Anda di halaman 1dari 52

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK PADA


NY. W DENGAN CF RIGHT NECK FEMUR TYPE II DI
RUANG ANGSOKA 3 RSUP SANGLAH PADA TANGGAL
15 NOVEMBER – 20 NOVEMBER 2021

Dosen Pembimbing :
Ns. Nyoman Agus Jagat Raya, S.Kep., MNS.

Anggota Kelompok 2 :

1. Nurdiyanti (2102621001)
2. Kadek Ririn Agnesia (2102621006)
3. Dewa Gede Ari Wisnawa (2102621007)
4. Ni Luh Putu Wahyu Widiani (2102621022)
5. Ni Wayan Windari (2102621032)
6. Luh Yudita Intan Pratiwi (2102621034)
7. Ni Gusti Ayu Putu Intan Sofiyantari (2102621050)
8. Ni Ketut Nadia Wini Sarah (2102621060)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur merupakan kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya (Ridwan dkk, 2019). Fraktur terjadi apabila tulang
dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Saat tulang
patah, jaringan di sekitarnya juga akan terpengaruh dan mengakibatkan
edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur
tendon, kerusakan saraf, dan kerusakan pembuluh darah. Organ tubuh dapat
mengalami cedera akibat gaya yang disebabkan oleh fraktur atau akibat
fragmen tulang (Brunner & Suddarth,2002; Black & Hawks, 2014).

World Health Organization (WHO) menyebutkan pada tahun 2011 bahwa


kecelakaan menyebabkan 40% fraktur ekstremitas bawah. Menurut
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa
sekitar 8 juta orang mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang paling
banyak terjadi yaitu fraktur pada bagian ekstremitas. Fraktur ekstremitas atas
terjadi sebesar 36,9% dan fraktur ekstremitas bawah sebesar 65,2%. Hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan bahwa bagian tubuh yang
paling banyak mengalami cedera akibat kecelakaan, yaitu ekstremitas bagian
bawah (67%). Kasus fraktur femur di Indonesia merupakan yang paling
sering terjadi yaitu sebesar 39%. Puncak distribusi usia pada fraktur femur
adalah pada usia dewasa (15 - 34 tahun) dan lansia (diatas 70 tahun). Fraktur
ekstremitas dengan energi yang tinggi mengakibatkan angka mortalitas yang
tinggi bila klien mengalami multi trauma serta perdarahan hebat (Desiartama
& Aryana, 2017).

Kelompok lansia berisiko lebih tinggi untuk terjadinya fraktur oleh karena
proses penuaan yang dialami yang menyebabkan penurunan fungsi fisiologik
tubuh, salah satunya ialah penurunan kepadatan dan kualitas tulang. Selain
itu, kelompok lansia memiliki risiko jatuh yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok usia lainnya, yang meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Tenaga
kesehatan perlu memperhatikan adanya syok, anemia atau pendarahan, dan
kerusakan pada organ lain. Selain itu, penyakit komorbid seperti diabetes
melitus, hipertensi, dan anemia turut memengaruhi kejadian fraktur geriatrik.
Penanganan yang menyeluruh dan kerjasama tim kesehatan diperlukan dalam
menangani fraktur geriatrik guna meningkatkan quality of life dari pasien dan
mencegah terjadinya disabilitas (Kepel & Lengkong, 2020).

Trauma muskuloskeletal khususnya fraktur memerlukan pemberian asuhan


keperawatan yang komprehensif. Asuhan terutama ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien yang terganggu dan mencegah mengurangi
komplikasi terutama terhadap immobilisasi. Pendidikan kesehatan juga dapat
diberikan untuk mencegah cedera lebih lanjut sehingga klien secara bertahap
dapat mengoptimalkan fungsi bio-psiko-sosio-spiritualnya (Handiyani, 2018).
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk memberikan asuhan
keperawatan pada pasien lansia dengan fraktur ekstremitas khususnya fraktur
femur.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan close fracture
right femur
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian pada pasien dengan close fracture right
femur
2. Untuk merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan close
fracture right femur
3. Untuk menyusun rencana intervensi keperawatan pada pasien dengan
close fracture right femur
4. Untuk memberikan implementasi keperawatan serta alternatif pemecahan
masalah berdasarkan jurnal pada pasien dengan close fracture right
femur
5. Untuk melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan
close fracture right femur
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Penyusunan laporan asuhan keperawatan pada pasien fraktur ini diharapkan
dapat menambah wawasan penulis serta pembaca mengenai pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami fraktur dan dapat
dijadikan referensi dalam penyusunan askep pada pasien fraktur.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis

Pemberian asuhan keperawatan pada pasien fraktur ini dapat


meningkatkan keterampilan/skill penulis dalam melakukan proses
asuhan keperawatan kepada pasien fraktur serta mempraktikkan
bersama cara mengelola sebuah kasus dalam satu tim
b. Bagi Pasien

Pemberian asuhan keperawatan ini dapat meningkatkan status


kesehatan pasien serta mencegah perburukan kondisi dengan adanya
monitoring berkelanjutan dari gejala yang dirasakan
c. Bagi Perawat

Pemberian asuhan keperawatan ini membantu perawat dalam


melakukan monitoring kondisi pasien dan dapat memberikan tindakan
mandiri keperawatan pada pasien fraktur sehingga asuhan yang
diberikan kepada pasien dilaksanakan secara komprehensif
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Pasien
 Nama : Ny. W
 Jenis kelamin :P
 Umur : 72 tahun
 Pendidikan : Tidak sekolah
 Pekerjaan : Petani
 Status perkawinan : Menikah
 Agama : Hindu
 Suku : Bali
 Alamat : Dusun Pangkuh Buluh, Kaliakah, Negara
 Tanggal masuk : 12 November 2021
 Tanggal pengkajian : 15 November 2021
 Sumber informasi : Pasien dan keluarga.
 Diagnosa masuk : CF Right Neck Femur Type II
Penanggung Jawab
 Nama : Tn. G
 Hubungan dengan pasien : Anak
2. Riwayat keluarga
 Genogram

   

 Keterangan genogram
: Perempuan
: Laki
X : Meninggal
: Pasien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan

3. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
 Keluhan utama (saat MRS dan saat ini)
Keluhan utama masuk rumah sakit yaitu pasien mengeluh nyeri pada
kaki kanan yang patah. Keluhan saat ini yaitu pasien masih
mengeluh terasa nyeri pada kaki kanan yang patah.
 Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Riwayat pasien mengalami patah tulang karena jatuh di halaman
rumah pada hari selasa, 9 November 2021. Posisi jatuh yaitu paha
kanan lebih dulu menyentuh permukaan halaman yang berisi batu.
Keluarga pasien mengatakan kondisi pasien sebelum jatuh terlihat
lemas dan berjalan sedikit sempoyongan. Saat itu, keluarga tidak
langsung membawa pasien ke rumah sakit karena keluarga mengira
sakitnya tidak terlalu parah dan saat itu sedang ada kesibukan karena
bertepatan dengan persiapan hari raya Galungan. Setelah jatuh,
keluarga mengatakan bahwa pasien hanya berbaring dan tidak bisa
berjalan. Akhirnya, pasien dibawa ke RS Balimed Negara tanggal 10
November 2021 dan dilakukan rontgen pada area kaki kanan dan
ditemukan adanya fraktur pada persendian paha kanan. Pasien
direncanakan operasi, namun karena data lab menunjukkan Hb dan
trombosit rendah sehingga dilakukan rujukan ke RS Sanglah tanggal
12 November 2021. Hal tersebut karena peralatan yang kurang
lengkap dan ditakutkan terjadi perdarahan saat tindakan operasi. Saat
ini pasien terpasang skin traksi 5 kg.Tekanan darah 110/80 mmHg,
Nadi : 80x/menit, RR : 18 x/menit, S : 36,50C. Pasien direncanakan
untuk transfusi darah, untuk mengembalikan nilai Hb dan trombosit
agar dapat menjalani operasi.
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
Pasien dan keluarga mencari pelayanan kesehatan ke Rumah Sakit
Balimed Negara dan dirujuk ke RSUP Sanglah dalam upaya
pengobatan patah tulang yang dialami pasien.
b. Status kesehatan masa lalu
 Penyakit yang pernah dialami : Pasien dan keluarga mengatakan
tidak mempunyai riwayat penyakit lain.
 Pernah dirawat : RS Balimed Negara tanggal 10 November 2021
kemudian dirujuk ke RSUP Sanglah tanggal 12 November 2021.
 Riwayat alergi :  Ya Tidak Jelaskan : -
 Riwayat transfusi :  Ya  Tidak
 Kebiasaan
 Merokok :  Ya Tidak Sejak :- Jumlah :-
 Minum kopi :  Ya Tidak, sudah berhenti ± 2 tahun
Sejak :- Jumlah :-
 Penggunaan alkohol : Ya Tidak Sejak :- Jumlah :-
4. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
5. Diagnosa medis dan terapi : CF Right Neck Femur Type II
Terapi yang diberikan (15/11/2021)
- Paracetamol 4 x 500 mg PO
- Ketorolac 30 mg IV
- Lactulosa syrup 3 x Cth
- Skin traksi 5 kg
6. Pola fungsi kesehatan
a. Pemeliharan dan persepsi terhadap kesehatan
Saat ini keluarga membantu memenuhi kebutuhan harian pasien di
rumah sakit. Menurut keluarga pasien, patah tulang dapat diobati
dengan tindakan operasi. Hal tersebut juga berdasarkan pengalaman
sanak saudaranya yang menderita patah tulang setelah di operasi
akhirnya dapat sembuh kembali.
b. Nutrisi/metabolik
Berdasarkan hasil pengkajian pasien hanya mengonsumsi makanan
yang didapat dari rumah sakit yaitu bubur sebanyak 3 kali sehari.
Pasien juga minum sekitar 600 ml/hari dan juga terpasang infus 20
tpm. Pada saat pengkajian, pasien makan dengan baik dan makanannya
habis.
Pengkajian Gizi tanggal 13 November 2021
Antropometri
Berat badan saat ini : 47 kg (estimasi)
Tinggi badan (cm) : 155 cm
Berat badan ideal : 49,5 kg
BMI (kg/m2) : 19,56 kg/m2
Lingkar lengan atas : 22 cm
Biokimia
Albumin : 2, 61 mg/dL
Kreatinin : 0,70 mg/dL
BUN :12,0 mg/dL
SGOT : 34,2 u/L
SGPT : 28,7 u/L
Kalium : 4,25 mmol/L
Natrium : 138 mmol/L
Clinis (Klinik)
Pasien tidak ada mual, muntah, diare, tidak kesulitan mengunyah, tidak
ada kesulitan menelan, tidak ada sesak. Pasien hanya lemas, pusing,
dan mengalami nyeri pada bagian kaki kanan.
Diet
a. Pola makan :
Pasien makan 2-3 kali sehari, pasien mengonsumsi makanan
sumber protein/produk susu ≤ 1 porsi/hari, mengonsumsi kacang-
kacangan ≥ 2 porsi dalam seminggu, mengonsumsi daging, ikan,
atau unggas setiap hari, mengonsumsi lebih dari 2 porsi sayur dan
buah setiap hari, daan minum kurang lebih 5 cangkir/hari.
b. Asupan makan
- Asupan makan oral di rumah : < 80% (kurang)
- Asupan makan awal di rumah sakit : < 80% (kurang)
c. Pantangan dan alergi makanan
Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun.
d. Pola eleminasi
Saat sakit pasien sempat mengalami kesulitan BAB yang mana selama
3 hari belum BAB saat dirawat di rumah sakit. Namun saat ini pasien
sudah dapat BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lembek. Pasien
terpasang pempers, BAK ± 2 kali sehari.

e. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total.
f. Pola tidur dan istirahat
Keluarga pasien mengatakan pasien terkadang terbangun saat tidur
karena nyeri yang dirasakan pada kaki yang patah.
g. Pola kognitif-perseptual
Pasien mengalami nyeri pada paha kaki kanan akibat fraktur, nyeri
timbul saat digerakan, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4,
kurang lebih selama 2-3 menit.
h. Pola persepsi diri/konsep diri
Keluarga pasien mengatakan tidak ada merasa malu dengan kondisi
pasien saat ini, dan merasakan bahwa kehadiran pasien masih berarti
untuk keluarganya.
i. Pola seksual dan reproduksi
Pasien memiliki 4 orang anak dan tidak mengalami keluhan di area
reproduksi, sudah menopause.
j. Pola peran-hubungan
Anak dan menantu pasien menjaga pasien di rumah sakit selama
menjalani pengobatan, sehingga pemenuhan kebutuhan sehari-hari
dirumahnya dibantu oleh saudara ipar dan keluarga lainnya yang
mengurus kebutuhan cucu pasien.
k. Pola manajemen koping stres
Keluarga pasien mengatakan apabila jenuh dan ada permasalahan akan
bercerita dengan keluarga lainnya. Pasien sempat merasa mengeluh
dan menyesal dengan kondisinya, namun saat ini sudah mampu
menerima dengan kondisi yang sudah terjadi.
l. Pola keyakinan-nilai
Ketika pasien sakit tidak dapat lagi memenuhi aktivitas spiritualnya.
Keluarga pasien rajin sembahyang untuk mendoakan kesembuhan
pasien.
7. Riwayat kesehatan pemeriksaan fisik
Keadaan umum :  Baik Sedang  Lemah Kesadaran :
Composmentis
TD : 110/80 mmHg Nadi : 80x/menit Suhu :36,50C RR :
18 x/menit

a. Kulit, Rambut dan Kuku


Distribusi rambut :
Lesi  Ya  Tidak
Warna kulit  Ikterik  Sianosis  Kemerahan  Pucat
Akral  Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin
Turgor: elastis
Oedem  Ya  Tidak Lokasi:
Warna kuku:  Pink  Sianosis  lain-lain
Lain-lain: Tidak ada

b. Kepala dan Leher


Kepala  Simetris  Asimetris, Lesi:  ya  Tidak
Deviasi trakea  Ya  Tidak
Pembesaran kelenjar tiroid  Ya  Tidak
Lain-lain: Tidak ada

c. Mata dan Telinga


Gangguan pengelihatan  Ya Tidak
Menggunakan kacamata  Ya  Tidak Visus:
Pupil  Isokor  Anisokor
Ukuran:
Sklera/ konjungtiva  Anemis  Ikterus
Gangguan pendengaran  Ya Tidak
Menggunakan alat bantu dengar  Ya  Tidak
Tes weber: Tes Rinne: Tes Swabach:
Lain-lain: Tidak ada

d. Sistem Pernafasan:
Batuk:  Ya  Tidak
Sesak:  Ya Tidak
 Inspeksi: Tidak terdapat penggunaan otot bantu napas,
dada simetris.
Palpasi : Tidak ada benjolan
 Perkusi: Sonor
Auskultasi : Tidak terdapat suara tambahan.
Lain-lain: Tidak ada

e. Sistem Kardiovaskular :
Nyeri dada  Ya Tidak
Palpitasi  Ya  Tidak
CRT  < 3 dtk  > 3 dtk
 Inspeksi:Simetris
 Palpasi: Tidak ada teraba massa.
 Perkusi: Pekak
 Auskultasi: Bunyi lup dup, tidak terdapat suara tambahan.
Lain-lain: Tidak ada

f. Payudara Wanita dan Pria:


Payudara terlihat simetris, pasien mengatakan tidak terdapat keluhan.

g. Sistem Gastrointestinal:
Mulut  Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Pembesaran hepar  Ya  Tidak
Abdomen  Meteorismus  Asites
Nyeri tekan Peristaltik: 18 x/mnt
Lain-lain : Tidak ada

h. Sistem Urinarius :
Penggunaan alat bantu/ kateter  Ya  Tidak
Kandung kencing, nyeri tekan Ya  Tidak
Gangguan  Anuria  Oliguria  Retensi  Inkontinensia
Nokturia  Lain-lain: Tidak ada
i. Sistem Reproduksi Wanita/Pria :
Pasien sudah menikah dan mempunyai 4 orang anak.
Pasien tidak mengalami keluhan di area reproduksi, sudah
menopause.

j. Sistem Saraf:
GCS: 15 Eye:4 Verbal: 5 Motorik: 6
Rangsangan meningeal  Kaku kuduk  Kernig 
Brudzinski I  Brudzinski II
Refleks fisiologis  Patela  Trisep  Bisep  Achiles
Refleks patologis  Babinski  Chaddock  Oppenheim 
Rossolimo  Gordon  Schaefer  Stransky  Gonda
Gerakan involunter : tidak ada

k. Sistem Muskuloskeletal:
Kemampuan pergerakan sendi Bebas  Terbatas
Deformitas  Ya  Tidak

Lokasi: Tidak terkaji


Fraktur  Ya  tidak
Lokasi: Paha kanan
Kekakuan  Ya  Tidak
Nyeri sendi/otot  Ya  Tidak
Kekuatan otot : 555 555
111 555
Lainnya : Tidak ada

l. Sistem Imun:
Perdarahan Gusi  Ya  Tidak
Perdarahan lama  Ya  Tidak
Pembengkakan KGB  Ya Tidak Lokasi:
Keletihan/kelemahan  Ya  Tidak
Lainnya : Tidak ada

m. Sistem Endokrin:
Hiperglikemia  Ya  Tidak
Hipoglikemia  Ya  Tidak
Luka gangrene  Ya  Tidak

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Data Laboratorium yang berhubungan
Hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik tanggal 11 November 2021
pukul 22:08:39 Wita
Nama Nilai
Parameter Hasil Satuan Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
Darah MCH 35,10 pg 26,0-34,0 Tinggi
Lengkap WBC 3,13 103 /μL 4,1-11,0 Rendah
(DL) NE% 73,20 % 47-80
LY% 16,30 % 13-40
MO% 7,00 % 2,0-11,0
EO% 3,20 % 0,0-5,0
BA% 0,30 % 0,0-2,0
3
NE# 2,29 10 /μL 2,50-7,50 Rendah
LY# 0,51 103 /μL 1,00-4,00 Rendah
MO# 0,22 103 /μL 0,10-1,20
EO# 0,10 103 /μL 0,00-0,50
BA# 0,01 103 /μL 0,0-0,1
RBC 3,50 103 /μL 4,0-5,2 Rendah
HGB 12,30 g/dL 12,0,16,0
HCT 36,30 % 36,0-46,0
MCV 103,70 fL 80-100 Tinggi
MCHC 33,90 g/dL 31-36
RDW 15,10 % 11,6-14,8 Tinggi
3
PLT 42,00 10 /μL 140-440 Rendah
MPV 13,80 fL 6,80-10,0 Tinggi
NLR 4,49 <=3,13 Tinggi
PPT/INR PPT 13,4 detik 10,8-14,4
INR 1,20 0,9-1,1
APTT APTT 27,1 detik 24-36
SGOT AST/SGOT 34,2 U/L 5-34 Tinggi
SGPT ALT/SGPT 28,70 U/L 11,00-34,00
BS Acak/ Glukosa 171 mg/dL 70-140 Tinggi
Glukosa Darah
Acak / (Sewaktu)
Glukosa
Sewaktu
BUN/Ureum BUN 12,00 mg/dL 8,00-23,00
Creatinin Kreatinin 0,70 mg/dL 0,57-1,11
e-LFG 86,56 >=90 Rendah
Kalium (K) Kalium (K)- 4,25 mmol/L 3,50-5,10
serum
Natrium (Na) Natrium 138 mmol/L 136-145
(Na) –
Serum
Chlorida (CI) Klorida (Cl) 110,3 mmol/L 94-110 Tinggi
- Serum

Hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik tanggal 11 November 2021 pukul


22:29:14 Wita
Nama Nilai
Parameter Hasil Satuan Ket
Pemeriksaan Rujukan
Gambaran Eritrosit Normokromik 26,0-34,0
Darah Tepi normositer,
anisopoikilositosis
(ovalosit+, sel tear
drop+, sferosit+,
akantosit +), sel
polikromasia (-),
normoblast (-)
Leukosit Kesan jumlah
menurun, diff
count neutropenia,
granula toksik (+)
pada sebagian
besar neutrofil,
vakuolosasi (-),
sel muda tidak
ditemukan
Trombosit Kesan jumlah
menurun, giant
trombosit (+),
trombosit
clumping (-)
Kesan Leukopenia dan
trombositopenia
Jasa
Pembacaan
Gambaran
Darah Tepi
Albumin Albumin 2,61 g/dL 3,40-4,80 Rendah

Hasil pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik tanggal 12 November 2021 pukul 04:15:03 Wita
Nama Nilai
Parameter Hasil Satuan Keterangan
Pemeriksaan Rujukan
LED Laju Endap 13,0 mm/jam < 20
Darah
(LED/BBS)
Alkali Fosfatase 60 U/L 42 – 98
Phosphatase alkali
(ALP) (ALP)
CRP CRP 9,30 mg/dL <5 Tinggi
(Kuantitatif) Kuantitatif
LDH LDH 250 U/L 240 – 480
Kalsium (Ca) Kalsium 8,5 mg/dL 8,40 – 9,70
(Ca)

b. Pemeriksaan Radiologi
- X-Ray Pelvic (D)
- X-Ray Femur (D)

c. Hasil Konsultasi
Tanggal Jam Catatan Perkembangan Instruksi
15/11/2021 08.20 S: 1. IVFD NaCl 0,9%
WITA - Kontak adekuat (+) 20 tpm
- Perdarahan (-) 2. Diet 1900
- Traksi baik kkal/hari
O: 3. Transfusi TC 5-10
- TD : 120/70 mmHg kolf/hari
- N : 80x/menit 4. Tindakan operasi
- RR : 18x/menit jika PLT
- T : 360C >=50.000
- Mata tidak anemis
- Cardio : S1S2 tunggal, POC: Pantau keluhan,
regular, murmur (-) TTV, tanda
- Pulmo : vesikuler , perdarahan, DL post
rhonki (-), wheezing transfusi
(-)
- Abdomen : distensi (-),
bising usus (+)
- Ekstremitas : akral
hangat
A:
- CF Right Femur
Pro hemiarthroplasty
bipolar
- Obs bisitopenia ec susp
MDS dd aleukemic
leukemia
- Hipoalbuminemia ec
inflamasi kronis
P:
- Perbaikan keadaan
umum

d. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Lain : -

B. Analisa Data
MASALAH
NO DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS : - Trauma Risiko Perdarahan
DO : langsung(jatuh pada
- Pasien tampak lemah saat sembahyang hari
- PLT: 42,00 103 /μL raya)
(rendah)
- MCH: 35,10 pg (tinggi) Dislokasi tulang
- WBC: 3,13 103 /μL
(rendah) Close fraktur
- NE#: 2,29 103 /μL Rusaknya pembuluh
(rendah) darah jaringan karena
- LY#: 0,51 103 /μL tulang
(rendah)
- RBC: 3,50 103 /μL Swelling
(rendah)
- MCV: 103,70 fL (tinggi)
- RDW: 15,10% (tinggi) Risiko Perdarahan
- MPV: 13,80 fL (tinggi)
- NLR: 4,49 (tinggi)
- Terdapat darah pada
feses
2. DS : Trauma langsung, Nyeri akut
- Pasien mengeluh nyeri di trauma tidak
area fraktur paha kiri langsung, aktivitas
dengan skala 4 otot yang ekstrem,
- Pasien mengatakan nyeri kondisi patologis
biasanya berlangsung 2-
3 menit, nyeri terjadi Terjadinya fraktur
ketika pasien tertutup
menggerakkan
badannya. Nyeri terasa Terputusnya
seperti tertusuk kontinuitas jaringan
- Pasien mengatakan
pasien terkadang Perubahan segmen
terbangun saat tidur tulang
karena nyeri yang
dirasakan pada kaki Nyeri Akut
yang patah.
DO :
- Pasien tampak meringis
menahan nyeri
3. DS : Trauma langsung, Hambatan mobilitas
- Pasien mengatakan akan trauma tidak fisik
merasakan nyeri pada langsung, aktivitas
kakinya yang fraktur otot yang ekstrem,
saat digerakkan kondisi patologis
sehingga ia akan
berupaya untuk Terjadinya fraktur
meminimalkan tertutup
pergerakan
DO : Terputusnya
- Pasien terpasang skin kontinuitas jaringan
traksi 5 kg
Perubahan segmen
tulang

Tindakan konservatif:
reduksi dan
imobilisasi
Hambatan mobilitas
fisik

C. Diagnosa Keperawatan
No Dx Tanggal Dx Keperawatan Tanggal TTD
Muncul Teratasi
1. 15 November Resiko Teratasi (20
2021 Pendarahan November 2021) Kelompok 2
2. 15 November Nyeri akut Teratasi (20
2021 berhubungan November 2021) Kelompok 2
dengan agens
pencedera fisik
ditandai dengan
keluhan tentang
intensitas
menggunakan
standar skala nyeri
dan ekspresi wajah
nyeri.
3. 15 November Hambatan Teratasi (20
2021 mobilitas fisik November 2021) Kelompok 2
berhubungan
dengan usia ≥60
tahun dan riwayat
jatuh
D. RENCANA INTERVENSI
Hari/Tgl No Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
15/11/2021 1 Setelah dilakukan intervensi selama NIC : Pencegahan Perdarahan Pencegahan Perdarahan
3 x 24 Jam diharapkan risiko 1. Monitor dengan tepat risiko 1. Pemberian produk darah pada
perdarahan pasien berada pada terjadinya perdarahan pada pasien trombositopenia
kriteria sebagai berikut : pasien bertujuan untuk meningkatkan
NOC: Koagulasi darah 2. Monitor tanda gejala perdarahan jumlah trombosit hingga
1. Rasio kenormalan Prothrombin (cek sekresi darah yang terlihat rentang normal. Jumlah
time-international ratio (PT-INR) mau tidak terlihat) trombosit yang rendah
2. Waktu parsial tromboplastin 3. Monitor tanda-tanda vital (trombositopenia) dapat
(PTT) 4. Berikan Produk darah (seperti berisiko perdarahan pada
3. Hitung platelet pada rentang trombosit) dengan tepat pasien perioperative (Vera,
normal 5. Intruksikan keluarga atau 2009).
4. Tidak ada perdarahan pendamping pasien untuk 2. Monitor tanda-tanda vital
melaporkan adanya pengeluaran untuk mengetahui kondisi
darah kepada perawat umum umum pasien. Monitor
TTV dilakukan secara rutin
pada pasien untuk memonitor
perkembangan kondisi pasien
(Melyana & Sarotama, 2019) .
3. Tanda gejala perdarahan
seperti muntah darah, BAB
berdarah, buang air kecil
berdarah, darah yang keluar
dari hidung atau telinga, batuk
darah, dll) (Yuliati, 2017).
4. Apabila ditemukan gejala-
gejala perdarahan intruksikan
pendamping pasien untuk
segera melaporkannya ke
perawat. Pelaporan yang cepat
dapat mencegah dampak
buruk dari perdarahan.
15/11/2021 1 Setelah diberikan intervensi selama 3 NIC Label : Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
x 24 jam diharapkan pasien dapat 1. Lakukan pengkajan nyeri secara 1. Pengkjian secara komprehensif
melakukan control nyeri dengan komperhensif meliputi menjadi hal penting untuk
kriteria hasil : lokasi,karakteristik, onset atau dilakuakn ketika akan
NOC Label : Kontrol Nyeri durasi, kualitas atau intensitas mengidentifikasi permaslahan
1. Mengenali kapan nyeri terjadi beratnya nyeri pasien terkait nyeri yang
2. Menggunakan tindakan 2. Evaluasi bersama pasein dan tim dirasakan.
3. Melaporkan nyeri terkontrol kesehatan lain mengenai 2. Dengan melakukan evaluasi,
NOC Label : Tingkat Nyeri efektifitas tindakan pengontrolan mengetahui sejauh mana
1. Nyeri yang dilaporkan (3) nyeri yang dilakukan sebelumnya, keberhasilan dan efek
2. Panjangnya episode nyeri (4) misalnya pasie sudah diberikan terapi/obat yang diberikan
3. Tidak bisa beristirahat (3) tepai terkait manajemen nyeri, sehingga nantinya dapat
perawat bisa melakukan evaluasi dilakukan tindakan lanjutan
terkait keberhasilan dari 3. Selain terapi farmokolgi, untuk
management nyeri tersebut menurunkan kejadian nyeri,
3. Ajarkan prinsip-prinsip dapat dilakukan dengan terapi
manajemen nyeri seperti tehnik nonfarmakologi seperti tehnik
distraksi dengan menggunakan distraksi namun tetap
terapi musik dll dibarengi dengan pengobatan
4. Dukung istirahat /tidur yang farmakologi
adekuat untuk membantu 4. Istiharat dapat membantu
penurunan nyeri proses pemulihan dengan cepat
serta manajemen energi bagi
pasien.
15/11/2021 3 Setelah dilakukan intervensi NIC Label : Perawatan Traksi Perawatan Traksi
keperawatan selama 3 x 24 jam 1. Pastikan tarikan tali dan berat 1. Posisi yang tepat tali dan berat
diharapkan perfusi jaringan perifer tetap di sepanjang aksis dari pada traksi akan memastikan
pasien dalam status baik dengan tulang yang patah fungsi traksi berjalan dengan
kriteria hasil : 2. Pastikan berat yang digunakan baik
NOC Label : Perfusi Jaringan pada traksi tepat 2. Berat yang sesuai akan
Perifer 3. Monitor tonjolan tulang dan memastikan tujuan
- Pengisian kapiler jari kaki kulit terkait adanya tanda – tanda pemasangan traksi untuk
tidak terganggu terkelupasnya kulit mengimobilisasi fraktur
- Parastesia tidak terjadi 4. Monitor sirkulasi, gerakan dan tercapai.
- Kerusakan kulit tidak terjadi sensasi ekstremitas yang sakit 3. Daerah penonjolan tulang
NOC Label : Pergerakan Sendi 5. Berikasn perawatn kulit yang rentan mengalami luka tekan
- Ekstremitas tangan kanan sesuai pada area gesekan karena posisi tubuh yang
tidak terganggu NIC Label : Terapi Mobilitas statis akibat imobilisasi
- Ekstremitas tangan kiri tidak Sendi anggota gerak tubuh
terganggu 1. Dukung latihan ROM aktif pada 4. Pemasangan traksi yang tidak
- Ektremitas kaki kiri tidak ekstremitas yang tidak sakit tepat berpotensi
terganggu 2. Ajarkan keluarga membantu ROM menimbulkan gangguan pada
- Pergelangan kaki dan jari kaki pasif dengan bantuan pada bagian sirkulasi ekstremitas yang
kiri tidak terganggu kaki kiri yang tidak emngalami diimobilisasi
permasalahan (pergelangan kaki 5. Perawatan kulit yang sesuai
dan jari kaki).
dapat mencegah terjadinya
lesi pada kulit yang
terapasang traksi.
Terapi Mobilitas Sendi
1. Latihan ROM aktif pada
ekstremitas yang sehat
bermanfaat dalam
mempertahankan kekuatan
otot
6. Latihan ROM pasif dengan
bantuan kelaurga dapat
membantu menjaga kekuatan
otot bagian kaki yang tidak
memiliki masalah

E. IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal No Diagnosa Jam Tindakan Implementasi Respon Pasien TTD


Senin, 15 November 1 11.00 1. Monitoring tanda-tanda vital S : Wahyu,
2021 (tekanan darah, suhu, nadi, Intan,
pernapasan) Nurdiyanti,
2. Monitor tanda gejala perdarahan Ririn
(cek sekresi darah yang terlihat
maupun tidak terlihat) 1. Pasien mengatakan
lemas
2. Keluarga pasien
mengatakan Hb pasien
sempat rendah dan
saat ini sudah
meningkat namun
keluarga mengatakan
trombosit pasien
masih rendah.

O:
1. Tanda-tanda vital
stabil : Tekanan darah
110/80 mmHg, Nadi :
80x/menit, RR : 18
x/menit, S : 36,50C
2. Tidak ada tanda
perdarahan
3. Hb 12,30 g/dL
(normal)
4. PLT 42,00 103/μL
(rendah)

19.00 1. Monitor tanda-tanda vital (tekanan S :


darah, nadi, suhu, dan RR)
2. Monitor tanda dan gejala
perdarahan
3. Pemantauan hasil laboratorium
(Darah Lengkap) 1. Pasien masih
mengatakan lemas.
2. Keluarga mengatakan
pasien makan dengan
baik dan makananya
sudah habis.
3. Keluarga mengatakan
tidak ada darah yang
merembes pada pasien.

O:
1. Pasien tampak tenang
dan kooperatif saat
dilakukan pengukuran
tanda-tanda vital.
2. Tidak tampak sekresi
darah yang terlihat.
3. TTV stabil
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,40C
RR : 20 x/menit

4. Hasil Lab (12/11/2021)

PLT : 24,00 103 /μL


(Rendah)
RBC : 3,50 103 /μL
(Rendah)
Hb : 12,30 g/dL
(Normal)
2 07.00 1. Pemberian paracetamol 500 mg S : Perawat
oral Ruangan
2. Pemberian ketorolac 30 mg
intravena

1. Pasien tidak ada


keluhan efek samping
setelah mendapat obat.

O:

1. Keadaan umum pasien


tampak baik dan stabil
11.00 1. Melakukan pengkajian nyeri pasien S : Wahyu,
dengan PQRST 1. Pasien mengatakan Intan,
2. Memberikan edukasi kepada pasien nyeri pada paha kaki Nurdiyanti,
terkait manajemen nyeri dengan kanan akibat fraktur, Ririn
tarik napas dalam nyeri timbul saat
digerakan, nyeri
seperti ditusuk-tusuk,
skala nyeri 4, kurang
lebih selama 2-3
menit.
2. Pasien dan keluarga
mengatakan paham
terkait edukasi tarik
napas dalam untuk
mengontrol nyeri.
O:
1. Tekanan darah 110/80
mmHg, Nadi :
80x/menit, RR : 18
x/menit, S : 36,50C
2. Pasien mampu
mempraktekkan
manajemen nyeri tarik
napas dalam sesuai
dengan yang
diajarkan.

3 12.00 1. Memberikan edukasi kepada pasien S : Wahyu,


dan keluarga untuk Intan,
mempertahankan skin traksi beban Nurdiyanti,
5 kg Ririn
2. Mengukur kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah 1. Pasien mengatakan
masih mampu
menggerakkan secara
bebas kedua tangan
dan kaki kiri
2. Pasien dan keluarga
mengatakan paham
dan akan berusaha
mempertahankan
traksi

O:

1. Kekuatan otot
ekstremitas atas kanan
dan kiri (555),
ekstremitas bawah kiri
(555), ektremitas
bawah kanan (111)

17.00 1. Membantu pasien mengganti linen S :


sekaligus membantu pasien miring 1. Pasien mengatakan
ke kanan. sakit sedikit saat
2. Mengedukasi keluarga untuk tetap dilakuka miring kanan
menaikkan bedrail untuk mencegah dan kiri.
risiko jatuh. 2. Keluarga mengatakan
sudah paham saat
diberikan edukasi.
O:

1. Pasien kooperatif saat


diberikan tindakan
2. Keluarga tampak
mengangguk sebagai
tanda mengerti.

Selasa, 16 November 11.00 1. Identifikasi identitas pasien S : Windari,


2021 sebelum pemberian produk darah Yudita, Ari,
2. Pemberian produk darah (PRC 5 1. Pasien tidak mengeluh Wini
kolf) demam
2. Pasien tidak mengeluh
gatal di tubuh dan
mual-mual, bengkak

O:
TD : 120/70 mmHg
S : 370C
RR : 18 x/menit
N : 88 x/menit

12.00 3. Pemberian terapi cairan NaCl 500


ml 20 tpm
S:
1. Pasien tidak mengeluh
nyeri, gatal pada
tempat pemasangan
infus

O:

1. Tidak ada bengkak


tempat pemasangan
infus

Rabu, 17 November 1 11.00 1. Monitoring tanda-tanda vital S : Wahyu,


2021 (tekanan darah, suhu, nadi, 1. Keluarga mengatakan Intan,
pernapasan) nafsu makan pasien Nurdiyanti,
2. Monitor tanda gejala perdarahan baik 3 kali sehari dan Ririn
(cek sekresi darah yang terlihat minum ± 1 botol aqua
maupun tidak terlihat) tanggung setiap
3. Mengganti infus NaCl 0,9% 20 tpm harinya

O:

1. Tekanan darah 120/70


mmHg, Nadi :
82x/menit, RR : 20
x/menit, S : 36,20C
2. Tetesan infus lancar
3. Tidak tampak tanda
perdarahan
2 16.00 1. Mengingatkan kembali teknik S : Wahyu,
relaksasi nafas dalam untuk 1. Pasien dan keluarga Intan,
mengurangi nyeri mengatakan sudah Nurdiyanti,
2. Memberikan paracetamol 500 mg melakukan manajemen Ririn
secara oral nyeri tarik napas dalam
3. Memberikan ketorolac 30 mg ketika nyeri muncul
melalui intravena 2. Pasien mengatakan
kondisi nyerinya lebih
membaik.
3. Keluarga pasien
mengatakan pasien juga
sudah mendapatkan
obat untuk pereda nyeri.
O:
1. Keadaan umum pasien
tampak baik, berbaring
ditempat tidur, mampu
merespon dengan baik.
2. Ekspresi meringis tidak
ada
3 14.00 1. Memberikan edukasi mengenai S : Intan. Ririn,
Range of Motion (ROM) 1. Pasien mengatakan Wahyu,
2. Mempraktikkan ROM bersama- kesulitan dalam Nurdiyanti
sama dengan pasien dan keluarga bergerak karena patah
tulang yang dialami.
2. Pasien dan keluarga
mengatakan memahami
edukasi latihan gerak
yang bisa dilakukan
pada ekstremitas yang
tidak sakit untuk
melancarkan sirkulasi
darah.
O:
1. Pasien dan keluarga
tampak kooperatif
dalam menerima
edukasi yang diberikan.
2. Pasien dan keluarga
bersama-sama
melakukan latihan
rentang gerak sesuai
intruksi yang diajarkan.

Windari,
Yudita, Ari,
Kamis, 18 November 11.00 1. Cek tanda-tanda vital S:- Wini
2021 2. Pemberian cairan infus O:
1. TTV Stabil

TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,40C
16.00 1. Mengecek tanda-tanda vital S: 16.00
2. Memberikan cairan infus 1. Pasien mengatakan saat
3. Memberikan bantal di bawah ini dirinya tidak merasa
punggung pasien untuk mencegah pusing, tidak ada nyeri,
dekubitus dan tidak ada keluhan
4. Meminta pasien untuk lainnya
menggerakkan jari-jari kakinya O:
yang fraktur 1. Hasil TTV
TD: 120/70 mmHG
S: 36.3⁰C
RR: 18x/menit
N: 80x/menit
2. Pasien tampak
menggerakkan jari-jari
kakinya pada kaki yang
fraktur
3. Keluarga memberikan
bantal dibawah
punggungnya
Jumat, 19 November 1 10.30 1. Pengukuran tanda tanda vital S: Wahyu,
2021 (tekanan darah, nadi, RR, dan suhu) 1. Pasien mengatakan Intan,
2. Monitoring tanda-tanda perdarahan masih merasa agak Nurdiyanti,
lemas. Ririn
O:
1. TTV stabil

TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,40C

2. Tidak ada gejala


perdarahan
18.00 1. Pengukuran tanda tanda vital S : Wahyu,
(tekanan darah, nadi, RR, dan suhu) 1. Pasien mengatakan Intan,
2. Monitoring tanda-tanda perdarahan sudah tidak terlalu Nurdiyanti,
3. Mengganti infus NaCl 20 tpm lemas. Ririn
2. Keluarga mengatakan
pasien makan dengan
baik dan makanan
habis.
O:
1. TTV stabil

TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,70C
2. Tidak ada gejala
perdarahan
3. Tetesan infus lancar

2 16.00 1. Menanyakan terkait nyeri yang S : Wahyu,


dialami pasien. Intan,
2. Menginstruksikan kepada pasien Nurdiyanti,
untuk tetap melakukan relaksasi Ririn
napas dalam jika muncul nyeri.
1. Pasien mengatakan
nyeri yang dirasakan
sudah berkurang hanya
saja saat digerakkan
sedikit sakit pada
bagian yang patah.
O:
1. Pasien tampak
kooperatif saat
diinstruksikan untuk
relaksasi napas dalam

3 11.00 1. Melatih ROM aktif pada S : Wahyu,


ekstremitas yang tidak mengalami 1. Pasien dan keluarga Intan,
fraktur mengatakan sudah Nurdiyanti,
2. Mengukur tanda-tanda vital melakukan latihan Ririn
rentang gerak pada
ekstremitas yang tidak
sakit agar tidak
bengkak dan kaku.
O:
1. Pasien mampu
menggerakan anggota
tubuh lain yang tidak
sakit.
2. Jari-jari kaki pasien
pada kaki yang fraktur
masih dapat digerakan.
3. Tidak terdapat luka
pada kulit.
4. Tekanan darah 110/70
mmHg, Nadi :
80x/menit, RR : 18
x/menit, S : 360C

17.00 1. Memantau kembali latihan ROM S : Wahyu,


aktif pada ekstremitas yang tidak 1. Pasien dan keluarga Intan,
mengalami fraktur. mengatakan sudah Nurdiyanti,
2. Mengukur tanda-tanda vital melakukan latihan Ririn
gerak pada bagian
tubuh yang tidak sakit.
O:
1. Pasien masih mampu
menggerakan anggota
tubuh yang tidak sakit.
2. Jari-jari kaki pasien
pada kaki yang fraktur
masih dapat digerakan.
3. Tidak terdapat luka
pada kulit.
4. TTV stabil

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 82 x/menit
RR : 18 x/menit

S : 36,20C
Windari,
Yudita, Ari,
Sabtu, 20 November 1,2,3 10.00 1. Melakukan TTV S: Wini
2021 2. Melakukan tranfusi TC 5 kantong 1. Pasien mengatakan saat
3. Meminta pasien menggerakkan jari- ini tidak memiliki keluhan
jari kakinya yang fraktur O:
4. Pasien melakukan swab dan 1. Pasien menggerakkan
persiapan operasi jari-jari kakinya pada kaki
yang fraktur
2. Hasil TTV
TD: 120/70 mmHg
S: 36,7⁰C
N: 80x/menit
RR: 18x/menit

17.00 1. Melakukan TTV S:


2. Menanyakan keluhan yang dirasakan 1. Pasien mengatakan saat
pasien ini kondisinya sama
3. Mengintruksikan pasien untuk seperti hari sebelumnya
mencoba mengerak-gerakan jari kaki lemas dan kesulitan
yang di traksi bergerak karena
4. Menganjurkan keluarga pasien yang terpasang traksi
mendampingi untuk mendukung 2. Pasien dapat
asupan makan pasien sesuai dengan menggerakan jari-jari
anjuran ahli gizi. kakinya yang di traksi
5. mengantar pasien melakukan cek 3. keluarga pasien
Rontgen mengatakan nafsu
makan pasien sudah
baik, tidak
mengkonsumsi makanan
di luar makanan yang
disiapakn di ruangan
O:
1. TTV
TD: 120/80 mmHg
S : 36,90 C
RR: 20 x/menit
N : 80x/menit
2. Pasien direncanakan
operasi hari senin
F. EVALUASI

No Jam
No Hari/Tgl Evaluasi TTD
Dx
1. Sabtu, 20 1 17.00 S:
November 2021 1. Keluarga pasien mengatakan tidak
ada perdarahan yang terlihat pada
pasien
O:
1. Tidak ada perdarahan yang
terlihat pada pasien
2. Konjungtiva merah muda
3. Mukosa lembab
4. Hasil uji lab darah pasien tanggal
21 November 2021 menujukkan
peningkatan
PLT : 54 .00 103 /µL (rendah)
A:
Tidak ada perdarahan yang terlihat
pada pasien
P:
Lanjutkan pemantauan perdarahan
2. Sabtu, 20 2 17.00 S:
November 2021 1. Pasien mengatakan terkadang
masih merasa nyeri dengan skala
1 pada area fraktur jika
digerakkan
2. Keluarga pasien mengatakan
pasien pada malam hari bisa
tidur. (Tidur pukul 20.00 dan
bangun pukul 07.00)
3. Pasien mengatakan tidak
mengalami mimpi buruk
O:
1. Pasien tampak tenang dan tidak
ada ekspresi wajah meringis
2. Hasil pemeriksaan TTV
TD: 120/70 mmHg
S: 36,7⁰C
N: 80x/menit
RR: 18x/menit
A:
Nyeri pada pasien terkontrol
P:
Lanjutkan terapi non farmakologi
napas dalam dan terapi farmakologi
Paracetamol 500 mg/O
3. Sabtu, 20 3 17.00 S:
November 2021 1. Keluarga mengatakan selalu
menemani pasien dan membantu
pemenuhan ADL pasien (makan,
minum, toileting, personal
hygiene, dan Perubahan posisi di
tempat tidur
O:
1. Terpasang bed side trail pada
bed pasien
2. Tidak ada lesi pada ekstremitas
pasien
3. Pasien mampu menggerakkan
jari-jari kaki pada kaki yg fraktur
dan kaki kiri pasien dapat
bergerak secara normal
A:
Pasien mampu pergerakan sendi
pada kaki yang normal (kiri), dan
mampu menggerakkan jari-jari kaki
pada kaki yang fraktur (kanan)
P:
Pertahankan posisi traksi
RINGKASAN JURNAL

Judul Jurnal : Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Pada Pasien Fraktur
Tahun : 2018
Penulis : Aini, L. & Reskita, R.
Ringkasan :
Fraktur adalah kondisi retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma,
tenaga fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang.
Manifestasi klinik dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri pada penderita fraktur bersifat
tajam dan menusuk. Seseorang dapat belajar mengontrol nyeri melalui aktivitas kognitif
dan perilaku, seperti distraksi, relaksasi, dan guided imagery. Penanganan nyeri dengan
melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan
nyaman. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur.
Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimental, dengan rancangan one
group pretest-posttest. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Juni-14 Juli 2017 di RSI
Siti Khadijah Palembang. Jumlah sampel sebanyak 30 responden diambil menggunakan
teknik purposive sampling. Hasil penelitian didapatkan rata-rata skala nyeri pasien
frakur sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah skala 4 (nyeri sedang),
sedangkan rata-rata skala nyeri setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah
2,80 atau dengan skala 3 (nyeri ringan). Hasil uji statistik didapatkan nilai p-
value=0,001, sehingga ada pengaruh yang signifikan tingkat skala nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien fraktur.
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot
yang menunjang nyeri. Pemberin teknik relaksasi nafas dalam menciptakan
kenyamanan, pasien merasa rileks dengan kegiatan tersebut mampu meningkatkan
suplai oksigen dalam sel tubuh yang akhirnya dapat mengurangi nyeri yang dialami
responden. Dari hasil penelitian ini, diharapkan petugas kesehatan dapat
mengimplementasikan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada
pasien fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, L. & Reskita, R. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Fraktur. Jurnal Kesehatan, 9(2), 262-266

Black, J. & Hawks, J. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis untuk
hasil yang diharapkan. Jakarta: Salemba Emban Patria.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Bulechek, G.M., Butcher, H.K.,Dochterman, J.M., Wagner, C.M. (2013). Nursing


Interventions Classification (NIC).Edisi Ke-6. Singapore: Elsevier Inc.

Desiartama, A. & Aryana, W. (2017). Gambaran karakteristik pasien fraktur femur


akibat kecelakaan lalu lintas pada orang dewasa di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar tahun 2013. E-jurnal Medika, 6 (5), 1-4.

Handiyani, H. (2018). Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur. Jurnal Keperawatan


Indonesia, 1(4), 137.

Kepel, F. R., & Lengkong, A. C. (2020). Fraktur geriatrik. e-CliniC, 8(2), 203-210.


eISSN 2337-5949

Melyana, & Sarotama, A. (2019). Implementasi Peringatan Abnormalitas Tanda-Tanda


Vital pada Telemedicine Workstation. Jurnal UMJ, 1-9.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson.(2013). Nursing Outcomes


Classification (NOC).Edisi ke-5. Singapore: Elsevier Inc

NANDA, 2018-2020. Nursing Diagnoses: Definition and Classsification 2018-2020,


NANDA Internasional, Philadephia.

Ridwan, U.N., Abdul, M.O. & Prita, A.M.S. (2019). Karakteristik kasus fraktur
ekstremitas bawah di Rumah Sakit Umum Daerah DR H Chasan Boesoirie
Ternate tahun 2018. Kieraha Medical Journal. Volume 1. No 1 Tahun 2019,
e-ISSN: 2686-5912.

Vera. (2009). Penatalaksanaan Prabedah Penderita dengan Trombisitopenia. JKM, 162-


165.

Yuliati. (2017, Januari 1). Modul Pengelolaan Kasus Perdarahan . Retrieved from
digilib.esaunggul.ac.id: http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Course-
9520-7_00188.pdf

Anda mungkin juga menyukai