Anda di halaman 1dari 40

GAMBARAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN

DEKUBITUS BERDASARKAN SKALA BRADEN DAN


SKALA GOSNELL DI RSUD SUMEDANG

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Keperawatan
pada Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

DAVID FIRMANSYAH
NPM 220110160082

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
SUMEDANG
2020
DESCRIPTION OF RISK FACTOR PRESSURE ULCER
BASED ON BRADEN SCALE AND GOSNELL SCALE
AT RSUD SUMEDANG

RESEARCH PROPOSAL

A Research Submitted in Fulfillment of the Requirements for the Degree of


Bachelor at Faculty of Nursing Padjadjaran University

DAVID FIRMANSYAH
NPM. 220110160082

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FACULTY OF NURSING
BANDUNG
2020
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

JUDUL : GAMBARAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN DEKUBITUS


BERDASARKAN SKALA BRADEN DAN SKALA GOSNELL
DI RSUD SUMEDANG
PENYUSUN : DAVID FIRMANSYAH
NPM : 220110160082

Sumedang, April 2020

Mengetahui
Pembimbing Utama,

Urip Rahayu, S.Kp., M.Kep


NIP. 19750128 200812 1 009

Pembimbing Pendamping,

Kurniawan Yudianto, S.Kp.,M.Kep


NIP. 19750810 200604 1 002

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji penulis panjatkan kepada Allah

SWT karena atas berkat rahmat dan karunia – Nya penulis dapat menyelesaikan

penelitian dengan judul “Gambaran Faktor Risiko Kejadian Dekubitus

Berdasarkan Skala Braden dan Skala Gosnell di RSUD Sumedang”. Shalawat

serta salam semoga selalu tercurah kepada jungjungan kita Rasulullah Muhammad

SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, dan seluruh umatnya yang berjuang

hingga akhir zaman.

Penelitian ini disusun sebagai persyaratan menempuh ujian sarjana pada

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu , saran

dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan

datang.

Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat bermanfaat tidak hanya

untuk penulis, namun juga untuk ilmu pengetahuan dan bagi siapa saja yang

membutuhkan. Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan meridhoi dan semua ini

dijadikan suatu bentuk amal ibadah. Amin.

Sumedang, April 2020


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sekitar 1,7 juta orang di dunia mengalami dekubitus per tahun. Sedangkan di

indonesia angka prevalensi kejadian dekubitus sekitar 33.3% dimana angka ini

terhitung cukup tinggi apabila dibandingkan dengan angka prevalensi kejadian di

ASEAN yaitu 2,1% - 31.3% (Sugama, 2000). Jumlah tersebut haruslah menjadi

perhatian penting bagi tenaga medis maupun paramedis, terutama perawat yang

berperan mendampingi pasien 24 jam penuh. Hasil penelitian Dewi (2011)

mengatakan bahwa persentase kejadian dekubitus beragam, tetapi secara umum

dapat terlihat bahwa 5 – 11% terjadi dalam perawatan akut, 15 – 25 % terjadi dalam

perawatan jangka panjang, dan 7 – 12 % terjadi dalam perawatan di rumah

(homecare). Hasil penelitian Suheri (2010) mengatakan bahwa kejadian dekubitus

muncul dengan persentase 88% pada pasien rawat inap setelah rata – rata 5 hari

perawatan.

Dekubitus adalah luka yang terokalisir pada kulit yang disebabkan oleh

penekanan lama tulang yang menonjol (Bony Prominence), mengakibatkan aliran

darah pada kulit berkurang atau tidak ada sehingga menyebabkan iskemia bahkan

necrosis. Biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan kronik yang memerlukan

tirah baring lama (Sari, 2007). Dekubitus sering dialami oleh pasien dengan
gangguan mobilitas seperti pasien stroke, luka pada tulang belakang atau penyakit

degeneratif (Heri, 2008). Hasil penelitian Levina (2013) juga menyebutkan peringkat

pertama penderita dekubitus adalah pasien dengan gangguan Cardio Vaskuler Acut,

sedangkan penyakit diabetes mellitus, gangguan orthopedic dan penyakit lainnya

menempati peringkat di bawahnya.

Beberapa faktor penyebab dekubitus diantara lain imobilisasi, Friction

(gesekan), kelembapan kulit (Kozier, 2010). Gaya gesek yang ditimbulkan oleh

tekanan tulang yang menonjol akibat imobilisasi dalam waktu lama menyebabkan

daerah jaringan yang ditekan akan mengalami iskemia dan hipoksemia dikarenakan

aliran darah tersumbat. Aliran darah yang tersumbat menyebabkan pasokan oksigen

dan nutrisi untuk kulit berkurang sehingga berkontribusi lebih menyebabkan

necrosis. Apabila tidak segera ditangani necrosis dapat menjalar ke otot dan tulang

dan dapat bertahap pula ke tendon dan sendi (Corwin, 2009). Kelembapan kulit yang

meningkat disebabkan Inkontinensia urine (buangan urine yang tidak terkontrol) atau

keluaran keringat yang berlebih dapat menyebabkan maserasi (pelunakan akibat

basah) sehingga epidermis kulit lebih mudah terkikis dan risiko infeksi lebih tinggi.

Suriadi (2008) mengelompokan faktor risiko dekubitus menjadi dua kategori.

Kategori intrinsik meliputi usia, tekanan interface, temperature, dan nutrisi,

sedangkang kategori ekstrinsik meliputi pergeseran, kelembapan, tekanan, merokok,

mobilitas dan aktivitas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugama (2000) mengatakan

bertambahnya usia juga merupakan faktor penyebab dekubitus. Sedangkan Bujang

(2003) dalam penelitiannya menyebutkan tidak dilakukannya miring kanan dan

3
miring kiri pada pasien tirah baring lama menyebabkan kejadian dekubitus. Said

(2013) juga menambahkan bahwa lama hari rawat berperan dalam kejadian

dekubitus dikarenakan bertambahnya tekanan interface dan juga membuat pasien

dalam keadaan tidak banyak bergerak (immobilisasi).

Kejadian dekubitus pada pasien tirah baring lama akan memperburuk keadaan

pasien dan memperpanjang lama hari rawat pasien di rumah sakit, hal ini akan

menambah biaya operasional perawatan yang diperlukan bahkan meningkatkan

angka mortalitas. Selain itu dekubitus juga bisa menimbulkan komplikasi yang

beragam seperti osteomyelitis (infeksi tulang), sellulitis (infeksi jaringan bawah

kulit), sepsis, dan infeksi kronis.

America Health of Care plan Resources (AHCPR) dalam penelitian Mukti

(2005) menyebutkan 3 kategori intervensi yang bisa dilakukan perawat dalam

pencegahan dekubitus yaitu kategori pertama tentang penanganan dini meliputi

pengkajian risiko dini dekubitus, perbaikan keadaan umum pasien, perawatan kulit

meliputi hygiene dan pemberian topikal, dan masase pada bagian tubuh yang

tertekan tulang yang menonjol. kategori kedua yaitu terkait pencegahan mekanik dan

dukungan permukaan seperti penggunaan tempat tidur teraupetik, lalu perubahan

posisi dengan melakukan miring kanan – miring kiri secara berkala. Kategori ketiga

yaitu pendidikan kesehatan terkait dekubitus dan support system kepada pasien dan

keluarga. Perawat berperan penting dalam mencegah kejadian dekubitus dengan

melakukan penilaian dini risiko dekubitus. Penilaian dini risiko dekubitus bertujuan

untuk melihat tinggi rendahnya risiko kejadain dekubitus sehingga dapat segera

4
dilakukan tindaka untuk mencegahnya. Terdapat beberapa alat penilaian dini risiko

dekubitus yang dapat digunakan di rumah sakit seperti skala braden, norton, gosnell,

waterlow, suriadi sanada, dan lain – lain.

Jalali, R dan Rezaie, M (2005) menyebutkan bahwa berdasarkan Youden

indeks (J = 68%) dalam penelitiannya skala gosnell memiliki validitas prediktif yang

lebih baik dalam memperkirakan risiko dekubitus jika dibandingkan dengan ketiga

skala pembandingnya yaitu skala braden, norton, dan waterlow, meskipun ketiga

skala tersebut memiliki spesifitas dan sensivitas yang cukup tinggi. Dalam penelitian

tersebut diketahui bahwa skala gosnell lebih sesuai untuk digunakan pada pasien

gangguan neurologis dan ortopedi.

Penelitian Mizan, DM (2016) menyebutkan skala gosnell mempunyai tingkat

yang cukup konsisten dan efektif dalam memprediksi risiko dekubitus, tetapi apabila

di ambil rata – rata pada masing – masing hasil subskala pada skala braden dan skala

gosnell mereka mempunyai statistik keberhasilan yang sama. Jika kita perlu

keefektifan dan konsistensi dari sebuah instrumen dalam penilaian dini risiko

dekubitus diantara skala braden dan skala gosnell maka dianjurkan memilih gosnell,

tetapi jika perlu dalam hal kesensitifan dan efisiensi waktu maka bisa memakai skala

braden karena komponen yang lebih sedikit dan memiliki sensivitas dan spesifitas

yang baik. Validitas prediksi suatu instrument dipengaruhi oleh karakteristik

populasi, maka perlu diteliti terlebih dahulu sampai mana validitas suatu instrument

pada populasi yang dikajinya sebelum instrument tersebut digunakan (Suriadi, 2008).

5
Rumah sakit umum daerah Kab Sumedang adalah rumah sakit tipe B yang

merupakan rumah sakit rujukan sekabupaten Sumedang. Depkes RI (2006)

menetapkan Indikator mutu pelayanan rumah sakit terkait sasaran target angka

kejadian dekubitus di rumah sakit yaitu sebanyak 0%. Akan tetapi target tersebut

masih belum tercapai, dari hasil studi pendahuluan di ruang unit stroke Rumah sakit

umum daerah Kab Sumedang angka kejadian dekubitus pada bulan april – agustus

2019 didapatkan sebanyak 29 kejadian dari 301 pasien stroke yang berisiko

dekubitus yang didata ulang setiap bulannya, dengan catatan 6 pasien terdapat luka

dekubitus sejak dari rumah dan 7 pasien dari ruangan sebelumnya (2 dari High Care

Unit dan 5 dari Intalasi Gawat Darurat).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin menetili “Gambaran faktor

risiko kejadian dekubitus berdasarkan skala braden dan skala gosnell di RSUD Kab

Sumedang”.

2. Identifikasi Masalah/Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah “Gambaran faktor risiko kejadian dekubitus berdasarkan

skala braden dan skala gosnell di RSUD Kab Sumedang?”.

3. Tujuan Penelitian

1) Tujuan Umum

6
Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran

faktor risiko kejadian dekubitus berdasarkan skala braden dan skala

gosnell di RSUD Kab Sumedang.

2) Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

 Untuk mengidentifikasi gambaran faktor resiko kejadian

dekubitus

 Untuk mengidentifikasi gambaran faktor resiko kejadian

dekubitus berdasarkan skala braden

 Untuk mengidentifikasi gambaran faktor resiko kejadian

dekubitus berdasarkan skala gosnell

4. Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Teoritis

Memberikan manfaat ilmiah dan menjadi literatur pada pengembangan ilmu

keperawatan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu Gambaran faktor risiko

kejadian dekubitus berdasarkan skala braden dan skala gosnell di RSUD Kab

Sumedang.

2) Kegunaan Praktis

a. Bagi Pihak Fakultas Keperawatan atau Pendidikan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak Fakultas

Keperawatan. Peneletian ini berharap dapat dijadikan sebagai data awal untuk

7
meneliti lebih lanjut terkait Gambaran faktor risiko kejadian dekubitus berdasarkan

skala braden dan skala gosnell di RSUD Kab Sumedang.

b. Bagi Pihak RSUD Kab Sumedang

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai data pengkajian dalam

meningkatkan kinerja perawat di RSUD Kab Sumedang, sehingga untuk kedepannya

dapat diadakan pelatihan – pelatihan terutama dalam bidang pasien safety pencegahan

dekubitus pada pasien tirah baring lama.

5. Kerangka Pemikiran

Dekubitus adalah luka yang terokalisir pada kulit yang disebabkan oleh

penekanan lama tulang yang menonjol (Bony Prominence), mengakibatkan aliran

darah pada kulit berkurang atau tidak ada sehingga menyebabkan iskemia bahkan

necrosis. (Sari, 2007). Dekubitus sering dialami oleh pasien dengan gangguan

mobilitas seperti pasien stroke, luka pada tulang belakang atau penyakit degeneratif

(Heri, 2008).

Kejadian dekubitus pada pasien penyakit kronik bukan hanya berdampak

memperburuk keadaan pasien tetapi juga menghabiskan lebih banyak biaya

pengobatan. Selain itu juga berdampak menambahkan beban kerja perawat dan length

of stay (LOS) pasien di rumah sakit. Dekubitus juga apabila terus dibiarkan dan tidak

dlakukan perawatan akan menyebabkan komplikasi seperti osteomyelitis (infeksi

tulang), sellulitis (infeksi jaringan bawah kulit), sepsis, dan infeksi kronis.

8
Beberapa faktor penyebab dekubitus diantara lain imobilisasi, Friction

(gesekan), kelembapan kulit (Kozier, 2010). Suriadi (2008) mengelompokan faktor

risiko dekubitus menjadi dua kategori. Kategori intrinsik meliputi usia, tekanan

interface, temperature, dan nutrisi, sedangkang kategori ekstrinsik meliputi

pergeseran, kelembapan, tekanan, merokok, mobilitas dan aktivitas.

Manajemen dekubitus menurut America Health of Care plan Resources

(AHCPR) dalam penelitian Mukti (2005) menyebutkan 3 kategori area intervensi

utama dalam pencegahan dekubitus yaitu kategori pertama terkait perawatan kulit

meliputi kebersihan kulit serta pemberian topikal. Kategori kedua terkait pencegahan

mekanik dan dukungan permukaan seperti kasur terapeutik dan perubahan posisi. Dan

kategori ketiga terkait edukasi..

Penilaian dini risiko dekubitus bertujuan untuk melihat tinggi rendahnya

risiko kejadain dekubitus sehingga dapat segera dilakukan tindaka untuk

mencegahnya. Terdapat beberapa instrumen penialaian dini risiko dekubitus yang

telah dikembangkan seperti skala braden dan skala gosnell.

Skala braden terdiri dari enam subskala, pada lima subskala (persepsi sensori,

aktivitas, mobilitas, status nutrisi dan kelembapan) memiliki rentang skor 1 – 4, lalu

dua subskala terakhir (pergesekan dan pergeseran) memiliki rentang skor 1 – 3.

Dengan interpretasi semakin rendah jumlah skor pasien maka semakin berisiko

terjadi dekubitus. (Braden&Maklebust, 2005).

Skala gosnell memiliki lima subskala yaitu status mental, kontinensia,

mobilitas, aktivitas dan nutrisi. Dengan skala tambahan penampilan kulit, medikasi,

9
diet, dan kebutuhan cairan 24 jam, data demografi, itemn klinis, dan kriteria naratif.

Rentang skor total berkisar pada 5 – 20, dengan semakin tinggi total skor

menggambarkan semakin berisikob terjadi dekubitus (Potter&perry, 2005).

10
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

Pasien Penyakit Kronik

 Gangguan Neurologis (contoh


: Stroke)
 Gangguan Orthopedi
(contoh : Luka tulang
belakang)
 Cardio Vascular Acut (CAV)\
 Diabethes melitus (DM)

DEKUBITUS

Manajemen Dekubitus Dampak

 Perawatan kulit dan Penilaian  Memperburuk keadaan


dini risiko dekubitus  Mortalitas meningkat
 Pencegahan mekanik  Length of stay (LOS)
 Edukasi meningkat
 Biaya pengobatan meningkat
 Komplikasi penyakit lainnya

Skala Gosnell Skala Braden

 Status Mental  Persepsi Sensori


 Kontinensia  Aktivitas
 Mobilitas  Mobilitas
 Aktivitas  Status Nutrisi
 Nutrisi  Kelembapan
 Pergeseran dan pergesekan

11
BAB II
LANDASAN TEORI

1. DEKUBITUS
1) Definisi
Dekubitus adalah luka yang terokalisir pada kulit yang disebabkan oleh

penekanan lama tulang yang menonjol (Bony Prominence), mengakibatkan aliran

darah pada kulit berkurang atau tidak ada sehingga menyebabkan iskemia bahkan

necrosis. Biasanya terjadi pada pasien dengan gangguan kronik yang memerlukan

tirah baring lama (Sari, 2007).

Dekubitus adalah suatu kondisi dari jaringan kulit yang telah mengalami

kerusakan akibat tekanan secara langsung pada kulit dan juga karena gesekan serta

friksi (Morison, 2004).

Menurut Morison (2004) dekubitus merupakan masalah tambahan yang

dialami oleh kebanyakan pasien penyakit kronis, pasien dengan kondisi lemah, dan

pasien yang mengalami immobilasi dalam waktu yang lama, bahkan ini adalah

masalah sekunder yang dialami oleh banyak pasien rawat inap di rumah sakit.

2) Faktor Risiko

Faktor risiko penyebab dekubitus menurut Suriadi (2008) dikelompokan

menjadi 2 yaitu kelompok intrinsik dan kelompok ektrinsik.

a. Faktor risiko intrinsik

12
Faktor risiko intrinsik adalah faktor penyebab kejadian dekubitus yang berada

dalam tubuh pasien.

a) Usia

Dekubitus dapat terjadi pada setiap usia, tetapi dengan bertambahnya

usia risiko kejadian dekubitus juga bertambah. Hal ini dikarenakan

berkurangnya jaringan lemak subkutan, berkurangnya jaringan kolagen

dan elastisin, menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit

sehingga kulit menjadi lebih tipis dan rapuh (Citra, 2018).

b) Tekanan interface

Tekanan interface adalah gaya per satuan luas yang bertindak tegak

lurus antara tubuh dan permukaan dukungan. Tekanan merupakan

faktor utama / determinant utama kejadian dekubitus (Sumara, 2015).

c) Temperature

Pasien yang mengalami gejala demam akan membuat temperature

jaringan meningkat, peningkatan temperature jaringan ini akan

menyebabkan iskemik jaringan (Mendrofa, 2016)

d) Nutrisi

Nutrisi merupakan jumlah dari keseluruhan proses yang terlibat

dengan asupan dan pengguanaan bahan – bahan makanan. Beberapa

tahapan yang terlibat dalam proses perolehan makanan yaitu proses

menelan, pencernaan, absorpsi dan asimilasi (Rospond, 2008).

Kekurangan nutrisi dapat mengakibatkan ketidakseimbangan cairan

dan elektrolit. Pada pasien yang mengalami Hipoalbuminemia (level

13
serum albumin dibawah 3 g/100mL) maka cairan yang berada di

ekstraselluler akan menuju ke jaringan dan hal ini menyebabkan

timbulnya edema pada kulit. Edema dapat meningkatkan risiko

kejadian dekubitus. Dikarenakan suplai darah ke jaringan yang

terdapat edema akan menurun, menyebabkan sirkulasi perpindahan

oksigen dan produk sisa terganggu apabila terjadi dalam waktu lama

akan menyebabkan nekrosis (Potter et al, 2005)

b. Faktor risiko ekstrinsik

a) Gesekan

Pergesekan terjadi ketika ada dua permukaan bergerak dengan arah

yang berlawanan. Gaya gesek yang terjadi pada kulit dapat

mengakibatkan abrasi dan perlukaan pada epidermis kulit sehingga

menyebabkan dekubitus. Pergesekan dapat terjadi pada saat pergantian

sprei dengan cara tidak benar.

b) Kelembapan

Kelembapan kulit yang meningkat akibat dari keluaran keringat

berlebih ataupun inkotinensia urin akan menyebabkan maseri

(pelunakan akibat basah) pada epidermis kulit. Jaringan kulit yang

mengalami maserisasi lebih mudah mengalami erosi. Selain itu juga

kelembapan menyebabkan kulit mudah mengalami pergesekan

sehingga mudah terkikis dan beriko tinggi terjadi dekubitus juga

terinfeksi.(irawan, 2014)

c) Merokok

14
Suriadi (2008), dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan yang

signifikan terhadap kesembuhan luka dekubitus pada pasien perokok.

Nikotin pada rokok dapat menurunkan aliran darah dan memiliki efek

toksik pada endothelium pembuluh darah.

d) Mobilitas

Mobilitas adalah kebebasan dan kemandirian seseorang dalam

selakukan pergerakan. Sedangkan immobilitas adalah

ketidakmampuan seseorang dalam melakukan pergerakan fisik.

Immobilitas dan ketidakaktifan berdampak pada kemampuan

seseorang dalam menghindari tekanan, mengubah posisi secara

mandiri, dan rentan terhadap tarikan serta gesekan.

3) Klasifikasi

Berdasarkan klasifikasi yang telah dimodifikasi oleh National Pressure Ulcer

Advisory panel (NPUAP, 2007) dalam buku ajar ilmu penyakit dalam ed.2

Tjokroprawiro (2015) ulkus dekubitus dibagi menjadi enam stadium sebagai

berikut :

a. Suspected Deep Tissue Injury

Adanya perubahan warna kulit menjadi merah keunguan pada kulit

yang utuh, bula berisi darah oleh karena kerusakan jaringan lunak

akibat tekanan dan/ atau shear. Pada daerah tersebut jaringan teraba

nyeri, melunak, lebih hangat atau lebih dingin dibandingkan jaringan

sekitarnya.

b. Stadium I

15
Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Terlihat terdapat

kemerahan / eritema, indurasi (melepuh), dan lecet. Penderita dengan

sesibilitas yang baik mengeluh nyeri. Stadium 1 biasanya reversibel

dan dapat disembuhkan dalam 5 – 10 hari.

c. Stadium II

Reaksi perdangan lebih dalam dari sebelumnya sampai mencapai

seluruh lapisan dermis kulit hingga lapisan lemak subkutan. Terlihat

sebagai luka yang dangkal dengan tepi yang jelas dan perubahan

warna pigmen kulit. Stadium II bersifat reversibel atau dapat

diseembuhkan dengan perawatan 10 – 15 hari.

d. Stadium III

Perlukaan lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan, menggaung,

dan berbatasan dengan fascia dari otot. Terdapat edema, inflamasi,

infeksi, dan hilangnya struktur. Tepi perlukaan tidak teratur dan

terlihat hiper atau hipopigementasi dengan fibrosis. Stadium III ini

dapat disembuhkan dengan perawatan sekitar 3 – 8 minggu.

e. Stadium IV

Perluasan perlukaan menembus otot sehingga tampak tulang di dasar

perlukaan sehingga mudah terinfeksi pada tulang dan sendi sehingga

menyebabka osteomelitis. Stadium IV ini sering disertai anemia dapat

sembuh dengan perawatan selama 3 – 6 bulan.

f. Unstageable

16
Perlukaan yang memiliki dasar ditutupi lapisan yang bewarna kuning,

coklat, abu – abu, hijau.

4) Manajemen dekubitus

Menurut America Health of care plan Resources (AHCPR) dalam

penelitian Mukti (2005) menyebutkan ada 3 kategori intervensi yang bisa

dilakukan perawat dalam upaya pencegahan dekubitus, sebagai berikut :

a. Penanganan dini

a) Pengkajian risiko

Pengkajian risiko dini dekubitus merupakan kewaspadaan

untuk mencegah kejadian dekubitus dengan mengenal penderita

risiko tinggi kejadian dekubitus, penggunaan instrumen

pengkajian risiko dini dekubitus dengan cara menghitung setiap

faktor risiko yang terdapat dalam instrument tersebut sehingga

muncul total point yang mengindikasikan pasien yang dikaji

termasuk risiko tinggi atau bukan.

b) Perbaikan keadaan umum pasien

Meningkatkan keadaan umum penderita dengan cara mengatasi

anemia, hipoalbuminemia dikoreksi, pemberian nutrisi dan

hidrasi yang cukup, pemberian vitamin C, dan mineral (Zn),

dan pengendalian penakit utama penderita seperti DM, Stroke,

CAV, PPOK, dan lainnya.

c) Perawatan kulit

17
Lakukan pemeriksaan kulit minimal 2 kali sehari (pagi dan

sore) khususnya pada bagian tulang yang menonjol,

pemeriksaan dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri

maupun dibantu oleh keluar dan tenaga kesehatan. Selain itu

juga mandi secara rutin juga dapat memelihara integritas kulit,

berfungsi untuk menjaga kulit tetap bersih dari feses, urin,

keringat, dan kotoran lainnya. Apabila sudah terjadi perlukaan

bersihkan secara rutin sekreta pada perlukaan dengan hati –

hati.

d) Masase

Bagian kulit yang kemerahan menandakan adanya gannguan

perfusi jaringan yang disebabkan tenakan lama oleh tulang

yang menonjol, lakukan masase pada bagian ini untuk

memperlancar aliran darah, pakai juga lotion yang mengandung

emolien.

b. Pencegahan mekanik

a) Tempat tidur teraupeutik

Pemakaian kasur khusus untuk membagi rata tekanan yang

dialami penderita dapat menjadi salah satu upaya pencegahan

dekubitus. Seperti contoh kasur dengan gelembung tekan udara

yang naik dan turun, lalu kasur air yang temperature airnya

dapat diatur. Masalahnya di Indonesia alat – alat seperti ini

18
masih mahal dan memerlukan perawatan khusus serta mudah

sekali rusak.

b) Perubahan posisi tidur berkala

Regangan atau lipatan kulit yang mengganggu sirkulasi darah

pada daerah setempat dapat diatasi dengan mengatur posisi

tidur penderita apaakh ditidurkan secara merata atau bisa tidur

dalam posisi duduk. Miring kanan miring kiri yang dilakukan

secara rutin setiap 2 jam dapat berfungsi untuk meratakan

tekanan yang mengganggu tekanan darah. Kelemahan dari

metode ini adlaah ketergantungan pada tenaga kesehatan yang

pada kenyataanya di Indonesia masih belum memcukupi di

setiap fasilitas kesehatan, dan juga sering kali menggagu tidur

pasien pada saat beristirahat.

c. Pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan tentang dekubitus bagi tenaga kesehatan,

penderita dan keluarganya berupa penyebab dan faktor rersiko untuk

dekubitus dan cara untuk pencegahannya. (Suriadi, 2008). Pendidikan

kesehatan dapat dilakukan menggunakan metode bed side teaching

selama 10 – 15 menit, sehingga perawat bisa melakukannya sembari

memberikan intervensi harian, seperti menggunakan pada saat

pemberian obat, pergantian sprei, atau pemeriksaan tanda – tanda vital

harian.

19
2. INSTRUMENT PENILAIAN DINI RISIKO DEKUBITUS

Instrument penilaian dini risiko dekubitus bertujuan untuk mengindentifikasi

risiko tinggi rendahnya kemungkinan untuk kejadian dekubitus supaya dapat

segera diberikan intervensi pencegahan agar tidak terjadi dekubitus. Menurut

Kozier (2010) terdapat 5 instrument penilaian dini risiko dekubitus yang

paling banyak digunakan dan direkomendasikan yaitu sebagai berikut :

1) Braden scale

Skala Braden dikembangkan pada tahun 1987, terdiri dari enam subskala

yang secara konseptual menggambarkan persepsi sensori, aktivitas,

mobilitas, status nutrisi dan kelembapan yang memiliki rentang skor 1 - 4

dengan 4 menggambarkan kondisi terbaik. Sedangkan pada dua subskala

terakhir pergesekan dan pergeseran memiliki rentang skor 1 – 3, dengan 3

menggambarkan kondisi terbaik. Jumlah skor yang munkin dapat

diperoleh pasien adalah 6 – 23, semakin rendah skor pasien semakin

berisiko terjadi dekubitus. Total skor dibagi dalam 5 kategori : > 18 tidak

berisiko, 15 – 18 risiko ringan, 13 – 14 risiko sedang, 10 – 12 risiko

tinggi, dan < 9 risiko paling tinggi(Braden&Maklebust, 2005).

2) Gosnell scale

Skala gosnell adalah salah satu skala yang dikembangkan gosnell pada

tahun 1973 dikembangkan berdasarkan pendahulunya yaitu skala norton.

Dengan dua perubahan yaitu nutrisi menggantkan kondisi fisik dan

kontenensia menggantikan inkontenensia pada skala norton. Skala gosnell

memiliki lima subskala yaitu status mental, kontinensia, mobilitas,

20
aktivitas dan nutrisi. Dengan skala tambahan penampilan kulit, medikasi,

diet, dan kebutuhan cairan 24 jam, data demografi, itemn klinis, dan

kriteria naratif. Rentang skor total pada skala gosnell berkisar pada 5 –

20, dengan semakin tinggi total skor menggambarkan semakin berisikob

terjadi dekubitus (Potter&perry, 2005).

3) Norton scale

Skala norton pertamakali ditemukan pada tahun 1962, dimana pada

awalnya instrument diperuntukan unutuk mengkaji risiko dekubitus pada

lansia. Keunggulan instrument ini adalah sederhana dan mudah untuk

digunakan sehingga tidak memakan waktu dalam penggunaannya. Skala

ini memiliki 5 subskala yaitu kondisi fisik, kondisi mental, aktivitas,

mobilisasi, dan inkontenensia. Dengan jumlah skor total 20 dan nilai 16

dan lebih besar berisiko mengalami dekubitus (Sussman & Bates –

Jansen, 1998).

4) Waterlow scale

Skala waterlow pertamakali ditemukan oleh Waterlow pada tahun 1985 di

Inggris. Skala ini dirancang untuk menyempurnakan skala norton dengan

memasukan lebih banyak subskala seperti faktor nutrisi, pengkajian tipe

kulit, predisposisi penyakit, dan gangguan kardiovaskular yang dapat

ikut mendorong iskemia jaringan. Skala waterlow terdiri dari 10 subskala

yaitu : jenis kelamin dan umur, perbandingan bentuk / berat dan tinggi

badan, kontinen atau eliminasi, risiko khusus / malnutrisi jaringan,

mobilitas, defisit neurologis, obat – obatan, jenis kulit dan daerah risiko

21
yang terlihat, bedah atau trauma mayor, nafsu makan. Setiap subskala

memiliki nilai 0 – 8 dengan total skor semua subkala 2 – 69, dengan

interpretasi jika total skor diatas 10 berisiko, skor diatas 15 berisiko

tinggi, dan skor diatas 20 sangat berisiko tinggi (Morison, 2004).

5) Knoll scale

Skala ini dikembangkan dengan melihat faktor risiko yang ada di ruang

perawatan akut rumah sakit besar. Terdapat 8 subskala yaitu status

kesehatan umum, status mental, aktivitas, mobilisasi, inkontenensia,

asupan nutrisi melalui oral, asupan cairan melalui oral, dan penyakit yang

menjadi faktor predisposisi. Total skor terdapat pada rentang 0 – 33, total

skor 12 dan lebih besar lagi mengindikasikan berisiko dekubitus (Kozier,

2010).

3. Penelitian terkait

1) Friction and shear highly associated with pressure ulcers of residents in

long – term care – classification tree analysis (CHAID) of Braden items.

Penelitian Lahman et al (2009) di Jerman dengan judul pergesekan dan

pergeseran yang berhubungan dengan kejadian dekubitus pada pasien

perawatan jangka panjang Care – Classification Tree Analysis (CHAID) pada

skala Braden. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukan apakah ada

subskala yang memiliki spesifikasi dan signifikasi yang lebih besar dari

subskala lainnya sehingga memiliki relevansi klinis yang lebih tinggi. Metode

yang digunakan adalah analisis data dari 6 studi prevalensi dekubitus.

Populasi sebanyak 17.666 responden (tingkat respon 79.6%) yang dirawat di

22
234 fasilitas kesehatan di seluruh Jerman. Instrument yang idgunakan adalan

skala Braden. Analisis data menggunakan Chi – square Automatic Interaction

Detector (CHAID) dari model klasifikasi pohon yang telah digunakan.

Penelitian ini menyatakan bahwa tidak semua subskala dalam skala Braden

mempunyai pengaruh yang sama dalam menentukan tingkat resiko kejadian

dekubitus. Dalam penelitian tersebut subskala yang paling berpengaruh dalam

kejadian dekubitus adalah friksi dan gesekan. Dan lalu subskala selanjutnya

adalah nutrisi dan aktifitas. Sedangkan yang dianggap paling tidak

berpengaruh adalah persepsi sensori.

2) Angka kejadian dan faktor risiko dominan kejadian pressure ulcer.

Astutik (2017) melakukan penelitian yang berjudul Angka kejadian dan faktor

risiko dominan kejadian pressure ulcer. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis tingkat pressure ulcer dan faktor risiko yang paling berpengaruh

terhadap pressure ulcer. Metode yang digunakan eksploratif deskriptif yang

memaparkan faktor risiko pressure ulcer Unit Stroke RSUD Tidar magelang.

Metode sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sekitar

49 responden yang masuk pada 20 Mei – 20 April 2016. Instrument yang

digunakan skala braden. Data dianalisis dengan program SPSS dengan

tabulasi silang dan regresi linier. Hasilnya menunjukkan 14,3% responden

pada tingkat risiko tinggi dan 32,6% pada tingkat risiko rendah dan 53,1%

tidak mengalami dekubitus. Faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap

pressure ulcer adalah persepsi sensorik, kelembaban, pergerakan dan

23
pergeseran diagnose dengan tingkat signifikansi <0,05. Penelitian ini berbeda

dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dimana peneliti akan

memaparkan faktor risiko kejadian dekubitus berdasarkan skala braden dan

skala gosnell.

3) Identifikasi bakteri dan faktor risiko kejadian pressure ulcer di Rsud

AWS Samarinda.

Setiani & Imamah (2019) melakukan penelitian terkait identifikasi bakteri dan

faktor risiko kejadian pressure ulcer di Rsud AWS Samarinda. Metode

penelitian adalah deksriptif. Dengan teknik sampling menggunakan metode

accidental sampling pada bulan Oktober 2017 di Rsud AWS Samarinda

meliputi ruang HCU, Stroke Center, Angkrek, Angsoka, dan Flamboyan

sebanyak 11 orang dimana semua responden mengalami pressure ulcer.

Analisis yang digunakan analisis Univariat dengan bentuk penyajian data

berupa tabel distribusi frequensi dan persentase, meliputi karakteristik

responden dan faktor risiko braden. Hasil penelitian yang didapatkan: Jenis

kuman gram negative paling banyak terdapat di pressure ulcer sebesar (81 %)

Acinetobacter sp adalah mikroorganisme yang paling dominan terdapat diluka

pressure, sebanyak 63,6 % responden memiliki persepsi dan sensori normal,

sebanyak 63,6 % kelembaban responden adalah selalu basah, sebanyak 81,8%

kegiatan pasien pressure ulcer adalah bedrest, sebanyak 63,6% mobilitas

responden adalah imobilisasi total, sebanyak 54,5% kondisi nutrisi responden

24
adalah cukup, sebanyak 72,7% gesekan dan robekan reponden memiliki

masalah.

4) Perbandingan skala braden dan skala gosnell dalam menilai tingkat

risiko luka tekan.

Mizan (2016) melakukan penelitian dengan berjudul perbandingan skala

braden dan skala gosnell dalam menilai tingkat risiko luka tekan. Penelitian

ini menggunakan desain studi komparatif dengan rancangan penelitian time

series, observasi dilakukan pada 2 jam pertama, 6 jam berikutnya dan 72 jam

berikutnya. Instrument yang digunakan adalah skala braden dan skala gosnell.

Teknik sampling menggunakan total sampling dengan dibatasi waktu minimal

tirah baring selama 3 hari usia dewasa - lansia dengan jumlah sample 66

responden. Analisa data yang digunakan adalah koefisien reliabilitas, analisis

tabulasi silang, dan analisis Wilcoxon signed – Rank Test. Hasil penelitian

ada perbedaan yang bermakna antara aplikasi skala braden dan gosnell dalam

memprediksi kejadian luka tekan, dengan hasil uji wilcoxon menunjukan nilai

z hitung pada ketiga tahap observasi yaitu – 6,6164 (mutlak), - 6,245

(mutlak), dan – 6,164 (mutlak) lebih dari nilai z tabel yaitu 1,96. Nilai

asyimp.sig pada ketiga tahap observasi secara keseluruhan bernilai 0,0000

dimana nilai tersebut > alpha 0,05. Hasil analisis koefisien reliabilitas skala

gosnell sebesar 0,958 lebih tinggi dari skala braden yaitu sebesar 0,887 yang

berarti bahwa skala gosnell mempunyai efektifitas dan konsistensi lebih tinggi

dalam memprediksi risiko kejadian luka tekan jika dibandingkan dengan

skalaBraden.

25
BAB III

CRITICAL REVIEW

1. Metode Penelitian

Literature Review adalah ringkasan bidang subjek tertentu untuk

mendukung identifkasi pertanyaan peneliti (Rowley & Slack, 2004).

Literature Review memiliki beberapa pendekatan / metode dalam

menjelaskan kontraindikasi yang mungkin muncul dalam penelitian diantara

sebagai berikut : Narrative review, Descriptive or Mapping review, Scoping

review, Systematic review, Umbrella review, Realist review, dan Critical

review (Lau, & Kuziemsky, 2016). Penelitian ini menggunakan metode

pendekatan Critical review yaitu dengan cara membuat ringkasa (resume).

Dimana peneliti disini membuat ringkasan dari berbagai literatur yang

meneliti faktor resiko berdasarkan skala braden dan juga berbagai literature

yang meneliti faktor resiko berdasarkan skala Gosnell.

Metode pencarian menggunakan beberapa electronic database yaitu

Google scholar, Proquest, PubMed. Dengan tujuan mendapatkan artikel –

artikel yang berkaitan dengan topic pertanyaan peneliti baik itu dalam

maupun luar negeri. Untuk mempermudah mendapatkan artikel peneliti

menggunakan kata kunci dengan metode PICO (population/Problem,

Intervention, Comparison, Outcome). Adapun Population / Problem dalam

penelitian ini adalah Dekubitus atau Luka tekan atau Pressure Ulcer,

Intervention : Skala Braden, Comparison : Skala Gosnell, dan Outcome yang

26
ditetapkan adalah Faktor resiko kejadian Dekubitus. Berdasarkan teknik

tersebut pencarian artikel dalam bahasa Inggris peneliti menggunakan kata

kunci : Pressure ulcer OR Dekubitus AND Braden Or Gosnell AND Factor.

Dan dalam bahasa Indonesia menggunakan kata kunci Dekubitus OR Luka

Tekan AND Braden OR Gosnell AND Faktor.

Setelah melakukan pencarian dengan menggunakan beberapa mesin

pencarian dan kata kunci yang telah ditetapkan. Peneliti mendapatkan artikel

berjumlah 9.964 artikel. Kriteria inklusi pada studi literature ini adalah artikel

penelitian yang memiliki peer review, fulltext, memiliki judul dan isi yang

relevan dengan pertanyaan penelitian,tahun publikasi dari tahun 2015-2020

serta memiliki desain penelitian minimal observational study. Kriteria

eksklusi antara lain artikel yang tidak memiliki struktur sebuah artikel yang

baik (abstract, methods, result, discussions,implications, dan references).

Artikel yang bersifat review, isi artikel tidak menjawab pertanyaan

penelitian.

Table 1. Hasil pencarian literature

Database Total jumlah artikel Jumlah artikel yang Yang memenuhi

sesuai keyword diperoleh kriteria inklusi

Proquest 7

PubMed 37

Google Schoolar 9.920

27
Total 9.964

Dengan memasukan kata kunci Pressure ulcer OR Dekubitus AND Braden Or


Gosnell AND Factor diperoleh dari Proquest 7 artikel, Pubmed 37 artikel, google
scholar 9.920 artikel. Setelah dilakukan penyortiran dengan kriteria,judul artikel,
yang paling relevan dengan pertanyaan penelitian,artikel yang dapat diakses, artikel
fulltext, dan memiliki peer review serta tahun publikasi antara tahun 2015-2020.
Didapatkan dari Proquest 1 artikel, PubMed 5 artikel dan Googleshcoolar 10
artikel.Kemudian dilakukan penyortiran berikutnya dengan melihat konten yang
ada pada artikel, melihat metode penelitian dan disesuaikan dengan kriteria inklusi,
dari 16 artikel tersebut didapatkan 4 artikel yang memiliki struktur sebuah artikel
yang baik (terdiri dari abstract, introduction, methods, results, discussions,
implications, dan references). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan alur
dibawah ini.

28
Bagan 1

“Description of risk factor based on braden


scale and gosnell scale”
Periode tahun 2015-2020

Proquest 7 artikel Pubmed 37 artikel Googlescholar9.920 arikel

Total artikel sesuai kata kunci 9.964


artikel

Dikeluarkan karena tidak sesuai kata


kunci

Total artikel 16 artikel


Dikeluarkan karena :
Konten tidak sesuai dengan
pertanyaan penelitian
Tidak sesuai kriteria inklusi
Ketidaksesuaian metode
penelitisn Total akhir artikel yang akan
dianalisis sebanyak 4 artikel

29
1) Critical Review

Tabel 1 Scooping Artikel

Judul penelitian Peneliti,tahun Desain Populasi Hasil

dan lokasi pnelitian dan

penelitian sampel

Pressure Ulcer Sardo et al., Retrospective 6.552 Hasilnya menunjukan bahwa Dari sekitar 6.552

Incidence And Braden (2018) di Cohort responden responden sebanyak 153 responden mengalami

Subsclaes : Portugese Analysis dekubitus selama masa tinggal perawatan, sehingga

Retrospective Cohort meberikan angka insidensi dekubitus sebanyak 2,3%.

Analysis In General Pada analisis univariat menunjukan bahwa semua

Wards Of A Portugese subskala braden berkaitan dengan perkembangan

Hospital dekubitus kecuali nutrisi. Sedangkan analisis

multivariate menunjukan skor pada sub skala

mobilitas dan aktivitas secara mandiri bisa dijadikan


prediksi untuk kejadian dekubitus pada semua peserta.

Investigation of The Ozyurek et Deskriptif of 414 Hasilnya menunjukan insidensi dekubitus pada

Risk Factors of al., (2016). Di medical responden penelitin ini sebesar 17% (n=55). Sedangkan

Pressure Ulcers in Turki record berdasarkan skala braden sebesar 12.3% (n=40) tidak

Intensive Care Unit memiliki resiko mengalami kejadian dekubitus.

Patients : According to Insidensi dekubitus pada unit penyakit dalam lebih

The Braden Scale tinggi dibandingkan pada unit perawatan bedah

(p=00). Pada pasien dengan anemia dengan jangka

perawatan yang lama di rumah sakit dan kadar

albumin rendah dan dirawat di ruang penyakit dalam

secara statistic mempunyai resiko sangat tinggi

mengalami kejadian dekubitus (p>0.05). korelasi

antara tingkat resiko dengan kejadian dekubitus secara

statistic terlihat (p=0,04). Menurut penelitian ini

31
durasi tinggal di rumah sakit

(LOS), imobilitas, obesitas, ketidaksadaran, gesekan,

dan parameter pecah adalah faktor resiko kejadian

dekubitus. Dalam penelitian ini juga menunjukan

persepsi sensori, pergesekan dan rupture sebagai

subskala braden sebagai faktor resiko kejadian

dekubitus.

Midrange Braden Alderden et Retrospective 6.377 Hasil penelitian ini menunjukan dari 6.377 pasien

Subscales Scores Are al., (2017) di review of responden ICU, sebanyak 516 (8%) mengalami kejadian

Associated With amerika medical dekubitus di segala grade / tingkatan dan 214 (4%)

Increased Risk For serikat records diantaranya dengan klasifikasi tingkat 2 sampai 4

Pressure Injury mengalami kejadian dekubitus, pada pasien dengan

Development Among skor skala braden kumulatif dan skor subskala di

Critical Care Patients tingkat resiko menengah memiliki kemungkinan

tertinggi mengalami kejadian dekubitus diantara

32
semua kategori subskala kecuali subskala gesekan dan

geser. Kami menemukan bahwa skor subskala

beresiko tinggi membuat perawat dan tenaga

kesehatan memberikan intervensi pencegahan

maksimal untuk pasien dengan resiko tertinggi.

Exploring Factors Raju et al., Data Mining 1.653 Dengan menggunakan The Random Forest Model

Associated With (2015) di Model responden didapatkan beberapa variabel dengan ranking tertinggi

Pressure Ulcers : A Amerika dalam memperediksi kejadian decubitus yaitu : lama

Data Mining Approach Serikat hari rawat di rumah saki, albumin, umur, kandungan

nitrogen urea dalam darah, dan skor total skala

braden. Secara keseluruhan, total skor braden tidak

begitu kuat dalam memprediksi kejadian decubitus

akan tetapi haru dilakukakun pemeriksaan penunjang

seperti serum albumin, umur, dan lama hari rawat di

rumah sakit. Dalam penelitian ini juga ditemukan

33
subskala mobilitas tersendiri lebih dapat

memperediksi kejadian decubitus dan disarankan

untuk dilakukan pengecekan mobilitas setiap hari.

34
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Y., 2007, Luka Tekan : Penyebab dan Pencegahan. Dikutip dari :
www.ppni.com, dilihat 28 Desember 2019.
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Synder S.J. (2010). Buku ajar praktik
keperawatan klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Suheri. (2010). Gambaran lama hari rawat dalam kejadian luka dekubitus pada
pasien immobilisasi di RSUP Haji Adam Malik Medan. [Skripsi]. Dikutip dari
: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17133.3.
Dewi, purnama Hastuti, 2011. Faktor faktor yang mempengaruhi kejadian stroke di
RS Moewardi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.
Suriadi, Sanada,H., Sugama, J., Thigpen,B., Subuh, M. (2008). Development of a
new risk assessment scale for predicting pressure ulcer in an intensive care
unit. Journal Complication BritishnAssociation of Critical Care Nurses, 13
(1), 34 – 43.
Mizan, DM (2016). Perbandingan skala braden dan skala gosnell dalam menilai
tingkat risiko luka tekan. Prosiding Interdisciplinary postgraduate student
conference 1 st program pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta: Agustus 2016 ISBN: 978 – 602 – 19568 – 2 – 3
Jalali RI, Rezaie M. (2005). Predicting pressure ulcer risk: comparing the predictive
validity of 4 scales. Adv Skin Wound Care 2005 Mar, 18(2): 92 – 7.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fudamental Of Nursing. USA : Mosby Inc.
Braden, B.J., & Maklebust, J. (2005). Preventing Pressure ulcer with braden scale.
Diakses Februari 2020.
http://www.healthsystem.virginia.edu/internet/pnso/nurseeducation/Slide-16-
The-Braden-Scale.pdf
Sugama. 2000. New Synthetic Fiber Sheets Prevention Moisture And Heat Retention
and Reduce Shear In Bedfast Patients World Council Of Enterostmal
Therapist journal. (3). 45-48.
Levina, 2013. Profil penderita ulkus dekubitus yang menjalani tirah baring lama di
ruang rawat inap. JOM.FK.volume 2, Desember 2019.
Heri Sutanto, 2008. Dekubitius els.fk.umy.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=20 99 -
17k. Diakses pada 11 januari 2020.
Depkes, RI. (2006). Panduan nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety). http://www.inapatsafety-persi.or.id/data/panduan.pdf
Mukti, E.N. (2005). Penelusuran hasil penelitian tentang intervensi keperawatan
dalam pencegahan kejadian luka dekubitus pada orang dewasa. Dikutippada
tanggal 15 Januari 2020, dari: http://www .fik.ui.ac.id/?
show=detailnewsekode=26 e tbl=riset.
Said, S., Haskas, Y., & Semana, A. (2013). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG
ICU RS LABUANG BAJI MAKASSAR. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 2(1), 7-12.
Moya J Morison, 2004. Manajemen Luka, edisi 1 Jakarta: EGC.
Tjokroprawiro, A. (Ed.). (2015). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed. 2: Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo
Surabaya. Airlangga University Press.

Mendrofa, R. M. (2016). HUBUNGAN KETERLIBATAN KELUARGA DALAM


PENCEGAHAN DEKUBITUS DENGAN KEJADIAN DEKUBITUS PADA
PASIEN STROKE DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr. PIRNGADI
MEDAN (Doctoral dissertation, Universitas Sari Mutiara Indonesia).

Sumara, R. (2015). Tekanan Interface Pada Pasien Tirah Baring. THE SUN, 2(1), 60-
67.

Citra, E., & Nurfadhilah, N. (2018). Hubungan Immobilisasi Dan Usia Pada Pasien
Tirah Baring Lama Dengan Kejadian Tanda Dini Dekubitus Di Ruang Rawat
Inap RS Ibnu Sina Bukittinggi Tahun 2017. 'AFIYAH, 5(1).
Rospond, R. 2008. Penilaian Status Nutrisi. Alih bahasa Yohan,B., Lyrawati.
Jakarta :EGC.
Sussman, C.,& Bate – Jansen, B.M. (1998). Wound care: A Collaborative practice
manual for physical therapists nurses. Guithersburg, Maryland: Aspend
Publishers, Inc.
Astutik, A. M., & Huriah, T. (2017). ANGKA KEJADIAN DAN FAKTOR RISIKO DOMINAN
KEJADIAN PRESSURE ULCER. Adi Husada Nursing Journal, 3(1), 7-12.
Setiani, D., & Imamah, I. N. (2019). Identifikasi Bakteri dan Faktor Risiko Kejadian Pressure
Ulcer di RSUD AWS Samarinda. Husada Mahakam: Jurnal Kesehatan, 4(7), 391-
403.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan Notoatmodjo S, editor. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Suyanto, S. K., & Kes, M. (2011). Metodologi dan Aplikasi Penelitian
Keperawatan. Yogyakarta: Mulia Medika.
Lahmann, N. A., Tannen, A., Dassen, T., & Kottner, J. (2011). Friction and shear highly
associated with pressure ulcers of residents in long‐term care–Classification Tree
Analysis (CHAID) of Braden items. Journal of evaluation in clinical practice, 17(1),
168-173.
Alimul, A. (2003). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

36
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Hidayat, A. 2007. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.
Rowley, J., & Slack, F. (2004). Conducting a literature review. Management research news.
Lau, F., & Kuziemsky, C. (2016). Handbook of eHealth evaluation: an evidence-based
approach.

37

Anda mungkin juga menyukai