Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KMB 1

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN


AKIBAT PATOLOGI SISTEM RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN

DOSEN PEMBIMBING :

GUSTOP AMATIRIA, S.Kp., M.Kes

DISUSUN OLEH:

KARTIKA NOVIA DARMAYANTI

1814401075

TINGKAT II/REGULER II

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakseimbangan cairan adalah isotonik dan osmolar. Kekurangan dan
kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam proporsi yang
sama. Sebaliknya, ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja
sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi.

Kekurangan volume cairan adalah keadaan ketika seorang individu yang tidak
menjalani puasa mengalami atau berisiko mengelami dehidrasi vaskular, interstitial atau
intravaskular (Lynda Juall, 2007 : 168). Kekurangan volume cairan adalah penurunan
cairan intravaskuler, interstisial, dan/ atau intraseluler yang mengacu pada dehidrasi,
kehilangan cairan saja tanpa perubahan pada natrium (Nanda, 2012 : 264).
Kelebihan volume cairan adalah keadaan ketika seseorang individu mengalami
atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial (Lynda Juall,
2007 : 172). Kelebihan volume cairan merupakan peningkatan retensi cairan isotonik
(Nanda, 2012 : 265).
Risiko ketidakseimbangan elektrolit merupakan berisiko mengalami perubahan
kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan (Nanda, 2012 : 262).

A.2. PENYEBAB
Gangguan elektrolit umumnya disebabkan karena kehilangan cairan tubuh melalui
keringat berlebih, diare atau muntah yang berlangsung lama, atau karena luka bakar. Obat-
obatan yang dikonsumsi juga bisa menyebabkan seseorang menderita gangguanelektrolit.

A.3. GEJALA DAN TANDA MAYOR


Subjektif
1. Tidak ada
Objektif
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah
3. Tekanan nadi menyempit
4. Turgor kulit menurun
5. Membran mukosa kering
6. Volume urin menurun
7. Hematrokit meningkat

A.3. GEJALA DAN TANDA MINOR


Subjektif
1. Mengeluh haus
2. Merasa lemas
Objektif
1. Pengisian vena menurun
2. Status mental berubah
3. Suhu tubuh meningkat
4. Konsentrasi urin meningkat
5. Berat badan turun tiba-tiba

A.4. KONDISI KLINIS TERKAIT (Uraikan patofisiologi kondisi klinis yang terkait, boleh
ditambahkan barisnya)
1. Prosedur pembedahan mayor
2. Penyakit ginjal dan kelenjar
3. Pendarahan
4. Luka bakar
Patofisiologi luka bakar
Luka bakar dapat disebabkan oleh suhu, listrik, friksi, bahan kimia, dan radiasi. Artikel
ini akan lebih menitikberatkan pada luka bakar yang disebabkan oleh perubahan suhu.
[1]
Luka bakar yang disebabkan oleh perubahan suhu (thermal burn) merupakan kerusakan
sel pada jaringan kulit atau jaringan lainnya akibat suhu yang terlalu tinggi. Cedera termis
yang berat dapat memicu mediator–mediator inflamasi, yang kemudian dapat
berkembang menjadi Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan pada
kondisi berat dapat menjadi Multi-system Organ Dysfunction System (MODS) dan
berujung kematian. [1]
Klasifikasi luka bakar dibuat berdasarkan kedalamannya dan luas permukaan yang
terkena. Berdasarkan kedalamannya, luka bakar dapat diklasifikasikan menjadi derajat 1-
4.[2] Estimasi luas luka bakar juga penting karena terkait dengan penatalaksanaan. Luas
luka bakar dapat dihitung dengan berbagai metode seperti tabel Lund-Browder dan “Rule
of Nine”.
Lokasi luka bakar sering kali menentukan pendekatan tatalaksana. Lokasi pada wajah
(terutama yang dicurigai sebagai trauma inhalasi), tangan, kaki, dan genitalia dapat
menjadi penanda dibutuhkannya manajemen yang terspesialisasi.
Derajat keparahan luka bakar secara keseluruhan dipengaruhi oleh mekanisme luka
bakar, kedalaman, ekstensi, dan lokasi anatomi dari luka bakar tersebut. Konsep dan
pengertian tentang SIRS menggeser paradigma penatalaksanaan luka bakar, yaitu dari
fokus pada sirkulasi makro beralih ke perbaikan perfusi (sirkulasi minor) sebagai end
point resusistasi luka bakar.

A.4. PENATALAKSANAAN MEDIS ( penatalaksanaan kondisi klinis terkait)


PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar yang
luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat
terganggu, terutama sistem kardiovaskuler.
Luka bakar dibedakan menjadi: derajat pertama, kedua superfisial, kedua dalam, dan
derajat ketiga. Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis yang disertai eritema
dan nyeri. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian lapisan
dermis yang disertai lepuh dan sangat nyeri. Luka bakar derajat kedua dalam meluas ke
seluruh dermis. Luka bakar derajat ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan
subkutis, seringkali kapiler dan vena hangus dan darah ke jaringan tersebut berkurang.
Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan memberi
kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan luka.

B. RENCANA KEPERAWATAN (lihat SLKI dan SIKI)

Diagnosa Keperawatan : Resiko ketidakseimbangan cairan

Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan Kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil :
1. Meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml/hari (kecuali bila ada
kontraindikasi).
2. Menceritakan perlunya untuk meningkatkan masukan cairan selama stres atau
panas.
3. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal.

Intervensi :

1. Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan


Rasional : Menentukan terjadinya ketidakseimbangan cairan

2. Monitor tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan


Rasional : Mempermudah dalam memberi intervensi

3. Anjurkan pasien untuk minum air minimal 2 liter per hari


Rasional : berfungsi agar cairan terpenuhi

4. Jelaskan penyebab dan factor resiko ketidakseimbangan cairan


Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien mengenal kebutuhan cairan dalam
tubuh

5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat


Rasional : Berfungsi untuk meningkatkan keseimbangan cairan
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :
EGC
2. Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta :Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
4. Horne, M., Pamela L. 2000. Keseimbangan Cairan Elektrolit & Asam basa. EGC :
Jakarta
5. Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis
Handbook, An Evidence- Based Guide to Planning Care . 11 th Ed. St. Louis:
Elsevier

Anda mungkin juga menyukai