Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), Stroke adalah masalah
kesehatan yang terjadi akibat gangguan fungsi otak fokal (global), dimana
gejala yang timbul berlangsung selama 24 jam atau lebih tanpa adanya
penyebab lain selain vaskuler (Israr, 2018 dalam Cahyono, 2020). Manajemen
pre-hospital stroke merupakan pelayanan yang diberikan pada saat dan
selama korban pertama kali ditemukan, selama proses transportasi hingga
pasien tiba di rumah sakit. Penanganan korban selama fase pre-hospital dapat
menjadi penentu terhadap kondisi korban selanjutnya. Perawatan pre-hospital
yang tepat dan cepat dapat menurunkan angka kecacatan dan kematian akibat
dari trauma atau penyakit (National Institute for Health and Care
Excellence/NICE, 2019).
Akibat stroke, maka pasien harus menjalani terapi tirah baring, bahkan
bisa akan menghabiskan waktu dengan berbaring di tempat tidur, akibatnya
adalah sangat rentan terkena dekubitus. Penilaian angka risiko dekubitus
dapat berubah-ubah setiap hari sesuai dengan kondisi pasien dan pelayanan
perawatan yang diberikan dalam upaya mencegah dekubitus. Masalahnya,
dalam menjalankan peran sebagai caregiver, keluarga melakukan usaha
pencegahan dekubitus baik tindakan yang dilakukan ataupun yang tidak
dilakukan bukan karena memahami betul secara jelas apa tujuan tindakan
tersebut melainkan hanya karena kebiasaan atau naluri untuk membantu dan
melindungi pasien (Cahyono, 2020)
Hasil penelitian di Amerika Serikat menunjukan bahwa pasien stroke
dirawat dirumah sakit menderita dekubitus adalah 3-10% dan 2,7%
berpeluang terbentuk dekubitus baru dan hasil penelitian terjadi peningkatan
dekubitus terus terjadi hingga 7,7-26,9%. Prevelensi terjadinya luka dekubitus

1
2

di Amerika Serikat cukup tinggi sehingga mendapatkan perhatian dari


kalangan tenaga kesehatan. Penelitian menunjukan bhawa prevelensi luka
dekubitus bervariasi, tetapi secara umum dilaporkan bahwa 5-11% terjadi di
tatanan perawatatan akut (acute care), 15-25% ditatanan perawatan rumah
(home healt care) (Agustina E, 2020)
Angka kejadian dekubitus di ASEAN lainnya (Japan, Korea, China)
adalah 2,1-18%9 . Faktor yang ditemukan beresiko terhadap stroke dengan
angka kejadian luka dekubitus (ulkus) di indonesia mencapai 33%. Angka ini
lebih tinggi dari negara Asia lainnya (Agustina E, 2020).
Di Indonesia hampir mencapai 25% penderita stroke yang terkena
dekubitus. Hasil penelitian Tarrirohan, et. Al (2018) dalam Alfi Lailatus
Zahro Maskun (2019) menunjukkan bahwa lama hari rawat dalam terjadinya
luka ulkus dekubitus pada pasien immobilisasi 88,8% muncul luka dekubitus
dengan rata-rata lama hari rawat pada hari kelima perawatan. Indikator
standar mutu pelayanan di rumah sakit oleh WHO. Prevalensi ulkus dekubitus
pada individu yang dirawat dirumah tanpa sepervisi atau dengan bantuan
tenaga professional tidak begitu jelas. Keadaan perawatan rumah angka
prevalensi dilaporkan menjadi 12,9% dan 19% (Potter, Perry, 2005 dalam
Mohd Roy Afdhal, 2019).
Berdasarkan diagnosis Nakes dan diagnosis/gejala, pasien stroke di
Provinsi Banten sebanyak 53.289 orang (6,6%) dan 96.888 (12,0%)10.
Menurut hasil Riskesdas (2019) Provinsi Banten, prevalensi stroke
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) tertinggi di Kota Tangerang
Selatan (7,7%), sedangkan prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis nakes
dan gejala tertinggi terdapat di Kabupaten Pandeglang (17,0%). Prevalensi
tertinggi pasien stroke berdasarkan kelompok umur baik berdasarkan
diagnosis nakes maupun diagnosis nakes/gejala berada pada kelompok usia
>75 tahun sebesar 53,8% dan 91,7% Kondisi imobilisasi meningkatkan resiko
terjadinya kerusakan kulit dan proses penyembuhan luka yang lambat
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).
3

Prevalansi ulkus dekubitus sekitar 17-28%, dan sekitar dua pertiga kasus
terjadi pada pasien berusia diatas 70 tahun. Pada pasien dengan gangguan
neorologis, insidens ulkus dekubitus adalah 58%. Pada pasien dengan
penyakit akut, juga didapatkan dekubitus pada 3-11% pasien. Ulkus dekubitus
merupakan penyebab kematian pada 7-8% dengan paraplegi. Dilaporkan
kejadian dekubitus pada pasien stroke sebesar ± 3% pasien. Dekubitus lebih
sering dijumpai pada pasien dengan malnutrisi, infeksi, inkontesia urin, atau
pada penderita penyakit serius. Dekubitus menyebabkan nyeri, peningkatan
spastisitas, proses penyembuhan yang lambat, dan peningkatan resiko
komplikasi penyakit (Al Rasyid dkk, 2018 dalam Cahyono 2020).
Ketidakmampuan keluarga serta keterbatasan peran keluarga tentang
perawatan pada pasien stroke menjadi penyebab terjadinya ulkus dekubitus.
Dampak yang muncul akibat ulkus dekubitus antara lain dampak terhadap
kondisi fisik, sosial, psikologis, finansial, dampak yang diakibatkan dari
gejala ulkus dekubitus, dan dampak terhadap kesehatan secara umum (Andrea
E, dkk, 2009 dalam Maulidah Nur Atiqoh, 2019). Komplikasi ulkus dekubitus
dapat dicegah dengan meningkatkan peran keluarga dan meningkatkan
pengetahuan keluarga dalam pencegahan ulkus dekubitus perlu dilaksankan
sosialisasi dan penyuluhan dari tenaga kesehatan. Kurangnya peran keluarga
dalam pencegahan ulkus dekubitus dapat dipengaruhi oleh pengetahuan
keluarga terhadap tanda-tanda terjadinya ulkus dekubitus, secara signifikan
pada tingkat masyarakat mengakibatkan munculnya ulkus dekubitus (Jaul &
Menzel, 2014, dalam Maulidah Nur Atiqoh, 2019).
Tindakan pencegahan ulkus dekubitus harus dilakukan sedini mungkin
dan terus menerus dengan melibatkan anggota keluarga, sebab pada pasien
stroke yang mengalami tirah baring ditempat tidur dalam waktu yang cukup
lama tanpa mampu untuk merubah posisi akan berisiko tinggi terjadinya ulkus
dekubitus. Selama ini keluarga tidak tahu tentang bagaimana cara perawatan
ulkus dekubitus, pencegahan ulkus dekubitus pada pasien stroke diantaranya
merubah posisi dengan tirah baring, melindungi bagian tubuh yang tulangnya
menonjol dengan bahan yang lembut, menjaga kebersihan dan kekeringan
4

kulit, melakukan gerakan ROM, menyediakan penyangga yang nyaman


danventilasi yang baik, dan tidak membatasi gerakan (Utoyo, 2014 dalam
Rofik Abi Kurniawan, 2019).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilaksanakan 19 januari
2022 dari hasil wawancara pada 10 orang keluarga pasien stroke di RSUD
Malingping, 6 orang keluarga pasien stroke kurang berperan serta dalam
pencegahan decubitus. Hasil wawancara mengatakan penggantian alas
pampers hanya dilakukan sekali dalam sehari, takut untuk merubah posisi
pasien 2-3 jam, latihan gerak untuk mencegah kekakuan dan lecet tidak
dilakukan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Peran Serta
Keluarga Terhadap Kejadian Decubitus pada Pasien Stroke di RSUD
Malingping 2022.
1.2 Rumusan Masalah
Stroke adalah masalah kesehatan yang terjadi akibat gangguan fungsi
otak fokal (global), dimana gejala yang timbul berlangsung selama 24 jam
atau lebih tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Akibat stroke, maka
pasien harus menjalani terapi tirah baring, bahkan bisa akan menghabiskan
waktu dengan berbaring di tempat tidur, akibatnya adalah sangat rentan
terkena dekubitus.
Tindakan pencegahan ulkus dekubitus harus dilakukan sedini mungkin
dan terus menerus dengan melibatkan anggota keluarga, sebab pada pasien
stroke yang mengalami tirah baring ditempat tidur dalam waktu yang cukup
lama tanpa mampu untuk merubah posisi akan berisiko tinggi terjadinya ulkus
dekubitus. Selama ini keluarga tidak tahu tentang bagaimana cara perawatan
ulkus dekubitus, pencegahan ulkus dekubitus pada pasien stroke diantaranya
merubah posisi dengan tirah baring, melindungi bagian tubuh yang tulangnya
menonjol dengan bahan yang lembut, menjaga kebersihan dan kekeringan
kulit, melakukan gerakan ROM, menyediakan penyangga yang nyaman
danventilasi yang baik, dan tidak membatasi gerakan.
5

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Peran Serta
Keluarga Terhadap Kejadian Decubitus pada Pasien Stroke di RSUD
Malingping 2022
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Pengetahuan dan Peran Serta Keluarga Terhadap Kejadian Decubitus pada
Pasien Stroke di RSUD Malingping 2022
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakterisitik responden (umur, pendidikan)
2. Mengetahui pengetahuan keluarga tentang pencegahan decubitus
3. Mengetahui Peran Serta Keluarga Terhadap Kejadian Decubitus
4. Mengetahui Hubungan Pengetahuan dan Peran Serta Keluarga Terhadap
Kejadian Decubitus pada Pasien Stroke di RSUD Malingping 2022
1.4 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini bagi RSUD Malingping dapat dijadikan evaluasi upaya
memberikan pemahaman tentang peran keluarga dengan pencegahan
terjadinya decubitus pada pasien stroke.
1.5.2 Bagi Institusi
Sebagai bahan referensi dan informasi tambahan dari hasil penelitian agar
dapat digunakan sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan dan dijadikan
tolak ukur tingkat pemahaman tentang Hubungan Pengetahuan dan Peran
Serta Keluarga Terhadap Kejadian Decubitus pada Pasien Stroke di RSUD
Malingping 2022
1.5.3 Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman secara nyata dalam melakukan penelitian dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang Hubungan Pengetahuan dan
6

Peran Serta Keluarga Terhadap Kejadian Decubitus pada Pasien Stroke di


RSUD Malingping 2022

Anda mungkin juga menyukai