Anda di halaman 1dari 26

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

RESUME LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA TN. G DENGAN CEDERA KEPALA

OLEH:
NI KOMANG AYU TRY WAHYUNINGSIH
NIM. 2102621008

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT BEDAH PADA
TN. G DENGAN CEDERA KEPALA

ILUSTRASI KASUS :
Seorang pria (Tn. G) berusia 36 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas 15 menit lalu. Keluarga mengatakan pasien ditabrak mobil dengan
kecepatan tinggi dan terpental hingga ±4 meter. Hasil pemeriksaan menunjukkan
pasien mengalami sesak nafas, terdengar suara nafas snoring, nafas spontan, akral
dingin, tampak pucat dan mengalami penurunan kesadaran, CRT > 2 detik. Tekanan
darah pasien 100/70 mmHg, nadi 101x/menit, pernapasan 32x/menit, suhu 35,2oC,
satiurasi oksigen 90%. Hasil pemeriksaan auskultasi dan perkusi pada pasien
menunjukkan suara nafas vesikuler.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.G
Usia : 36 Tahun
Jenis Kelamin : L/P
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Hindu
Tanggal Masuk RS : 29 September 2021
Penanggung Jawab : Ny.I (istri)
Diagnosa Medis : Cedera Kepala Berat
2. Pengkajian Primer

Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten


Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  Tidak Ada
AIRWAY

 Muntahan  Darah  Oedema


Suara Nafas :  Snoring  Gurgling  Crowing  Tidak ada
Keluhan Lain : -
Masalah Keperawatan : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Nafas :  Spontan  Tidak Spontan
Gerakan dinding dada :  Simetris  Asimetris
Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur
Jenis :  Dispnoe  Kusmaul  Cyene Stoke  Lain… …
BREATHING

Suara Paru :  Vesikuler  Wheezing  Ronchi


Sesak Nafas :  Ada  Tidak Ada
Cuping hidung  Ada  Tidak Ada
Retraksi otot bantu nafas :  Ada  Tidak Ada
Pernafasan :  Pernafasan Dada  Pernafasan Perut
RR : 32 x/menit
Keluhan Lain : -
Masalah Keperawata : Ketidakefektifan Pola Nafas

Nadi :  Teraba  Tidak teraba  N : 101x/menit


Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Pucat :  Ya  Tidak
Sianosis :  Ya  Tidak
CIRCULATION

CRT :  < 2 detik  > 2 detik


Akral :  Hangat  Dingin  S : 35,2oC
Pendarahan :  Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc  Tidak ada
Turgor :  Elastis  Lambat
Diaphoresis :  Ya Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan:  Diare  Muntah  Luka bakar
Keluhan Lain : -
Masalah Keperawatan : PK Syok

Kesadaran :  Composmentis  Delirium  Somnolen  Koma


GCS :  Eye 1  Verbal tidak dapat dikaji  Motorik 1
Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis
DISABILITY

Refleks Cahaya :  Ada  Tidak Ada

Kekuatan Otot : 0 0

0 0
Keluhan Lain : -
Masalah Keperawatan : Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral
Deformitas :  Ya Tidak  Lokasi ... ...
EXPOSURE

Contusio :  Ya Tidak  Lokasi ... ...


Abrasi :  Ya Tidak  Lokasi ... ...
Penetrasi :  Ya Tidak  Lokasi ... ...
Laserasi :  Ya Tidak  Lokasi ... ...
Edema :  Ya Tidak  Lokasi ... ...
Luka Bakar :  Ya Tidak  Lokasi ... ...
Grade : - %
Jika ada luka/ vulnus, kaji :
Luas Luka :-
Warna dasar luka: -
Kedalaman :-
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : -
Vital sign monitor
- Suhu : 35,2oC
- Frekuensi nafas : 32x/menit
- Frekuensi nadi : 101x/menit
- Tekanan darah : 100/70 mmHg
Heart monitor : Stabil setelah diberikan tindakan
3. Pengkajian Sekunder

Keluhan Utama : Pasien mengalami sesak nafas dan penurunan


kesadaran post kecelakaan lalu lintas
Sign/ Tanda Gejala : Pasien mengalami sesak nafas, terdengar suara nafas
snoring, nafas spontan, akral dingin, tampak pucat dan
mengalami penurunan kesadaran, CRT > 2 detik.
Tekanan darah pasien 100/70 mmHg, nadi
101x/menit, pernapasan 32x/menit, satiurasi oksigen
90%.
Allergi : Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat
alergi
Medication/ Pengobatan : Keluarga mengatakan tidak ada pengobatan yang
sedang dijalani
Past Medical History : Keluarga mengatakan pasien tidak pernah mengalami
kecelakaan lalu lintas sebelumnya dan tidak memiliki
riwayat penyakit kronis atau akut
Last Oral Intake/Makan terakhir : Keluarga mengatakan pasien terakhir kali makan nasi
padang dan es jeruk
Event leading injury : Kecelakaan lalu lintas

(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)


Kepala dan wajah : Kondisi kepala dan wajah tampak simetris, tidak ada
edema, luka laserasi, benjolan, dan perdasarah.
Leher : Tidak terdapat jejas, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, vena jugularis, dan deviasi trakea, tidak terlihat
adanya luka pada leher dan tidak ada benjolan
Dada : Dada tampak simetris, suara pernafasan vasikuler,
terdapat otot bantu pernapasan, tidak tampak lesi,
jejas, atau benjolan pada dada
Abdomen dan Pinggang : Tidak terdapat pembesaran dan nyeri tekan pada
abdomen, tidak ada lesi atau benjolan
Pelvis dan Perineum : Tidak Dikaji
Ekstremitas : Tidak terdapat deformitas, kelainan bentuk, sianosis,
edema, benjolan, atau perdarahan pada ekstremitas
4. Hasil Pemeriksaan Diagnostik (Belum dilakukan pemeriksaan diagnostik)
5. Terapi Medis (Pasien belum diberikan atau mendapatkan terapi medis)

B. ANALISIS DATA
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1 Data Subjektif : - Trauma tumpul Ketidakefektifan
Data Objektif : (kecelakaan) Bersihan Jalan
- Terdengar suara Nafas
nafas snoring Deselerasi/akselerasi
- Pasien terlihat sulit
bernafas Cedera kepala
- RR : 32x/menit
Penurunan kesadaran

Obstruksi jalan nafas

Kesulitan bernafas

Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas
2 Data Subjektif : - Trauma tumpul Ketidakefektifan
Data Objektif : (kecelakaan) Pola Nafas
- Pasien terlihat
kesulitan bernafas Deselerasi/akselerasi
(dispnea)
- Irama nafas cepat Cedera kepala
dan tidak teratur
- Retraksi otot bantu
Cedera jaringan
nafas
- RR : 32x/menit
- Saturasi oksigen Peningkatan suplai darah
90% ke daerah trauma

Aliran darah dan oksigen


ke otak menurun

Kerusakan sel-sel otak

Saturasi oksigen
terhambat

Ketidakefektifan Pola
Nafas
3 Data Subjektif : - Trauma tumpul PK Syok
Data Objektif : (kecelakaan)
- Pasien tampak
pucat Deselerasi/akselerasi
- Akral dingin
- Turgor lambat dan Cedera kepala
ada diaphoresis
- TD : 100/70 mmHg
Cedera jaringan
- RR : 32x/menit
- CRT : > 2 detik
Aliran darah dan oksigen
o
- Suhu : 35,2 C
ke otak menurun
- Nadi : 101x/menit
(teraba lemah)
Iskemia

Hipoventilasi
Akral dingin, pucat, nadi
cepat dan lemah,
penurunan tekanan darah

PK Syok
4 Data Subjektif : - Trauma tumpul Risiko
Data Objektif : (kecelakaan) Ketidakefektifan
- Pasien mengalami Perfusi Jaringan
penurunan Deselerasi/akselerasi Serebral
kesadaran
- GCS : Eye (1), Cedera kepala
Verbal (tidak dapat
dikaji), Motorik (1)
Cedera jaringan
- Kekuatan otot 0
pada seluruh
Aliran darah dan oksigen
ekstremitas
ke otak menurun

Penurunan kesadaran

Risiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Serebral

Diagnosis Keperawatan Prioritas :


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas ditandai dengan dispnea, suara nafas tambahan (snoring), perubahan
frekuensi nafas
2. PK Syok
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSIS
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1 Ketidakefektifan Setelah diberikan NIC Label : Manajemen Jalan Nafas
Bersihan Jalan intervensi selama 1x8 Manajemen Jalan Nafas 1. Membuka jalan nafas
Nafas jam, diharapkan tidak 1. Buka jalan nafas dengan dengan teknik head tilt chin
terdapat obstruksi jalan teknik head tilt chin lift lift (tidak mengalami cedera
nafas pasien dan pasien atau jaw thrust servikal) atau jaw thrust
dapat bernafas lancar 2. Identifikasi kebutuhan (mengalami cedera servikal)
dengan kreteria hasil : aktual/potensial pasien dilakukan untuk
NOC Label : untuk memasukkan alat memastikan jalan nafas
Status Pernafasan membuka jalan nafas tetap terbuka sehingga akan
1. Frekuensi pernafasan 3. Masukkan oroppharyngeal memudahkan dalam
pasien dalam rentang airway (OPA) atau pemasangan alat untuk
normal (12- nasopharyngeal airway memperlancar jalan nafas
20x/menit) (NPA) sesuai kondisi (Rifai & Sugiyarto, 2019)
2. Pasien tidak 4. Berikan oksigen 2. Mengidentifikasi kebutuhan
mengalami obstruksi sebagaimana mestinya aktual/potensial pasien
saluran pernafasan 5. Auskultasi suara nafas, untuk memasukkan alat
3. Saturasi oksigen catat area yang membuka jalan nafas
dalam rentang normal ventilasinya menurun atau merupakan tindakan yang
(95%-100%) tidak ada, dan adanya suara dapat memudahkan
4. Penurunan tambahan penolong untuk segera
penggunaan otot 6. Edukasi keluarga tentang melakukan tindakan
bantu nafas keadaan klien pembebasan jalan nafas
5. Dispnea berkurang 7. Kolaborasi dalam sesuai kondisi pasien
6. Tidak terdapat suara pemberian obat sesuai 3. Masukkan oroppharyngeal
nafas tambahan kondisi pasien airway (OPA) atau
nasopharyngeal airway
(NPA) dilakukan untuk
mempertahankan atau
mmebuka jalan nafas yang
menghentikan lidah
menutupi saluran
pernapasan, hal ini dapat
terjadi saat mengalami
penurunan kesadaran karena
otot-otot rahang akan
mengendur dan menyumbat
jalan nafas (Castro &
Freeman, 2021)
4. Memberikan oksigen
merupakan tindakan yang
bertujuan meningkatkan
saturasi oksigen pada pasien
dan pengaturan posisi pada
pasien yang mengalami
cedera kepala dilakukan
untuk memaksimalkan
oksigenasi sehingga terjadi
aliran darah ke serebral
(Suwandewi, Yarlitasari, &
Solikin, 2016)
5. Melakukan auskultasi suara
nafas, mencatat area yang
ventilasinya menurun atau
tidak ada, dan mengetahui
adanya suara tambahan
dilakukan untuk
memudahkan dalam
memberikan tindakan
segera yang sesuai dan
mencegah perburukan
kondisi pasien
6. Memberikan edukasi
keluarga tentang keadaan
pasien dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman
keluarga mengenai kondisi
pasien dan mengetahui
tindakan yang diberikan
untuk pasien, karena
beberapa tindakan juga
memerlukan persetujuan
dari keluarga
7. Pemberian obat dapat
dilakukan dengan
berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain misalnya
seperti dokter dan farmasi,
hal ini dilakukan untuk
mencegah perburukan
kondisi yang dialami pasien
Monitor Pernapasan Monitor Pernapasan
1. Monitor kecepatan, irama, 1. Memonitor kecepatan,
kedalaman, dan kesulitan irama, kedalaman, dan
bernafas kesulitan bernafas dilakukan
2. Monitor suara nafas untuk mengetahui status
tambahan (snoring, pernapasan pasien apakah
gurgling, crowing) mengalami masalah atau
3. Monitor saturasi oksigen tidak
4. Berikan bantuan terapi 2. Memonitor suara nafas
nafas sesuai kondisi tambahan (snoring,
(pasang endotracheal tube gurgling, crowing)
(ETT) jika mengalami dilakukan untuk
penurunan saturasi memudahkan dalam
oksigen) memberikan tindakan
pembebasan jalan nafas
pasien
3. Memonitor saturasi oksigen
dilakukan menggunkakan
alat oximeter yang
bertujuan untuk mengetahui
kadar oksigen di dalam
darah, karena pasien dengan
hipoksia rentan mengalami
penurunan saturasi oksigen
4. Jika pemberian masker
sederhana tidak
memungkinkan untuk
meningkatkan saturasi
oksigen, maka pemasangan
endotracheal tube (ETT)
dapat digunakan untuk
meningkatkan saturasi
oksigen pada pasien karena
udara akan langsung masuk
ke paru-paru sehingga aliran
udara akan lebih maksimal
5. Memonitor keluhan sesak
pasien termasuk hal yang
dapat memperburuk atau
mengurangi sesak dilakukan
untuk mengetahui hal-hal
yang dapat memperlancar
pernapasan pasien sehingga
dapat menghindari
terjadinya sesak nafas
2 PK Syok Setelah diberikan NIC Label : Manajemen Cairan
intervensi selama 1x8 Manajemen Cairan 1. Perubahan tanda-tanda vital
jam, diharapkan pasien 1. Monitor tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran dapat
tidak mengalami syok pasien dan tingkat menunjukkan pemenuhan
dan kondisi umum pasien kesadaran oksigen yang kurang dan
menjadi lebih baik 2. Monitor status sirkulasi, perubahan volume cairan
dengan kriteria hasil : warna kulit, turgor kulit, dalam tubuh yang tidak
NOC Label : suhu kulit, nadi, dan CRT adekuat
Keparahan syok : 3. Monitor tanda-tanda syok 2. Memonitor status sirkulasi,
Hipovolemik 4. Kolaborasi pemberian warna kulit, turgor kulit,
1. Nadi perifer dalam cairan melalui IV atau suhu kulit, nadi, dan CRT
rentang normal (60- orang sesuai kondisi dilakukan untuk
100x/menit) mengindentifikasi keadaan
2. Pengisian kapiler < 2 umum pasien serta tingkat
detik dan turgor syok yang dialami
elastis 3. Memonitor tanda-tanda
3. Akral kembali hangat syok merupakan cara yang
dan digunakan untuk
4. pasien tidak pucat mempermudah pemberian
5. Pasien tidak tindakan jika pasien
mengalami mengalami syok kembali
penurunan kesadaran 4. Pemberian resusitasi cairan
dengan jenis dan jumlah
yang tepat dapat membantu
meningkatkan status
sirkulasi dikarenakan terapi
cairan dapat meningkatkan
aliran pembuluh darah dan
meningkatkan cardiac
output (Andriati, Pratiwi, &
Trisutisno, 2021)

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSIS WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI TINDAKAN PARAF
1 Ketidakefektifan Rabu, 29 Manajemen Jalan Nafas Rabu, 29 September 2021
Bersihan Jalan September 2021 1. Membuka jalan nafas (10.00 WITA)
Nafas (09.00 WITA) dengan teknik head tilt Subjektif : -
chin lift (karena pasien Objektif :
tidak mengalami trauma 1. Pasien masih tidak
servikal) sadarkan diri
2. Mengidentifikasi 2. Obstruksi jalan nafas
kebutuhan pasien dapat teratasi
aktual/potensial pasien 3. Suara nafas vesikular dan
untuk memasukkan alat tidak ada suara nafas
membuka jalan nafas tambahan
(pasien harus segera 4. Setelah dilakukan
diberikan tindakan pemasangan ETT, saturasi
pembebasan jalan nafas) oksigen pasien naik dari
3. Memasukkan 80% menjadi 90%
oroppharyngeal airway
(OPA) pada jalan
pernapasan pasien untuk
mencegah adanya
obstrusksi saluran
pernapasan (pasien
mengalami lidah jatuh
kebelakang yang
menghambat laju
pernapasan)
4. Memberikan oksigen
melalui simple mask
(karena pasien trauma)
5. Melakukan auskultasi
suara nafas sehingga
dapat mendengarkan
adanya suara nafas
tambahan atau tidak
6. Mengedukasi keluarga
tentang keadaan umum
klien
7. Melakukan kolaborasi
untuk perencanaan
pemberian obat sesuai
kondisi pasien
selanjutnya
Monitor Pernapasan
1. Memonitor kecepatan,
irama, kedalaman, dan
kesulitan bernafas pada
pasien
2. Memonitor suara nafas
tambahan pasien yaitu
adanya snoring (lidah
jatuh ke belakang)
3. Memonitor saturasi
oksigen
4. Memasang endotracheal
tube (ETT) karena
pasien mengalami
penuruanan oksigen dari
94% menjadi 80%

2 PK Syok Rabu, 29 Manajemen Cairan Rabu, 29 September 2021


September 2021 1. Memonitor tanda-tanda (10.00 WITA)
(09.00 WITA) vital pasien dan tingkat Subjektif : -
kesadaran (tanda vital Objektif :
sebelumnya TD : 100/70 1. Pasien masih tidak
mmHg, RR : 32x/menit, sadarkan diri
Suhu : 35,2oC, Nadi : 2. Tanda-tanda vital pasien
101x/menit (teraba mengalami perbaikan
lemah), GCS E1VtM1 yaitu TD : 110/80 mmHg,
2. Memonitor status RR : 25x/menit, S : 36 oC,
sirkulasi, warna kulit, N : 90x/menit, CRT < 2
turgor kulit, dan CRT detik
3. Memonitor kembali 3. Tidak terlihat adanya
tanda-tanda syok tanda-tanda syok pada
4. Melakukan kolaborasi pasien
pemberian cairan
melalui IV dua jalur

E. EVALUASI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSIS WAKTU EVALUASI KEPERAWATAN PARAF
1 Ketidakefektifan Rabu, 29 Subjektif (S) :-
Bersihan Jalan September Objektif (O) :
Nafas 2021 (17.00 - Sesak pasien sudah mulai berkurang (tidak ada penggunaan
WITA) otot bantu pernapasan, RR : 25x/menit)
- TD : 110/80 mmHg
- Peningkatan saturasi oksigen dari 80% menjadi 90% setelah
dipasang endotracheal tube (ETT)
Assessment (A) :
- Permasalahan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pasien
dapat teratasi
Planning (P) :
- Intervensi dilanjutkan dengan monitoring keadaan umum
pasien, pertahankan jalan napas, dan rencanakan untuk
pemeriksaan lebih lanjut (Lab, CT Scan, Rontgen)
2 PK Syok Rabu, 29 Subjektif (S) :-
September Objektif (O) :
2021 (17.00 - Pasien masing mengalami penurunan kesadaran
WITA) - Akral pasien hangat
- Pasien tidak pucat
- Tanda-tanda vital pasien mengalami perbaikan yaitu TD :
110/80 mmHg, RR : 25x/menit, S : 36 oC, N : 90x/menit,
CRT < 2 detik
- Turgor elastis dan tidak ada diaphoresis
- Tidak terlihat adanya tanda-tanda syok pada pasien
Assessment (A) :
- Permasalahan pada pasien belum teratasi
Planning (P) :
- Intervensi dilanjutkan dengan monitoring keadaan pasien,
lakukan pencegahan syok, pantau tingkat kesadaran pasien
F. RESUM PEMINDAHAN PASIEN (SBAR) ATAU PERENCANAAN PASIEN PULANG
RENCANA PASIEN PINDAH RUANGAN
SITUATION Tn.G (36 tahun) dengan diagnosis medis cedera kepala berat. Kondisi pasien saat ini masih
mengalami penurunan kesadaran, sumbatan jalan nafas sudah ditangani, sesak berkurang
(ditandai dengan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, RR : 25x/menit ) syok (-),
peningkatan saturasi oksigen dari menjadi 90% setelah dipasang endotracheal tube (ETT),
akral hangat dan tidak pucat, tanda-tanda vital pasien mengalami perbaikan yaitu TD : 110/80
mmHg, RR : 25x/menit, S : 36 oC, N : 90x/menit, dan CRT < 2 detik.
BACKGROUND Pasien Tn.G (36 tahun) datang setelah mengalami kecelakaan lalu lintas dengan keluhan sesak
nafas, terdengar suara nafas snoring, nafas spontan, akral dingin, tampak pucat dan mengalami
penurunan kesadaran, CRT > 2 detik. Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien 100/70 mmHg,
nadi 101x/menit, pernapasan 32x/menit, suhu 35,2oC, satiurasi oksigen 90%. Di ruang IGD
pasien mendapatkan penanganan berupa penilaian status kesadaran awal dengan hasil GCS
E1V1M1, dilakukan pemeriksaan nadi dengan hasil teraba lemah. Setelah dilakukan
pemeriksaan airway dengan teknik head tilt chin lift, terdapat suara nafas snoring (pangkal
lidah jatuh kebelakang dan menghambat saluran pernapasan), sehingga dilakukan pemasangan
oropharyngeal airway (OPA) untuk membantu membebaskan jalan nafas pasien (pasien sudah
diperiksa tidak mengalami cedera servikal). Setelah itu dilakukan tindakan breathing, yaitu
memberikan oksigen kepada pasien melalui simple mask, melakukan auskultasi dan perkusi
suara nafas dengan hasil vesikular, dan memasang heart monitor. Setelah terpasang heart
monitor, terlihat saturasi pasien mengalami penurunan hingga 80% sehingga dilakukan
pemasangan endotracheal tube (ETT) dan setelahnya saturasi pasien mengalami peningkatan
menjadi 90%. Dilanjutkan pemeriksaan circulation dengan hasil tidak ada perdarahan
eksternal, akral teraba dingin, nadi meningkat, tekanan darah menurun dan pernapasan
meningkat, pasien mengalami syok dan segera dilakukan pemasangan IV 2 line untuk
pemenuhan kebutuhan cairan. Pada disability, pasien tidak dapat dilakukan penghitungan GCS
karena terpasang ETT (E1VtM1). Pada exposure, pasien tidak mengalami deformitas, edema,
serta luka, setelah dilakukan logroll pasien pada bagian belakang juga tidak ada permasalahan.
Pasien dipasang kateter dan dilakukan observasi selama delapan jam.
ASSESSMENT Saat ini pasien masih mengalami penurunan kesadaran dan pasien akan dilakukan pemindahan
ruangan untuk dilakukan pemeriksaan dan monitoring kondisi lebih lanjut. Hasil pemeriksaan
TTV terakhir yaitu TD : 110/80 mmHg, RR : 25x/menit, , N : 90x/menit, S : 36 oC.
RECOMENDATION 1. CT scan kepala
2. Foto rontgen thorax
3. Pemeriksaan EKG
4. Pemeriksaan darah lengkap
5. Pemeriksaan AGD
6. Pemasangan ventilator mekanik
MEDICATION 1. Cairan infus NaCl 0,9 (IV) 2 line
2. Terapi oksigen menggunakan ventilator mekanik

Denpasar, 29 September 2021


Mahasiswa,

Ni Komang Ayu Try Wahyuningsih


2102621008
DAFTAR PUSTAKA

Andriati, R., Pratiwi, R.D. and Trisutrisno, D., 2021. Pengaruh Resusitasi Cairan
terhadap Status Hemodinamik Mean Arterial Pressure (Map) Pada Pasien
Syok Hipovolemik Di IGD RSUD Balaraja. Journal Of Medical Surgical
Concerns, 1(1), pp.1-13

Castro, D., & Freeman, L. A. (2021). Oropharyngeal Airway. Treasure Island (FL) :
United States of America

Herdman, H., Kamitsuru, S. (2018). NANDA International nursing diagnoses :


definitions and classification 2018-2020. Jakarta : EGC, 2018

Moorhead, S. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed) (Intansari


Nurjannah &amp; Roxsana Devi Tumanggor, Penerjemah). Indonesia :
Elsevier

Rifai, A., & Sugiyarto, S. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode
Simulasi Pertolongan Pertama (Management Airway) Pada Penyintas Dengan
Masalah Sumbatan Jalan Nafas pada Masyarakat Awam di Kec. Sawit Kab.
Boyolali. (JKG) Jurnal Keperawatan Global, 4(2), 81-88

Suwandewi, A., Yarlitasari, D., & Solikin, S. (2016). Pengaruh Pemberian Oksigen
Melalui Masker Sederhana dan Posisi Kepala 30º Terhadap Perubahan
Tingkat Kesadaran Pada Pasien Cedera Kepala Sedang Di RSUD Ulin
Banjarmasin 2015. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 1(2), 1-9

Wagner, C. M. Et al. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed.)


(Intansari Nurjannah &amp; Roxsana Devi Tumanggor, Penerjemah).
Indonesia : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai