Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK
PADA NY.S DENGAN DIAGNOSA DIMENSIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA SINTA RANGKANG
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
YOGA
2021-01-14401-052

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) EKA HARAP
PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
2

Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S


Dengan Diagnosa Dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha
Sinta Rangkang Palangka Raya
Nama : YOGA
NIM : 2021-01-14401-052
Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :


Pada Tanggal, November 2023

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Mardiono, S.Kep.,Ners Irwan Triyanto, AMK

Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

Dina Rawan G Rana, Ners., M.Kep

2
3

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,


karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Asuhan Keperawatan yang membahas tentang ”Laporan Pendahuluan
Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A Dengan Diagnosa Dimensia di Panti
Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini
disusun guna melengkapi tugas PKL.
Laporan asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Dina Rawan G Rana, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma
Tiga Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Amiyani Kristina, Ners., M.Kep selaku koordinator PKL yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Mardiono, S.Kep.,Nersselaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
5. Bapak Irwan Triyanto, AMK selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 21 November 2023

Yoga

3
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………….1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………3
1.3. Tujuan…………………………………………………………………..3
1.4. Manfaat…………………………………………………………………3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………5
2.1. Konsep Dasar Dimensia………………………………………………..5
2.1.1. Definisi…………………………………………………………….5
2.1.2. Etiologi…………………………………………………………….5
2.1.3. Tanda dan Gejala…………………………………………………..6
2.1.4. Patofisiologi………………………………………………………..6
2.1.5. Pathway……………………………………………………………8
2.1.6. Komplikasi………………………………………………………...9
2.1.7. Pemeriksaan Penunjang……………………………………………9
2.1.8. Penatalaksanaan Medis…………………………………………...10
2.2. Konsep Dasar Lansia………………………………………………….10
2.2.1. Definisi…………………………………………………………...11
2.2.2. Batas-Batasan Lansia……………………………………………..11
2.2.3. Proses Penuaan…………………………………………………...13
2.2.4. Ciri-Ciri Lansia…………………………………………………...14
2.2.5. Karakteristik Lansia………………………………………………15
2.2.6. Tipe-Tipe Lansia…………………………………………………16
2.2.7. Tugas Perkembangan Pada Lanjut Usia………………………….17
2.2.8. Tujuan Keperawatan Lansia……………………………………...18
2.2.9. Peran Perawat dan Fungsi Keperawatan…………………………20
2.3. Manajemen Keperawatan……………………………………………..21
2.3.1. Pengkajian Keperawatan…………………………………………22

4
5

2.3.2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………...24


2.3.3. Intervensi Keperawatan…………………………………………..26
2.3.4. Implementasi Keperawatan………………………………………28
2.3.5. Evaluasi Keperawatan……………………………………………28
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN………………………………………..29
3.1. Pengkajian Keperawatan……………………………………………...29
3.2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………..36
3.3. Intervensi Keperawatan……………………………………………….38
3.4. Implementasi Keperawatan…………………………………………...43
3.5. Evaluasi Keperawatan………………………………………………...43
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………..55
4.1. Kesimpulan……………………………………………………………55
4.2. Saran…………………………………………………………………..56
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...57

5
6

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penuaan menurut World Health Organization, terjadi akibat dampak
akumulasi berbagai macam kerusakan molekuler dan seluler dari waktu ke
waktu. Hal ini menyebabkan penurunan kapasitas fisik dan mental secara
bertahap, peningkatan risiko penyakit dan akhirnya kematian. Kondisi umum
pada usia yang lebih tua termasuk gangguan pendengaran, katarak dan
kelainan refraksi, nyeri punggung dan leher dan osteoartritis, penyakit paru
obstruktif kronik, diabetes, depresi, dan demensia (WHO, 2022).
Demensia menurut sindrom biasanya bersifat kronis atau progresif
yang mengarah pada penurunan fungsi kognitif (yaitu kemampuan untuk
memproses pikiran) melebihi apa yang mungkin diharapkan dari konsekuensi
biasa dari penuaan biologis. Itu mempengaruhi memori, pemikiran, orientasi,
pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa, dan penilaian. Kesadaran
tidak terpengaruh. Penurunan fungsi kognitif umumnya disertai, dan
terkadang didahului, oleh perubahan suasana hati, kontrol emosi, perilaku,
atau motivasi (WHO, 2022).
Berdasarkan data yang dipublikasikan pada tahun 2022 di dunia, sekitar
55 juta orang menderita demensia, dengan lebih dari 60% tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah merupakan masyarakat yang
mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan
pemerintah untuk memperoleh rumah.. Karena proporsi lansia dalam populasi
meningkat di hampir setiap negara, jumlah ini diperkirakan akan meningkat
menjadi 78 juta pada tahun 2030 dan 139 juta pada tahun 2050. Demensia
saat ini merupakan penyebab kematian ketujuh di antara semu penyakit dan
salah satunya penyebab utama kecacatan dan ketergantungan di antara orang
lanjut usia di seluruh dunia (WHO, 2022).
Lansia merupakan tahap ahir perkembangan pada daur kehidupan
manusia mencapai usia 60 tahun keatas. Peningkatan jumlah lansia dapat
menyebabkan masalah dalam proses penurunan fungsi berbagai organ seperti

6
7

jumlah sel, aktivitas, kemampuan mencium, berkurangnya aktifitas dan nafsu


makan sehingga mengalami perubahan struktual, fidiologis, fungsi otak,
berfikir dan mudah lupa. Sehingga hal ini menimbulkan perubahan fisik dan
penurunan fungsi tubuh yang kerap disebut dengan daya ingat berupa
demensia (Sumarni et al., 2019). Penyakit degeneratif merupakan kondisi
kesehatan dimana organ atau jaringan terkait keadaan yang terus menurun
seiring berjalannya waktu. Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak
menular (PTM) jika berhubungan dengan proses penuaan pada seseorang,
penyakit tersebut dapat terjadi pada usia produktif orang tua (Amalia et al.,
2022). Beberapa penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus (DM) dan
hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya demensia (Kylkilahti et al.,
2021).
Indonesia demensia sendiri mengalami peningkatan jumlah penduduk
lansia dari 18 juta jiwa (7,56%) pada tahun 2010. Menjadi 25,6 juta (9,7)
pada tahun 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat di mana pada tahun
2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Pravalensi data lansia penderita
demensia di Indonesia pada tahun 2019 terdapat 1,2 juta orang yang
menderita demensia, diperkirakan menjadi 2 juta orang pada tahun 2030 dan
4 juta orang penderita demensia pada tahun 2050 (Alzheimer, 2019)
Berdasarkan data prevalensi di Kalimantan Tengah pada tahun 2020 terdapat
sebanyak 6,22% atau 3,77 juta penduduk lansia dan hasil prevalensi data
lansia penderita demensia di provensi Kalimantan Timur terdapat sebanyak
4% untuk kasus lama dan unrak kasus baru belum diketahui (Kemenkes,
2020). Pada data yang di publikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota
Balikpapan pada tahun 2019, kasus demensia pada lansia terdapat sebanyak
4% untuk kasus lama dan untuk kasus baru belum di ketahui (BPS, 2019)
Penyebab demensia ini antara lain karena terganggunya sel saraf otak
dibagian tertentu mengalami kerusakan, sehingga menyebabakan kemampuan
otak untuk berkomunikasi dengan saraf lainnya menjadi menurun. Biasanya
volume otak akan mengecil atau menyusut, sehingga rongga-rongga dalam
otak melebar. Selain itu dapat disebabkan oleh penyakit seperti stroke, tumor
otak, depresi, dan gangguan sistemetilk. Demensia yang disebabkan oleh

7
8

depresi dan gangguan sistematik dapat pulih kembali, tetapi banyak kondisi
lainnya tidak dapat kembli ke kondisi sebelumnya (Ratnawati, 2021).

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A Dengan Diagnosa
Dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Palangka Raya?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan pendahuluan dan asuhan
keperawatan ini adalah untuk memahami tentang keperawatan gerontik
dalam Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. A Dengan Diagnosa Dimensia
di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta Rangkang Palangka Raya.

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Dimensia.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Dimensia.
c. Mampu menyusun perencanaan tindakan keperawatan pada pasien Tn.
A dengan Dimensia.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Tn. A dengan
Dimensia.
e. Mampu mengevaluasi pasien dengan asuhan keperawatan pada pasien
Tn. A dengan Dimensia.

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari laporan asuhan keperawatan ini diharapkan
dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan asuhan
keperawatan pada pasien yang mengalami Dimensia.

8
9

1.4.2. Manfaat Praktik


a. Bagi Perawat
Untuk masukan dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Tn. A
Dengan Diagnosa Dimensia di Panti Sosial Tresna Werdha Sinta
Rangkang Palangka Raya.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Mengembangkan ilmu keperawatan untuk perawat yang
berkompetensi dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
komprehensif.
c. Bagi Rumah Sakit
Hasil laporan asuhan keperawatan ini dapat digunakan sebagai
masukan baik pihak rumah sakit dalam pengembangan Asuhan
Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosa Dimensia di Panti Sosial
Tresna Werdha Sinta Rangkang Palangka Raya.
d. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memahami betapa pentingnya menjaga
kesehatan terutama dalam menjaga pola makan dan kebersihan
perorangan.

9
10

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Demensia


2.1.1. Definisi
Demensia adalah kumpulan sindrom kerena penyakit otak biasanya
kronis (menahun) atau progresif (bertahap, perlahan-lahan) di mana ada
kerusakan fungsi kortikal lebih tinggi yang multiple, termasuk memori
berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa, dan
pertimbangan, Kesadaran tidak terpengaruh. Gangguan kognitif ini
umumnya disertai dan terkadang didahului oleh penurunan kendali emosi
perilaku social, atau motivasi (Usman, 2019).
Demensia menurut dunia sindrom biasanya bersifat kronis atau
progresif yang mengarah pada penurunan fungsi kognitif (yaitu kemampuan
untuk memproses pikiran) melebihi apa yang mungkin diharapkan dari
konsekuensi biasa dari penuaan biologis. Itu mempengaruhi memori,
pemikiran, orientasi, pemahaman, perhitungan, kapasitas belajar, bahasa,
dan penilaian. Kesadaran tidak terpengaruh. Penurunan fungsi kognitif
umumnya disertai, dan terkadang didahului, oleh perubahan suasana hati,
kontrol emosi, perilaku, atau motivasi. Demensia diakibatkan oleh berbagai
penyakit dan cedera yang terutama atau sekunder mempengaruhi otak,
seperti penyakit Alzheimer atau stroke (WHO, 2022).

2.1.2. Etiologi
Penyebab demensia penyebab umum demensia meliputi:
a. Penyakit degenerative, seperti penyakit Alzheimer, Parkinson,
huntington
b. Vascular, seperti demensia multi-infark, demensia amilod, vaskulitas
c. Trauma/cedera
d. Inflames dan infeksi, seperti demensia HIV, meningitis kronis, sifilis
e. Neoplasia, seperti tumor otak primer

10
11

f. Obat-toksin, seperti antidepresan, NAPZA, dan logam berat


g. Psikologis, seperti depresi, gangguan keperibadian, gangguan cemas
h. Metabolisme, seperti kekurangan vitamin B1, B12, folat
i. Autoimun, seperti lupus eritematosus sistemik
j. Kerusakan mielin, seperti multiple sclerosis
k. Obstruksi, seperti hidrosefalus tekanan normal dan obstruktif

2.1.3. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala yang disebabkan oleh demensia adalah
sebagai berikut :
1. Kehilangan memori (biasanya gejala ini disadari oleh orang-orang
terdekatnya).
2. Kesulitan dalam berkomunikasi atau berbahasa.
3. Kesulitan merencanakan sesuatu.
4. Sering merasa bingung.
5. Kesulitan menyelesaikan tugas yang kompleks.
6. Kesulitan berkoordinasi dan penurunan fungsi motorik.
Demensia juga bisa menimbulkan gejala berupa perubahan psikologis,
seperti :
1. Perubahan kepribadian.
2. Gelisah.
3. Berperilaku aneh.
4. Halusinasi.
5. Agitasi.
6. Mengalami ketakutan berlebihan.

2.1.4. Patofisiologi
Proses menua tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya
demensia. Penuaan menyebabkan terjadinya perubahan anatomi dan
biokimiawi di sasunan saraf pusat yaitu berat otak akan menurun sebanyak
sekitar 10% pada penuaan antara umur 30 sampai 70 tahun. Berbagai faktor
etiologi yang telah disebutkan diatas merupakan kondisi-kondisi yang dapat

11
12

mempengaruhi sel-sel neuron korteks serebri Penyakit degeneratif pada


otak, gangguan vaskular dan penyakit lainnya, serta gangguan nutrisi,
metabolik dan toksisitas secara langsung maupun tak langsung dapat
menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan melalui mekanisme iskernia,
infark, inflamast, deposisi protein abnormal sehingga jumlah neuron
menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal ataupun subkortika. Di
samping itu, kadar neurotransmiter di otak yang diperlukan untuk proses
konduksi sarať juga akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan gangguan
fungsi kognitif (daya ingat, daya pikir dan belajar), gangguan sensorium
(perhatian, kesadaran),persepsi, isi pikir, emosi dan mood. Fungsi yang
mengalami gangguan tergantung lokasi area yang terkena (kortikal atau
subkortikal) atau penyebabnya, karena manifestasinya dapat berbeda.
Keadaan patologis dari hal tersebut akan memicu keadaan konfusio akut
demensia (Maghfureh, 2023).

12
13

2.1.5. Pathway Demensia

Lansia

Aging proses

Perubahan Perubahan Perubahan Perubahan


fisik kognitif sosial mental

Penurunan Kehilangan Perubahan


demensia
aktivitas hubungan perilaku
keluarga

Perubahan proses pikir

Kehilangan motovasi
Defisit perawatan
dan minat

Resiko mencederai orang Deficit perawatan diri


lain dan lingkungan ADL,Ph, dan fasiologi

13
14

2.1.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada lansia dengan demensia sebagai
berikut :
a. Peningkatan resiko infeksi diseluruh bagian tubuh
b. Troraboemboli
c. Infark miokardium, kejang
d. Kontraktur pada sendi
e. Defisit perawatan diri karena penurunan kemampuan
f. Malnutrisi
g. Dehidrasi.

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang


Untuk memastikan kemungkinan kondisi lainnya yang bisa
menyebabkan gejala yang sama, hiasanya pasien akan melakukan
serangkaian tes unik mencegah diagnosis, serta dokter akan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan kondu mental secara terperinci.
Pemeriksaan dilakukan dapat dimulai dengan pemeriksaan sederhana
hingga yang paling seksama sebagaimana berikut:
a. Lansia mengeluh mengalami yangguan ingatan, daya pikir. Misalnya
kurang lancaruya bicara, sulit menentukan kata-kata yang tepat
(fungsi eksekutif yang tergangga)
b. Menyakan riwayat keluhan dan riwayat penyakit dari keluarga atau
relasi yang terdapat maupun yang serpacaya
c. Tes darah, untuk membantu memastikan adanya gangguan lain seperti
hipotiroidime atau kekuranga vitamin B12, dil.
d. Evaluasi perilaku dan ujian kognitif, sejumlah tes terstruktur untuk
mengakur ingatan dan keterampilan mental, untuk menentukan apakah
ada penyakit dementia.
e. Pernindaian MRI (pencitraan resonansi magnetic), untuk membantu
mengidentifikasi ukuran dan perubahan struktur otak serta masalah
lainnya, seperti gumpalan darah dan tumor di otak.

14
15

f. Pengkajian khans pada lausia: pengkajian mann fungsienal,


pengkajian status kognitif.
g. Pengkajian status fungsional dengan pemeriksaan mdes katz.

2.1.8. Penatalaksanaan Medis


Terapi untuk pasien demensia tidak dapat disembuhkan, farmokologis
sebagai berikut :
a. Demensia Alzheimer menggunakan obat antikoliesterase, contoh:
galantamine
b. Demensia vaskuler dengan obat anti platelet, contolt aspirin.
c. Demensin akibat sroke yang berturut-turut tidak dapat di obati, akan
tetapi dapat dihambat perkembangannya atau di hentikan dengan
mengobati kausanya, misalnya hipertensi, DM yang berhubungan
dengan stroke.
d. Bila penyebabnya depresi, diberikan antidepresi.
e. Untuk mengendalikan perilaku yang berlebihan dapat menggunakan
anti psikotik
f. Dukungan atau peran keluarga dapat membantu pasien terhadap
orientasi dengan memfasilitasi pemasangan kalender yang besar,
pencahayan yang terang, jam dinding dan berupaya untuk
mempertahankan lingkungan yang familiar. Terapi simtomatik Diet,
latihan fisik uang sesuai, terapi rekreasional dan aktifitas, penangan.

2.2. Konsep Dasar Lansia

15
16

2.2.1. Definisi
Salah satu proses tumbuh kembang adalah lanjut usia. Manusia tidak
secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi perkembangan menjadi bayi, dewasa dan
ahimya menjadi tua Semua ini dapat dikatakan normal, dengan berbagai
perubahan fisik, dan tingkah laku yang dapat diramalkan pada usin lanjut.
Lanjut usia merupakan suatu tahapan terahir dalam proses kehidupan
seorang individu atau masa dimana individu secara alami mengalami
berbagai macam perubahan berbagai keseimbangan baik dari segi fisik,
mental, social serta spiritual dengan usia di atas 60 tahun (Ruswandi, 2022)
Setiap orang di setiap negara di dunia harus memiliki kesempatan
untuk bidup panjang dan sehat. Namun, lingkungan tempat kita tinggal
dapat mendukung kesehatan atau malah merugikannya. Lingkungan sangat
berpengaruh pada perilaku kita dan keterpaparan kita terhadap risiko
kesehatan (misalnya, polusi udara atau kekerasan), akses kita ke layanan
(misalnya, perawatan kesehatan dan sosial) dan peluang yang dibawa oleh
penuaan.
Jumlah dan proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas dalam populasi
semakin meningkat. Pada 2019, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas
adalah 1 miliar. Jumlah ini akan meningkat menjadi 1,4 miliar pada tahun
2030 dan 2,1 miliar pada tahun 2050. Peningkatan ini terjadi dengan
kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan semakin cepat
dalam beberapa dekade mendatang, terutama di negara-negara berkembang
Perubahan yang signifikan secara historis dalam populasi global ini
membutuhkan adaptasi terhadap cara struktur masyarakat di semua sektor.
Misalnya, perawatan kesehatan dan sosial, transportasi, perumahan dan tata
kota. Bekerja untuk membuat dunia lebih ramah usin adalah bagian penting
dan mendesak dari demografi kita yang terus berubah (Martina et al., 2022).

2.2.2. Batas-Batasan Lansia


Batasan umur lansia yaitu :

16
17

a. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan


lansia dalam bab 1 ayat II yang berbunyi lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun.
b. Menurut WHO, ada empat tahapan yainm
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok lansia dengan usia
anatara 45-59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly) yaitu, usin 60-74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) yaitu antara 75-90
4) Usia sangat tua (very old) yaitu usia lebih dari 90 tahun
c. Menurut Depkes RI (2013) terdiri duri:
1) Virilitas (praseniton) masa persiapan usia lanjut menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
2) Usia lanjut dini (senescen) kelompok yang mulai memasuki masa
usia lanjurdini (60-64 tahun)
3) Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit
degenerative usia diatas 60 tahun.

2.2.3. Proses Penuaan


Proses penuan adalah suatu proses yang terjadi secara normal, proses
penuaan tertjadi secara alami dan berlangsung secara terus menerus. Proses
penuaan pada setiap individu akan berjalan secara bertahap atau perlahan-
lahan dan dibagi menjadi beberapa tahap diantaranya adalah
a. Tahap Subklinik (Usia 25-35 tahun)
Seseorang pada usia 25-35 tahun dianggap asia mada untuk
produktif tetapi secara biologis terjadi penurunan kadar hormone dalam
tubuh tetapi belum ada tanda-tanda penurunan fungsi fisiologis dari
tubuh.
b. Tahap Transisi (Usia 35-45 tahun)
Pada tahap transisi ini mulai terjadi tanda penuaan, misalnya
penampilan fisik yang sudah tidak muda lagi, penumpukan lemak pada
daerah sentral, tumbult rambut yang putih, kulit mulai keriput,

17
18

penurunan kemampuan fisik, penurunan gairah seksual, dan terjadi


permananan kadar hormone 25% dari kadar optimalnya.
c. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas)
Tanda gejala penuan lebih banyak dan nayata dari masing-masing
sistem tubuh mulai dari sistem endokrin, sistem kardiovaskular (masa
jantung bertambah), system pernafasan (kemampuan batuk menurun,
kemampuan menghirup udara menurun), sistem persyarafan (lambat
dalam merespon, kurang sensitive dalam sentuhan, sistem
gastrointestinal (kehilangan gigi, indra pengacap menurun, konstipasi,
rasa lapar menurun), sistem genitourinaria (fungsi ginjal menurun,
frekuensia BAK meningkat sistem indera (pendengaran menunun,
menurunnya lapang pandangan, hilangnya akomodasi), sistem
integument (proteksi kulit menurun, pertumbuhan kuku lambat, kelenjar
keringat berkurang, elastisitas, kulit menurun, keriput), system
musculoskeletal tulang rapuh, osteoporosis, kifosis, otot-otot mudah
kram, tremor) dan sistem reproduksi (fungsi seksual menurun, atrofi
payudara) (Maghfuroh, 2023).

2.2.4. Ciri-Ciri Lansia


Berdasarkan Depkes RI (2016) ciri-ciri dari lanjut usia adalah :
a. Mengalami kemunduran
Kemunduran pada lanjut usia bisa dari factor fisik dan psikologis
yang mana keduanya saling berkaitan. Misalnya pada lansia yang
memiliki motivasi yang tinggi maka kernunduran fisiknya akan terjadi
lebih lama, dan juga sebaliknya pada lansia yang memiliki motivasi
yang rendah maka akan mempercepat fizik.

b. Memiliki setatus kelompok minoritas


Pada lanjut usia akan memiliki status kelompok yang minoritas
karena pada lansia terjadi pada perubahan sikap social yang kurang
menyenangkan, selain itu juga karena terjadi perubahan psikologis yang
menyebabkan pendapat kurang baik dari lansia.

18
19

c. Membutuhkan perubahan peran


Perubahan peran pada lansia sebaiknya sesuai dengan keinginan
dari lansia itu sendiri bukan dari masyarakat sekitarnya.
d. Mengalami penyesuaian yang buruk
Perlaku yang kurang baik dari lingkungan sekitar lansia karena
factor usia dapat berakibat pada prilaku yang buruk dari lansia karena
prilaku buruk yang di alami lansia akan menyebabkan penyesuaian yang
buruk pula pada lansia (Siregar et al., 2020).

2.2.5. Karakteristik Lansia


Menurut pusat data dan informasi, kementrian kesehatan RI (2016),
karaketristik lansia dapat dilihat berdasarkan kelompok berikut ini:
a. Jenis kelamin
Lansia lebih didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Artinya, ini
menunjukan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah perempuan.
b. Status perkawinan
Penduduk lansia ditilik dari status perkawinan nya sebagian besar
bersetatus kawin 60% dan cerai mati 37%
c. Living arrangement atau angka beban tanggungan
Angka yang menunjukan perbandingan banyaknya orang tidak
produktif (umur 65 tahun) dengan orang usia produktif (umur 15-60
tahun). Angka tersebut menjadi cermin besarnya beban ekonomi yang
harus ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk
usia nonproduktif.

d. Kondisi Kesehatan
Angka kesakitan merupakan salah satu indicator yang digunakan
untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Angka kesakitan bisa
menjadi indicator kesehatan negatife. Artinya semakin rendah angka
kesakitan derajat kesehatan penduduk yang semakin baik.

19
20

2.2.6. Tipe-Tipe Lansia


a. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,
sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hi lang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan bergaul dengan teruan, dan memenuhi undangan.
Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga
menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengekritik dan banyak tuntutan.
c. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasip baik, mengikuti kegiatan agama,
dan melakukan kegiatan apa saja.
d. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, dan acuh tak acuh
Tipe lain dari lansia yaitu tipe optimis, tipe konstruktif, tipe independent
(ketergantungan), tipe defensive (bertahan), tipe militant dan serius, tipe
pemarah frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuana), serta
tipe putus asa (benci terhadap diri sendiri) (Siregar et al., 2020).

2.2.7. Tugas Perkembangan Pada Lanjut Usia


Adapan tugas perkembangan pada lansia yaitu :
a. Beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik
b. Beradaptasi terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
c. Beradaptasi terhadap kematian pasangan, menerima diri sebagai
individu yang menua.
d. Memepertahankan kehidupan yang memuaskan
e. Menetapakan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa
f. Menemukan cara mempertahankan kualitas hidup.

20
21

2.2.8. Tujuan Keperawatan Lansia


Pada umumnya memberikan pembinaan, memudahkan tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan asyhan sosil, serta meningkatkan kualitas
pelayanan di hari tua :
a. Menjaga kesehatan lansia setinggi mungkin untuk menghindari
komplikasi kesehatan.
b. Menjaga Kesehatan lansia melalui aktivitas fisik dan mental
c. Melakukan upaya agar lansia yang menderita penyakit atau yang
mengalami gangguan kesehatan sedapat mungkin mandiri.
d. Mengunjungi dan memberikan dukungan moral dan perawatan kepada
orang tua di tahap ahir kehidupan mereka sehingga mereka dapat
mengahadapi kematian yang bermatabat (Widagdo & Kholifah, 2016).

2.2.9. Peran Perawat dan Fungsi Keperawatan


Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran ini
dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar dan
bersifat stabil. Peran adalah bentuk perilaku yang diharapkan dari sesorang
pada situasi sosial tertentu, perawat gerontik memiliki berbagai peran dan
fungsi sebagai berikut (Widagdo & Kholifah, 2016).
a. Care provider, artinya memberikan asuhan keperawatan kepada lansia
yang meliputi intervensi tindakan keperawatan, observasi keperawatan,
pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan
aturan yang diberikan.
b. Advocat, artinya perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien
dengan tim kesehatan lain dalam upaya untak pemenuhan kebutuhan
klien, membela kepentingan klien, dan membantu klien memahami
semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan. Perawat juga berperan mempertahankan dan melindungi hak-
hak klien yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak
informasi atas penyakitnya.

21
22

c. Educator, artinya perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya


melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan
perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok
keluarga yang berisiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya.
d. Counselor, artinya perawat sebagai pemberi bimbingan konseling
Perawat memberikan konseling bimbingan kepada klien, keluarga, dan
masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prieritas
e. Motivator, artinya perawat memberi motivasi kepada lansia.
f. Case manager, artinya perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim
kesehatan lainnya
g. Consultant, artinya perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah
atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan.
h. Researcher, artinya perawat sebagai peneliti di bidang keperawatan
gerontik, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah
penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian, serta
memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan motu asuhan atau
pelayanan dan pendidikan keperawatan.
i. Collaborator, artinya perawat bekerja sama dengan tim kesehatan lain
dan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan.

2.3. Manajemen Keperawatan


2.3.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien (Tarwoto,
2020). Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usiatua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan
jam MRS, nomor register dan diagnosis medis.

22
23

b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
disebabkan perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku
juga umum terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi,
tidak responsif dan koma.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes
melitus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi
oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator,
obat-obat adiktif dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang
sering digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi,
antilipidemia, penghambat beta dan lainnya. Adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian
riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang
dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
memberikan tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita Dimensia,
hipertensi, diabetes melitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi
terdahulu.

2.3.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

23
24

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis


keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan Kesehatan
(PPNI, 2017). Diagnosa yang akan muncul pada kasus stroke non
hemoragik dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) yaitu:
a. SDKI D.0109 Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan
motivasi/minat

2.3.3. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi

2.3.4. Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan adalah dari rencana tindakan yang spesifik untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (nursalam, 2014).
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dan
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada
tahap ini, perawat sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan
(Setiadi, 2010).

2.3.5. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
Tindakan keperawatan klien (Nursalam, 2014).
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi dua yaitu
evaluasi hasil atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
tindakan dan evaluasi proses atau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah

24
25

ditentukan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan


SOAP.
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan yang dilaksanakan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang di
laksanakan
A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan
apakah masalah
masih tetap muncul atau ada masalah baru atau ada masalah yang
kontradiktif dengan masalah yang ada
P : Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.

25

Anda mungkin juga menyukai