Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

Dosen Pengampu :
Mira, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Rezka Norjannah
(2014201110093)

SEMESTER 6 KELAS B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

“Perhitungan Cairan Untuk Resusitasi Cairan Pada Pasien Dengan Perdarahan Dan Dehidrasi”

Dosen Pengampu :
Mira, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Rezka Norjannah
(2014201110093)

SEMESTER 6 KELAS B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. LATAR BELAKANG
1.1. Pendarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah, jumlahnya dapat bermacam-
macam, mulai dari sedikit sampai dapat menyebabkan kematian. Perdarahan dapat terjadi
secara normal maupun abnormal. Perdarahan yg berlangsung lama dan tidak segera ditangani
akan menyebabkan syok, sinkop dan bila lebih lanjut dapat menyebabkan kematian.
Pendarahan terjadi bisa karena fraktur terbuka pada tulang-tulang panjang seperti humerus,
radial-ulnar, tibia-fibula dan femur, fraktur pada pelvis, trauma dada, trauma perut, dan
perdarahan pascapersalinan. Volume darah manusia 7% BB pada dewasa dan 8% - 9% BB
pada anak. Derajat perdarahan terbagi menjadi 4 yaitu Kelas 1, Kelas 2, Kelas 3, dan Kelas 4.

1.2. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan keadaan dimana tubuh mengalami defisit cairan disebut dehidrasi.
Defisit cairan ini dapat disebabkan oleh asupan cairan yang tidak adekuat ataupun terjadi
peningkatan pengeluaran cairan. Faktor yang menyebabkan asupan cairan pasien berkurang,
misalnya penurunan kesadaran, disfagia, dan kelainan pada sistem persarafan. Faktor yang
meningkatkan pengeluaran cairan dari tubuh, misalnya diare, luka bakar, sepsis. Keadaan
hiperosmolaritas yang dialami oleh pasien ketoasidosis diabetik juga dapat menyebabkan
cairan berpindahan ke kompartemen ekstraseluler sehingga menyebabkan penderitanya
mengalami dehidrasi[1-4]
Kondisi dehidrasi adalah kondisi tubuh kekurangan cairan, yang jika berkelanjutan dapat
mengakibatkan pengentalan darah, sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi organ.
Dehidrasi yang tidak disadari ini akan lebih berbahaya bagi tubuh, sehingga perlunya upaya
pencegahan (Bennet et al, 2004). Berdasarkan survei yang dilakukan Temasek Polytechnic dan
Asian Food Information Center di Singapura menunjukan bahwa sebagian besar remaja umur
15-24 tahun tidak mengkonsumsi cairan dalam jumlah yang cukup, karena rata ± rata laki -
laki mengkonsumsi air sebanyak 1,5 liter/hari, sementara jumlah tersebut masih kurang dari
jumlah yang dianjurkan yaitu 2 liter/hari (Briawan et al, 2011).

2. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUM


2.1. Pendarahan
2.2. Dehidrasi
3. HASIL YANG DIDAPATKAN
Seorang Laki berusia 30 tahun dengan post KLL, pasien naik sepeda motor menabrak mobil. Pada
pemeriksaan didapatkan open fracture femur 1/3 proximal. hasil didapatkan BB: 55 kg,
pemeriksaan vital sign didapatkan T=90/70 MmHg, N:120 x/mnt, RR:30 x/mnt, S:360C, Hb: 5.2
g/dL, status mental : bigung, produksi urin : 10 ml/jam.
Anda diminta untuk menetukan kebutuhan cairan pada kasus tersebut.
Jawab BB : 55 kg Cara 1 EBV : BB x 70 ml 55 x 70 ml 3850ml Cara 2 Menentukan persentasi
kehilangan cairan : open fracture femur 1/3 proximal. hasil didapatkan BB: 55 kg, pemeriksaan
vital sign didapatkan T=90/70 MmHg, N:120 x/mnt, RR:30 x/mnt, S:360C, Hb: 5.2 g/dL, status
mental : bigung, prduksi urin : 10 ml/jam. Maka persentasi kehilangan cairan = 30-40% Cara 3
EBL : EBV x % EBL = 3850 x 0.3 = 1.155 ml = 3850 x 0.4 = 1.540 ml
Maka kebutuhan cairan pasien dengan kasus diatas adalah 1.155 s.d 1.540 ml

Seorang laki-laki berusia 23 tahun dibawa oleh keluarganya ke instalasi gawat darurat dengan
keluhan diare lebih dari 3 x/hari dengan konsistensi cair disertai muntah, setelah dilakukan
pengkajian didapatkan TB : 160 cm, BB: 50 kg (sebelum sakit), BB : 45 kg (saat sakit), GCS : 2-
2-3, CRT : >2 detik, membrane mukosa kering, HR : 130x/menit cepat dan lemah , BP : 96/70
mmHg, RR : 30x/menit, turgor kulit kembali lambat, mata agak cekung, urin tidak ada.
Anda diminta untuk menentukan derajat dan kebutuhan cairan pada kasus diatas? Jawab : BB : 45
Kg sakit BB : 50 kg sebelum sakit Sesuai dengan kasus diatas maka pasien termasuk dalam
dehidrasi sedang Dehidrasi berat (10%) Step 1 Menentukan derajat dehidrasi 𝟓𝟎 − 𝟒𝟓 𝟓𝟎 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
= 10 (berat) Step 2 Menentukan cairannya 10% x 45 lt = 4.5 liter yang diperlukan.
LAPORAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

“Perhitungan Cairan Untuk Resusitasi Cairan Pada Pasien Dengan Luka Bakar”

Dosen Pengampu :
Mira, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Rezka Norjannah
(2014201110093)

SEMESTER 6 KELAS B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. LATAR BELAKANG
Luka bakar adalah suatu kondisi kerusakan atau kemalangan jaringan khas yang disebabkan
oleh kontak langsung dengan sumber panas seperti kobaran api, pengenalan air panas, kontak
dengan benda panas, sengatan listrik, paparan bahan kimia, dan paparan radiasi. Luka bakar yang
disebabkan oleh benda panas berhubungan dengan kemungkinan besar untuk kematian pada pasien
(Kara, 2018). Luka bakar adalah penyebab umum dari kerusakan traumatis dan kondisi krisis utama
di dalam ruang krisis yang memiliki berbagai jenis masalah, tingkat mortalitas dan morbiditas yang
memerlukan penatalaksanaan yang luar biasa dari tahap syok sampai fase lanjutan (Young et al,
2019). Luka bakar adalah penyebab ketiga dari kematian yang tidak disengaja dalam beberapa
kelompok usia (Ardabili ,2016).
Luka bakar sering terjadi dikehidupan dan menjadi tantangan bagi tenaga medis. Luka bakar
paling sering terjadi di negara menengah ke bawah (WHO, 2018). Etiologi luka bakar adalah api,
air panas, listrik, kimia, kontak radiasi, dan cedera dingin. Luka bakar dapat mengenai segala usia,
jenis kelamin, serta dapat memengaruhi kondisi psikologis dan fisik pasien, bahkan dapat
kehilangan pekerjaan akibat luka bakar. Luka bakar dan komplikasinya memengaruhi mortalitas
dan morbiditas (KEMENKES RI, 2019).
Patofisiologi luka bakar pada dewasa dan anak pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang
bermakna, namun luas permukaan tubuh dan tingkat metabolisme yang berbeda memerlukan
pertimbangan dan perhatian ekstra dalam penatalaksanaan luka bakar (Mathias, 2017). Luka bakar
mampu menyebabkan perubahan, baik lokal maupun sistemik (Garcia et al, 2017). Hal ini mampu
mempengaruhi kedalaman luka bakar pada anak-anak sehingga tingkat keparahannya lebih tinggi
dibandung dewasa. Ketebalan kulit dapat dipengaruhi oleh usia, lokasi pada tubuh, hingga ras
tertentu. Anak memiliki ketebalan kulit kurang lebih 70% dari ketebalan kulit dewasa (Vallez et al,
2017). Pajanan suhu yang tinggi juga mengakibatkan pembuluh kapiler di bawah kulit dan area
sekitarnya akan mengalami kerusakan sehingga permeabilitasnya akan meningkat. Hal ini terjadi
dalam tumpahan cairan intravaskular ke interstitium. Reaksi sistemik yang terjadi di dalam tubuh
akibat luka bakar akan lebih sering terjadi bila luas permukaan tubuh yang dipengaruhi oleh luka
bakar melebihi 10%.(GarciaManzano, 2017).

2. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3. HASIL YANG DIDAPATKAN
SKENARIO Seorang laki berusia 20 Tahun mengalami luka bakar akibat ledakan tabung gas 3kg
pada jam 04.00 Wita dibawa oleh keluarganya ke IGD setempat (sampai IGD Jam 09.00 Wita).
pada hasil pemeriksaan didapatkan : BB 50 kg, TB 160 cm, luka bakar pada dada, ektremitas atas
dan bawah

Anda diminta untuk menghitung kebutuhan cairan yang diperlukan.


Baxter Dewasa : RL 4cc/kg BB/ % LB/ 24 jam.
Jawab
Dada depan 5%, Eks atas kanan bagian depan 4,5%, eks bawah bagian depan (kanan dan kiri) 18%.
Total luas luka bakar 27,5%
Usia pasien 20 th, BB 50 kg
Rumus baxter : 4 x 50 x 27,5% = 5.500 ml
5.500 ml : 2 = 2.750 ml
8 jam pertama 2.750 ml
16 jam berikutnya 2.750 ml
LAPORAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

“Cara Menghentikan Pendarahan (Balut Tekan Dan Hetting)”

Dosen Pengampu :
Mira, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Rezka Norjannah
(2014201110093)

SEMESTER 6 KELAS B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. LATAR BELAKANG
Luka merupakan hilangnya sebagian substansi jaringan akibat dari rusaknya komponen sel
ataupun jaringan yang ditimbulkan oleh trauma fisik, mekanik ataupun kimiawi yang berdampak
pada ketidakseimbangan anatomi dan fungsi fisiologis kulit normal. Fungsi utama kulit sebagai
proteksi yang berperan sebagai barrier terhadap lingkungan luar termasuk mikroorganisme. Saat
barrier rusak akibat beberapa hal seperti trauma, maka kulit tidak dapat melakukan fungsinya
dengan baik. Selain itu, kulit memiliki fungsi lain diantaranya sebagai absorpsi, ekskresi, serta
mengatur keseimbangan termoregulasi dan elektrolit (Venita & Budiningsih, 2014; Mescher,
2014). Saat terjadinya luka, secara fisiologis kulit akan mengalami proses repairing yang memiliki
3 fase, yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan maturasi (Kartika, 2015).Luka post hecting atau luka
jahitan merupakan luka yang sering terjadi akibat suatu proses traumatik ataupun sayatan yang
cukup dalam sehingga dilakukannya penjahitan pada luka.

2. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3. HASIL YANG DIDAPATKAN
Penyembuhan luka kulit tanpa pertolongan dari luar, berjalan secara alami. Luka akan terisi
jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Penyembuhan ini disebut penyembuhan
sekunder (sanatio per secundam) cara ini biasanya makan waktu cukup lama dan meninggalkan
parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar. Jenis penyembuhan yang lain
adalah penyembuhan primer ( sanatio per primam) yang terjadi bila luka segera diusahakan bertaut,
biasanya dengan bantuan jahitan. Parut yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Namun
penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan/ atau tidak
berbatas tegas. Luka yang compangcamping seperti luka tembak sering meninggalkan jaringan
yhang tidak dapat hidup yang pada pemeriksaan pertama sukar dikenal. Keadaan ini diperkirakan
akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit. Luka yang demikian sebaikmya dibersihkan
dan dieksisi (dedridemen) dahulu dan kemudiam dibiarkan selama 4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit
dan akan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut penyembuhan primer tertunda.
Terjadinya infeksi pada luka pascaeksisi umumnya terjadi karena eksisi luka tidak cukup luas dan
teliti. Jika setelah debridemen luka langsung dijahit, dapat diharapkan terjadi penyembuhan primer.
Pada manusia, penyembuhan luka denga cara reorganisasi dan rgenerasi hanya terjadi pada
epidermis, hati, dan tulang yang dapat menyembuh alami tanpa meninggalkan bekas. Organ lain,
termasuk kulit mengalami penyembuhan secara epimorfis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh
jaringan ikat yang tidak sama dengan jaringan semula.
LAPORAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

“The National Institutes Of Health Stroke Skala (NIHSS) Dan MNIHSS”

Dosen Pengampu :
Mira, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Rezka Norjannah
(2014201110093)

SEMESTER 6 KELAS B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. LATAR BELAKANG
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang berkembang pesat dengan gejala klinis yang terjadi
lebih dari 24 jam dan dapat berakibat fatal. Stroke disebabkan oleh gangguan aliran darah otak1 .
Stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia.2 Prevalensi stroke di
Indonesia pada penduduk >15 tahun menurut data Riskesdas tahun 2013 sebesar 7 permil dan
mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 6 permil.
Secara teoritis, stroke merupakan penyakit multikausal dimana ada banyak faktor yang bisa
menyebabkan kejadian stroke. Diantaranya dari faktor yang tidak dapat dimodifikasi yakni usia,
jenis kelamin, dan lain-lain. Faktor kondisi kesehatan seperti hipertensi, penyakit jantung, dan lain-
lain. Faktor perilaku seperti kebiasaan aktivitas fisik, pola makan, dan merokok. Selain itu, faktor
sosial ekonomi seperti wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan juga
diduga berperan dalam kejadian stroke.
Stroke adalah salah satu penyebab utama kecacatan dan penurunan kualitas hidup akibat
penurunan fungsi neurologis. Salah satu alat yang dapat mengukur penurunan fungsi neurologis
adalah National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) dengan cara mengukur luaran stroke
secara kuantitatif yang terdiri dari sebelas jenis pemeriksaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik luaran klinis neurologis pasien stroke iskemik berdasarkan NIHSS.

2. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUM


LAPORAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

“Pengkajian ROSIER”

Dosen Pengampu :
Mira, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Rezka Norjannah
(2014201110093)

SEMESTER 6 KELAS B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. LATAR BELAKANG
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang berkembang pesat dengan gejala klinis yang terjadi
lebih dari 24 jam dan dapat berakibat fatal. Stroke disebabkan oleh gangguan aliran darah otak1 .
Stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama di Indonesia.2 Prevalensi stroke di
Indonesia pada penduduk >15 tahun menurut data Riskesdas tahun 2013 sebesar 7 permil dan
mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 6 permil.
Secara teoritis, stroke merupakan penyakit multikausal dimana ada banyak faktor yang bisa
menyebabkan kejadian stroke. Diantaranya dari faktor yang tidak dapat dimodifikasi yakni usia,
jenis kelamin, dan lain-lain. Faktor kondisi kesehatan seperti hipertensi, penyakit jantung, dan lain-
lain. Faktor perilaku seperti kebiasaan aktivitas fisik, pola makan, dan merokok. Selain itu, faktor
sosial ekonomi seperti wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan juga
diduga berperan dalam kejadian stroke.
ROSIER adalah instrumen pengenalan 7 item (mulai dari − 2 hingga + 5) yang didasarkan
pada riwayat klinis dan tanda-tanda neurologis. Skor + 1 atau lebih dianggap positif stroke atau
transient ischemic attack.

2. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUM

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENGKAJIAN ROSIER


PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

NAMA MAHASISWA :
NPM :
SEMESTER :
HARI & TANGGAL :

PENGERTIAN
Rapid Arterial oCclusion Evaluation adalah score merupakan instrumen yang memiliki tingkat sensitivitas
tinggi dalam mengidentifikasi pasien stroke.

TUJUAN
Mengenali gejala stroke di ruang emergency dan sudah divalidasi secara international

INDIKASI
Pasien Stroke

KONTRA INDIKASI
-
DAFTAR PUSTAKA
• Hui-lin, J, dkk. 2014. Evaluation of the ROSIER Scale in Chineses Patients in Hong Kong
• Jackson, A, dkk. 2008. Validation of the use of the ROSIER an Irish emegency department
• NHMRC, 2009. ROSIER Scale

TINDAKAN Cr. NIL


NO Poi AI
n 0 1 2 3
1 PERSIAPAN ALAT
a. Bolpoin
b. Format RACE
c. Handscone *
II PRA INDIKASI
a. Verifikasi Order
b. Siapkan Lingkungan : Jaga Privasi B/P
c. Persiapan Pasien
III ORIENTASI
a. Beri salam (Assalamualaikum, memperkenalkan diri)
b. Kontrak waktu
c. Jelaskan tujuan
d. Meminta persetujuan klien / keluarga
IV TAHAP KERJA
a. Mengucapkan basmalah
b. Cuci tangan dan memasang handscone
c. Melakukan pengkajian Tekanan darah dan Gula darah *
N
PARAMETER YANG DINILAI SKALA
o.
1. kehilangan kesadaran SCORE:
Kaji adanya penurunan kesadaran menggunakan respon
verbal/stimulus/nyeri
1 ● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = -1

2. Aktivitas kejang SCORE:


perhatikan Gerakan motoric pasien identifikasi adanya
kejang
2 ● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = -1

3. Kelumpuhan wajah SCORE:


Minta pasien menunjukkan gigi atau senyumnya.
● KRITERIA SKOR:
3
Tidak = 0
Ya = +1

4. Fungsi motor lengan SCORE:


Minta pasien untuk memejamkan mata dan
4
merentangkan lengannya 90 derajat dan menahannya
selama hitungan sepuluh dengan telapak tangan ke atas.
Sudut lengan mereka dapat dimodifikasi hingga 45
derajat jika pasien terlentang.
● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = +1

5. Fungsi motorik kaki SCORE:


Minta pasien untuk mengangkat satu kaki pada satu
waktu hingga sudut 30 derajat dan tahan selama 5 detik.
5 ● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = +1

6. Gangguan Bicara SCORE:


Minta pasien menjawab pertanyaan umur dan bulan
pemeriksaan deteksi kefasiahan bicara, kosa kata dan
artikulasi
6
● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = +1

7. Defek lapang pandang SCORE:


Perhatikan jika kepala atau mata pasien menyimpang ke
satu sisi. Jika kepala atau mata pasien menghadap ke satu
sisi, minta mereka untuk melihat ke sisi yang lain.
7
● KRITERIA SKOR:
Tidak = 0
Ya = +1

TOTAL
Keterangan :
>0 maka kemungkinan mengalami stroke jika <0 kemungkinan bukan stroke.

V TAHAP TERMINASI
a. Evaluasi Respon Klien ( Subjektif & Objektif)
b. Simpulkan Kegiatan
c. Mengucapkan Hamdalah \
VI DOKUMENTASI
VII SIKAP
a. Sopan
b. Teliti
c. Memperhatikan Keamanan
d. Empati
TOTAL NILAI
GLOBAL RATING * (Centang Salah 1)
FAIL
BORDELINE
PASS
EXCELLENT
NAMA PENGUJI :

TTD :

CATATAN PENGUJI :
LAPORAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT 2

“Pengkajian RACE”

Dosen Pengampu :
Mira, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :
Rezka Norjannah
(2014201110093)

SEMESTER 6 KELAS B
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. LATAR BELAKANG
Stroke adalah gangguan fungsi otak yang berkembang pesat dengan gejala klinis
yang terjadi lebih dari 24 jam dan dapat berakibat fatal. Stroke disebabkan oleh
gangguan aliran darah otak1 . Stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama
di Indonesia.2 Prevalensi stroke di Indonesia pada penduduk >15 tahun menurut data
Riskesdas tahun 2013 sebesar 7 permil dan mengalami peningkatan signifikan
dibandingkan tahun 2007 yang sebesar 6 permil.
Secara teoritis, stroke merupakan penyakit multikausal dimana ada banyak faktor
yang bisa menyebabkan kejadian stroke. Diantaranya dari faktor yang tidak dapat
dimodifikasi yakni usia, jenis kelamin, dan lain-lain. Faktor kondisi kesehatan seperti
hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Faktor perilaku seperti kebiasaan aktivitas
fisik, pola makan, dan merokok. Selain itu, faktor sosial ekonomi seperti wilayah
tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan juga diduga berperan dalam
kejadian stroke.

2. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PRAKTIKUM


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, M. (2020). Asupan Cairan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Dehidrasi pada .

ASTUTIK, E. P. (2020). MANAJEMEN LUKA BAKAR PADA ANAK.

Hady, A. (2022). Studi Literatur Tindakan Resusitasi Cairan Pada Pasien Perdarahan.

Han, F. (2020). A systematic review and meta-analysis to evaluate the diagnostic accuracy of
recognition of stroke in the emergency department (ROSIER) scale.

Irsyam, M. A. (2022). Hubungan Antara National Institute of Health Stroke Score (NIHSS)
dan Letak Lesi Pada Pasien Stroke Infark di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Soedarso Pontianak.

Maharani, T. (2020). KARAKTERISTIK LUKA DAN PENGGUNAAN BALUTAN .

Mustofa, M. (2021). Perbedaan Penyembuhan Hecting Wound Tikus Putih Jantan Sprague.

Sriwiyati, L. (2020). KARAKTERISTIK LUKA DAN PENGGUNAAN BALUTAN .

Zulfa. (2008). PERBANDINGAN PENYEMBUHAN LUKA TERBUKA.

Anda mungkin juga menyukai