Anda di halaman 1dari 9

p-ISSN: 2442-2665

Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx


e-ISSN: 2614-3046

CASE STUDY PENERAPAN CONSERVATIVE SHARP


How to cite: WOUND DEBRIDEMENT (CSWD) DALAM
PERAWATAN LUKA PADA PASIEN
DIABETIC FOOT ULCER: LAPORAN
KASUS
Desriyani Saputri, S.Kep1, Dr. Takdir Tahir, S.Kep., Ns., M.Kes2
Conflict of interest: No
1. Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin Makassar Indonesia
Funding resources: No 2. Dosen Program Studi Magister Keperawatan Universitas
Hasanuddin

ABSTRACT
Corresponding authors:

Desriyanisaputri4412@gmail.com Background:DFU need optimal care to prevent amputation. In DFS treatment, one of
the main components is wound debridement, which involves removing dead tissue
from the wound bed to replace it with healthy tissue which will speed up recovery
(Rayman et al., 2020). Debridement can be done mechanically, sharp, autolytic, or
biologically.
Aim: To assess the application of conservative sharp wound debridement (CSWD) in
wound care in diabetic foot ulcer patients
Methods: a case study with a retrospective observation study design taken 3 weeks
before June 12, 2023 and a prospective observation study taken from observations
June 12-July 1, 2023. Data was collected from observations, interviews, and medical
records.
Result: Based on the wound care process for 3 weeks and 5 observations made on Mrs.
R found a change in wound size although not significant in this case report the use of
sharp debridement in wound care can reduce dead tissue and callus to accelerate the
wound healing process
Conclusion: Application of debridement sharp Mrs. R can reduce calluses in the area
around the wound.
Keyword: Diabetes Mellitus, Diabetic foot ulcer, sharp debridement
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx
e-ISSN: 2614-3046

PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan


yang menjadi perhatian dunia. Menurut penelitian Ugwu et al., (2019),
salah satu komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus
yaitu Diabetic foot ulcer (DFU) atau dikenal dengan istilah luka kaki
diabetik (LKD) yang dimana luka kaki diabetik ini merupakan komplikasi
yang berbahaya dan juga dapat mengancam nyawa. Prevelensi penderita
diabetes berdasarkan Internasional diabetes federation (IDF) tahun 2021
sekitar 536 juta dan diperkirakan akan meningkat menjadi 643 juta pada
tahun 2030 dan 783 juta pada tahun 2045. Berdasarkan data Riskesdas
(2018), hampir semua provinsi di Indonesia mengalami peningkatan DM
pada tahun 2013-2018 kecuali Nusa Tenggara Timur. Untuk pulau
Sulawesi, Sulawesi Selatan menempati urutan ke tiga terbanyak dengan
1,8% setelah provinsi Sulawesi Utara (2,6%) dan Sulawesi Utara (1,9%).
Dengan demikian, semakin bertambahnya jumlah penderita diabetes
melitus maka semakin meningkat pula orang yang berisiko mengalami
komplikasi berupa Luka kaki diabetes (LKD).
Luka kaki diabetes (LKD) merupakan salah satu komplikasi dari
penyakit diabetes mellitus (Meiarti et al., 2019). Diperkirakan sekitar 15-
34% pasien dengan diabetes menderita LKD dan 20% lainnya
menyebabkan amputasi(Hurlow et al., 2018). Tingkat amputasi terkait
LKD beberapa tahun terakhir meningkat 1,5 sampai 3,5 kasus per 1000
pasien dengan diabetes mellitus (Hajimohammadi et al., 2021). Oleh karena
itu, LKD perlu perawatan optimal untuk mencegah terjadinya amputasi.
Dalam perawatan LKD salah satu komponen utama adalah
debridemen luka, yang melibatkan pengangkatan jaringan mati dari dasar
luka untuk menggantikannya dengan jaringan sehat yang akan
mempercepat pemulihan(Rayman et al., 2020). Debridemen dapat
dilakukan secara mekanik, sharp, autolitik, maupun biological.
Oleh karena itu , peneliti berjutuan untuk menilai penerapan
conservative sharp wound debridement (cswd) dalam perawatan luka pada
pasien diabetic foot ulcer.
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx
e-ISSN: 2614-3046

METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian observative case study

PENELITIAN yang dilaksanakan secara prospektif dalam bentuk laporan kasus yang

dimulai dari tanggal 12 Juni sampai 5 Juli 2023 di klinik Perawatan Luka

ETN Center Makassar. Sampel yang diteliti yaitu satu orang dengan jenis

luka diabetic foot ulcer (luka kaki diabetes).

Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data primer

dan sekunder yaitu melalui informasi perawat klinik luka, catatan medis

pasien, wawancara dan observasi langsung. Proses pengambilan data

dalam penelitian ini menggunakan format asuhan keperawatan luka

meliputi data demografu, status kesehatan, status diabetes, riwayat luka,

dan metode pengukuran luka diukur menggunakan pengkajian Diabetic

Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS) dengan pengukuran luka

menggunakan mistar luka dan pengambilan gambar menggunakan kamera

Android.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Kategori Data Keterangan


Gambaran Status Demografi Nama Pasien : Ny. R
Pasien. Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Bugis
Usia : 67 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Marital : Menikah

Dari tabel 1. Diatas diketahui bahwa Ny.R berusia 67 tahun beragama islam,

berasal dari suku bugis, pendidikan terakhir adalah SMA dan pasien seorang

ibu rumah tangga.


p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx
e-ISSN: 2614-3046

Tabel 2 Kategori Data Keterangan


Data Status Kesehatan Tinggi Badan : 155 cm
Pasien. Berat badan : 55 kg
BMI : 22,9 (Normal)
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Merokok : Tidak

Dari tabel 2. Diketahui bahwa body massa index (BMI) pasien normal,

tekanan darah 140/80 mmHg dan pasien tidak merokok.

Kategori Data Keterangan


Tabel 3
Onset Diabetes : ± 7 tahun yang lalu
Data Status Diabetes
: Keluarga mengatakan mengetahui pasien
terkena diabetes mellitus ketika suatu hari
luka di ara kaki dan tidak sembuh dan
Alasan terdiagnosa Diabetes dirawat di rumah sakit, pada saat dirawat di
rumah sakit pasien di periksa gula
darahnya dan ternyata gula darahnya tinggi
: Oral: Obat metformin. dosis obat menurut
keluarga pasien 1 jenis obat diminum 1
Terapi Diabetes tablet 2x sehari pagi dan sore, diminum
sebelum makan
Tradisional: Tidak Ada
: GDS : 386 gr/dl, Tanggal 01-06-2023(info
Status Glycemik
dari keluarga)

Dari tabel 3. Diketahui bahwa pasien telah menderita diabetes ± 7 tahun

yang lalu. Pasien memiliki terapi obat minum Metformin. Gula darah

sewaktu pasien yaitu 386 gr/dl per 01-06-2023(info dari keluarga).

Tindakan Perawatan Luka Ke-


Perawatan
Tabel 4 1 2 3 4 5
Data Perawatan Pasien di klinik
Pencucian Ya Ya Ya Ya Ya
ETN Center Makassar. luka

debridement Ya Ya Ya Ya Ya

Dressing

Primer Wound Wound Wound zalf Wound zalf Wound zalf


zalf zalf epitel epitel epitel
epitel epitel

Sekunder Foam Foam Foam Hydrocoloid Hydrocoloid

Tersier Kasa + Kasa + Kasa + Kasa + Kasa +


Adhesif Adhesif Adhesif tape Adhesif tape Adhesif tape
tape tape

Tepi luka Wound Wound Wound zalf Wound zalf Wound zalf
zalf zalf epitel epitel epitel
epitel epitel dan Vaseline dan Vaseline dan Vaseline
Petroleum Petroleum Petroleum
Jelly Jelly Jelly
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx
e-ISSN: 2614-3046

Dari tabel 4. diketahui bahwa perawatan luka dilakukan dengan proses

pencucian menggunakan wound clean atau sabun antiseptic dilanjutkan

dengan pengeringan pada luka, selanjutnya menggunakan sharp debriement

dan yang terakhir pemilihan dressing pada luka. Selama perawatan dressing

yang digunakan terdiri dari : primary dressing yang menyentuh langsung

dengan luka yang umumnya pasien menggunakan wound zalf epitel,

kemudian secondary dressing 3 hari perawatan menggunakan foam dan 3

hari kemudian menggunakan hydrocolloid, kemudian tersier dressing

umumnya menggunakan kassa steril dan adhesive tape. Perawatan luka

dilakuka 1 sampa 2 kali seminggu terkantung dari kondisi balutan luka

klien.

Tabel 5 Minggu perawatan luka


Evaluasi perawatan luka DFUAS
berdasarkan instrument DFUAS. Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4 Ke-5
Kedalaman 2 2 1 2 1
Ukuran 1 1 1 1 1
Penilaian ukuran 1 1 1 1 1
Peradangan infeksi 0 0 0 0 0
Granulasi 1 1 1 1 1
Jenis jaringan nekrotik 0 0 0 0 0
Perbandingan jaringan nekrotik 0 0 0 0 0
Perbandingan slought 0 0 0 0 0
Maserasi 0 0 0 0 0
Tipe tepi luka 3 3 3 3 3
Tunneling 0 0 0 0 0
Total Skor DFUAS 8 8 7 8 7

Berdasarkan tabel 5, Skor DFUAS terus mengalami penurunan. Pada


perawatan pertama dan kelima tidak mengalami perubahan yang signifikan
dilihat dari Skor DFUAS perawatan pertama skor 8 dan perawatan ke lima
adalah 7.
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx
e-ISSN: 2614-3046

Tabel 6 Dimensi Luka Perawatan ke-


Evaluasi perawatana luka
Ke-1 Ke-2 Ke- 3 Ke-4 Ke- 5
berdasarkan ukuran luka dalam
satuan centimeter. Panjang 0,3 0,3 0,5 0,4 0,2

Lebar 0,2 0,2 0,3 0,2 0,2

Berdasarkan tabel 6, panjang luka menjadi lebih panjang pada perawatan


ke 1 hingga ke 3, di mana panjang luka awalanya 0,3 memanjang menjadi
0,5. Dan panjang luka kemudian berkurang pada perawatan ke 4 hingga ke
5. Hal ini menunjukkan bahwa luas luka mengalami perburukan dan
perbaikan dalam segi panjang luka. Sedangkan berdasarkan lebar luka,
mengalami penambahan lebar pada perawatan ke 3 yaitu 0,3 dan kemudian
menurun menjadi 0,2 hingga perawatan ke 5. Hal ini menunjukkan lebar
luka tidak mengalami perubahan yang signifikan

Tabel 7
Dokumentasi proses
penyembuhan luka
pasien.

15 Juni 2023 20 Juni 2023 24 Juni 2023

26 Juni 2023
5 Juli 2023

Pada Tabel 6. menunjukkan gambaran kondisi luka, pada tanggal 24


Juni tampak ukuran luka semakin membesar daripada gambar Tanggal 15
dan 20 Juni. Hal ini menunjukkan kondisi luka mengalami perburukan dari
2 kali perawatan sebelumnya. Akan tetapi pada gambar 25 Juni hingga 5
juli kondisi luka tampak semakin mambaik dimana ukuran luka semakin
mengecil dan persentase granulasi semakin mengecil. Akan tetapi, kondisi
luka selalu di penuhi oleh kallus di setiap perawatan dan semakin meluas
hingga perawatan tanggal 5 Juli.
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx
e-ISSN: 2614-3046

Pada proses perawatan luka yang dilakukan pada Ny. R dimulai dari
DISKUSI
mencuci luka, debridement dan pengaplikasian balutan. Salah satu tahapan
penting dalam perawatan luka adalah pencucian luka (cleansing). Salah
satu upaya atau intervensi untuk mengurangi infeksi dengan melakukan
pembersihan luka (Nurbaya et al., 2018). Penelitian yang dilakukan oleh
Musmulyadi & Siatang (2022), menjelaskan bahwa pencucian luka berguna
untuk menyiapkan dasar luka, mengurangi bakteri dan mencegah biofilm.
Debridement yang dilakukan pada responden dengan debridement
sharp yang menggunakan bisturi sebagai pengangkatan kallus diarea luka.
Saat ini debridemen dianggap sebagai komponen utama perawatan luka
konvensional. Debridement digunakan untuk pengangkatan jaringan mati
dari dasar luka untuk menggantikannya dengan jaringan sehat yang akan
mempercepat pemulihan(Rayman et al., 2020). Debridemen sharp pada
ulkus, termasuk pengangkatan kalus (yang mungkin mengelilingi atau
menutupi ulserasi) dan jaringan yang rusak dipandang sebagai cara yang
efektif untuk memfasilitasi penyembuhan luka(Dayya et al., 2022).
Selanjutnya penggunaan dressing, saat ini modern dressing yang
sering digunakan dengan menggunakan metode moist wound healing
seperti oleh Primadani & Nurrahmantika, (2019) yang menilai perawatan
luka dengan metode moist wound healing lebih efektif untuk merawat luka
diabetic foot ulcer karena mampu menjaga luka agar tetap lembab sehingga
mempercepat pertumbuhan jaringan dan dapat mempercepat penyembuhan
luka. Bahan perawatan luka modern seperti hydrocolloid, topical cream,
film dressing, calcium alginate, hydrogel, antimicrobial dressing, dan foam
absorbant dressing. Dressing yang dilakukan pada responden pada dressing
primer yaitu wound zalf. Penggunaan krim topikal salep luka sebagai
autolitik debridement maupun perawatan tepi luka dinilai aman, mudah
digunakan, dapat digunakan di mana saja oleh siapa saja dan tidak merusak
jaringan sehat serta menjaga luka tetap lembab(Wintoko & Yadika, 2020).
Dalam laporan kasus ini menunjunkkan bahwa proses
penyembuhan luka tidak terlalu mengalami perkembangan yang signifikan.
Proses penyembuhan luka dapat mengalami kondisi peningkatan, stagnan
maupun penurunan. Pada kasus ini secara umum, berdasarkan skor DFUAS
yang mengalami penuruan menunjukkan bahwa keadaan luka pasien
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx
e-ISSN: 2614-3046

mengalami perkembangan positif. Akan tetapi, skor DFUAS mengalami


kondisi stagnan pada tepi lukanya yang berarti proses penyembuhan luka
tidak maksimal. Kondisi stagnan tersebut dipengaruhi oleh kepatuhan
pasien akan manajemen luka. Berdasarkan observasi dan wawancara pada
keluarga, dikatakan pasien sulit untuk diberikan edukasi terkait kepatuhan
dalam perawatan luka DFU khususnya manajemen off loading dan control
glikemik. Penelitian Jalilian (2020), faktor yang dapat mempengaruhi
perburukan luka DFU diantaranya kontrol gula darah yang kurang,
merokok dan obesitas. Pada penelitian ini fase penyembuhan luka pada fase
proliferasi yang kurang maksimal di pengaruhi oleh kontrol glikemik yang
kurang oleh pasien dimana hasil pengukuran GDS selalu berada di atas
rentang rata-rata GDS normal yaitu 200 gr/dl.
Manajemen off loading menjadi faktor lain penyebab penyembuhan
luka pada kasus ini stagnan atau tidak maksimal. Off loading merupakan
teknik yang dilakukan untuk mengurangi tekanan pada plantar kaki atau
area luka untuk mengurangi stress mekanik pada ulkus diabetic tanpa
mengganggu sirkulasi dari pembuluh darah yang akan mempercepat
perbaikan luka. Manajemen off loading dapat di lakukan dengan
menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat, kruk atau walker(Rayman et
al., 2020). Pada kasus ini, keadaan luka pasien tampak kallus selalu
menebal sejak hari pertama perawatan hingga hari terakhir. Selama
perawatan pasien datang dengan kondisi balutan tersier tampak basah
terkena air dan terkadang balutan sudah lepas, yang menunjukkan bahwa
pasien tidak menerapkan manejemen off loading pada area kakinya selama
berada di rumah. Hal ini yang menyebabkan skor DFUAS pada kasus ini
tidak mengalami perubahan yang signifikan

KESIMPULAN Berdasarakan proses perawatan luka selama 3 minggu dan 5 kali


observasi yang dilakukan pada Ny. R didapatkan ada perubahan khusunya
dibagian ukuran luka walaupun tidak signifikan serta area pinggir luka
yang sering terdapat kallus. Oleh karena itu, penerapan concervative sharp
debridement dapat mengurangi penebalan kallus diarea luka. Tindakan ini
perlu ditunjang dengan perawatan lain agar proses penyembuhan luka dapat
signifikan serta kallus yang berkurang.
p-ISSN: 2442-2665
Jurnal Luka Indonesia (Indonesian Wound Journal) Vol.x(x): 20xx
e-ISSN: 2614-3046

DAFTAR Dayya, D., O’Neill, O. J., Huedo-Medina, T. B., Habib, N., Moore, J., & Iyer, K.
(2022). Debridement of Diabetic Foot Ulcers. Advances in Wound Care,
PUSTAKA 11(12), 666–686. https://doi.org/10.1089/wound.2021.0016
Hajimohammadi, K., Parizad, N., Hassanpour, A., & Goli, R. (2021). International
Journal of Surgery Case Reports Saving diabetic foot ulcers from
amputation by surgical debridement and maggot therapy : A case report.
International Journal of Surgery Case Reports, 86, 1–5.
https://doi.org/10.1016/j.ijscr.2021.106334
Hurlow, J. J., Humphreys, G. J., Bowling, F. L., & Mcbain, A. J. (2018). Diabetic
foot infection : A critical complication. International Wound Journal, 15(5),
1–8. https://doi.org/10.1111/iwj.12932
IDF. (2021). Diabetes Atlas IDF Diabetes Atlas.Federasi Diabetes Internasional.
(ab2017). Atlas Diabetes IDF , edisi ke-8. Brussels, Belgia: Federasi Diabetes
Internasional
Meiarti, D., Rosnani, S. K., Kep, M., Mat, S., & Arifin, H. (2019). Buku Ozone Bagging
sebagai Terapi Modern pada Luka Diabetes Mellitus. Lembaga Chakra
Brahmana Lentera.
Musmulyadi, & Siatang, W. (2022). Tindakan Perawatan Luka DM Tipe II Dengan
Menggunakan Metode Pencuci Luka di Klinik Isam Cahaya Holistic
Makassar. Altruistik Nursing: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 10(2), 1–7.
https://ejurnal.stikespanakkukang.ac.id/index.php/ALTRUISTIK/article/vie
w/252
Nurbaya, N., Tahir, T., & Yusuf, S. (2018). Peranan Pencucian Luka Terhadap
Penurunan Kolonisasi Bakteri Pada Luka Kaki Diabetes. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 3(2), 110–115. https://doi.org/10.30651/jkm.v3i2.1829
Primadani, A. F., & Nurrahmantika, D. (2019). Modul Pelatihan Perawatan Luka. 9–16.
Rayman, G., Vas, P., Dhatariya, K., Driver, V., Hartemann, A., Londahl, M.,
Piaggesi, A., Apelqvist, J., Attinger, C., & Game, F. (2020). Guidelines on use
of interventions to enhance healing of chronic foot ulcers in diabetes
(IWGDF 2019 update). Diabetes/Metabolism Research and Reviews, 36(S1),
1–14. https://doi.org/10.1002/dmrr.3283
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Ugwu, E., Adeleye, O., Gezawa, I., Okpe, I., Enamino, M., & Ezeani, I. (2019).
Burden of diabetic foot ulcer in Nigeria: Current evidence from the
multicenter evaluation of diabetic foot ulcer in Nigeria. World Journal of
Diabetes, 10(3), 200–211. https://doi.org/10.4239/wjd.v10.i3.200
Wintoko, R., & Yadika, A. D. N. (2020). Manajemen Terkini Perawatan Luka.
Jurnal Kesehatan Universitas Lampung, 4, 183–189.

Anda mungkin juga menyukai