Anda di halaman 1dari 30

CAIRAN DAN

ELEKTROLIT

DEWI KARTIKA WULANDARI,


S.KEP., NS., M.KEP
Elektrolit
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel –partikel bermuatan listrik yang di sebut ion
jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit
masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman
dan cairan intravena (IV) dan di distribusi ke seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
(Risnawati, 2012)
– Cairan tubuh di bagi dalam dua kelompok besar
yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
– Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di
dalam sel seluruh tubuh, sedangkan cairan
ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel
dan terdiri dari tiga kelompok yaitu cairan
intravaskuler (plasma), cairan intertitial dan cairan
transeluler.
– Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di
dalam system vascular.
– Cairan interstitial adalah cairan yang terletak di
antara sel.
– Cairan seluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler dan
sekresi saluran cerna (Hardisman, 2015)
– Cairan tubuh selain mengandung air juga
mengandung bahan lain yang di perlukan oleh
tubuh seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan
tubuh terdiri dari kation dan ion. Kation utama
dalam cairan tubuh adalah natrium dan kalium,
sedangkan anion utama adalah klorida (Primana,
2009)
– Tubuh manusia sebagian besar terdiri atas cairan,
persentasenya dapat berubah tergantung pada umur,
jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang.
– Pada bayi usia < 1 tahun cairan tubuh adalah
sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi usia > 1
tahun mengandung air sebanyak 70-75%.
– Seiring dengan pertumbuhan seseorang
persentase jumlah cairan terhadap berat badan
berangsur-angsur turun yaitu pada laki-laki
dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada
wanita dewasa 50 % berat badan, tabel dibawah
menunjukan estimasi total cairan tubuh manusia
berdasarkan usia.
USIA TOTAL CAIRAN PER
KILOGRAM BB (%)
Bayi Premature 80
3 Bulan 70
6 Bulan 60
1-2 Tahun 59
11-16 Tahun 58
Dewasa 58-60
Dewasa dengan Obesitas 40-50
Dewasa Kurus 70-75
– Perubahan jumlah dan komposisi cairan
tubuh, yang dapat terjadi pada perdarahan,
luka bakar, dehidrasi, muntah, diare dapat
menyebabkan gangguan fisiologis yang
berat.
– Proses Pergerakan Cairan tubuh
– Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-
bagian tubuh melibatkan mekanisme transpor
pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak
membutuhkan energi sedangkan mekanisme
transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan
osmosis adalah mekanisme transport pasif.
Sedangkan mekanisme transpor aktif
berhubungan dengan pompa Na-K. Proses
pergerakan cairan tubuh antar kompertemen
dapat berlangsung secara:
– 1. Osmosis
– Adalah bergeraknya molekul (zat terlarut)
melalui membrane semipermeable dari
larutan berkadar lebih rendah menuju
larutan.
– 2. Difusi
– Adalah proses bergeraknya molekul lewat
pori – pori. Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah ke arah larutan
berkonsentrasi rendah.
– 3. pompa natrium kalium
– Merupakan suatu proses transport yang
memompa ion natrium keluar melalui
membrane sel dan pada saat bersamaan
memompa ion kalium dari luar kedalam.
INPUT CAIRAN (dalam OUTPUT CAIRAN (dalam
Ml) Ml)
Minum Air Kemih
1100 – 1400 1200
Makan Tinja
800 - 1000 100 - 200
Hasil Oksidasi Paru
300 400
Keringat
500 - 600
Total Total
2200 – 2700 ml 2200 – 2700 ml
Faktor – factor yang berpengaruh terhadap
keseimbangan cairan dan Elektrolit

1. Usia
– Usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh,
luas permukaan tubuh, berat badan dan
kebutuhan metabolik. Perkiraan kebutuhan
cairan tubuh berdasarkan usia dapat dilihat
pada tabel berikut.
Umur / usia Berat badan Kebutuhan
(Ml) / hari
1 tahun 9,5 kg 1150 – 1300
2 tahun 11,8 kg 1350 - 1500
6 tahun 18,7 kg 1800 - 2000
10 tahun 20 kg 2000 - 2500
14 tahun 45 kg 2200 - 2700
Dewasa 54 kg 2200 - 2700
2. Keadaan lingkungan
– Lingkungan dengan iklim yang bersuhu
tinggi menyebabkan tubuh akan mengalami
pengeluaran keringat yang berlebihan,
sehingga meningkatkan kehilangan cairan
dan elektrolit yang lebih banyak.
2.
3. Aktifitas
– Aktivitas menyebabkan peningkatan proses
metabolisme di dalam tubuh sehingga
pengeluaran cairan melalui keringat akan
meningkat, sedangkan dalam keadaan
istirahat dan beraktivitas, jumlah cairan
yang dikeluarkan sangatlah berbeda, oleh
karena itu kebutuhan akan cairan untuk
tubuh juga akan meningkat.
Penatalaksanaan Cairan
– Terapi Cairan Intravena
– Infus cairan intravena (Intravenous fluids
drip) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau
zat –zat makanan dari tubuh.
– Secara umum, keadaan – keadaan yang
dapat memerlukan pemberian cairan infus
adalah:
– 1. perdarahan dalam jumlah banyak
(kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
– 2. trauma abdomen (perut) berat
(kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)
– 3. fraktur (patah tulang ) khususnya di pelvis
(panggul) dan femur (paha) (kehilangan
cairan tubuh dan komponen darah)
– 4. kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi
(karena heat stroke, demam dan diare)
– 5. semua trauma kepala, dada, dan tulang
punggung (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)
Jenis cairan infus
– 1. cairan hipotonik
– Cairan hipotonik osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendah dibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum, dan menurunkan osmolaritas.
– Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialysis), pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi dengan ketoasidosis diabetic.
– Contoh : NaCl 45% dan dekstrosa 2,5%.
– 2. cairan isotonic
– Cairan isotonic osmolaritas (tingkat kepekatan )
cairannya mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah.
– Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh), sehingga
tekanan darah terus menurun.
– Contoh nya adalah cairan ringer – laktat (RL) dan
normal salin / larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
. Cairan Hipertonik
– 3

– Cairan hipertonik osmolaritasnya lebih tinggi


dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah.
– Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi
edema (bengkak)
– Contoh : dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik,
dextrose 5% + RL, dextrose 5% + NaCl 0,9%, produk
darah, dan albumin
Pembagian Cairan
– 1. kristaloid
– Kristaloid bersifat isotonic, maka efektif
dalam mengisi sejumlah volume cairan ke
dalam pembuluh darah dalam waktu yang
singkat dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera.
– Misalnya RL dan NaCl 0,9%, D5, D5 ¼ NS, D5
½ NS, D5 NS, D5 RL.
– 2. Koloid
– Koloid ukuran molekulnya (biasanya protein)
cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membrane kapiler, dan tetap berada lama
dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan luar
pembuluh darah. Contoh nya albumin dan
steroid.
– Koloid disebut juga sebagai cairan pengganti
plasma. Koloid sering digunakan untuk
resusitasi cairan secara cepat terutama pada
syok hipovolemik / hemoragik atau pada
penderita dengan hypoalbuminemia berat
dan kehilangan protein yang banyak (misal
luka bakar)

Anda mungkin juga menyukai