Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dekubitus merupakan masalah yang dihadapi oleh pasien dengan penyakit
kronis , pasien yang sangat lemah dan pasien yang lumpuh dalam waktu lama,
bahkan saat ini merupakan suatu penderitaan sekunder yang banyak dialami
oleh pasien yang dirawat di Rumah Sakit (Moya. J, Morison 2013). Dekubitus
merupakan lesi yang disebabkan oleh adanya tekanan (kekuatan yang
menekan permukaan tubuh) yang terjadi secara terus menerus sehingga
merusak jaringan yang berada di bawahnya (Kozier, 2010, hlm.304).
Angka prevalensi dekubitus berbeda-beda pada setiap negara. Pada masing-
masing Rumah Sakit di Amerika menunjukkan sekitar 4,7%-29,7%, Inggris
Raya sekitar 7,9%-32,1%. Pada perawatan akut (nursing homes) di Eropa
berkisar 3%-83,6%, di Singapura berkisar 9%14% (pada perawatan akut dan
rehabilitasi). Angka kejadian luka dekubitus di Indonesia mencapai 33,3%
dimana angka ini cukup tinggi dibandingkan dengan angka prevalensi ulkus
dekubitus di Asia Tenggara yang hanya berkisar 2,1%-31,3% (Seongsook, et
al., 2004 dalam Yusuf, 2010).

Angka kejadian dekubitus di Indonesia dibandingkan di ASEAN terbilang


masih tinggi, maka dekubitus harus dilakukan pencegahan dini. Salah satu
faktor eksternal yang dapat menyebabkan gangguan integritas kulit adalah
imobilisasi. Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang
disebabkan oleh kondisi di mana gerakan tergganggu atau dibatasi secara
terapeutik yang bisa berhubungan langsung dengan faktor internal seperti
penyakit kronis atau status kesehatan (Potter &Perry, 2010, hlm. 125). Pasien
dengan bedrest total rentan terjadi cedera akibat penurunan aliran darah dan
resiko terjadinya ruam akibat dari hipersensitivitas, reaksi obat, atau infeksi
oportunistik (Morton, et al., 2012, hlm. 1497). Adanya tekanan yang lama
atau terus menerus pada pasien tirah baring atau bedrest total dapat
meningkatkan resiko terjadinya dekubitus, salah satu tindakan lain untuk
mencegah dekubitus yaitu dengan pemberian posisi yang tepat untuk

1
mencegah terjadinya dekubitus untuk itu diperlukan teknik farmakologi dan
non farmakologi. Jurnal yang akan dibahas dalam hal ini akan memberikan
perbandingan tindakan yang lebih efektif untuk menurunkan resiko dekubitus
pada pasien tirah baring atau bedrest total secara non farmakologi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengenal berbagai intervensi keperawatan yang
diperlakukan untuk menurunkan resiko dekubitus pada pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui Efektifitas Alih Baring dengan Masase
Punggung Terhadap Resiko Dekubitus pada Pasien Tirah Baring.
b. Mahasiswa mampu mengetahui Perbedaan Efektivitas Posisi Miring
30 Derajat dan 90 Derajat dalam Menurunkan Risiko Dekubitus pada
Pasien Bedrest Total.

C. Rumusan Masalah
1. Apa saja jurnal yang terkait dalam kasus Dekubitus dan tindakan
pencegahan untuk menurunkan resiko decubitus?
2. Bagaimana penjelasan PICO terkait dua jurnal yang dibandingkan?

2
BAB II

JURNAL TERKAIT

A. Jurnal Utama
Judul : EFEKTIFITAS ALIH BARING DENGAN MASASE
PUNGGUNG TERHADAP RESIKO DEKUBITUS PADA
PASIEN TIRAH BARING DI RSUD AMBARAWA
Penulis : Mareta Fitri Andan , Sri Puguh Kristiyawati, S, Eko
Ch.Purnomo.
Tahun Terbit : 2016
E-ISSN :
Abstrak
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal
yang disebabkan oleh tekanan tubuh secara terus menerus terutama pada
area penonjolan tulang. Dekubitus bisa dihindari dengan melakukan alih
baring setiap 2 jam sekali. Alih baring merupakan tindakan yang
dilakukkan untuk mengubah posisi pasien untuk mengganti titik tumpu
berat badan, mempertahankan sirkulasi darah pada area yang tertekan,
mengurangi tekanan, badan dan gaya gesek pada kulit. Salah satu
tindakan lain untuk mencegah dekubitus yaitu dengan masase
punggung. Masase punggung merupakan pemijatan atau ditepuk tepuk
menggunakan tangan atau alat-alat khusus pada bagian punggung untuk
meningkatkan fungsi kulit, fungsi otot, fungsi syaraf, memperbaiki
peredaran darah dan metabolisme. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas alih baring dengan masase punggung terhadap
resiko dekubitus pada pasien tirah baring. Desain penelitian ini dalah
quasi experiment dengan jumlah sampel 60 responden dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan alih baring dikombinasikan masase punggung lebih
efektif dalam menurunkan resiko dekubitus pada pasien tirah baring
dibandingkan dengan alih baring. Rekomendasi penelitian ini adalah
agar perawat menerapkan alih baring setiap 2 jam dengan masase

3
punggung 2 kali sehari setiap pagi dan sore untuk menurunkan resiko
dekubitus pada pasien tirah baring.
Kata Kunci : Dekubitus, alih baring, masase punggung dan tirah baring

B. Jurnal Pembanding
Judul : PERBEDAAN EFEKTIVITAS POSISI MIRING 30
DERAJAT DAN 90 DERAJAT DALAM MENURUNKAN
RISIKO DEKUBITUS PADA PASIEN BEDREST TOTAL
DI RSUD SALATIGA
Penulis : Doma Putra Sarwanto, Sri Puguh Kriatyawati, Syamsul Arief
Tahun Terbit : 2017
E-ISSN :
Abstrak
Dekubitus adalah matinya jaringan sel (nekrosis) pada suatu daerah
kulit yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah karena tekanan
yang lama atau terus menerus. Hal ini yang bisa mempengaruhi
terjadinya risiko dekubitus adalah kondisi pasien yang mengalami
bedrest total. Perawat mempunyai peran dalam menjaga kesehatan kulit
pasien dengan kondisi bedrest total. tindakan pencegahan yang bisa
dilakukan adalah dengan melakukan pemberian posisi 30 derajat dan 90
derajat dalam menurunkan risiko dekubitus. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan efektivitas posisi miring 30 derajat dan 90
derajat dalam menurunkan risiko terjadinya dekubitus. Jenis penelitian
digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan two
group pretest and posttest only design dengan sudah dilakukan
obserbvasi pertama/prestest yang memungkinkan terjadi perubahan
perubahan yag terjadi setelah adanya eksperimen atau intervensi.
Metode pengambilan sampel teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah accidental sampling. Populasi dalam penelitian ini
16 pasien dengan kondisi yang belum terjadi dekubitus dan belum
mengalami dekubitus. nilai rata-rata peringkat intervensi posisi miring
30 derajat lebih tinggi (p=0,041). Hal ini menunjukkan bahwa

4
pemberian posisi miring 30 derajat merupakan rekomendasi untuk
menurunkan risiko dekubitus pada pasien bedrest total.
Kata kunci : dekubitus, posisi miring 30 derajat dan 90 derajat.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Judul Jurnal
1. Jurnal utama
Perbedaan Efektivitas Posisi Miring 30 Derajat dan 90 Derajat dalam
Menurunkan Risiko Dekubitus pada Pasien Bedrest Total di RSUD Salatiga
2. Jurnal pembanding
Efektifitas Alih Baring dengan Masase Punggung terhadap Resiko
Dekubitus pada Pasien Tirah Baring di RSUD Ambarawa

PEMBENARAN DAN CRITICAL


NO KRITERIA JAWAB
THINKING
1 P Ya Jurnal Utama:
Problem dalam penelitian ini adalah pasien
yang mengalami tirah baring karena penyakit
kronis seperti stroke, DM, CKB, dan gagal
jantung di RSUD Salatiga pada bulan Maret-
April 2017 sebanyak 16 pasien.

Jurnal pembanding:
Problem dalam penelitian ini adalah pasien
RSUD Ambarawa antara bulan Januari-Juli
2015 dengan penyakit DM, CKB dan stroke
yang mengalami tirah baring dan berisiko
dekubitus. Jumlah populasi adalah 501, teknik
pengambilan sampel dengan purposive
sampling sehingga diperoleh jumlah sampel 60
responden.

Critical thinking
Pada kedua jurnal mengangkat masalah risiko
dekubitus pada responden yang mengalami

6
tirah baring lama. Dekubitus merupakan lesi
karena adanya tekanan pada permukaan tubuh
secara terus menerus sehingga merusak
jaringan di bawahnya (Potter & Perry, 2010).
Salah satu faktor penyebab dekubitus adalah
imobilisasi dan kelembaban kulit yang dapat
meningkatkan maserasi kulit sehingga kulit
mudah mengalami lesi karena adanya tekanan
(Kozier, 2010). Hal ini tentu saja lebih mudah
dialami pasien yang tirah baring lama seperti
stroke, CKB, gagal jantung, ataupun DM.
Salah satu cara pencegahan yang dapat
dilakukan oleh perawat dengan melakukan alih
baring/perubahan posisi (Potter & Perry 2012,
dalam Sarwanto, Kriatyawati & Arief, 2017).
Dalam kedua jurnal di atas memiliki tujuan
yang sama yakni menurunkan resiko terjadi
dekubitus.

2 I Ya Jurnal Utama:
Intervensi pada jurnal utama adalah pemberian
posisi miring 300 dibandingkan dengan posisi
miring 900 yang dilakukan setiap 2 jam pada
responden yang berisiko dekubitus.
Jurnal Pembanding:
Intervensi pada penelitian ini adalah pemberian
intervensi alih baring selama 2 jam
dikombinasikan dnegan masase punggung
dengan VCO selama 15 menit yang
dibandingkan dengan intervensi alih baring
selama 2 jam saja.

Critical Thinking:

7
Alih baring merupakan perubahan posisi yang
diberikan untuk mengurangi tekanan dan gaya
gesek yang dapat merusak kulit serta menjaga
daerah yang tertekan tidak mengalami luka.
Pada jurnal utama alih baring dilakukan dengan
posisi miring. Posisi miring (side lying) adalah
posisi pasien berada pada salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh ke samping
dengan sebagian besar ditopang pinggul dan
bahu. Posisi miring dapat dilakukan dengan 300
maupun 900 yang bertujuan untuk mengurangi
friksi pada tulang-tulang yang menonjol. Posisi
miring 30 derajat dilakukan dengan
memposisikan pasien di tengah tempat tidur
kemudian disangga bantal padabagian kepala
dan leher serta punggung, serta menjepit bantal
di antara kedua kaki dan dimiringkan sehingga
posisi area tonjolan pada trokhanter dan sacral
berada pada posisi melayang tidak bersentuhan
langsung dengan kasur (Potter &Perry, 2010).
Tentu saja hal ini dapat mencegah terjadinya
dekubitus pada pasien.

Sedangkan pada jurnal pembanding alih baring


dilakukan dengan cara memposisikan pasien
supine, lateral, prone dan fowler tinggi yang
dilakukan kurang lebih selama 2 jam. Alih
baring bermanfaat mempertahankan sirkulasi
darah pada daerah yang tertekan dan
mengurangi tekanan pada tonjolan tulang
(Kozier, 2010). Selain itu pada kelompok
intervensi di jurnal pembanding, alih baring
dikombinasikan dengan masase punggung

8
dengan VCO selama 15 menit. Masase
punggung dapat memberikan efek relaksasi dan
mengurangi tekanan pada tubuh. VCO
mengandung asam laurat yang berfungsi
sebagai pelembab alami untuk kulit, selain itu
kandungan antibakterinya dapat melawan
penyebaran infeksi bakteri yang dapat
menyebabkan penyakit kulit (Adrian, 2018)
3 C Ya Jurnal Utama:
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment
dengan two group pre test and post test only
design. Pengambilan sampel dengan teknik
total sampling. Sampel yang digunakan adalah
16 responden. Dalam jurnal ini responden
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok
dengan intervensi posisi miring 300 dan 900.
Perbedaan efektifitas intervensi diuji dengan uji
unpaired t-test.
Jurnal Pembanding:
Jenis penelitian ini merupakan penelitian quasy
eksperiment dengan menggunakan desain
penelitian pretest-post test design. Pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 60
responden. Efektifitas perlakuan dinilai dengan
cara membandingkan nilai skala braden pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Critical thinking:
Pada kedua jurnal merupakan penelitian quasy
eksperiment yaitu salah satu rancangan
penelitian semu yang bertujuan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi pada

9
responden setelah dilakukan intervensi
(Notoatmodjo, 2018). Dalam kedua jurnal
tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu
menurunkan risiko dekubitus namun dengan
intervensi yang berbeda. Pada kedua jurnal
juga melakukan pengukuran skal dekubitus
dengan skala braden akan tetapi uji statistic
yang dilakukan berbeda.
4 O Ya Jurnal Utama:
Pada jurnal utama diperoleh hasil sebelum
dilakukan posisi miring 30 derajat adalah 3
responden (37,5%) mengalami risiko dekubitus
sangat tinggi dan risiko tinggi sebanyak 5
responden (62,5%). Setelah diberi posisi miring
30 derajat diperoleh 1 responden (12,5%)
mengalami risiko dekubitus sangat tinggi dan
risiko tinggi sebanyak 7 responden (87,5%).
Sedangkan pada pemberian posisi miring 90
derajat diperoleh hasil sebelum intervensi 2
responden (25%) mengalami risiko dekubitus
sangat tinggi dan risiko tinggi sebanyak 6
responden (75%), dan setelah diberi posisi
miring 90 derajat adalah 3 responden (37,5%)
mengalami risiko dekubitus sangat tinggi dan
risiko tinggi sebanyak 5 responden (62,5%).
Uji statistik perbedaan efektivitas posisi
miring 300 dengan posisi miring 900 diperoleh
nilai p=0,008 pada posisi miring 300, dan
p=0,351 pada posisi miring 900.

Jurnal pembanding:
Sebelum diberikan intervensi alih baring
selama 2 jam ditambah masase 15 menit

10
diperoleh hasil sebagian besar responden
mengalami tingkat resiko tinggi sebanyak 14
responden (46,7%) dan resiko sangat tinggi
sebanyak 3 responden (10%). Setelah diberikan
intervensi alih baring selama 2 jam ditambah
masase 15 menit diperoleh tidak ada responden
yang berisiko sangat tinggi dan berisiko rendah
sebanyak 14 responden (46,7%).
Sedangkan pada responden kelompok control
sebelum diberikan intervensi alih baring saja
diperoleh resiko sangat tinggi sebanyak 5
responden (16,7%), resiko tinggi 7 responden
(23,3%), resiko sedang 11 responden (36,7%)
dan resiko rendah sebanyak 7 responden
(23,3%). Setelah diberikan intervensi alih
baring diperoleh resiko sangat tinggi sebanyak
2 responden (6,7%), resiko tinggi 8 responden
(26,7%), resiko sedang 7 responden (23,3%)
dan resiko rendah sebanyak 13 responden
(43,3%)

Critical Thinking:
Pada jurnal utama pemberian intervensi posisi
miring 300 lebih efektif dibandingkan posisi
miring 900 dikarenakan pada posisi miring
miring 900 terdapat beberapa masalah sendi
karena fleksi lateral leher, kurva spinalis
memiliki kesejajaran yang tidak normal,bahu
dan sendi pinggul rotasi internal dan adduksi,
kurangnya dukungan pada kaki, kurangnya
perlindungan sendi yang tertekan pada telinga,
spina iliaka, trokhanter dan pergelangan kaki
(Potter & Perry, 2010). Sementara posisi

11
miring 30 derajat dapat meminimalisir tekanan
dan gesekan serta sirkulasioksigen ke bagian
perifer pada area tulang yang menonjol,
sedangkan jika dalam posisi 90 derajat akan
terjadi perlambatan dalam hyperemia reaktif
pada bagian perifer (Berman, 2009).

Pada jurnal pembanding intervensi alih baring


dengan masase lebih efektif dibandingkan
dengan intervensi alih baring saja. Hal ini dapat
dilihat dari nilai mean sesudah perlakuan yaitu
14,33 dengan nilai p=0,031.
Alih baring disertai masase punggung tidak
hanya memiringkan pasien saja tetapi juga
melibatkan gerakan meremas, menggosok pada
punggung pasien.
.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diantara kedua intervensi ini pemberian intervensi alih baring dengan masase

punggung lebih efektif terhadap resiko dekubitus dibandingkan dengan posisi

miring 30 derajat dan 90 derajat karena kelompok intervensi yang diberi

intervensi alih baring dengan masase punggung di lihat dari nilai rata-rata mean

adalah 14,33. Sedangkan pada posisi miring 30 derajat dan 90 derajat nilai rata-

rata mean adalah 13,12. Semakin tinggi rata-rata mean maka intervensi tersebut

semakin efektif menurunkan resiko terjadinya dekubitus. Hal ini disebabkan

intervensi alih baring dengan masase punggung tidak hanya memiringkan pasien

saja tetapi melibatkan remasan dan gosokan yang menghasilkan panas pada

punggung atau permukaan kulit, hal ini menyebabkan dilatasi pembuluh darah

sehingga akan meningkatkan suplai darah ke daerah yang tertekan. Jaringan yang

tertekan pada pasien tirah baring biasanya otot-otot mengalami relaksasi,

sehingga stimulasi berupa masase ini penting agar jaringan mendapatkan nutrisi

dan oksigen. Sedangkan alih baring hanya berupa tindakan untuk mengubah

posisi pasien yang mengalami tirah baring.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa dan Mahasiswi

Kepada mahasiswa diharapkan agar makalah ini dapat berguna dalam

melakukan intervensi asuhan keperawatan khususnya dalam mengurangi

13
resiko terjadinya dekubitus sehingga ada intervensi yang baru dalam

pemberian asuhan keperawatan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Kepada institusi pendidikan penyusun sangat mengharapkan agar makalah

ini dapat di tinjau kembali demi kesempurnaan dan kelayakan dari makalah

ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. 2018. Manfaat Minyak Kelapa bagi Kesehatan dan Kecantikan.
Diakses dari https://www.alodokter.com/manfaat-minyak-kelapa-bagi-
kesehatan-dan-kecantikan.
Kozier, Barbara, et al,, Ed. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Alih Bahasa: Pamilih Eko Karyuni. Jakarta, EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Potter, Patricia dan Anne Griffin Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder S.J. (2010). Buku ajar praktik
keperawatan klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Morison, J. Moya (2013). Manajemen Luka. Jakarta: EGC.
Morton, P. G. (2012). Keperawattan kritis pendekatan asuhan holistic. Edisi 8.
Jakarta : EGC
Potter, P. A., & Perry, A. G., (2010). Fundamental Keperawatan.Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.
Yusuf, S. (2010). Konsep dasar luka dekubitus. file:///D:/Pico%20smstr%203/501-
1001-1-SM.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai