidin)
terjadinya cedera
2. Identifiksasi jenis dan baru.
jumnlah obat yang
digunakan
6. Mengedukasi
3. Ajarkan pasien atau
pasien dan
keluarga menegnai
keluarga
tindakan dan efek
mengenai
samping yang
pencegahan
diharapkan dari obat.

4. Berikan alternatif 1. Untuk menjaga


mengenai jangka klien dalam
waktu dan cara perawatan yang
pengobataan mandiri continue
untuk meminimalkan 2. Untuk
efek gaya hidup memastikan klien
tidak positif kaku
5. Dorong pasien
kuduk
untuk(bersedia
3. Untuk
dilakukan) uji
pengoptimalan
skrining untuk
menentukan efek

19
obat perfusi serebral
4. Untuk
menghindari
fleksi pinggang
yang berlebihan
5. Untuk
mempertahankan
TIK dalam
jangkauan
2590 monitor tekanan
intrakranial
Definisi : pengukuran dan
interpretaasi data pasien
untuk pengaturan
intrakranial.
Aktifitas :
1. Kalibrasi transduser
2. Periksa pasien terkait
ada tidaknya gejala 1.
kaku kuduk
3. Sesuaikan kepala
tempat tidur untuk
mengoptimalkan
perfusi serebral
4. Letakkan kepala dan
leher pasien dalam
posisi netral, hindari
posisi fleksi pinggang
yang berlebihan.
5. Berikan agen
farmakologis untuk
mempertahankan TIK
dalam jangkauan
tertentu

2. Hambatan 0208 0201 peningkatan latihan:


mobilitas Pergerakan latihan kekuatan
fisik
Definisi: Definisi: memfasilitasi
kemampuan latihan ketahanan otot

20
untul bisa secara teratur untuk
begerak bebas memelihara atau 1. Untuk mengetahui
ditempat dengan meningkatan kekuatan otot. tindakan keperawatan
atau tanpa alat Aktivitas: apa yang tepat dan
bantu 1. Lakukan skrining sesuai dengan kondisi
1: sangat kesehatan sebelum memulai pasien.
latihan untuk
terganggu
mengidentifikasi risiko
5: tidak dengan menggunakan skala
terganggu kesiapan latihan fisik
terstandar atau melengkapi
Koordinasi 3-4 2. Untuk mengetahui
pmeriksaan riwayat
12345 pemeriksaan fisik dan melaksanakan
Gerakan otot 3- tindakan sesuai
4 dengan diagnosa
2. Dapatkan
12345 persetujuan medis untuk medis.
Gerakan sendi memulai program latihan 3. Mengedukasi
3-4 kekuatan jika diperlukan pasien mengenai
12345 informasi latihan otot.
Kinerja 3. Sediakan informas
pengaturan mengenai informasi oto, 4. Menentukan target
latihan fisiologis dan
tubuh 4-5 rencana keperawatan
konsekuensi dari
12345 penyalahgunaannya untuk pasien.
Bergerak
4. Bantu dalam
dengan mudah
menentukan jangka pendek
2-3 dan jangka panjang yang 5. Membantu pasien
12345 realistis serta perasaan menggali informasi
memiliki dari rencana
mengenai latihan otot
tersebut
5. Bantu mendapatkan secara mandiri.
sumber yang diperlukan
untuk terlibat dalam latihan
otot progresif

21
0844 pengaturan posisi

Definisi: pencapaian
optimal, kesejajaran tubuh
yang tepat pada pasien yang
mengalami atau beresiko
mengalami cedera tulang
1. Untuk membina
belakang atau cedera spinal
hubungan saling
Aktivitas: percaya dan
kenyamanan pada
1. Berikan posisi
terapeutik pasien.
2. Mencegah
2. Jangan berikan timbulnya nyeri
tekanan pada bagian tubuh
yang terganggu akibat tekanan
3. Pertahankan posisi 3. Untuk memberikan
yang tepat saat mengatur kenyamanan pada
posisi pasien
pasien.
4. Lakukan ROM pasif 4. Melatih ekstremitas
pada ekstremitas yang pasien.
terganggu sesuai dengan
instruksi petugas rehabilitas
medik
5. Dukung pasien 5. Guna
untuk berpartisipasi dalam
memandirikan pasien
oerubahan posisi ( misalnya,
mengingatkan petugas jika terhadap aktivitas
sudah saatnya merubah fisiknya.
posisi)

3. Risiko 1909 perilaku 6490 Pencegahan jatuh


Jatuh pencegahan Definisi: melaksanakan
jatuh pencegahan khusus dengan
Definisi: pasien yang memiliki risiko
tindakan pribadi cedera karena jatuh
atau pengasuh 1. mencegah

22
dari kelurga Aktivitas: risiko jatuh
untuk 1. Identifikasi yang
meminimalkan kekurangan baik kognitif disebabkan
atau fisik dari pasien yang
faktor risiko oleh kognitif
mungkin meningkatkan
yang mungkin potensi jatuh pada atau fisik dari
memicu lingkungan tertentu pasien.
kejadian jatuh 2. Guna
2. Monitor gaya
dilingkungan berjalan (terutama mengidentifik
sendiri. kecepatan), keseimbangan asi adanya
dan tingkat kelelahan
1 = tidak kelainan
dengan ambulasi
pernah mengenai
menunjukan 3. Ajarkan anggota gaya berjalan,
5 = secara keluarga mengenai faktor keseimbangan
risiko yang berkontribusi
konsisten terhadap adanya kejadian , dan tingkat
menunjuka jatuh dan bagaimana kelelahan
n keluarga bisa menurunkan dengan
risiko ini
Meminta ambulasi pada
bantuan: 4-5 4. Ajarkan pasien pasien.
12345 bagaimana jika jatuh, untuk 3. Untuk
meminimalkan cedera
Menempatkan memberikan
penghalang 5. Berkolaborasi infromasi pada
untuk dengan anggota tim keluarga
kesehatan lain untuk
mencegah pasien
meminimalkan efek
jatuh: 3-4 samping dari pengobatan mengenai
12345 yang berkontribusi pada faktor risiko
Menggunakan kejadian jatuh (misalnya, dan
hipotensi ortostatiska dan
alat bantu cara berjalan (terutama bagaimana
dengan benar: kecepatan) yang tidak menurunkan
3-4 mantap atau seimbang risiko jatuh
12345 pasien.
4. Memberi
informasi dan

23
pengarahan
pada pasien
jika terjatuh,
5. Untuk
merencanakan
tindakan yang
cocok dengan
kondisi
pasien.

1800 Bantuan perawatan


diri

Definisi: membantu orang


lain untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
1. Untuk
Aktivitas:
merencanakan
1. Membantu pasien tindakan kemandirian
menerima kebutuhan terkait pasien.
dengan kondisi
ketergantungannya 2. Meminimalisir
tingkat
2. Dorong kemandirian ketergantungan
pasien, tapi bantu pasien
pasien.
ketika pasien tidak mampu
melakukannya 3. Membantu pasien
3. Monitor kemampuan melakukan tindakan
perawatan diri secara
secara mandiri.
mandiri
4. Guna
4. Ciptakan rutinitas memperbanyak
aktivitas perawatan diri

24
latihan mandiri
pasien.
5. Ajarkan orangtua
5.membantu
atau keluarga untuk
mendukung kemandirian memandirikan pasien
dengan membantu hanya dengan berkolaborasi
ketika pasien tak mampu
bersama keluarga
melakukan perawatan diri.
pasien.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf orang (Sudoyo Aru). Istilah stroke biasanya digunakan
secara spesifik untuk menjeaskan infrak serebrum.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemik dan stroke
hemoragik.Faktor yang tidak dapa diubah (non reversible)
Faktor-faktor yang menyebabkan stroke diantaranya faktor yang tidak
dapat diubah, faktor yang dapat dirubah (reversible), dan kebiasaan hidup.
4.2 Saran
Jumlah penderita stroke yang terus meningkat setiap tahunnya
membuat stroke tergolong sebagai salah satu penyakit mematikan didunia.
Namun para ahli percaya bahwa stroke dapat dicegah dengan mengurangi
risiko penyebab tersumbat atau pecahnya pembuluh darah itu.
Tetapi perlu anda ketahui jika anda kelebihan berat badan , terlalu
banyak minum alkohol, merokok, tidak berolahraga, dan memiliki pola
makan yang tidak sehat, risikonya meningkat, jadi penting untuk
mengatasi masalah tersebut.
Kepada para pembaca kami selaku penulis menyarankan kepada
anda untuk bisa melakukan pencegahan risiko stroke, misalnya gaya hidup
sehat, memeriksa detak jantung, dan mengatasi tekanan darah tinggi.

26
DAFTAR PUSTAKA
Amra, A. 2017. “Koreksi ptosis dengan teknik eksisi levator eksternal”.[online]
diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3569/09E01373.pd
f?sequence=1&isAllowed=y

Rini, C. 2015. “Asuhan keperawatan strabismus”. [online] diakses dari


https://www.academia.edu/23812463/Asuhan_keperawatan_strabismus

Munir, Delfitri, Yuritna Haryano, dkk. 2016. “Epitaksis”. Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara. Diakses melalui:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/20688/mkn-
sep2006-%20sup%20%2815%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Oxiana, D. 2015. “Pupil isokorhttps”. [online]. diakses melalui:


https://www.scribd.com/doc/57648760/Pupil-Isokor

Muliawati, dkk. 2018. “ Hubungan Tekanan Darah Dengan Kejadian Stroke


Iskemik Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2”. Sumber:
journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/download/195/131

Ningrum, Defi Amalia Setia dan Santini martini. 2016. “Status Kualitas Hidup 2
Tahun Pasca Stroke”. Sumber:
http://ojs.widyagamahusada.ac.id/index.php/JIK/article/download/128/88

Widhani, R.D. (2013). Hubungan Usia dengan Kualitas Hidup Pasien Stroke
Iskemik di RSUD Dr. Moewardi. [online]. Di akses dari:
http://www.digilib.uns.ac.id

27

Anda mungkin juga menyukai