Studi Kasus RG - Gardenia Kalara Septiani Putri
Studi Kasus RG - Gardenia Kalara Septiani Putri
Oleh :
KALARA SEPTIANI PUTRI
NIM. 2021-01-14401-029
Oleh :
KALARA SEPTIANI PUTRI
NIM. 2021-01-14401-029
2
SURAT PERNYATAAN
Saya Bersumpah Bahwa Laporan Asuhan Keperawatan Ini Adalah Hasil Karya
Sendiri Dan Belum Pernah Dikumpulkan Oleh Orang Lain Untuk Memperoleh Gelar
Dari Berbagai Jenjang Pendidikan Di Perguruan Tinggi Manapun.
Yang Menyatakan,
3
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Penguji I Penguji II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Diploma Keperawatan
4
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Tn. S Dengan Diagnosa Medis Pneumonia Di Ruang Gardenia Rsud. dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Asuhan Keperawatan ini disusun guna melengkapi tugas
Praktik Praklinik Keperawatan III (PPK III).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid, S.Pd,. M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka
Raya.
2. Ibu Dina Rawan G. Rana, Ners.,M.Kep. selaku Ketua Program Studi Diploma
III Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Mardiono, S.Kep., Ners., selaku penanggung jawab Praktik Praklinik
Keperawatan III.
4. Ibu Amiyani Kristina, Ners., M.Kep, selaku Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini.
5. Ibu Ocvilien Chornelyn, S.Kep.,Ns., selaku Pembimbing Lahan yang telah
banyak memberikan saran, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat
kesalahan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan
pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Palangka Raya, 04 Januari 2024
5
DAFTAR ISI
6
Keperawatan........................................................................
BAB V PENUTUP........................................................................... 32
1.15. Kesimpulan......................................................................... 32
1.16. Saran..................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...... 34
7
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR BAGAN
9
DAFTAR SINGKATAN
10
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Konsultasi
2. SAP
3. Leaflet
11
BAB 1
PENDAHULUAN
12
memungkinkan pasien menerima perawatan intensif untuk menghindari risiko
komplikasi yang lebih serius (National Library of Medicine, 2019, Siloam
Hospitals, 2021).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien Tn. S Dengan
Diagnosa Medis Pneumonia Di Ruang Gardenia RSUD. dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum Asuhan Keperawatan adalah mampu
mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. S Dengan
Diagnosa Medis Pneumonia Di Ruang Gardenia RSUD. dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian gangguan Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn. S Dengan Diagnosa Medis
Pneumonia Di Ruang Gardenia RSUD. dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
2) Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan
gangguan Asuhan Keperawatan pada pasien Tn. S Dengan
Diagnosa Medis Pneumonia Di Ruang Gardenia RSUD. dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
3) Mampu mendeskripsikan rencana keperawatan gangguan Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn. S Dengan Diagnosa Medis
Pneumonia Di Ruang Gardenia RSUD. dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
4) Mampu mendeskripsikan tindakan keperawatan Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn. S Dengan Diagnosa Medis
13
Pneumonia Di Ruang Gardenia RSUD. dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
5) Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan gangguan Asuhan
Keperawatan pada pasien Tn. S Dengan Diagnosa Medis
Pneumonia Di Ruang Gardenia RSUD. dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Etiologi
15
4. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii
pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang
mengalami immunosupresi.
5. Aspirasi : makanan, cairan
6. Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu, dan gas. D.
Patofisiologi Pneumonia biasanya diawali dengan infeksi ringan
pada saluran pernafasan bagian atas. Seiring dengan
perkembangan penyakit terjadi peradangan parenkim yang di
sebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau aspirasi.Kapiler
melebar dan kongesti serta didalam alveolus terdapat eksudat
jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa 18eutrophil dan
makrofag. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respon inflamasi akut yang meliputi eksudasi
cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infiltrasi makrofag. Cairan eksudatif di
alveoli menyebabkan konsulidasi lobularis yang khas pada foto
thoraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang
terjadi pada bronkiolitis.
2.1.3. Tanda dan Gejala
Gejala klinis dari pneumonia adalah demam, menggigil,
berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan
sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada karena
pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka
berbaring pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada.
Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada
bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil
fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau
terdapat cairan pleura, dan ronki (Nursalam, 2016).
Sedangkan menurut (Nursalam, 2016) pneumonia menunjukan gejala
klinis sebagai berikut:
1. Batuk
16
2. Sputum produktif
3. Sesak nafas
4. Ronki
5. Demam tidak setabil
6. Leukositosis
7. Infiltrat
2.1.4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk
melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran
pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi
ini menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini
tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama sekret
semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin
sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul
dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan
mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini
dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga
timbul masalah GI.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme. keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan
paru. terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak
dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. masuknya
mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui
berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari
bahan- bahan yang ada dinasofaring dan orofaring serta perluasan
langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematoge (Nurarif
dan Kusuma, 2018).
17
Pathway Penumonia
18
2.1.5. Komplikasi
Komplikasi dari pneumonia menurut Nursalam adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak
sempurna atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya
mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah
dalam rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga
pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
4. Infeksi sistemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan
pneumonia:
1. Pemeriksaan radiologi yaitu foto thoraks, terdapat konsolidasi
satu atau beberapa lobus yang bebercak-bercak.
2. Pemeriksaan laboratorium biasanya terjadi peningkatan leukosit.
Pemeriksaan AGD untuk mengetahui status kardiopulmoner
yang berhubungan dengan oksigen.
3. Pemeriksaan gram/kultur sputumdan darah : untuk
mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok
diberikan
2.1.7. Penatalaksanaan Medis
1. Antibiotik diresepkan berdasarkan hasil pewarnaan gram dan
pedoman antibiotik (pola resistensi, faktor risiko, etiologi harus
dipertimbangkan). Terapi kombinasi juga bisa digunakan.
2. Pengobatan suportif meliputi hidrasi, antipiretik, obat antitusif,
antihistamin, atau dekongestan hidung
19
3. Bedrest dianjurkan sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda
membaik.
4. Pemberian oksigenasi suportif meliputi pemberian fraksi oksigen,
intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis
5. Jika diperlukan, dilakukan pengobatan atelektasis, efusi pleura, syok,
gagal pernapasan, atau sepsis, jika diperlukan.
6. Bagi klien berisiko tinggi terhadap Community Aquired Pneumonia,
disarankan melakukan vaksinasi pneumokokus (Scholastica, 2019).
20
Resiko tinggi pada klien dengan riwayat alkoholik, post-
operasi, infeksi pernafasan, dan klien dengan
imunosopresi (kelemahan dalam sistem imun). Hampir
60% dari klien kritis di ICU dapat menderita pneumonia
dan 50% (separuhnya) akan meninggal
c. Riwayat Kesehatan Keluarga :
1. Penyakit polikistik dalam keluarga
2. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas
seperti malnutrisi
3. Riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya
(Nurarif & Kusuma, 2015).
3. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan pneumonia merupakan
pemeriksaan fokus, berurutan pemeriksaan ini terdiri atas
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Bentuk dada dan
gerakan pernafasan. gerakan pernafasan simetris. Pada klien
dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi
nafas cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum dan
intercostalspace ( ICS ). Nafas cuping hidung pada sesak berat
dialami terutama oleh anak-anak. Batuk dan sputum. Saat
dilakukan pengkajian batuk pada klien dengan pneumonia,
biasanya didapatkan batuk produktif disertai dengan adanya
peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulent.
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernafasan. Pada
palpasi klien dengan pneumonia, gerakan dada saat bernafas
biasanya normal dan seimbang antara bagian kanan dan kiri.
Getaran suara(fremitus vokal). Taktil fremitus pada klien
dengan pneumonia biasanya normal. Klien dengan pneumonia
tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan bunyi resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru. Bunyi redup perkusi pada
klien dengan pneumonia didapatkan apabila bronkopneumonia
21
menjadi suatu sarang (kunfluens). Pada klien dengan
pneumonia, didapatkan bunyi nafas melemah dan bunyi nafas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi
perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi
didaerah mana didapatkan adanya
2) B2 (Blood)
Pada pasien pneumonia pengkajian yang didapatkan meliputi:
Di dapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, denyut nadi
perifer melemah, batas jantung tidak mengalami pergeseran,
tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak di dapatkan.
3) B3 (Brain)
Pasien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi
jaringan berat. Pada pengkajian objektif, wajah pasien tampak
meringis, menangis, merintih, meregang, dan menggeliat.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume urine berhubungan dengan intake cairan,
oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria,
karena hal tersebut tanda awal dari syok.
5) B5 (Bowel)
Pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
6) B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering
menyebabkan ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Dahlan, 2011).
1.1.2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada diagnosa
pneumonia adalah sebagai berikut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
1. (D.0005) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dengan
hambatan upaya napas
22
2. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan nafas.
3. (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membrane
alveolus-kapiler.
4. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan, ketidak mampuan mencerna makanan, faktor
psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan)
5. (D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dengan kebutuhan oksigen,
kelemahan.
23
1.1.3. Intervensi Keperawatan
24
3. Wheezing menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Dispnea menurun Terapeutik :
1. Posisikan semi fowler atau fowler
2. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspetoran,
mukolitik, jika perlu
3. Gangguan pertukaran gas Pertukaran Gas (SLKI L.01003 Hal Pemantauan respirasi (SIKI I.01014 Hal 1247)
94) Observasi :
berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan
ketidakseimbangan ventilasi- keperawatan selama 2 x 8 jam 1. Monitor frekuensi, irama, kedalama dan upaya napas
diharapkan bersihan jalan napas 2. Monitor pola napas
perfusi, perubahan membrane 3. Monitor adanya produksi sputum
membaik dengan kriteria hasil :
alveolus-kapiler. 1. Tingkat kesadaran meningkat 4. Auskultasi bunyi napas
2. Dispnea menurun Terapeutik :
3. Gelisah menurun 1. Atur intervensi pemantauan respirasi sesuai dengan
4. Napas cuping hidung menurun kondisi pasien
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantau
4. Defisit nutrisi berhubungan Status Nutrisi (SLKI L. 03030 Hal Manajemen Nutrisi (SIKI I. 03119)
dengan kuPorangnya asupan 121) Observasi :
makanan, ketidak mampuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan, faktor keperawatan selama 2 x 8 jam
25
psikologis (mis. Stress, diharapkan bersihan jalan napas 2. Identifikasi makanan yang disukai
keengganan untuk makan) membaik dengan kriteria hasil : 3. Monitor asupan makanan
1. Porsi makanan yang dihabiskan 4. Monitor berat badan
meningkat Terapeutik :
2. Nafsu makan meningkat 1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
3. Berat badan membaik 2. Berikan suplemen makanan, jika perlu
4. Indeks massa tubuh (IMT) Edukasi :
membaik
1. Anjurkan posisi dudu, jika mampu
Kolaborasi :
Kolanorasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan
5. Intoleransi aktifitas Toleransi Aktivitas (SLKI L.05047 Manajemen energi (SIKI I.05178 Hal 176)
Hal 149) Observasi :
berhubungan dengan
Setelah dilakukan tindakan
ketidakseimbangan antara suplai keperawatan selama 2 x 8 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
diharapkan bersihan jalan napas mengakitbatkan kelelahan
dengan kebutuhan oksigen, 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
membaik dengan kriteria hasil :
kelemahan. 1. Frekuensi nadi menurun 3. Monitor pola jam tidur
2. Saturasi oksigen meningkat Terapeutik :
3. Kemudahan dalam melakukan 1. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
aktivitas sehari-hari meningkat Edukasi :
1. Anjurkna melakukan aktivitas secara bertahap
2. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan
26
27
1.1.4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
terkait dengan dukungan dan pengobatan dan tindakan untuk memperbaiki
kondisi dan pendidikan untuk klien keluarga atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien dan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan dan strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi (Siregar, 2016)
1.1.5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi atau penilaian adalah perbandingan yang terencana dan
sistematis mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara bersambung dengan melibatkan klien, keluarga, dan
tenaga kesehatannya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada perencanaan
(Wahyuni, 2016 Dalam Ni’amatul).
28
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 57 thn
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Mekanik
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : sudah menikah
Alamat : Jln. Kalireju no. 114
Tgl MRS : 25 Desember 2023
Diagnosa Medis : Pneumonia
B. RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh Sesak nafas ketika beraktivitas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengatakan mempunyai keluhan batuk sejak 3 bulan yang lalu, Ketika di
rumah pasien mengeluh Sesak nafas, Batuk, Demam sudah 1 hari, Keluarga pasien
mengatakan pada tanggal 25 Desember 2023 pasien dibawa oleh anaknya ke rumah sakit
dan dilarikan ke IGD dengan hasil TTV TD :94/68, N : 105x/menit, RR: 24x/ dan
didapatkan diagnosa medis Pneumonia. Penatalaksanaannya adalah pemasangan infus
Nacl 0,9% 20 tpm dan pemberian obat injeksi IV Antrain 1 gr, Omeprazole 40mg.
setelah dilakukan penatalaksanaan pasien dipindahkan keruang rawat inap Gardenia.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
29
Pasien mengatakan tidak ada Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat operasi
sebelumnya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan ibunya mempunyai Riwayat penyakit Hipertensi.
GENOGRAM KELUARGA :
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Tinggal serumah
= Pasien
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
Pasien mengeluh sesak saat beraktivitas, terkadang batuk kering, dan kedua kaki
bengkak.
2. Status Mental :
a. Tingkat Kesadaran : Composmenthis
b. Ekspresi wajah : Gelisah
c. Bentuk badan : normal
d. Cara berbaring/bergerak : normal
e. Berbicara : Lancar dan jelas
f. Suasana hati : Biasa saja
g. Penampilan : Cukup rapi
h. Fungsi kognitif :
Orientasi waktu : Pasien dapat menyebutkan hari dan jam
30
Orientasi Orang : Pasien dapat menyebutkan nama keluarga
Orientasi Tempat : Pasien dapat menyebutkan dimana dia dirawat
i. Halusinasi : Dengar/Akustic Lihat/Visual Lainnya ................
j. Proses berpikir : Blocking Circumstansial Flight oh ideas
Lainnya
k. Insight : Baik Mengingkari Menyalahkan orang lain
m. Mekanisme pertahanan diri : Adaptif Maladaptif
n. Keluhan lainnya : Tidak ada Masalah
3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,10C Axilla Rektal Oral
b. Nadi/HR : 90x/mt
c. Pernapasan/RR : 25x/tm
d. Tekanan Darah/BP : 120/90 mm Hg
4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : Simetris
Kebiasaan merokok : 10-12 Batang/hari ( tapi sudah dari sebulan yang
lalu pasien sudah berhenti merokok )
Batuk, sejak 3 bulan yang lalu
Batuk darah, sejak
Sputum, warna
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe nyeri dada Orthopnoe Lainnya
Sesak nafas saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya
Irama Pernafasan Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesikuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya……………
Keluhan lainnya :
Pasien mengeluh sesak nafas Ketika beraktivitas, terkadang batuk kering tidak ada
dahak.
Masalah Keperawatan :
Pola Nafas Tidak Efektif
5. CARDIOVASCULER (BLEEDING)
Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas
31
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut cm
Ictus Cordis Terlihat Tidak melihat
Vena jugularis Tidak meningkat Meningkat
Suara jantung Normal,………………….
Ada kelainan
Keluhan lainnya :
Tampak kaki kedua kaki bengkak dengan derajat 3-4 mm dengan waktu Kembali
kurang dari 15 detik.
Masalah Keperawatan :
Kelebihan Volume Cairan
6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E :4
V :5
M :6
32
Jari ke hidung Positif Negatif
Ekstrimitas Bawah : Tumit ke jempul kaki Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh : Positif Negatif
Refleks :
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Trisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Brakioradialis : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Patella : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Akhiles : Kanan +/- Kiri +/- Skala………….
Refleks Babinski Kanan +/- Kiri +/-
Refleks lainnya : ..........................................................................................
Uji sensasi : ..........................................................................................
Keluhan lainnya :
Tidak ada keluhan
Warna : kuning
33
Bising usus : normal (5-30x/menit)
Nyeri tekan, lokasi : Tidak ada
Benjolan, lokasi : Tidak ada
Keluhan lainnya : Tidak ada keluhan lainnya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
34
Jaringan parut lokasi..............................................................................................
Tekstur rambut ...................................................................................................
Distribusi rambut
Bentuk kuku Simetris Irreguler
Clubbing Finger Lainnya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
35
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Gland Penis .................................................................
Maetus Uretra ..............................................................
Discharge, warna ........................................................
Srotum ....................................................................
Hernia ....................................................................
Kelainan……………………………………………
Keluhan lain ………………………………………….
a. Reproduksi Wanita
Kemerahan, Lokasi......................................................
Gatal-gatal, Lokasi.......................................................
Perdarahan .................................................................
Flour Albus ..............................................................
Clitoris .......................................................................
Labis ....................................................................
Uretra ....................................................................
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : ……………………………………
Tafsiran partus : ……………………………………
Keluhan lain.......................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola .....................................................................................................
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan lainnya.................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
D. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan bahwa penyakitnya dideritanya itu diakibatkan karena kebiasaan
hidupnya yang kurang sehat.
2. Nutrisida Metabolisme
36
TB : 169 Cm
BB sekarang : 55 Kg
BB Sebelum sakit : 55 Kg
Diet :
Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus :
Rendah garam Rendah kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya……….
Mual
Muntah…………….kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Rasa haus Ya Tidak
Keluhan lainnya: tida ada keluhan lainnya.
4. Kognitif :
Pasien menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan cukup baik berkomunikasi
dengan keluarga
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran ) :
Pasien merasa tidak nyaman dirumah sakit, berharap cepat pulih agar bisa pulang dan
melakukan aktivitas seperti biasanya, pasien berjenis kelamin laki-laki dengan umur
57 tahun mempunyai istri dan 3 orang anak, pasien merasa malu berada dirumah
sakit,pasien berperan sebagai seorang suami dan ayah/ kepala rumah tangga
dirumahnya.
37
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah keperawatan
6. Aktivitas Sehari-hari
Berbaring dan istirahat
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
8. Nilai-Pola Keyakinan
Pasien beragama islam
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
E. SOSIAL - SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
2. Bahasa sehari-hari
Pasien menggunakan Bahasa indonesia
5. Orang berarti/terdekat :
Orang yang berarti untuk pasien adalah istri dan anak-anaknya.
7. Kegiatan beribadah :
Pasien berdoa dirumah maupun di tempat beribadah.
38
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Hari, Tanggal : 04 Januari 2024
No
Nama Obat Dosis Pemberian Indikasi
.
1. Curcuma 3x1 untuk membantu menambah atau
meningkatkan nafsu makan, membantu
menjaga daya tahan tubuh serta
membantu memelihara fungsi hati.
2. Ketocid 3x1 untuk membantu memenuhi kebutuhan
asam amino dan menjaga kesehatan
tubuh.
3. Nebu Combivent 2x1 untuk mencegah dan mengontrol gejala
dari sesak napas atau mengi (wheezing)
yang disebabkan oleh asma akut dan
penyakit jantung.
( ………………………………)
39
ANALISIS DATA
DO : Bakteri masuk
1. Pasien tampak
Menggunakan oksigen
nasal kanul 5 liter.
2. Pasien tampak bernafas
Mengalami Infeksi
dengan cepat ( Takipnea )
3. Pasien tampak sering
menggunakan posisi duduk
( Fowler )
4. Pasien tampak lemah Sesak Nafas
5. TTV : TD : 120/90
N : 90 x/mnt
SPO2 : 98%
RR : 25 x/mnt Gangguan Pola napas
DO : adanya edema
1. Tampak ke dua kaki pasien
bengkak ( Pitting edema )
2. Edema dengan derajat 2 :
kedalamannya 3-4 mm
Kelebihan volume cairan
dengan waktu Kembali
kurang dari 15 detik.
3. Pasien tampak lemah
40
PRIORITAS MASALAH
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan ditandai dengan
pasien mengatakan sesak saat beraktivitas dan terkadang batuk kering dengan Pasien tampak
Menggunakan oksigen nasal kanul 5 liter, Pasien tampak bernafas dengan cepat ( takipnea ),
Pasien tampak sering menggunakan posisi duduk ( fowler ), pasien tampak lemah, TTV : TD :
120/90, N : 90 x/mnt, SPO2 : 98%, RR : 25 x/mnt.
( SDKI D.0005 Pola Napas Tidak Efektif hal. 26 )
2. Hipervolemia berhubungan dengan kelebihan asupan cairan ditandai dengan Tampak ke dua
kaki pasien bengkak ( Pitting edema ), Edema dengan derajat 2 : kedalamannya 3-4 mm
dengan waktu Kembali kurang dari 15 detik, pasien tampak lemah.
( SDKI D. 0022 Hipervolemia Hal. 62 )
41
INTERVENSI KEPERAWATAN
42
Edukasi :
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
jika tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukoiltik, jika perlu.
Hipervolemia SLKI L.03020 Hal. 41 SIKI I.03114 Hal. 181 Manajemen 1. Agar pasien dapat mengetahui
SDKI D. 0022 Hal. 62 Keseimbangan Cairan Hipervolemia penanganan yang baik untuk
Setelah dilakukan Tindakan Observasi : mengatur pemasukan cairan.
keperawatan selama 1x4 jam 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia 2. Pasien mampu menangani secara
diharapkan dengan kriteria : (mis. ortopnea, dispnea, edema, sederhana dan mandiri jika
1. Edema menurun ( 5 ) JVP/CVP meningkat, refleks mengalami hal tersebut.
2. Turgor kulit membaik (5) hepatojugular positif, suara napas
tambahan)
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
3. Monitor status hemodinamik (mis,
frekuensi jantung, tekanan darah,
MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI),
jika tersedia.
4. Monitor Intake dan output cairan
5. Monitor tanda hermokonsentrasi (mis,
kadar natrium, BUN, hematokrit, berat
jenis urine)
6. Monitor tanda peningkatan tekanan
onkotik plasma (mis. kader protein dan
albumin meningkat)
7. Monitor kecepatan infus secara ketat
8. Monitor efek samping diuretik (mis,
43
hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
Terapeutik :
1. Timbang berat badan setiap hari pada
waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
Edukasi :
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin
<0,5 mL/kg/jam dalam 8 jam
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah
>1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Kolaborasi penggantian kehilangan
kalium akibat diuretik
3. Kolaborasi pemberian continuous renal
replacement therapy (CRRT), jika
perlu.
44
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Kamis, 04 Januari 1. Memonitor bunyi napas tambahan S : Pasien mengatakan masih
2024. (mis, gurgling, mengi, wheezing, sesak nafas Ketika beraktivitas
Pola Napas Tidak ronkhi kering) dan terkadang batuk kering
Efektif 2. Memonitor pola napas (frekuensi, O:
SDKI D.0005 hal. 26 kedalaman, usaha napas) 1. Pasien Tampak bernapas Kalara
Pukul 09.30 WIB 3. Memposisikan Pasien semi- dengan cepat ( takipnea )
Fowler atau Fowler 2. Pasien tampak sering duduk
4. Memberikan minum hangat (fowler )
5. Memberikan oksigen. 3. Terpasang oksigen 5 liter nasal
6. Menganjurkan asupan cairan kanul.
2000 ml/hari, jika tidak 4. Bunyi napas vesikuler
kontraindikasi 5. TTV : Spo2 : 97%
7. Berkolaborasi pemberian RR : 25 x /mnt
nebulizer combivent A : Pola Napas Tidak Efektif
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi nomor
1,2,4,7.
45
Kamis, 04 Januari 1. Memeriksa tanda dan gejala S : Pasien mengatakan kaki masih
2024. hipervolemia (mis. ortopnea, bengkak
Hipervolemia dispnea, edema, JVP/CVP O:
SDKI D. 0022 Hal. 62 meningkat, refleks hepatojugular 1. Tampak ke dua kaki pasien Kalara
Pukul 09.30 WIB positif, suara napas tambahan) bengkak ( Pitting edema )
2. Identifikasi penyebab hipervolemia 2. Edema dengan derajat 2 :
3. Memonitor Intake dan output cairan kedalamannya 3-4 mm dengan
4. Memonitor kecepatan infus secara waktu Kembali kurang dari 15
ketat detik.
5. Menimbang berat badan setiap hari 3. TTV : TD : 110/80
pada waktu yang sama Spo2 : 97%
6. Membatasi asupan cairan dan RR : 25 x /mnt
garam A : Hipervolemia belum teratasi
7. Menganjurkan melapor jika BB P : Lanjutkan Intervensi nomor
bertambah >1 kg dalam sehari 3,4,5,7,8,9.
8. Mengajarkan cara membatasi
cairan
9. Berkolaborasi pemberian diuretik
46
Hari/Tanggal Catatan Perkembangan (SOAP) Nama dan
Tanda Tangan
Perawat/Bidan
Sabtu, 06 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas Ketika
beraktivitas dan terkadang batuk kering
Januari 2024
O:
08.30 WIB 1. Pasien Tampak bernapas dengan cepat
( takipnea )
Pola Napas
2. Pasien tampak sering duduk (fowler )
Tidak Efektif 3. Terpasang oksigen 5 liter nasal kanul.
4. Bunyi napas vesikuler
Kalara
5. TTV : Spo2 : 98%
RR : 25 x /mnt
A : Pola Napas Tidak Efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi nomor 1,2,4,7.
47
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Penyakit menular merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,
atau parasit yang dapat ditularkan melalui media tertentu. Penyakit menular sering
juga disebut penyakit infeksi karena penyakit ini diderita melalui infeksi virus,
bakteri, atau parasit yang ditularkan melalui berbagai macam media seperti udara,
jarum suntik, transfuse darah, tempat makan atau minum, dan lain sebagainya.
Penyakit menular walaupun secara global sudah menunjukkan penurunan angka
kematian yang signifikan, penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan yang
serius terutama pada negara yang berpenghasilan rendah dan menengah. Penyebab
kematian pada negara-negara tersebut didominasi oleh penyakit menular seperti
pneumonia dan infeksi saluran pernapasan bawah lainnya, penyakit diare, malaria,
tuberculosis (TB). dan Human Immunodeficiency Virus/Acquired
Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) (Andika dkk, 2020; World Health
Organization WHO, 2018; Brunier, 2020).
Seperti yang didapat di lapangan Pasien Tn. S menderita penyakit
Pneumonia, dengan keluhan Sesak nafas ketika beraktivitas, terkadang ada batuk
kering, dan kedua kaki pasien mengalami bengkak
Berdasarkan masalah diatas dapat ditarik kesimpulan adanya hubungan
antara teori dan kenyataan dilapangan yaitu, tanda dan gejala penyakit pasien.
4.2 Diagnosa
Diagnosa Keperawatan menurut teori ( Potter 2019) dengan diagnosa
medis Pneumonia yaitu Pola Napas Tidak Efektif dan Hipervolemia.
Seperti yang didapat di lapangan Tn. S menderita penyakit Pneumonia,
dengan keluhan Sesak nafas ketika beraktivitas, terkadang ada batuk kering, dan
kedua kaki pasien mengalami bengkak.
Berdasarkan masalah diatas dapat ditarik kesimpulan adanya hubungan
antara teori dan kenyataan dilapangan yaitu, Diagnosa Keperawatan dengan Pola
Napas Tidak Efektif dan Hipervolemia.
48
4.3 Intervensi
Menurut teori penderita Pneunomia perlu penanganan dengan segera. Oleh
karena itu seperti tercantum dalam buku SIKI terdapat rencana keperawatan yang
perlu dilakukan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x4 jam, diharapkan
masalah teratasi dengan :
SIKI I.01011 Manajemen Jalan Napas
Observasi :
1. Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering)
2. Monitor sputum (jumlah, wama, aroma)
3. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Terapeutik :
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tit dan chin-lift (Jaw-thrust
jika curiga trauma servikal)
2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika pertu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan banda padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen. Jika perlu
Edukasi :
3. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
4. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukoiltik, jika perlu
SIKI I.03114 Hal. 181 Manajemen Hipervolemia
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea, dispnea, edema,
JVP/CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, suara napas tambahan)
2. Identifikasi penyebab hipervolemia
49
3. Monitor status hemodinamik (mis, frekuensi jantung, tekanan darah, MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jika tersedia.
4. Monitor Intake dan output cairan
5. Monitor tanda hermokonsentrasi (mis, kadar natrium, BUN, hematokrit, berat
jenis urine)
6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. kader protein dan
albumin meningkat)
7. Monitor kecepatan infus secara ketat
8. Monitor efek samping diuretik (mis, hipotensi ortortostatik, hipovolemia,
hipokalemia, hiponatremia)
Terapeutik :
1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
Edukasi :
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 8 jam
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
3. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian diuretik
2. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT), jika perlu.
50
4. bunyi napas vesikuler
5. TTV : Spo2 : 98%
RR : 25 x /mnt
A : Pola Napas Tidak Efektif belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi nomor 5,6,7,9,10.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan sudah dilakukan tindakan
dalam membantu mengurangi masalah pasien, dan evaluasi belum teratasi dan
dilakukan intervensi lanjutan.
Seperti yang ditemukan dilapangan diharapkan kebutuhan pasien terpenuhi
dengan dilakukannya tindakan keperawatan dan evaluasi yang baik.
S : Pasien mengatakan kaki masih bengkak
O:
1. Tampak ke dua kaki pasien bengkak ( Pitting edema )
2. Edema dengan derajat 2 : kedalamannya 3-4 mm dengan waktu Kembali
kurang dari 15 detik.
3. TTV : TD : 120/90
Spo2 : 98%
RR : 25 x /mnt
A : Hipervolemia belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi nomor 3,5,6,8,10,12,13,14,15,16.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan sudah dilakukan tindakan
dalam membantu mengurangi masalah pasien, dan evaluasi belum teratasi dan
dilakukan intervensi lanjutan.
51
BAB 5
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan pada pembahasan
dapat disimpulkan bahwa peneliti telah mendapatkan gambaran asuhan
keperawatan pada pasien Pneumonia dengan Pola Napas Tidak Efektif dan
Hipervolemia didapatkan simpulan sebagai berikut:
1) Pada saat dilakukan pengkajian klien Pasien mengeluh Sesak nafas
ketika beraktivitas, terkadang ada batuk kering, dan kedua kaki pasien
mengalami bengkak.
2) Intervensi yang dilakukan yaitu Manajemen pola nafas dan
manajemen hypervolemia.
3) Pada implementasi belum semuanya dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang tercantum pada intervensi.
4) Berdasarkan yang telah dilakukan maka didapatkan untuk diagnosa
keperawatan yang muncul belum teratasi.
1.2. Saran
Setelah melakukan tindakan asuhan keperawatan selama 1x7 jam,
selanjutnya penulis memberikan saran atas tindakan yang telah dilakukan,
yakni :
1) Pengkajian dilakukan secara komprehensif untuk mendapatkan detail
kondisi pasien secara lengkap guna mengetahui masalah kesehatan
yang dialami oleh pasien karena tiap pasien memiliki masalah yang
berbeda-beda.
2) Diagnosa keperawatan diberikan sesuai dengan masalah keperawatan
yang ada serta sesuai dengan data fokus
3) Intervensi dilakukan secara berurutan guna menunjukan prioritas
masalah keperawatan yang dialami pasien
4) Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi serta dilakukan
dengan baik dan benar guna mengatasi masalah keperawatan pada
pasien dengan maksimal.
52
5) Evaluasi diberikan sesuai dengan pemantauan kondisi pada pasien
serta mampu memberikan perbaikan yang signifikan pada masalah
keperawatan yang dialami pasien.
Semoga dengan ada nya hal ini kita semua dapat memahami dengan
baik tentang penyakit Pneumonia dan semoga kita semua terhindar dari
penyakit dengan memahaminya, Dengan tahu tentang penyakit dan hal apa
saja penyebab dan cara pencegahannya
53
DAFTAR PUSTAKA
Alison Brunier. 2020. "WHO Reveals Leading Causes of Death and Disability
Worldwide: 2000-2019"
Syani, Fauziah El, Budiyono, and Mursid Raharjo, 2015. "Hubungan Faktor
Risiko Lingkungan Terhadap Kejadian Penyakit Pneumonia Balita
Dengan Pendekatan Analisi Spasial di Kecamatan Semarang Utara."
Jurnal Kesehatan 3 3.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI”
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI “
54